Anda di halaman 1dari 12

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN

STUNTING DI WILAYAH KERJA POSYANDU ANGGREK RT 09 RW 02

DESA MENDALO INDAH


Kartika Sari

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi

Krtksr19@gmail.com

ABSTRAK
stunting adalah suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang
tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan. Untuk mencegah stunting asupan gizi
berupa asupan gizi yang baik saat hamil, konsumsi tablet penambah darah yang cukup saat hamil, pemberian ASI
kepada anak selama 6 bulan pertama, dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI yang tepat sampai anak
berusia 2 tahun. Tujuan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman serta peran serta masyarakat dalam program pencegahan dan deteksi dini stunting pada balita di wilayah
kerja posyandu anggrek. Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu wawancara bersama kepala
posyandu, sedangkan kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan metode penyuluhan. Kegiatan dilaksanakan pada
tanggal 22 September- 19 November dengan 26 orang sasaran yaitu 16 orang ibu-ibu yang memiliki balita dan 10
orang kader. Hasil kegiatan dilihat berdasarkan hasil pre test dan post test dari 16 responden dapat dinyatakan bahwa
hasil pre test tentang tingkat pengetahuan responden mengenai propram pencegahan stunting sebesar 5 responden
(45%) mengerti tentang program pencegahan stunting sedangkan berdasarkan hasil post test terdapat 14 responden
(87%) yang mengerti tentang program pencegahan stunting.

Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Stunting, Balita

ABSTRACT
Stunting is an irreversible growth disorder that is mostly influenced by inadequate nutritional intake and repeated
infections during the first 1000 days of life. To prevent stunting, nutritional intake in the form of good nutritional
intake during pregnancy, consumption of adequate blood-boosting tablets during pregnancy, breastfeeding for
children for the first 6 months, and continued with appropriate complementary foods until the child is 2 years old.
The purpose of this community service activity is to increase knowledge and understanding as well as community
participation in the stunting prevention and early detection program in toddlers in the Orchid Posyandu working
area. The method used in data collection is an interview with the head of the posyandu, while the activities are
carried out using the extension method. The activity was carried out on September 22-19 November with 26 targets,
namely 16 mothers with toddlers and 10 cadres. The results of the activity seen based on the results of the pre-test
and post-test of 16 respondents it can be stated that the results of the pre-test regarding the level of knowledge of the
respondents regarding the stunting prevention program were 5 respondents (45%) understood about the stunting
prevention program while based on the post-test results there were 14 respondents (87%) ) who understand the
stunting prevention program.
Keywords: Community Empowerment, Stunting, Toddlers
PENDAHULUAN
Di indonesia stunting masih menjadi masalah kesehatan yang memiliki prevalensi tinggi.
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) dalam Global Nutrition Targets 2025,
stunting adalah suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi oleh
asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan.
Untuk mencegah stunting asupan gizi berupa asupan gizi yang baik saat hamil, konsumsi tablet
penambah darah yang cukup saat hamil, pemberian ASI kepada anak selama 6 bulan pertama,
dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI yang tepat sampai anak berusia 2 tahun.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah kemampuan tenaga
kesehatan dalam mendeteksi kondisi stunting sejak dini, kebersihan air dan lingkungan, pola
pengasuhan anak, tempat persalinan dan genetik. Stunting merupakan masalah keehatan yang
dialami bayi atau balita dalam masa pertumbuhan.
Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling berhubungan.
Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrien selama seribu hari pertama
kehidupan. Pengetahuan ibu mengenai gizi dan kesehatan reproduksi sejak periode kehamilan
juga sangat menentukan kecukupan asupan gizi dan perencanaan kehamilan selanjutnya.
Pernikahan pada usia dini juga dapat berpengaruh pada masalah stunting, pencegahan
stunting difokuskan pada pekerjaan atau pelayanan dan sosialisasi hingga tingkat desa. Kader
posyandu akan diberi pengetahuan soal pencegahan stunting. Kader posyandu terkadang kurang
waspada karena hanya memperhatikan berat badan bayi sebagai parameter stunting. Padahal
stunting ditetapkan berdasarkan perbandingan tinggi atau panjangnya badan bayi dengan kriteria
tertentu. Apabila saat melihat balita itu gemuk,mereka tidak mengukur tinggi badannya secara
kasat mata sehingga yang terlihat stuntingnya tidak ada, namun sebenarnya jika diukur tinggi
badannya secara teliti stunting itu ada. Penanganan stunting juga akan diatasi melalui peran
puskesmas maupun puskesdes sebagai fasilitas medis terdekat dengan masyarakat. Petugas
medis serta fasilitas kesehatan di puskesmas serta puskesdes akan ditingkatkan agar menangani
kasus stunting dan kasus lainnya. Identifikasi stunting bisa dilakukan dari tingkat desa atau
dusun. Para kader posyandu mendapat tugas membuat laporan bulanan soal indikasi stunting di
daerah masing-masing.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2018(Kemenkes, 2018) balita yang
mengalami gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 adalah 30,8%., sementara berdasarkan
hasil RISKESDAS 2018 prevalensi stunting di provinsi Jambi adalah 30%. Disaat angka stunting
mencapai angka 30%-39% . Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang berat
Posyandu anggrek merupakan Salah satu posyandu gabungan dari beberapa posyandu
yang sepi pengunjung, posyandu ini terletak didepan kantor desa mendalo indah. Kegiatan
posyandu dilaksanakan sealama 2 kali dalam sebulan dengan sarana dan kader kesehatan yang
memadai. Kegiatan posyandu berupa posyandu balita, posyandu ibu hamil, dan juga posyandu
lansia. Posyandu anggrek sudah memiliki SK kepengurusan. Saat ini posyandu dipimpin oleh
bidan fira suryana. Saat ini posyandu sedang fokus masalah kesehatan stunting.
Dari hasil wawancara dengan kepala posyandu Anggrek Desa Mendalo Indah RT 19
diketahui belum banyak balita yang terpapar stunting. Namun beberapa dari ibu-ibu yang
memiliki balita diwilayah kerja posyandu anggrek beranggapan bahwa anak atau balita lebih
pendek dari usianya disebabkan oleh faktor genetik sehingga tidak memerlukan penanganan
lebih lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kepada para
ibu serta kader posyandu terkait pencegahan stunting, serta para ibu menerapkan makanan gizi
seimbang yang telah diberikan oleh narasumber sehingga dapat membantu pencegahan stunting
terhadap tumbuh kembang anak.

LANDASAN TEORI
Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan keberdayaan suatu komunitas
untuk mampu berbuat pemberdayaan masyarakat yang memiliki potensi yang dapat
dikembangkan menjadi lebih baik. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,
dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Dimana dalam proses pemberdayaan
masyarakat memberikan informasi baik individu maupun kelompok.
Menurut Cook (1994) pembangunan masyarakat merupakan konsep yang berkaitan
dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat menuju kearah yang lebih baik.
Menurut Sulistiyani (2007) Pemberdayaan sebagai rangkaian tindakan yang dilakukan
secara kronologis sistematis yang mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang
kurag atau belum berdaya menuju berdaya, memperoleh daya atau pemberian daya. Pada
hakekatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat dengan harus mengantarkan pada proses kemandirian.
Dalam pemberdayaan masyarakat ada beberapa strategi yang digunakan untuk dapat
mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat yang telah ditentukan. Adapun strategi yang
digunakan sebagai berikut: 1)Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi.
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Dalam artian titik tolaknya disini yaitu pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. 2) Memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki masyarakat (empowering). Upaya dalam pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan
taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi
seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar Pemberdayaan bukan hanya
meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan
nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Dan hal yang paling terpenting dalam
pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. 3)Memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan
pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah. 4) Perlindungan struktual sosial masyarakat dalam sistem sosial termasuk sistem
ekonomi dan politik.
Stunting adalah suatu keadaan dimana anak bayi atau balita mengalami masalah kurang
gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat dialami sejak janin
masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting pada anak-anak
dimulai sejak seribu hari pertama kehidupan.
Menurut WHO, stunting adalah suatu kondisi gangguan pertumbuhan yang terjadi pada
anak akibat asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tida
adekuat.
Menurut Aridiyah dan kawan-kawan (2015) Faktor yang berhubungan dengan status
gizi kronis pada balita tidak sama antara wilayah perkotaan dan pedesaan,
sehingga penganggulangannya perlu dilakukan penyesuaian, Faktor utama yang menyebabkan
stunting yaitu:
a. Asupan makanan
Menurut Suhardjo (2003) Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan
hidupnya. Makanan merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan atau aktivitas
manusia. Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari
makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh. Namun
kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi
khususnya energi.
b. Penyakit Infeksi
Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan pun memicu gangguan saluran
pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh
menghadapi infeksi (Schmidt dan Charles, 2014). Maka, pertumbuhan sel otak yang seharusnya
sangat pesat dalam dua tahun pertama seorang anak menjadi terhambat.
c. Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis
penyakit antara lain diare, kecacingan, dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita
infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat.
d. Status Pendidikan Keluarga
Menurut Hidayat (2009) Tingkat pendidikan keluarga yang rendah akan sulit untuk
menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini
pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi serta pentingnya pelayanan kesehatan lain yang
menunjang pertumbuhan pada anak, sehingga berpeluang terhadap terjadinya stunting. Makin
tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak
memanfaatkan pelayanan yang ada.
Status gizi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh keseimbangan antara asupan zat
gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi tubuh yang berhubungan dengan penyakit kronis
yang menyebabkan kesehatan atau kekurangan gizi. Berdasarkan Supariasa, dkk (2012) penilaian
status gizi dibagi menjadi dua yaitu, penilaian secara langsung dan penilaian tidak langsung.
Penilaian langsung status gizi dapat dibagi menjadi empat penilaian: antropometri, tes
laboratorium, tes biokimia, dan tes biofisik. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang
berbeda dari ukuran dan komposisi tubuh pada usia dan tingkat gizi yang berbeda. Berbagai jenis
pengukuran tubuh meliputi berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
brakialis, dan ketebalan lemak subkutan. Tinggi badan merupakan parameter antropometrik
pertumbuhan linier dan merupakan parameter penting dari kondisi masa lalu dan sekarang
ketika usia tidak diketahui secara pasti. Sedangkan Berdasarkan Supariasa, dkk (2012) Penilaian
status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu survey lokasi makanan, statistik
vital, dan faktor ekologi.
Stunting dapat memberikan dampak buruk pada anak-anak karena gangguan gizi yang
terjadi pada masa kehamilan dan masa pertumbuhan anak-anak. Adapun gangguan yang dapat
terjadi sebagai berikut:
a. Program metabolik glikosa, lemk, hormon, reseptor dan gen.
b. Pertumbuhan dan massa otot, serta komposisi tubuh.
c. Perkembangan otak.
Selain itu stunting juga akan menimbulkan dampak panjang pada anak-anak seperti
terganggunya tumbuh kembang anak-anak baik secara fisik, mental dan intelektual yang dapat
beresiko menimbulkan penyakit baru.
Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dalam
hal ini yang dapat menjadi kelompok sasaran yaitu iu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan
anak usia dibawah dua tahun (BADUTA).

METODE PELAKSANAAN
Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada tanggal 19 September 2021 mengantar surat izin
ke kantor kepala desa, kemudian setelah mendapat izin kegiatan dilanjutkan pada tanggal 21
September 2021 yaitu melakukan wawancara kepada kepala posyandu. Metode pelaksanaan
yang digunakan yaitu metode penyuluhan mengunakan media poster dengan melibatkan ibu-ibu
pengunjung serta kader posyandu yang hadir. kegiatan ini diawali dengan pengukuran berat
badan bayi, pengukuran tinggi badan bayi, serta pengukuran lingkar kepala bayi. kemudian
kegiatan ini juga mengunakan metode pre test dan post test tentang pengetahuan ibu terkait
stutning.

METODE PENDEKATAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu penelitian kualitatif karena
peneliti merasa bahwa masalah yang aan diteliti lebih tepat menggunaka metode pendekatan
kualitatif. Menurut Cresswell “metode penellitian kualitatif adalah pendekatan yang dapat
digunakan untuk memahami masalah gejala sentral. Dimana gejala sentral dapat dilakukan
melalui proses wawancara dan hasilnya berupa kata atau teks kemudian informasi yang
didapatkan dari hasil wawancara dikumpulkan dan dianalisis. Selanjutnya hasil akhir dari
penelitian ini dalam bentuk laporan tertulis. Pada kegiatan ini peneliti terlebih dahulu melakukan
pendekatan kepada kepala posyandu untuk menganalisis masalah yang terjadi diposyandu.
Selanjutnya kegiatan ini juga fokus kepada ibu dan kader posyandu.

PROSEDUR KEGIATAN
1. Kegiatan dilaksanakkan dengan diawali meminta izin kepada kepala posyandu.
2. Kemudian setelah mendapat izin kegiatan dilanjutkan dengan melakukan wawancara
kepada kepala posyandu.
3. Sebelum dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu penyuluhan dengan
mengunakan media poster dilakukan terlebih dahulu penimbangan berat badan bayi,
pengukuran tinggi badan bayi, serta pengukuran lingkar kepala bayi.
4. Pembukaan dilakukan oleh Kartika sari yaitu perkenalan serta pembukaan secara resmi
5. Kemudian menyebarkan pre test dan dilakukan penyuluhan oleh Kartika sari dan Erma
yunita.
6. Setelah penyampaian materi dilanjutkan dengan penyebaran post test.
7. Keberlanjutan program dilakukan setiap pelaksanaan posyandu.

HASIL KEGIATAN
Hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di posyandu anggrek RT 09
RW 02 dapat dilihat terjadinya peningkatan pengetahuan ibu terkait masalah stuting.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pre test peserta yang mengetahui tentang program
pencegahan stunting sebesar 5 orang, sedangkan berdasarkan hasil post test peserta yang
mengetahui tentang program pencegahan stunting sebesar 14 orang. Dilihat dari hasil pre test
sebagian besar orang tua tidak mengetahui ketika diberi pertanyaan tentang definisi dan cara
pencegahan stunting.
Kemudian data yang didapat dari post test hampir seluruh orang tua sudah mengerti dan
memberikan pertanyaan tentang definisi dan pencegahan stunting sehingga dapat disimpulkan
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat karena nilai post test lebih tinggi daripada
nilai pre test. Kemudian setelah dilakukan penyuluhan ibu-ibu juga antusias dalam bertanya
terkait pencegahan stunting.
Gambar 1. Pengukuran lingkar kepala

Tabel 1. Hasil pre test dan post test


Pre test Post test

Mengerti 5 (31,2%) Mengerti 14 (87,5%)

Kurang mengerti 11 (68,7%) Kurang mengerti 2 (12,5%)

Secara lebih rinci materi yang disampaikan adalah maksud dari stunting, dampak kurang
gizi pada awal kehidupan terhadap kualitas sumber daya manusia, dampak terjadinya stunting,
faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting, penyebab stunting di indonesia, langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencegah stunting Program perbaikan gizi pada bayi dan balita
mendapat perhatian penting dari pemerintah melalui kebijakan gerakan nasional 1000 hari
pertama kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan kepala desa memberikan bantuan kepada
pegunjung posyandu berupa susu SGM serta makanan tambahan bagi bayi dan balita, Kemudian
pada hari akhir kegiatan pengabdian masyarakat pada tanggal 10 November 2021
dilaksanakannya senam bersama.

Gambar 2. kegiatan pelaksanaan posyandu bersama kader puskesmas

Adapun hambatan Pelaksanaan Kegiatan Ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan:

a. Izin dari kepala desa yang sulit didapatkan karena masih dalam pandemi.

b. Jumlah kunjungan posyandu yang sepi.

c. Pengunjung yang takut pandemi sehingga cepat pulang.

d. Jarak posyandu yang jauh dari lingkungan masyarakat.


Gambar 3. Media poster

KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa
dengan dilasanakannya kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan
serta kesadaran masyarakat terkait stunting sehingga ibu-ibu mengetahui perannya dalam
membantu pencegahan stunting. Sete(1,2,11–20,3–10)lah dilakukannya penyuluhan hasil post
test hampir seluruh orang tua sudah mengerti dan memberikan pertanyaan tentang definisi dan
pencegahan stunting sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
masyarakat. Dengan dilakukanya kegiatan ini membantu kader posyandu dalam pendampingan
dan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak dilingkungan posyandu.
Saran yang dapat diberikan dari hasil pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini
yaitu kader posyandu dapat melanjutkan pencegahan stunting diwilayah posyandu ataupun
kembali melanjutkan penyuluhan pintu ke pintu seperti diawal pandemi serta meningkatkan
fasilitas yang ada di posyandu contohnya tikar untuk ibu-ibu pengunjung. Kemudian posyandu
juga dapat menjalankan kegiatan posyandu sesuai dengan pedoman pengelolaan posyandu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayani I. Penyuluhan MP-Asi Menggunakan Media Lembar Balik Terhadap
Pengetahuan Ibu Balita Stunting Usia 6-18 Bulan di Kecamatan Moyudan, Sleman. J
Skripsi Politek Kesehat Kementrian Kesehat Yogyakarta [Internet]. 2019;6(6):9–33.
Available from: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf

2. Maria H, Sihotang I, Rahma N. FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN KUNJUNGAN


BAYI DI POSYANDU PUSKESMAS LANGSAT PEKANBARU TAHUN 2016.
2017;2(June):168–77.

3. Munawaroh H, Syakur M, Fitriana N, Muntaqo R. Pemberdayaan Masyarakat Dalam


Rangka Pencegahan Stunting Sejak Dini di Kecamatan Pagedongan Kabupaten
Banjarnegara. Dimas J Pemikir Agama untuk Pemberdaya. 2020;20(2):231.

4. eko setiawan, Rizanda machmud masrul. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. J Kesehat Andalas. 2018;7(2):275–
84.

5. Saadah N. Modul Deteksi Dini Pencegahan dan Penanganan Stunting. Dr. Budi Yulianto
MK, editor. Scopindo Media Pustaka; 2020. 28 p.

6. Fauzi M, Wahyudin, Aliyah. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Balita
dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas X Kabupaten Indramayu. Pros
Semin Nas Kesehat [Internet]. 2020;9–15. Available from: http://ejurnal.stikesrespati-
tsm.ac.id/index.php/semnas/article/view/257

7. Jalpi A, Rizal A, Fahrurazi. Pemberdayaan Kader Posyandu Terhadap Kejadian Stunting


Di Wilayah Kerja Kelurahan Sungai Miai Kota Banjarmasin. J Pengabdi Al - Ikhlas.
2020;6(2):205–19.

8. Astuti S. Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat Di Kecamatan


Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya. 2018;7(3):185–8.

9. Arsyati AM. Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual Dalam Pengetahuan Pencegahan


Stunting Pada Ibu Hamil Di Desa Cibatok 2 Cibungbulang. Promotor. 2019;2(3):182.

10. Hamzah SR, B H. Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Edukasi pada Masyarakat di
Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow. JPKMI (Jurnal Pengabdi Kpd Masy
Indones. 2020;1(4):229–35.

11. Rosmiati, Muhdar, Tulak GT, Saputri E, Susanti RW. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Tentang Stunting. J Endur Kaji Ilm Probl Kesehat. 2020;1(12):50–69.

12. Haryani SAAPSK. Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan. J Pengabdi Kesehat.


2021;4(1):30.
13. Helmyati S, Atmaka DR, Wisnusanti SU, Wigati M. Stunting Permasalahan dan
Penanganannya [Internet]. sita, editor. Gadjah Mada University Press; 2019. 158 hlm.
Available from: https://books.google.co.id/books?id=PK3qDwAAQBAJ

14. Simbolon D. Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi Spesifik Pada Ibu Menyusui
Anak... Media Sahabat Cendekia. MEDIA SAHABAT CENDEKIA; 2019. 36 p.

15. Sulaiman ES. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan: Teori dan Implementasi.
Vol. 65, American Psychologist. 2021. 646–659 p.

16. Astuti FP, Purwaningsih H. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Stunting dan
Gizi Balita di Desa Rogomulyo Kecamatan Kaliwungu. Indones J Community Empower.
2017;1161:19–24.

17. Wardana AK, Astuti IW. Penyuluhan pencegahan stunting pada anak (stunting prevention
expansion in children). J Berdaya Mandiri [Internet]. 2019;1(2):170–6. Available from:
https://journal.upy.ac.id/index.php/lppm/article/view/642

18. Handini S, Sukesi, Astuti HK. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya
Pengembanagan UMKM Wilayah Pesisir [Internet]. Scopindo Media Pustaka; 2019. 31 p.
Available from:
https://books.google.co.id/books?id=S_7EDwAAQBAJ&lpg=PA31&dq=arikunto
mengukur tingkat pengetahuan&hl=ms&pg=PA31#v=onepage&q=arikunto mengukur
tingkat pengetahuan&f=false

19. Laili U, Andriani RAD. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan Stunting. J


Pengabdi Masy IPTEKS. 2019;5(1):8.

20. Permatasari TAE, Chadirin Y, Yuliani TS, ... Pemberdayaan Kader Posyandu Dalam
Fortikasi Pangan Organik Berbasis Pangan Lokal Sebagai Upaya Pencegahan Stunting
Pada …. J Pengabdi … [Internet]. 2021;1–10. Available from:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JPMT/article/view/9804

Anda mungkin juga menyukai