Anda di halaman 1dari 7

Sosialisasi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Abon Belut sebagai

Upaya Pencegahan Stunting dan UMKM Desa

Gita Arisara, S.KM., M.KM (1) Tias Tifani2, Muhammad Hernandi3


1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sebelas April
2)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sebelas April
3)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sebelas April

Article Info ABSTRAK


Stunting is when a child fails to reach a height suitable for his age.
Keywords:
The main cause is poor nutrition in pregnant mothers, babies, and
Knowledge, Attitude, Stunting, infants. Stunting is one form of malnutrition, but it's more accurately
Milk Supplements, Belut described as malnourishment. The use of caterpillars in the
Subscriber processing of MPASI and Supplements is one of the stunting
prevention strategies. The purpose of this activity is to provide
education about the fall of stunting. The method of implementation of
this community service activity is through sliding. The samples used
in this survey of stunting mothers and nutrition mothers were less
than 25 people with children aged 6-60 months. The results of this
examination showed that there was an increase in knowledge,
attitude about stunting prevention with an abon belut with an
average pre-test knowledge score of 76% and post-test 96%. This
showed an improvement in knowledge and attitude of the young
mother to be about 20%.

Coresponding Author:
Gita Arisara
KKN TEMATIK 2024
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
Jln.Angkrek Situ No.19 Kel.Situ, Kec Sumedang Utara Sumedang.
Email : gitaarisa@unsap.ac.id

ABSTRAK:
Stunting adalah ketika seorang anak gagal mencapai tinggi badan yang sesuai dengan usianya.
Penyebab utamanya adalah gizi buruk pada ibu hamil, bayi, dan balita. Stunting merupakan salah
satu bentuk malnutrisi, namun lebih tepat digambarkan sebagai kekurangan gizi. Pemanfaatan
abon belut dalam pengolahan MPASI dan Makanan Tambahan merupakan salah satu strategi
pencegahan stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi tentang
penurunan stunting. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini melalui penyuluhan
secara luring. Sampel yang digunakan dalam penyuluhan ini ibu balita stunting dan balita gizi
kurang berjumlah 25 orang dengan anak usia 6-60 bulan. Hasil dari penyuluhan ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan pengetahuan, sikap tentang pencegahan stunting dengan abon belut
dengan nilai rata-rata pengetahuan pre-test sebesar 76% dan post-tes 96%. Hal tersebut
menunjukan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap ibu balita menjadi lebih baik sekitar 20%.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Stunting, Makanan Tambahan ASI, Abon Belut

1
PENDAHULUAN
Permasalahan gizi tidak hanya dianggap sebagai masalah belaka khususnya di Indonesia
melainkan menjadi rencana pembangun Negara Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas negara. Dengan demikian status gizi dalam upaya pembangunan manusia di Indonesia
sehingga ditetapkan sebagai salah satu sasaran dan target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan, yaitu menurunkan prevalensi balita gizi kurang
(wasting) dan prevalensi balita pendek (stunting) (Farisni & Zakiyuddin, 2020).
Salah satu dampak dari tidak cukupnya gizi bagi seorang anak (balita) adalah stunting .
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan penurunan kecepatan
pertumbuhan dan merupakan dampak dari ketidakseimbangan gizi (Losong & Adriani).
Berdasarkan Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia (Waroh, 2019) menyatakan bahwa stunting
(kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari
minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO.
Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada
pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat
pendek / severely stunted) (Rahmadhita, 2020). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh stunting
dalam jangka pendek yaitu terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik dll. Dampak buruk dalam jangka panjang yaitu menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dll (Unicef Indonesia, 2012).

Menurut WHO (Safrina & Putri, 2022) data prevalensi balita stunting di Indonesia
diketahui sebagai negara ketiga di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR)
dengan prevalensi tertinggi. Prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 rata-rata
adalah 36,4%.
Adapun salah satu daerah dari 60 kabupaten/kota yang menjadi prioritas untuk
penanganan stunting adalah Kabupaten Sumedang. Hal ini dikarenakan angka stunting di
Kabupaten Sumedang berada di atas rata-rata nasional dan Jawa Barat. Pada tahun 2018, angka
stunting di Kabupaten Sumedang mencapai 32 persen, dengan kata lain dari 100 bayi di
Sumedang, 32 orang mengalami stunting. Pemerintah Kabupaten Sumedang pun menargetkan
permasalahan terkait dengan stunting dapat turun hingga 17 persen pada tahun 2023
(MANGGALA, SUMINAR, & HAFIAR, 2021). Hasil dari data stunting di Desa Cikoneng Kulon
Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang pada tahun 2023 sampai sekarang terdapat sebanyak 23
balita yang mengalami stunting. Dari data tersebut menunujukan bahwa masih cukup tinggi angka
stunting di desa Cikoneng Kulon.
Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 Salah satu solusi
dalam penanganan stunting pada balita adalah dengan melakukan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) (Waroh, 2019). Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 (Waroh,
2019) menyatakan bahwa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan upaya memberikan
tambahan makanan untuk menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar
tercapainya status gizi yang baik. Pemberian makanan tambahan untuk membantu masalah gizi
yaitu dengan cara melakukan inovasi olahan pangan yang dapat dijadikan sebagai makanan
tambahan pada balita yang gizinya kurang yaitu dengan pengolahan belut menjadi Abon Belut
sebagai PMT.
METODE
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Aula Desa CikonengKulon pada hari senin
tanggal 5 Februari 2024 pukul 13.00 WIB s/d selesai secara luring. Metode ini dilakukan dengan
cara ceramah dan diskusi. Sasaran yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah 25 orang ibu
balita stunting dan baliota gizi kurang. Sebelum dilakukan ceramah dan diskusi terlebih dahulu
Februari 2024 3

melaksanakana sambutan-sambutan dari mulai kepala desa, sekretaris Kecamatan dan Bidan Desa
Cikoneng Kulon.

Tahap Pelaksanaan:
Tahapan pelaksanaan yang digunakan dalam melaksanakan sosialisasi pemberian makanan
tambahan stunting adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertaman membagikan kuesioner Pre-Test dengan jumlah 10 soal berisi mencakup
pengetahuan, sikap dan perilaku.
b. Tahap selanjutnya sosialisasi materi tentang pencegahan stunting melalui pemberian makanan
tambahan abon belut dan pola asuh ibu balita dengan tujuan menyampaikan materi secara
langsung kepada audiens
c. FGD, Focus Group Discussion merupakan diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah
dari suatu grup untuk membahas suatu masalah tertentu dalam suasana informal dengan tujuan
untuk menyamakan setiap persepsi atas suatu isu stunting, yang pada akhirnya akan melahirkan
kesepakatan dan juga pengertian baru terkait isu stunting dan pemberian makanan tambahan.
d. Tahap Terakhir melaksanakan post test dengan cara membagikan kuesioner dengan soal yang
sama untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan sikap dan perilaku sebelum diberikan
materi dengan sesudah diberikan materi.

Pre-Test

Penyuluhan

Pos-Test
1. HASIL KEGIATAN
Adapun hasil yang didapatkan dari kegiatan sosialisasi ini antara lain :
1. Tahap pertama yakni pembagian kuisioner pretest. Dibagikan langsung oleh Mahasiswa KKN
UNSAP kepada seluruh peserta sosialisasi. Hasil dari pretes yang didapatkan untuk pengetahuan
orang tua tentang stunting sebesar 76%, Sikap Ibu 68% dan Prilaku Ibu 72%.
Gambar 1. Pemberian Pre-Test
2. Tahap kedua yaitu pemaparan materi mengenai stunting dan pemberian makanan tambahan
kepada orang tua. Kegiatan bermula dilaksanakan dengen metode seminar. Namun, terdapat
kendala dengan padamnya aluran listrik yang diakibatkan oleh hujan petir. Sehingga kegiatan tetap
dilanjutkan dengan metode Focus Group Discussuion ( FGD ). Diskusi kelompok bersama para
ibu dan narasumber berlangsung dengan antusias yang cukup tinggi. Sehingga terdapat beberapa
pertanyaan yang diajukan terkait permasalahan stunting dan pola asuh ibu.

Gambar 2 Penyuluhan Pemberian Materi


Februari 2024 5

Focus Group Discussion Meski dengan metode tersebut tidak mengalahkan rasa semangat dan
antusias para orang tua dan kader dalam menyimak materi yang disampaikan. Kegiatan FGD
dibantu langsung oleh bidan desa sehingga masyarakat dibagi menjadi 2 group. Masing-masing
group terdiri dari ibu balita dan kader berjumlah 12 orang.

Gambar 3 Focus Group Discussion


3. Tahap Ketiga yaitu pengisian kuisioner post-test. Hasil dari posttest didapatkan pengetahuan ibu
mengenai stunting sebesar 96% , Sikap ibu 92 % dan prilaku ibu 96 %.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu


Pre Test Pre Test
Pengetahuan
76 96

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu


Pre Test Pre Test
Sikap
68 96

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu


Pre Test Pre Test
Perilaku
72 96

Dari hasil di atas menunjukkan bahwa presentase pretest sebesar 76% dan posttest sebesar 96%
Terdapat peningkatan skor sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita setelah diberikan penyuluhan pemberian makanan
tambahan. Hasil kegiatan pengabdian ini sejalan dengan beberapa kegiatan pengabdian
sebelumnya, penyuluhan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (Azpah, Ramadhan,
Widjaya, Sari, & Sari, 2023; Fauzi, et al., 2023; Umiyah, 2023). Pemberian MP-ASI yang kaya
nutrisi efektif dalam pencegahan stunting (Rosita, 2021; Primihastuti, Rhomadona, & Intiyaswati,
2022).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan judul Pemberian Makanan
Tambahan Abon Belut Sebagai Upaya Pencegahan Stunting dan UMKM Desa yang berlokasi di
Desa Cioneng Kulon, Kecamatan Ganeas telah selesai dilaksanakan dengan menggunakan metode
penyuluhan, pretest dan posttest. Dilaksanakannya penyuluhan ini bertujuan untuk Meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberian makanan tambahan untuk pertumbuhan
anak-anak dan mendukung UMKM lokal dengan mempromosikan produk-produk berkualitas.
Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan
ibu balita mengenai stunting dan telah diberikannya abon belut kepada ibu balita untuk konsumsi
balita sehingga terpenuhi gizi seimbang yang dibutuhkan oleh balita.
Adapun saran dan rekomendasi bagi kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan
metode pelatihan yang sama selanjutnya adalah memberikan pelatihan dalam praktek secara
langsung pembuatan abon belut.

REFERENSI
Farisni, T. N., & Zakiyuddin. (2020). PEMBENTUKAN KP-STUNTING (KELOMPOK
PREVENTIF STUNTING) SEBAGAI INTERVENSI BERBASIS UPAYA
KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH BARAT . Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat , 94-103.

Hosang, K. H., Umboh, A., & Lestari, H. (2017). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan
terhadap Perubahan Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang di Kota Manado . Jurnal e-
Clinic , 1-5.

Losong, N. H., & Adriani, M. (n.d.).

MANGGALA, T., SUMINAR, J. R., & HAFIAR, H. (2021). Faktor-Faktor Keberhasilan Program
Promosi Kesehatan “Gempur Stunting” Dalam Penanganan Stunting di Puskesmas
Rancakalong Sumedang. Journal of Strategic , 89-98.

Oppusunggu, R., & Harahap, A. P. (2020). PENGARUH PEMBERIAN ABON BELUT


TERHADAP KADAR ALBUMIN DAN IMT PENDERITA TB PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PETUMBUKANKAB DELI SERDANG . Jurnal Ilmiah
Pannmed , 221-226.

Picauly, I., & Toy, S. M. (2013). ANALISIS DETERMINAN DAN PENGARUH STUNTING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DI KUPANG DAN SUMBA
TIMUR, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan, 55-62.

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya . Jurnal Ilmiah Kesehatan


Sandi Husada , 225-229.

Ridwan Adi Surya, d. (2022). Pemanfaatan Belut Sawah (Monopterus albus) dalam Pembuatan
Kopi Belut dan Abon Belut Berprotein Tinggi sebagai Alternatif Bahan Baku Pangan
Februari 2024 7

Fungsional Lokal di Desa Wowasolo Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe .


Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya, 110-129.

Safrina, & Putri, E. S. (2022). HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)


DENGAN RESIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA . Jurnal Biology
Education, 78-90.

Waroh, Y. K. (2019). PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN SEBAGAI UPAYA


PENANGANAN STUNTING PADA BALITA DI INDONESIA . Jurnal Kebidanan, 47-
54.

Anda mungkin juga menyukai