Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

E-ISSN: XXXX-XXXX

Artikel by LPPM UMC


Sosialisasi Pentingnya Pemberian MP-ASI Untuk Mencegah
Stunting pada Baduta di Desa Margamukti
Endang Permatasari1, Nur Khoiriyah2, Rizaluddin Akbar3
1,2
Program Studi Gizi, Universitas Muhammdiyah Cirebon, Cirebon, Indonesia
3
Program Studi Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Cirebon, Cirebon, Indonesia
*Corresponding author: endangpermatasari0@gmail.com

Abstrak
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK). Kekurangan gizi ini dapat terjadi karena faktor langsung yaitu disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dan karena faktor infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung yang dapat menyebabkan
terjadinya stunting adalah tingkat pengetahuan ibu baduta tentang gizi, pola asus dan pola pemberian makan
kepada baduta. Kasus stunting di Desa Margamukti tercatat sebanyak 41 anak yang mengalami stunting
berdasarkan data UPTD Puskesmas Talaga pada Tahun 2021. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
menganggulangi dan mencegah terjaidnya stunting adalah memlaui peningkatan pengetahuan ibu pengasuh
baduta terkait bagaimana pola pemebrian makan yang sesuai dengan kondisi baduta. Kegiatan sosialisasi ini
melibatkan peserta sebanyak 26 orang ibu pengasuh baduta di Desa Margamukti. Materi sosialisasi membahas
tentang ASI Ekslusif, stunting, dan MP-ASI. Pelaksanan kegiatan sosialisasi ini diikuti dengan sangat antusias,
terbukti dengan banyaknya peserta dan aktif selama diskusi dan peserta dapat menjawab pertanyaan dari
pemateri ketika ditanyakan kembali apa isi materi yang telah disampaikan. Hasil dari kegiatan sosialisasi ini
bahwa semua peserta memliki pengetahuan yang meningkat setelah mengikuti sosialisasi ini.
Kata Kunci: MP-ASI, stunting, baduta

Abstract
Stunting is a condition of failure to thrive in children under five due to chronic malnutrition, especially in the
First 1000 Days of Life (HPK). This nutritional deficiency can occur due to direct factors, namely caused by
lack of nutritional intake and due to infection factors. Meanwhile, the indirect factors that can cause stunting
are the level of knowledge of the mother under two on nutrition, the pattern of breastfeeding and the pattern of
feeding the child under two. Stunting cases in Margamukti Village were recorded as 41 children who
experienced stunting based on data from the UPTD Talaga Health Center in 2021. One of the efforts made to
tackle and prevent stunting was through increasing the knowledge of mothers caring for children under two on
how to provide appropriate feeding patterns to children's conditions. This socialization activity involved 26
participants in the caretaker of baduta in Margamukti Village. The socialization materials discussed exclusive
breastfeeding, stunting, and complementary feeding. The implementation of this socialization activity was
followed with great enthusiasm, as evidenced by the large number of participants and active during the
discussion and participants were able to answer questions from the presenters when asked again what was the
content of the material that had been delivered. The result of this socialization activity is that all participants
have increased knowledge after participating in this socialization
Keywords: complementary foods, stunting, baby under two years

1. PENDAHULUAN
Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada balita merupakan kondisi balita
memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur akibat
dari kekurangan gizi kronis (Rahayu et al., 2018). Stunting dapat mengakibatkan
History:
Received :
Revised :
Accepted :
Published :

1
gangguan dalam perkembangan otak serta dapat meningkatkan gangguan dalam
perkembangan otak serta dapat meningkatkan risiko mengalami penyakit degeneratif
saat dewasa (Tanoto Foundation, 2021). Bahaya stunting telah menjadi fokus utama
bermasalah gizi nasional di Indonesia.
Mengacu pada faktor penyebab masalah gizi di Indonesia yaitu penyebab
langsung masalah gizi dalam hal ini khususnya stunting adalah rendahnya asupan gizi dan
kesehatan (Bappenas, 2019). Asupan sendiri sangat ditentukan oleh pola pemberian
makan kepada bayi, meskipun bahan makanan tersedia dalam jumlah yang cukup,
namun pola pemberian makan yang salah dapat menyebabkan kurangnya asupan zat
gizi yang diterima oleh balita. Faktor lain yang juga menjadi penyebab langsung
masalah gizi stunting yaitu penyakit infeksi (Trihono et al., 2015). Sedangkan
penyebab tidak langsung yang mempengaruhi stunting adalah keadaan ketahanan
pangan keluarga, pola asuh (termasuk pemberian makanan pendamping ASI), pola makan
keluarga, kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan (WHO, 2013)
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lebih dari separuh
kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi. World Health Organization (WHO)
Child Growth Standart, stunting didasarkan pada indeks Panjang badan dibanding umur
(PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2
SD. Stunting masih merupakan satu masalah gizi di Indonesia yang belum terselesaikan.
Stunting akan menyebabkan dampak jangka panjang yaitu terganggunya perkembangan fisik,
mental, intelektual, serta kognitif. Menurut WHO tahun 2016, prevalensi balita stunting di
dunia sebesar 22,9% dan keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh
penyebab kematian balita di seluruh dunia. Hampir setengah tingkat kematian pada anak-
anak di bawah lima tahun di Asia dan Afrika disebabkan oleh kekurangan gizi. Ini
menyebabkan kematian tiga juta anak per tahun
Berdasarkan data Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Dinas
Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2017, dari jumlah balita yang ditimbang
sebanyak 92.568 orang yang mengalami gizi sangat pendek sebanyak 238 anak
(0,25%), gizi pendek sebanyak 2.066 anak (2,23%), normal sebanyak 89.075 anak
(96,23%) dan yang tinggi sebanyak 1198 anak (1,29%). Adapun puskesmas di
Kabupaten Majalengka pada tahun 2017 dengan jumlah balita stunting dengan kategori
sangat pendek ketiga di UPTD Puskesmas Talaga yaitu sebanyak 62 anak (1,85%) dari
jumlah anak yang ditimbang sebanyak 3.343 anak, adapun yang mengalami gizi
pendek sebanyak 153 anak (4,58%), normal sebanyak 3.041 anak (90,97%) dan yang
tinggi sebanyak 87 anak (2,6%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2018).
Berdasarkan data UPTD Puskesmas Talaga tahun 2018, diketahui jumlah balita
yang ditimbang sebanyak 3.343 anak dan yang mengalami gizi sangat pendek
sebanyak 40 anak (1,06%), gizi pendek sebanyak 153 anak (4,04%), normal sebanyak
3.063 anak (80,88%) dan tinggi sebanyak 87 anak (UPTD Puskesmas Talaga, 2018).
Hal ini menunjukkan bahwa kejadian stunting di UPTD Puskesmas Talaga tahun 2017-
2018 mengalami sedikit penurunan yaitu dari 1,85% tahun 2017 menjadi 1,06% tahun
2018 atau penurunan sebesar 0,79%.
Pada tahun 2020 tercatat 41 anak yang mengalami stunting di Desa
Margamukti. Lalu pada 2022 di Desa Margamukti Kecamatan Talaga telah dilakukan
posyandu serta dibantu oleh mahasiswa KKM Kolaboratif nasional Universitas
Muhammadiyah Cirebon X STF Muhammadiyah Cirebon dan selama 4 hari dari jumlah
anak yang ditimbang 398 anak, Adapun yang mengalami stunting sebanyak 16 anak di
Desa Margamukti. Faktor penyebab kasus stunting di Desa Margamukti antara lain pola
asuh orang tua yang disebabkan kurangnya pengetahuan mereka, faktor sosial ekonomi yang

2
Penulis Pertama et al.,

merupakandampak dari putusnya pendidikan. Padahal penndidikan yang memadai bagi


wanita akan menuntun mereka untuk mempunyai suami dengan tingkat pendidikan
minimal sama, hal ini penting bagi status sosial dan ekonomi keluarga (Siswati,
2018). Selain itu banyaknya jumlah pernikahan dini di Desa Margamukti juga
menjadi salah satu penyebab kurangnya asupan gizi terutama pada ibu hamil dan balita
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu
yang baik untuk dikonsumsi. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seseorang ibu
akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota
keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada
keluarga (Andarwati, 2007) dalam (Windyaswari, 2011).
Berdasarkan uraian diatas dapat teridentifikasi bahwa salah satu faktor penyebab
terjadinya stunting adalah karena rendahnya pengetahuan ibu (pengasuh) tentang gizi
termasuk pola pemberian MP-ASI pada baduta dan masih terbatasnya sosialisasi
mengenai gizi seimbang pada MP-ASI. Adapun tujuan dari pengabdian kepada
masyarakat ini adalah untuk menurunkan angka kejadian stunting khususnya di Desa
Margamukti pada umumnya. Dengan demikian sosialisasi/penyuluhan tentang pola
pemberian MP-ASI pada baduta sangat layak dan penting untuk dilakukan agar dapat
menurunkan angka kejadian stunting

2. METODE
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal 26
Agustus 2022 di aula Kantor Desa Margamukti Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka.
Sasaran dalam kegiatan sosialisasi ini berjumlah 26 orang ibu baduta yang didampingi oleh
dari beberapa unsur perwakilan masyarakat yaitu kader posyandu, perwakilan ibu baduta
dari setiap dusun, aparat desa. Metode pelaksanaan menggunakan metode sosialisasi
langsung atau ceramah dialog dengan tambahan media leafleat MP-ASI sebagai referensi
panduan pemebrian MP-ASI. Tahapan pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini terdiri dari 4 tahap
yaitu tahap pertama ialah persiapan (pengajuan, pengurusan izin dan persiapan pengabdian),
tahap kedua sosialisasi (pelaksanaan kegiatan), tahap ketiga penyusunan laporan, data
keempat luaran (publikasi artikel).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Semua peserta mengikuti kegiatan ini dengan antusias, hal ini terbukti dengan
banyaknya peserta yang bertanya saat diskusi dan peserta dapat menjawab pertanyaan dari
pemateri ketika ditanya kembali apa isi materi yang telah dipaparkan. Peserta yang
berhasil menjawab pertanyaan akan diberikan reward sebagai penghargaan. Dapat
disimpulkan bahwa semua peserta memiliki pengetahuan setelah mengikuti kegiatan
sosialisasi pentingnya pemberian MP-ASI untuk mencegah stunting.
Kegiatan sosialisasi ini terbukti menambah pengetahuan bagi ibu baduta yang
awalnya kurang memperhatikan gizi untuk anaknya menjadi memahami betapa pentingnya
pemberian MP-ASI untuk pemenuhan gizi anak serta dapat merubah pola pemberian
MP-ASI yang baik dan benar guna mencegah terjadinya stunting pada anak baduta.
Selian menambah pengetahuan ibu baduta yang hadir juga diberikan contoh MP-ASI yang
bisa diberikan kepada anak mereka berupa Menu MP-ASI Bubur Tumis Jamur Tiram. Dan
ternyata setelah diberikan, bubur tumis jamur tersebut dapat diterima dan dilahap dengan
sangat baik oleh para baduuta yang hadir pada saat itu
3
Gambar 1. Sambutan pembukaan oleh Kepala Desa Margamukti

Gambar 2. Pemberian Materi oleh Mahasiswwa Gizi

Gambar. 3 Peserta Sosialisasi MPASI

Gambar. 4 Stand MP-ASI Bubur Tumis Jamur

4
Penulis Pertama et al.,

Gambar 5. Pemberian Produk MP-ASI Bubur Tumis Jamur

Gambar 6. Aksi Cegah Stunting bersama Masyarakat Margamukti

Pembahasan
Program kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Kelompok 2
KKM Kolaboratif Nasional UMC 2022 bertujuan untuk menurunkan angka kejadian
stunting khususnya di Desa Margamukti dan di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka
pada umumnya. Acara dimulai pukul 08.00 WIB sampai selesai. Kegiatan sosialisasi
diawali dengan sambutan pembukaan dari Bapak D.Kamaluddin S.E. selaku Kepala Desa
Margamukti.
Peserta mendapatkan informasi dan pengetahuan yang berguna dari mahasiswa
program pendidikan gizi semester 6 yang membahas tentang pentingnya pemberian MP-
ASI untuk mencegah stunting pada baduta. Semua peserta mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir dengan antusias, dibuktikan dengan banyaknya peserta yang mengajukan
pertanyaan kepada pemateri. Agar pemberian MP-ASI terlaksana dengan baik, diperlukan
pengetahuan yang baik pula mengenai MP-ASI. Pengetahuan ibu yang baik mengenai
pemberian MP-ASI yang tepat terbukti meningkatkan status gizi dan kesehatan anak(Mulyani
et al, 2017)
Kegiatan sosialisasi pentingnya pemberian MP-ASI pada ibu baduta dapat
meningkatkan perilaku ibu tentang praktik pemberian makanan pendamping yang baikdan
memenuhi persyaratan tepat waktu, bergizi lengkap, cukup dan seimbang, aman, dan
diberikan dengan cara yang benar.
Pemberian contoh makanan MP-ASI yang diberikan oleh Kelompok 2 KKM
Kolaboratif Nasional UMC yang langsung diberikan kepada baduta yang hadir mnedapatkan
respon yang snagat baik dari ibu abduta dan badutanya langsung. Ketika diberikan Bubur
tumis jamur tiram baduta dapat menerima dan mengkonsumsi dengan baik bubur itu tidak
dikeluarkan kembali atau tidak menolak terbukti dengan pada saat pemberiannya para baduta
memberikan senyuman dan kesan meraskan bahwa bubur jamur itu enak dan bisa mereka
terima.
5
4. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan pada kegiatan sosialisasi pentingnya MP-ASI untuk mencegah stunting
pada baduta berjalan dengan lancer, peserta memliki antusias yang tinggi selama kegiatan
berlangsung, peserta juga merasa senang karena mnedapatkan penegtahuan tentang MP-ASI
serta mendapatkan reward karena sudah menjawab pertanyaan dengan benar. Kegiatan ini
juga melibatkan beberapa unsur perwakilan masyarakat yaitu kader posyandu, ibu baduta, di
Desa Margamukti, dan aparat desa setempat serta memberikan peningkatan pengetahuan
menegnai MP-ASI untuk mencegah stunting. Saran untuk kegiatan pengabdian selanjutnya
yaitu pendampingan berkelanjutan untuk sasaran peserta lain seperti remaja yang belum
menikah ataupun untuk ibu menyusui.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Rizaluddin Akbar, M. Kep., Ners.
selaku dosen pembimbing yang telah membantu sehingga artikel ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami juga berterima kasih kepada pihak kader-kader
desa dan bidan Desa Margamukti yang telah memberikan kesempatan dan merealisasikan
kegiatan ini.
6. DAFTAR RUJUKAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI. Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018
Ekayanthi, N. W. D., & Suryani, P. (2019). Edukasi Gizi pada Ibu Hamil Mencegah Stunting
pada Kelas Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan, 10(3), 312.
https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1389
Millennium Challenge Account – Indonesia (MCAI). (2016). Stunting dan Masa Depan
Indonesia.http://www.mcaindonesia.go.id.
Mulyani, E Yudhyus Jus’at & Dudung Angkasa. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Tentang
Sosialisasi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Ibu Balita Di Wilayah
Kedaung Barat. Jurnal Abdimas
Nihayan, Farda Naja, et al. (2022). Penanggulangan Stunting Melalui Peningkatan
Partisipasi Masyarakat Dengan Sosialisasi dan Edukasi Stunting di Desa
Margamukti. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2)
Rahayu, A. et al. (2018) Stunting dan Upaya Pencegahannya, Stunting dan upaya
pencegahannya bagi mahasiswa kesehatan masyarakat. Bantul: CV Mine.
Rahmawati, R., Bagata, D. T. R., Raodah, R., Almah, U., Azis, M. I., Zadi, B. S.,
Noormansyah, D. A., Khodijah, S., Al Jauhariy, M. R., Risyki, M. F., & Putri, M. S.
K. (2020). Sosialisasi Pencegahan Stunting Untuk Meningkatkan Sumber Daya
Manusia Unggul. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M), 1(2), 79.
https://doi.org/10.33474/jp2m.v1i2.6512
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).(2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Sofiana L, Nurul Karina Sabrina, et al. (2020). Edukasi ASI dan MPASI pada ibu
balita di Pedukuhan Dayakan, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai