Abstrak
Permasalahan gizi yang penting dan perlu mendapat perhatian
khusus di Indonesia adalah stunting. Kasus stunting juga ditemukan di
Kecamatan Ogodeide. Meskipun penanganan stunting membutuhkan
waktu yang panjang, intervensi gizi-sensitif dan gizi-spesifik perlu untuk
diperkenalkan kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini
bertujuan untuk memfasilitasi warga di Posyandu berkaitan dengan upaya
pencegahan stunting melalui kegiatan penyuluhan dan budidaya tanaman
hidroponik, penyediaan sarana bermain ramah anak serta pelatihan
pembuatan makanan tambahan. telah memberikan dampak dan hasil
positif berupa peningkatan pengetahuan dan pengalaman dari para kader
dan juga anggota Posyandu Aster 138A tentang urban farming melalui
budidaya tanaman hidroponik serta pembuatan makanan tambahan dalam
bentuk kukis dan nugget yang kaya akan zat besi. Selain itu, pada kegiatan
pendirian sarana bermain anak yang dapat merangsang aktivitas motorik
juga disambut baik oleh anak-anak yangberada di lingkungan Posyandu
Aster 138A. Sebagai kesimpulan, program-program yang mendukung
intervensi gizi-sensitif dan gizi spesifik dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat sasaran. Program seperti ini diharapkan dapat dilakukan
berkelanjutan untuk membantu mencegah stunting di Indonesia.
Kata kunci : stunting, makanan tambahan kaya zat besi, urban farming,
kotak panjat
PENDAHULUAN
Saat ini, salah satu permasalahan gizi yang penting dan perlu
mendapat perhatiankhusus adalah stunting. Stunting merupakan gangguan
pertumbuhan fisik berupa penurunan kecepatan pertumbuhan secara linear,
sehingga anak gagal dalam mencapai potensi tinggi badan yang optimal.
Stunting juga dapat dimaknai sebagai kondisi yang terjadi karena dampak
kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak
(Trihono et al., 2015). Dampak yang dapat ditimbulkan akibat kondisi
stunting ini dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak
jangka pendek mengakibatkan terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sementara untuk jangka panjang, stunting dapat mengakibatkan
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar serta menurunnya
kekebalan tubuh, sehingga anak mudah sakit. Tidak hanya itu, kondisi
stunting yang terjadi di Indonesia turut memengaruhi bidang ekonomi.
Tercatat dengan nilai PDB tahun 2015 sebesar Rp11.000 triliun, kerugian
ekonomi akibat stunting di Indonesia diperkirakan mencapai Rp300 triliun-
Rp1.210 triliun per tahun. Prevalensi kejadian stunting di Indonesia sendiri
cukup tinggi mencapai 30%-39% dan menempatkan Indonesia sebagai
negara kelima di dunia dengan jumlah kasus stunting terbanyak (Trihono et
al., 2015).
Stunting adalah keaadaan gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan
gizi kronis sehingga anak terlalu pendek dari standar WHO 2005
(Kemenkes RI, 2013). Masalah balita pendek menggambarkan adanya
masalah gizi kronis yang dipengaruhi oleh kondisi ibu/ calon ibu, masa
janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa
balita serta masalah lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi
kesehatan (Kemenkes, 2016). Berdasarkan data SSGI tahun 2021 prevelensi
stunting di Sulawesi Tengah berada pada angka 29,7% yang berarti setiap
100 balita yang ada, terdapat kurang lebih 30 anak yang masuk dalam
kategori stunting
Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan
anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak
Menular (PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan
overweight dan obesitas jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit
degeneratif. Kasus stunting pada anak dapat dijadikan prediktor rendahnya
kualitas sumber daya manusia suatu negara. Keadaan stunting menyebabkan
buruknya kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas, serta
meningkatnya risiko penyakit mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi
ekonomi Indonesia (Andika, Rahmi and Anwar, 2021)
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek yaitu
peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif,
motorik dan verbal pada anak tidak normal serta peningkatan biaya
kesehatan. Dampak dari jangka panjang yaitu postur tubuh yang tidak
optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya),
meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya, menurunnya kesehatan
reproduksi, kapasitas belajar dan perfoma yang kurang optimal saat masa
sekolah serta produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal
(Kemenkes RI, 2018). Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian
stunting pada anak balita adalah status gizi ibu saat hamil. Tingginya angka
kurang gizi pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka
stunting di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap
tahunnya (Hadi, 2005).
Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada
anak balita adalah status gizi ibu saat hamil. Tingginya angka kurang gizi
pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka stunting di
Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya Ibu
hamil dengan status gizi kurang akan lebih mudah merasa lemah, letih, lesu,
lunglai dan nafsu makan berkurang sehingga asupan gizi yang dibutuhkan
tidak terpenuhi, karena ketika nafsu makan menurunkan ibu hamil akan
mudah mengalami anemia. Ibu hamil yang mengalami anemia
mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke sel tubuh maupun otak. Bila
hal ini terjadi pada saat trimester III, maka risiko melahirkan prematur
ataupun BBLR 3,7 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil trimester III
tidak anemia. Tujuan dibuat kegiatan ini ialah dalam rangka mencegah
terjadinya anemia pada ibu hamil dan stunting pada bayi maupun balita
dengan cara memberikan penyuluhan tentang kecukupan gizi untuk ibu
hamil dan bayi (Julianto, 2019)
KESIMPULAN
Dari kegiatan penyuluhan penyakit Stunting ini diketahui bahwa
persentasi kepuasan masyarakat/remaha terhadap kegiatan di Kecamatan
Ogodeide Desa Bilo Kabupaten Toli-Toli adalah merasa puas (baik sekali)
dengan nilai 95% dari 28 jumlah responden. Cara penncegahan Stunting
antara lain selalu jaga kebersihan, mengonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, minum air mineral yang cukup dan mejaga kesehatan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Andika, F., Rahmi, N. and Anwar, C. (2021) ‘Analisa Faktor Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 23-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Tiji Kabupaten Pidie Tahun 2020’, Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 7(1), pp. 162–172.
Julianto, T. S. (2019) Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
fitokimia, Jakarta penerbit buku kedokteran EGC.
Hadi, H., Julia, M., & Herman, S. (2005).Defisiensi Vitamin A dan Zinc
Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stunting pada Balita di Nusa
Tenggara Barat, Media Penelitian dan Pengenbangan Kesehatan
Kemenkes, P. (2016). Situasi Balita Pendek. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI