Anda di halaman 1dari 12

HASIL PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM GERAKAN 1000 HPK DALAM PENCEGAHAN


STUNTING DENGAN PENDEKATAN INPUT-PROSES-OUTPUT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANRALILI

Disusun Oleh:

Hilda Amalia
14120170063

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

iii
RINGKASAN

Universitas Muslim Indonesia


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Peminatan AKK
Hilda Amalia
14120170063
“Evaluasi Program Gerakan 1000 HPK Dalam Pencegahan Stunting
dengan Pendekatan Input-Proses-Output di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanralili”
Dibimbing oleh Ibu Nurmiati Muclis dan Pak Ardi
(110 Halaman + 19 Tabel + 3 Lampiran)

Gerakan 1000 HPK merupakan upaya bersama antara pemerintah


dan masyarakat melalui penggalangan dan partisipasi serta kepedulian
pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk
percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama
kehidupan.
Prevalensi stunting di Kabupaten Maros tertinggi keempat (42,6%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian program gerakan
1000 HPK di Puskesmas Tanralili Kabupaten Maros. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sampel sebanyak 50 responden.
Pengujian hipotesis dengan uji Chi-Square. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk
peningkatan kapasitas manusia dalam pemeliharaan gizi dan promosi
kesehatan. Persyaratan kuantitas sarana dan prasarana harus dipenuhi
dan dijunjung tinggi untuk pelaksanaan program. Intervensi khusus
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia untuk
mengatasi akar penyebab stunting. Untuk memastikan stunting dapat
dilakukan dengan masukan dari berbagai pakar tidak hanya pakar
kesehatan intervensi sensitif harus dilakukan secara kolaboratif lintas
sektor. Penyebab utama tidak tercapainya tujuan program 1000 HPK
adalah cakupan imunisasi dasar.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah SDM yang memadai,
sarana dan prasarana tersedia, intervensi khusus sudah dilaksanakan,
intervensi sensitif sudah dilaksanakan, dan capaian gerakan 1000 HPK
belum berjalan dengan baik.
Penelitian ini menyarankan untuk melakukan penyuluhan kepada
ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan dan pemberian
ASI eksklusif..
Kata Kunci : Gerakan 1000 HPK, Pencegahan Stunting, SDM,
Intervensi Spesifik, Intervensi Sensitif

iv
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, stuntng (pendek) adalah saah satu jenis

penganiayaan anak yang disebabkan oleh kebencian orang tua.

Menurut penulis (TB/U), Zat gizi kronis atau infeksi spesifik yang

tergolong kronis dan memiliki z-score minimal dengan hasil sekitar -2

SD adalah contoh gizi buruk. (Nasihkhah, 2016). Menurut data UNICEF

tahun 2009, terdapat lebih banyak anak stunting Berbeda dengan

bangsa Maju, bangsa Kembang. Sebagai salah satu dari lima terbesar,

Indonesia adalah satu-satunya yang memiliki pemberat pendek dalam

jumlah yang signifikan. Menurut Akun Tantangan Milenium Indonesia

(2020) Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, Indonesia memiliki

prevalensi Balita pendek yang lebih tinggi yaitu 30% hingga 39%, mirip

dengan Myamar dngan angka 35%, Vetnam dengan angka 23%, dan

Thaland dngan angka 16% (Unicef, WHO, 2020).

Sebaliknya, menurut statistik dari Prevalensi stunting pada anak di

Indonesia tahun 2018 dari Dasar Health Report diperkirakan sekitar

30,8%; ini termasuk kategori stunting berat pada anak kecil. (TN2PK,

2019). Sekitar 9,8% penduduk di tanah air memiliki status gizi yang

sangat pendek pada tahun 2017; 19,8% lainnya berstatus gizi pendek.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 8,5.
3

Balita cukup tertekan dan turun 19,0%. Prevalensi stunting pada

tingkat kelompok di provinsi Sulawesi Selatan sekitar 26,7%.

Berdasarkan informasi dari Pemantauan Status Gizi (PSG) triwulan III

2018, terdapat delapan daerah di Sulsel dengan angka stunting

tertinggi, termasuk di NTT sekitar 43,62%. Provinsi Sulawesi Selatan

memiliki angka tahun 2019 sebesar 30,59, diikuti Sulawesi Barat

(40,38%), NTB, dan Sulawesi Barat.(Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019).

Khusus untuk Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat kurang lebih 4

Kabupaten yang memiliki masalah stunting berat, yang paling menonjol

adalah Kabupaten Maros dengan prevalensi stunting pada anak

sebesar 42,6%. Berdasarkan data antropometri yang dikumpulkan pada

Februari 2020 dengan jumlah balita kurang lebih 26.897, data stunting

Kabupaten Maros tahun 2020. Dari jumlah tersebut diperkirakan 4.208

orang menderita stunting. 956 3.252 Balita Dengan Status Pendek dan

Balita Dengan Status Sangat Pendek (BDSP) termasuk di antara

totalnyaDari jumlah tersebut, beberapa daerah terutama memiliki kasus

stunting yang parah, seperti Kecamatan Bontoa sekitar 670 kasus, dan

Tanralili sebanyak 447 kasus. Sebaliknya, yang berada di lapangan

berada di wilayah Simbang yang hanya memiliki 13 kasus.

Karena hanya ada satu kecamatan di Kabupaten Maros yang

mengalami masalah stunting, yaitu Tanralili, penting bagi Program

Keluarga Harapan (PKH) untuk mau nmengambil peran saat

membahas stunting.  Oleh karena itu, sesuai dengan data stunting yang
4

sangat berkualitas, 50 SDM PKH kab Maros mengikuti pelatihan

stunting Sumber Daya Manusia (SDM) Kesos. (Dinkes Maros, 2020).

Stunting tidak dapat dihilangkan hanya oleh sektor kesehatan

karena penyebabnya yang kompleks. Temuan laporan UNICEF

disajikan. Bahwa hanya 30% dari sektor kesehatan yang bergerak di

bidang stunting, dan 70% kontribusi lainnya berasal dari sumber

nonkesehatan. (Unicef,WHO,2020).

Berbagai teknik stunting tersedia di Kabupaten Maros, dengan

Gerakan 1000 Hari Kehidupan Pertama (HPK) menjadi yang paling

menonjol. Teknik ini menggabungkan intervensi gizi khusus dan

sensitif.. Menurut Peaturan Presden Nomor 42 Tahun 2013 tentang

Pecepatan Percepatan Gizi Nasional menyatakan bahwa inisiatif yang

dilakukan merupakan pertemuan antara pemerintah dan rakyat melalui

partisipasi, Penggalangan dan perilaku etis. Pemangku Kepentingan

Tercana Terkoordinasi Sesuai Terencana diperlukan untuk

penyelesaian tepat waktu dari prioritas utama komunitas selama tiga

hari pertama kehidupan sehari-hari. Undang-undang ini dimaksudkan

untuk mengatasi masalah berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan.

(yaitu 270 hri pada masa kehamlan dan 730 hari setelah kelahran

smpai dengan usa dua tahun) (Nisa, 2018).

Gerakan 1000 Hari Sebelum Tidur Pertama, juga dikenal sebagai

Gerakan Perbaikan Gizi, diluncurkan oleh pemerintah Indonesia pada

tahun 2012. Dalam kampanye ini fokus pada peringatan 1000 hari

keberadaan manusia di pulau Bali dan menjaga kesejahteraan anak


5

Indonesia di tahun-tahun mendatang. Untuk menekan angka kejadian

balita pendek, Pemerintah bekerjasama dengan berbagai sektor dan

pemangku kepentingan utama. Yang penting, beri anak 1000 HPK.

Intervensi makan gizi Prioritas nomor satu untuk meningkatkan kualitas

generasi saat ini adalah 1000 HPK. (Bappenas, 2019).

Intervensi 1000 Jam Per Hari Prtama Kehdupan (HPK)

berkonsentrasi pada dua jenis intervensi: intervensi terfokus dan

sensitif. Intevensi gzi khusus merupakan strategi yang sangat

bermanfaat untuk mngatasi masalah status gizi pendek. Sebaliknya,

selama intervensi gizi-senitif, ada inisiatif terkait bangunan berdampak

negatif pada status gizi penduduk, khususnya dalam skala 1000 HPK,

seperti gender dan identitas gender, kualitas udara, sanitasi, dan

kesehatan lingkungan. 0-23 Bulan yang Ibu Hamil dan Anak Berusia

memberikan kontribusi sekitar 30% trhadap perkembangan balta

pendek menjadi fokus intervensi terarah yang dilakukan secara

perlahan dan pasti pada kelompok 1000 HPK. Beragam inisiatif untuk

pembangunan sektor kesehatan yang menyasar masyarakat umum,

bagaimanapun, dilakukan melalui intervensi sensitif yang akan

berdampak buruk pada pembangunan perluasan 1000 HPK.

(Bappenas, 2019).

Dari pengambilan data awal pada tanggal 1 desember tahun 2021

salah satu pegawai pusesmas di bidang kesehatan gizi anak

mengatakan bahwa di wilayah kerja puskesmas Tanralili sekitar 72

anak yang tergolong sangat pendek dan 153 anak tergolong pendek
6

per 5 Oktober 2021, dan di wilayah kerja Puskesmas Tanralili ini

termasuk jumlah angka stunting sangat tinggi ditahun 2021. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan Program 1000 HPK di masyarakat

kerja Puskesmas Tanralili Kabupaten Maros belum selesai tepat waktu.

Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa harus lebih banyak

mengetahui Grafik Program 1000 HPK di Pusksmas Tanralili.

Tujuan Program Gerakan 1000 HPK adalah untuk mencapai apa

yang telah ditetapkan. Ini adalah inisiatif berkelanjutan yang melibatkan

semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, Progam Gerakan 1000

HPK dievaluasi mnggunakan sistem mondar-mandir. Komponen

Masukan meliputi Prasarana yang dibutuhkan, dan Ketersediaan

Tenaga/SDM. program pelaksanaan dan bimbingan dalam Program

1000 HPK. Pendanaan dan playanan dalam kurikulum 1000 HPK

eksekusi. Prosedur komponen berfokus pada pengelolaan tugas sehari-

hari selama intervensi khusus dalam pemerintahan umum. Proses

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengarahan yang

secara bertahap dapat memperburuk stunting meliputi perencanaan

(persiapan), pengorganisasian (conduct), dan penggerakan (action).

Komponen output Program Gerakani 1000 HPK meliputi cakupan

suplemen untuk Kalium, besi-foat dan cakupan tambahan pangan untuk

ambang batas energi yang tidak terdeteksi juga direkomendasikan.

Beberapa contoh meliputi: kriteria, KIE Pemberan MP-ASI, cakupan

promosi menyusui (indvidual atau kelompok), cakupan perluasan

komprehensif, mengandung seng dan vitamin A, serta mengandung


7

obat. Hasil akhir yng akan terungkap adalah stunting, atau angka

kejadian. Evaluasi Program Gerakan 1000 HPK menggunakan Sistem

Pendekatan Analisis, Agar berhasil mengimplementasikan Program

Gerakan 1000 HPK diharapkan dapat mengenali dan memahami

kelemahan yang terdapat pada kedua sistem komponen program

tersebut. Sesuai dengan komponen input, proses, dan output yang

nantinya akan dibandingkan, subjek ingin melakukan penelitian tentang

citra Program Gerakan 1000 HPK. Untuk memahami cara kerja

aplikasi, gunakan Panduan Gerakan HPK 1000 dan kode lain yang

telah diidentifikasi. Telah dievaluasi.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan uraan masalah yang diangkat pada laar di bawah ini,

maka masaah yang diangkat dalam esai ini adalah adanya suatu

masalah:

1. Apakah sumber daya manusia sudah berjalan dengan baik terhadap

program gerakan 1000 HPK dalm pencegahan stunting di wilayah

keja pusksmas Tanralili Tahun 2022?

2. Apakah sarana dan prasarana sudah berjalan dengan baik terhadap

program gerakan 1000 HPK dalam pencegahan stunting di wilayah

keja pusksmas Tanralili Tahun 2022?

3. Apakah intervensi spesifik sudah berjalan dengan baik terhadap

program gerakan 1000 HPK daam pencegahan stunting di wilayah

kerja puskesmas Tanralili Tahun 2022?


8

4. Apakah intervensi sensitif sudah berjalan dengan baik terhadap

program gerakan 1000 HPK dalam pencegahan stunting di wilayah

kerja puskesmas Tanralili Tahun 2022?

5. Apakah capaian program gerakan 1000 HPK sudah berjalan dengan

baik terhadap program gerakan 1000 HPK dalam pencegahan

stunting di wilayah kerja PuskesmasTanralili pada tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hasil implementasi program 1000 HPK

dalam pencegahan stunting dengan pendekatan input-proses-output

di wilayah kerja Puskesmas Tanralili tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui SDM yang sudah berjalan dengan baik untuk

program gerakan 1000 HPK dalam pencegahan stunting di

wilayah kerja Puskesmas Tanralili tahun 2022.

b. Untuk mengetahui sarana dan prasarana berjalan dengan baik

untuk program gerakan 1000 HPK dalam pencegahan stunting di

wilayah kerja Puskesmas Tanralili tahun 2022.

c. Untuk mengetahui intervensi spesifik yang telah berjalan dengan

baik untuk program gerakan 1000 HPK dalam pencegahan

stunting di wilayah kerja Puskesmas Tanralili tahun 2022.

d. Untuk mengetahui apakah intervensi sensitif telah berjalan

dengan baik untuk program gerakan 1000 HPK dalam


9

pencegahan stunting di wilayah kerja Puskesmas Tanralili tahun

2022.

e. Untuk mengetahui apakah capaian program gerakan 1000 HPK

sudah berjalan dengan baik terhadap program gerakan 1000

HPK dalam pencegahan stunting di wilayah kerja Puskesmas

Tanralili tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teortis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan

ilmu kesehatan khususnya dalam bidang Kesehatan dan

Administrasi Kebijakan dan khususnya yang berkaitan dengan

evaluasi program kesehatan. Selain itu, data dari hasil penelitian ini

dapat dijadikan bahan referensi tambahan untuk penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

pelaksanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK) di wilayah kerja Puskesmas Tanralili tahun 2022.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

masukan bagi wilayah kerja Puskesmas Tanralili sehingga dapat

mendukung dan meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam

menangani masalah gizi 1000 HPK dan menurunkan angka

stunting.
DAFTAR PUSTAKA

AGUSTUTI, H. (2019). Evauasi kebjakan progam 1000 hari petama


kehdupan dalam pnanganan stuning pada dina [skripsi]. Bandar
lampung.
Aryastami, n. K., &. tarigan, i. (2017). laporan kasus stunting gizi
indonesia dan informasi terkait. uletin penelitian kesehatan, 45(4),
233–240.
(Bappenas) (Bappenas), B. P. P. N. R. I. (2019). Erangka Kebjakan Izin
Pemerintah Nasional untuk Bailout Gizi dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupan.
Cornelia, dkk. (2018). Konseling Gizi: Pesatuan Ahli Gizi Indonesia.
Dalam Konselng Gizi. Penebar Plus 10.
Desyanti, C. & Nindya, T.S. (2017). Hubungn Rwayat Penyakt Dare dan
Praktk Hegene dan Kejadan Stuntng pada Balta Usa 24-59 Bulan
di Wlayah Kerja Puskesmas Smolawang. Amerta Nutr, 1(3), 243–
251.
Gina, M., Edison, Eny Yantri. (2019). Evaluasi Peaksanaan Progam
Pencgahan Stuntng Dtinjau dari Intevensi Gizi Spesiik Gerakan
1000 HPK Di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4). http://jurnal.fk.unand.ac.id
Halimatusyadiah, I. (2020). Faktor-faktor yang behubungan dengan
stuntng pada anak usa 24-59 buandi puskesmas curug kota
serang provnsi banten tahun 2019. Jurnal ilmiah kesehatan delima,
4(1), 1–8.
Kauni, N. (2022). A Literature Review: Intervensi Spesifik Yang Belum
Tercapai Dalam Implementasi Program Gerakan 1000 Hpk. Jpk:
Jurnal Penelitian Kesehatan, 12(1), 22-26.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Gizi Buku Saku
Pemantauan Status. Gizi Masyarakat Directorate, Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan.Jakarta.
Khoeroh, H., Indriyanti D. (2017). Evaluasi stunting gizi balita di wilayah
kerja Sirampog. Unnes Journal of Public Health, 6(3), 189–195.
Kusumawati, e., rahardjo, s. ,. &. sari, h. P. (2016). Upaya perbakan gizi
1000 hari petama kehdupan dalam rangka pencgahan stuntng balia
dengan optmalisasi optimal gizi peran tenaga di lingkungan
banyumas. Kesmas indonesia, 8(2), 92–101.
L. S, N. (2018). Kebijakan Penanggulangan Stunting Di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 13(2), 173–179.
Millenium Challege Account Indonesia. (2020). Stunting dan Masa Depan
Indonesia. mca-indonesia. www.mca-indonesia.go.id
Muthia, g., edison, e. ,. &. yantri, e. (2020). Evauasi peaksanaan pogram
pencegahan stuntng ditnjau dari interensi gizi spesfik geakan 1000
hpk di puskesmas pegang baru kabupaten pasaman. Jurnal
kesehatan andala, 8(4).
Nasihkhah, dan M. (2016). Fakt\or Rsiko Keadian Stuntng pada Balta
Usia 24-36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. ournal of
Nutrition College., 1(1), 176–184.
Nesra, N., Nur Indrawati Lipoeto, Edison. (2019). Impementasi geakan
1000 hari pertama kehdupan di kabupaten pasaman 2017. Media
Gizi Indonesia, 14(2), 186–196.
https://doi.org/10.204736/mgi.v14i2.186–196
Nefy, N., Lipoeto, N. I., & Edison, E. (2019). Impementasi Geakan 1000
Hari Pertama Kehdupan Di Kabupaten Pasaman 2017
[Implementation of The First 1000 Days of Life Movement in
Pasaman Regancy 2017]. Media Gizi Indonesia, 14(2), 186-196.
Nisa, I., S. (2018). Kebjakan penanggulangan stuntng di indonesia. Jurnal
kebijakan pembangunan, 12(2), 173–179.
Notoatmodjo, S. (2017). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Rineka
Cipta.
Ruaida, I. (2018). Gerakan 1000 hari pertama kehdupan mencegah
terjadinya stuntng (gizi pendek) di indonesia. Global health science
(ghs), 3(2),
Sari, R. E., Ibnu, I. N., & Ramadhani, A. (2022). Impementasi Pemantauan
Ibu Haml Kurang Enegi Kronk Dalam Upaya Percepatan Perbakan
1000 Hari Pertama Kehidupan. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan,
16(1), 80-88.
Satriawan, E. (2018). Straegi Nasional Percepatan Pencegahan Stuntng
2018-2024. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1, 1–32.
Supariasa, I. D. N. (2018). Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Syafrina, M., Masrul, Firdawati. (2018). Analsis komtmen pemerntah
kabupaten padang paraman dalam mengatasi masalah stunting
berdasarkan nutrition commitment inde. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(2), 44–233.
SYELVIANI, M. (2019). Pentngnya sarana dan prasarana tehadap efisensi
kerja pegawai puskesmas teluk pinang. Jurnal Analisis
Manajemen, 5(2), 19-32.
V. F, B. pamungkas, Suprianto,Usman,Roos Nana Sucihati. (2020).
Peggunaan Dana Desa Pada Masa Pandemi Covid-19 Di
Kabupaten Sumbawa. J. Soc. Sci. Humanit, 21(1), 1–9.
Wati, E. (2018). Upaya perbakan gizi 1000 hari petama kehdupan dalam
rangka pencegahan stuntng balta melalui optmalisasi peran tenaga
gizi di Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia, 8(2), 92–
101.
World Health Organizing. (2019). Nutrtional Failure in Ecuador: Causes,
Consquenses, and Soluton. Washington DC: World Bank. World
Bank.https://openknowledge.worldbank.org/bitstream/handle/10986
/6651/386890

Anda mungkin juga menyukai