Anda di halaman 1dari 10

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Stunting Melalui Pemetaan

dan Pendampingan Balita Stunting di Desa Heuleut


(Increasing Publik Knowledge About Stunting Trough Mapping and Mentoring
Stunting Toddlers in Desa Heuleut)
Alfiyah1, Anisah Nurjanah1, Asri Julianti1, Aprilia Indah Dewi1, Cathalia Geany Putry1, Dini Fajri
Hasanah1, Elma Dwi Saputri1, Indi Yani1, Mita Salsabillah1, Mustofa1, Naela Nurazizah1, Nisha
Revliani Fajhri1, Nurlaeli Istiqomah1, Noviyani1, Reynaldi Fauzi Chandra1, Saeful Rochman1, Vica
Frastica1, Wahiyatie Ningrum1, Yuniatri Widiahningrum1, Indriyani2, Putri Amaliah2, Risa Hadi1
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Sekolah Tinggi Farmasi Muahmmadiyah Cirebon
E-mail : kkmheuma2022@gmail.com

ABSTRAK
Stunting adalah suatu kondisi diamana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga
tinggi badan anak tidak sesuai dengan seusianya, sebagai akibat dari masalah gizi kronis yaitu
kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Tak terkecuali juga Desa Heuleut, prevalensi
stunting di Desa Heuleut berdasarkan Data Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting 1000 HPK
balita didapatkan 10 balita beresiko stunting. Penyebab stunting selain faktor gisi seimbang juga
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu yang mempunyai balita. Dengan adanya kegiatan Kuliah
Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Muhammadiyah Cirebon diharapkan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan ibu balita menegani stunting. Berdasarkan masalah diatas, KKM 5
melakukan kegiatan Pemetaan dan Pendampingan Balita Stunting dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta peran \masyarakat dalam program pencegahan
dan deteksi dini stunting pada balita yang diharapkan secara langsung dapat memotivasi
masyarakat untuk ikut serta memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan pada anaknya.
Kegiatan ini menggunakan metode kuesioner pre-test dan post-test. Jumlah sampel dalam kegiatan
ini sebanyak 30 responden yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Data diperoleh dari buku KIA
yang dimiliki responden kemudian di analisis menggunakan aplikasi WHO Anthro dengan
menghitung Z-Score berdasarkan BB, TB dan tanggal lahir. Hasil yang di peroleh dari kegiatan
tersebut adalah adanya peningkatan pengetahuan ibu dengan balita setelah di berikan pre-test
kemudian diberi penyuluhan setelah itu post-test.
Kata kunci : Balita, Stunting, Pengetahuan, Pemetaan dan Pendampingan.

ABSTRACK
Stunting is a condition in which children experience growth disorders so that the
child's height does not match his age, as a result of chronic nutritional problems, namely lack of
nutritional intake for a long time. Heuleut Village is no exception, the prevalence of stunting in
Heuleut Village based on the Data from the Convergence Report for the Prevention of Stunting for
1000 HPK under five, it was found that 10 toddlers were at risk of stunting. The cause of stunting
in addition to balanced nutrition is also influenced by the knowledge factor of mothers who have
toddlers. With the Student Work Lecture (KKM) of the Muhammadiyah University of Cirebon, it is
hoped that it can help increase the knowledge of mothers of toddlers dealing with stunting. Based
on the problems above, KKM 5 carried out Mapping and Assistance for Stunting Toddlers with the
aim of increase knowledge and understanding as well as community participation in programs for
preventing and early detection of stunting in toddlers which are expected to directly motivate the
community to participate in paying attention to the growth and development of their children. This
activity uses pre-test and post-test questionnaire methods. The number of samples in this activity
was 30 respondents who were selected based on inclusion criteria. The data was obtained from the
KIA book owned by the respondent and then analyzed using the WHO Anthro application by
calculating the Z-Score based on BB, TB and date of birth. The results obtained from these
activities are an increase in knowledge of mothers and toddlers after being given a pre-test and
then being given counseling after a post-test.
Keywords : Toddler, Stunting, Knowledge, Mapping and Mentoring.

PENDAHULUAN
Program Rencana Aksi Nasional Penanganan stunting pada tingkat nasional, daerah
terutama desa diresmikan pemerintah pada tahun 2017. Program ini diprioritaskan pada
penanganan gizi spesifik dan sensitive pada 1000 hari pertama kehidupan sampai dengan anak usia
6 tahun (Satriawan, 2018). Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada
masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan yaitu pada masa 1000 hari pertama
kehidupan (HPK) (Nadhiroh, 2015). Adapun indikator stunting dengan menggunakan pengukuran
antropometri dengan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) dengan kategori pendek
berdasarkan ambang batas -3 SD sampai dengan < -2 SD (Kepmenkes RI Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2011).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2
%. Berdasarkan Pemantauan Gizi Tahun 2016, mencapai 27,5% sedangkan WHO memberikan
batasan untuk stunting adalah < 20%. Hal ini menunujukkan bahwa pertumbuhan yang tidak
maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak di Indonesia atau 1 dari 3 anak mengalami stunting.
Selain itu lebih dari 1/3 anak berusia dibawah 5 tahun di Indonesia tinggai badannya di bawah
rata-rata. (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017(Kementrian
Desa, 2017). Ramdianiati and Nastiti, 2019 mengatakan bahwa Pada daerah perkotaan dan
pedesaan faktor-faktor yang mempengaruhi stunting yaitu pendidikan ibu, pendapatan keluarga,
pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MPASI, tingkat
kecukupan zink, tingkat kecukupan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik dari
orang tua. Dampak dari stuting untuk jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh sedangkan
untuk jangka panjang adalah akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi
untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, dan disabilitas pada usia tua. (Ni’mah dan Nadiroh 2015) menyatakan bahwa ada hubungan
antara panjang badan lahir balita, riwayat ASI eksklusif, pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan
pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian stunting pada balita.
Stunting menjadi fenomena yang mengancam potensi akibat dari bonus demografi di
Indonesia. Stunting terjadi ketika anak mengalami kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama
dan terus menerus sehingga akibatnya adalah anak tidak mengalami pertumbuhan fisik yang
maksimal. Fenomena stunting atau kekerdilan yang masih dialami sejumlah anak dinilai
mengancam potensi optimalisasi bonus demografi yang seharusnya bisa diberdayakan maksimal
oleh negara. Keadaan stunting akan memiliki banyak dampak bagi penderita dan juga keluarga,
baik secara ekonomi, kondisi fisik dan psikologinya. Tidak hanya berdampak pada fisik,
kecerdasan anak stunting biasanya juga tidak lebih baik daripada anak yang tidak mengalami
stunting. Anak yang menderita malnutrisi juga cenderung lebih mudah sakit dan mengalami
masalah kesehatan. Stunting juga akan memiliki potensi kerugian waktu dan tenaga karena
memiliki tubuh yang rentan terkena penyakit. Belum lagi potensi kerugian ekonomi karena harus
terus mendapatkan perawatan kesehatan akibat sakit yang diderita karena stunting (Nursalikah,
2018).
Faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting salah satunya yaitu pengetahuan ibu.
Pengetahuan mengenai stunting sangatlah diperlukan bagi seorang ibu karena pengetahuan ibu
mengenai stunting yang kurang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami stunting. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak
Muid Kabupaten Melawi pada tahun 2016 menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan yang
kurang baik mempunyai risiko sebesar 1,644 kali memiliki balita stunting jika dibandingkan
dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan angka kejadian stunting yaitu
bergabung dengan Scaling Up Nutrition (SUN). Gerakan SUN ini merupakan upaya yang
dilakukan oleh berbagai negara untuk memperkuat rencana aksi percepatan perbaikan gizi,
khususnya penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Dalam
gerakan SUN dilakukan intervensi spesifik yaitu kegiatan yang ditujukan khusus untuk kelompok
1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan bersifat jangka pendek. Selain itu, intervensi yang
dilakukan pada gerakan SUN yaitu intervensi sensitif yang merupakan berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan ditujukan untuk masyarakat umum. Berbagai upaya di atas
telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian stunting dengan harapan masalah stunting dapat
teratasi, namun pada kenyataanya angka kejadian stunting masih cukup tinggi sehingga KKM 5
melakukan kegiatan Pemetaan dan Pendampingan pada ibu yang memiliki balita untuk mengukur
tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita.
Kasus stunting di Desa Heuleut berdasarkan Data Laporan Konvergensi Pencegahan
Stunting pada masa 1000 HPK balita tahun 2022, didapatkan 10 balita beresiko stunting dari
jumlah 351 anak usia 0-23 bulan dari 6 posyandu di desa heuleut. Prioritas utama adalah
kurangnya pengetahuan orang tua balita, ibu hamil tentang stunting, kurangnya pengetahuan ibu
balita dan ibu hamil tentang gizi pada balita anak. Berdasarkan masalah di atas, KKM 5
melakukan Pemetaan balita dan pendampingan pada ibu yang memiliki bayi dan balita diberikan
edukasi ataupun penyuluhan mengenai stunting, faktor-faktor apa saja mempengaruhi stunting,
dan Langkah pencegahan stunting. Evaluasi dilakukan setelah diberikan edukasi, penyuluhan
dengan menggunakan kuesioner terstuktur untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang stunting.
METODE
Metode pelaksanaan dalam program pengabdian kepada masyarakat melalui pemberian
penyuluhan mengenai stunting kepada Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita yang terindikasi
stunting. Kegiatan ini melalui 3 (tiga) tahap yaitu rapat srategi pelaksanaan, survey lokasi
selanjutnya persiapan sarana dan prasana. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang
memiliki bayi dan balita terindikasi stunting dilihat dari data 6 posyandu di Desa Heuleut, dalam
kegiatan ini sebanyak 30 responden yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Data diperoleh dari
buku KIA yang dimiliki responden kemudian di analisis menggunakan aplikasi WHO Anthro
dengan menghitung Z-Score berdasarkan BB, TB dan tanggal lahir. Tahap pelaksanaan kegiatan
pendampingan pada ibu di bagi menjadi 3 yaitu, pengukuran antropometri dilakukan untuk
mengetahui data berat badan dan tinggi badan serta usia untuk mengetahui status gizi dari balita,
dan pre test kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan tentang stunting, cara Pencegahan serta
peran serta masyarakat dalam penanganan stunting. Setelah penyuluhan dilanjutkan dengan post
test untuk mengukur pengetahuan ibu setelah dilakuakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Adapun aspek yang dievaluasi meliputi : efektvitas pelaksanaan dilihat dari : manfaat
kegiatan, tingkat pengetahuan dan pemahaman serta efektivitas penyuluhan. Perubahan tingkat
pengetahuan ibu balita dilihat dari nilai pre dan pos tes, dan perubahan sikap.

HASIL DAN KETERCAPAIAN


Tahap 1 Deteksi Dini Stunting
Deteksi dini stunting ini dilakukan dengan menghitung nilai Z-Score melalui pengukuran berat
badan, tinggi badan dan tanggal lahir pada aplikasi WHO Anthro.

Gambar 1. Menghitung Z-Score dari data posyandu menggunakan aplikasi WHO Anthro di laptop.

Dari hasil pengukuran Z-Score sesuai berat badan, tinggi badan dan tanggal lahir balita didapatkan
dari 351 balita, 30 balita (8,5%) beresiko stunting. Merujuk pada SD Kepmenkes RI Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2011, Adapun indikator stunting dengan
menggunakan pengukuran antropometri dengan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
dengan kategori pendek berdasarkan ambang batas -3 SD sampai dengan < -2.
Penyuluhan dilaksanakan di Balai Desa Heuleut pada waktu yang sudah dijadwalkan.
Karakteristik balita yang terindikasi stunting dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Karateristik umur balita

1-12 bulan13-23 bulan

Gambar 2. Karateristik umur balita yang terindikasi stunting.

Tahap 2 Penyuluhan Stunting


Penyuluhan pada ibu balita dibuka oleh Ibu Kepala Desa mewakili Bapak Kepala Desa yang dapat
dilihat pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Pembukaan kegiatan penyuluhan oleh Ibu Kades, Pak Kadus 1 dan Kadus 2.

Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman ibu balita mengenai pencegahan stunting.
Penyuluhan pada ibu balita diawali dengan pengarahan untuk menjawab pertanyaan pretest yang
dapt dilihat pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Pengarahan pre-test sebelum diberikan penyuluhan.


Penyuluhan menggunakan media power point supaya ibu balita mudah memahami materi
yang diterangkan. Penyuluhan berjalan dengan lancar seperti yang terlihat pada gambar 5. Ibu
balita mendengarkan dan menunjukan minat terhadap materi yang diberikan serta mengajukan
pertanyaan pertanyaan. Penyuluh memberikan jawaban pertanyaan yang bisa dipahami ibu balita

Gambar 5. Penyuluhan stunting dan gizi seimbang yang dihadiri oleh Kader dan Ibu balita

Pada akhir acara penyuluhan, ibu balita diberi post test untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu
balita setelah dilakukan penyuluhan yang dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Pengarahan post-test


Gambar 7. Dokumentasi bersama peserta penyuluhan
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2022 di balai Desa Heuleut
Kecamatan Lewimunding Kabupaten Majalengka. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini
sebanyak 30 peserta, yang terdiri dari ibu dengan balita 0-23 bulan yang beresiko stunting.
Kemenkes RI 2018 mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan tentang stunting dan gizi kepada
masyarakat merupakan salah satu bentuk untuk mencegah stunting. Kegiatan ini dilakukan untuk
menambah pengetahuan dari masyarakat tentang stunting dan gizi sehingga terjadi penurunan
angka stunting.

Hasil

Hasil dari pre test dan post test untuk penyuluhan program pencegahan stunting pada bayi dan
balita adalah sebagai berikut :

Table 1.1 Pre Test dan Post Test Pengetahuan Tentang Pencegahan Stunting.

NO Tingkat Pre-test Post-test


Pengetahuan Jumlah Presentase Jumlah Presentase
1 Kurang 16 53,3 0 0
2 Cukup 2 6,6 12 40
3 Baik 12 40 18 60
Total 30 100 30 100

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dinyatakan bahwa hasil pre test peserta yang tingkat
pengetahuannya baik tentang program pencegahan stunting sebesar 12 orang (40%). sedangkan
berdasarkan hasil post test peserta yang tingkat pengetahuannya baik tentang program pencegahan
stunting sebesar 18 orang (60 %).

Dilihat dari hasil pre test sebagian besar ibu tidak mengetahui tentang definisi dan cara
pencegahan stunting, namun setelah dilakukannya penyuluhan hasil post seluruh orang tua sudah
mengerti tentang definisi dan pencegahan stunting. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan masyarakat karena nilai post test lebih tinggi daripada nilai pre test. Perbedaan ini
bermakna bahwa perlakuan yang berupa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan responden
tentang pengetahuan stunting.

Arsiyati 2019 (Arsyati, 2019) menyatakan bahwa ada pengaruh gambaran pengetahuan
pencegahan stunting pada ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan intervensi penyuluhan.
Wahyuni, Sahrijani dan Zentriani 2019 (Wahyuni, Sjahriani and Zetriadi, 2019) menyatakan
bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang kriteria stunting sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan.

Hasil posttest Ibu hamil meningkat yang dapat dilihat pada gambar 8, menandakan
adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil. Perlu pengetahuan ibu hamil dalam menyusun
kebutuhan untuk pemenuhan gizinya. Juga pengetahuan tentang pola makan, pola asuh untuk
mengetahui keluarannya setelah ibu hamil mengonsumsi makanan tersebut. Untuk mendapat kan
ketrampilan tersebut, maka seorang ibu hamil harus mempunyai pengetahuan tentang bahan
makanan sebagai sumber gizi makro atau mikronutrien, kejadian akibat kekurangan zat gizi
makro-mikro nutrien untuk ibu hamil. Disamping harus tahu penggolongan makanan dan
groupnya, maka ibu hamil harus mengetahui kebutuhan zat gizi ibu hamil dan menyusunnya
menjadi suatu makanan sebagai asupan sehat yang diperlukan untuk ibu dan janinnya.

Perbandingan hasil pretest dan


posttest setelah penyuluhan
20
15
10
5
0

Pretest Posttest

Gambar 8. Perbandingan nilai pre-test dan post-test

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan stunting, Ada pengaruh
pemberian penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan pada ibu balita yang anaknya beresiko
stunting di Desa heuleut Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka.

1. Penyuluhan pada ibu dengan balita usia 0-23 bulan dapat berjalan dengan baik dan sangat
antusias.
2. Adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil yang dapat dilihat dari peningkatan nilai pre
test 40 % dan post test 60 %.

Puskesmas perlu melakukan peningkatan kapasitas kader tentang upaya pencegahan stunting,
terutama meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita. Karena penanganan balita stunting
harus dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh. Pencegahan stunting tidak hanya dimulai
sejak anak dalam kandungan, tetapi juga sejak calon ibu masih remaja (Megawati et al., 2018).
Penyelesaian masalah stunting tidak hanya dengan meningkatkan perbaikan gizi, tetapi juga
mencakup dua belas indikator lain, termasuk di antaranya perbaikan sarana sanitasi, cakupan air
bersih, dan kerja sama multisektor (te Lintelo et al., 2016).

UCAPAN TERIMAKASIH

Kuliah Kerja Mahasiswa menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah
Cirebon dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Cirebon yang telah mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa 2022 serta
mendanai kegiatan KKM ini, Dosen Pembimbing Lapangan yang telah membimbing dan
mengarahkan selama kegiatan KKM berlangsung hingga selesai, Kepala Desa Heuleut beserta
jajarannya yang telah memberikan izin dan dukungan untuk kegiatan ini, Bidan Desa yang telah
hadir dan keterlibatannya dalam kegiatan ini, para kader kesehatan yang telah terlibat mulai dari
pengumpulan data sampai selesai kegiatan, serta masyarakat Desa Heuleut khususnya ibu dengan
balita atas kerja sama dan antusias yang luar biasa selama kegiatan berlangsung, tidak lupa juga

seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam kelancaran kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyati, A. M. (2019) ‘Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual Dalam Pengetahuan Pencegahan


Stunting Pada Ibu Hamil Di Desa Cibatok 2 Cibungbulang’, Promotor, 2(3), p. 182. doi:
10.32832/pro.v2i3.1935

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017. Buku Saku Desa
Dalam Penanganan Stunting. Jakarta : Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.

Megawati, M., Subianto, T., & Nurvita, N. (2018). Penjaringan dan penatalaksanaan kejadian
anemia pada remaja putri usia 12-18 tahun di MA Athoriyah Kecamatan Cikatomas
Kabupaten Tasikmalaya. Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian
Kepada Masyarakat Berbasis Riset, April, 158–162
Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting Pada Balita
Indonesia
Vol. 10, No. 1 Januari-juni. 2015. Hal. 13-15

Nursalikah, A. (2018). Fenomena Stunting Ancam Potensi Bonus Demografi Indonesia.


Retrieved from https://republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/06/p55rzy366-
fenomena-stunting ancam-potensi-bonus-demografi-indonesia

Ramdianiati, siti nur and Nastiti, D. (2019) ‘Hubungan Kearakteristik Balita, Pengetahuan Ibu Dan
Sanitasi Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Di Kecamatan Labuan Kabupaten
Pandeglang’, Kesehatan Masyarakat, 7(2), pp. 47–54.

Satriawan, E. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024 (National


Strategy for Accelerating Stunting Prevention 2018-2024). Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia,
November, 1–32. http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi
1_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf

te Lintelo, D. J. ., Munslow, T., Lakshman, R. W. ., & Pittore, K. (2016). Assessing the Policy
Impact of ‘Indicators’: A Process-Tracing Study of the Hunger And Nutrition Commitment
Index (HANCI) (Issue IDS Evidence Based Report 185).

Anda mungkin juga menyukai