Anda di halaman 1dari 9

INOVASI PROPENTING (PROGRAM PENYULUHAN STUNTING) BERBASIS

AKSI 1000 HPK GUNA MEWUJUDKAN SDGs INDONESIA BEBAS


STUNTING 2025

Oleh :
Belva Ulayya dan Putri Asyifa K.N
SMA NEGERI 2 KOTA KEDIRI

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam era digital saat ini, isu mengenai gangguan kesehatan
anak masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Masalah
tersebut telah mendominasi 9/10 anak, yang mengalami gangguan
seperti gangguan mental, penyakit infeksi, bahkan kekurangan gizi
atau yang biasa kita sebut dengan stunting. Secara global,
gangguan stunting telah mendominasi seluruh wilayah Indonesia
dan menjadi gangguan kesehatan anak yang pertama di Indonesia.
Stunting merupakan masalah gizi kronis pada bayi dan balita
yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek
dibandingkan dengan anak seusianya. Bayi yang menderita
stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa
berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting
tidak hanya pada segi Kesehatan, tetapi juga mempengaruhi
tingkat kecerdasan anak (Budijanto, D. 2018)
Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan
persentase stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai
27,67% . Walaupun terjadi penurunan data dari tahun 2018
sebesar 30,8%, angka tersebut masih dinilai tinggi mengingat
WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20%.
Menurut laporan pada Januari 2021, Indonesia telah mendapat
data sebesar 2 juta jiwa bayi dan balita telah menderita gizi buruk
dan 5 juta jiwa balita menderita stunting. Berdasarkan laporan
tersebut, World Health Organization menegaskan bahwa kondisi
stunting ini diukur dari panjang atau tinggi badan yang lebih dari
minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak.
Dalam beberapa penelitian, bayi dan balita yang rentan mengalami
gangguan stunting, biasanya memiliki masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh beberapa faktor seperti masalah ekonomi,
kurangnya gizi ibu saat hamil, bayi yang mengidap penyakit, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi, dan minimnya kualitas air
bersih.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan
aksi 1000 HPK dalam pencegahan stunting yang melibatkan lintas
kementerian dan lembaga. Namun, dengan adanya pandemi
COVID-19 aksi tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik pada
sebagian besar wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, guna
mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) 2025
Indonesia Bebas Stunting, dibutuhkan adanya perubahan pola aksi
1000 HPK dengan cara penyuluhan yang lebih merata melalui
media sosial, serta adanya pihak pemangku kepentingan seperti
Ahli Gizi. Salah satu pihak terpenting yang terlibat dalam program
Penyuluhan Gerakan Anti Stunting (Genting) ini adalah
masyarakat, dengan sasaran utamanya adalah para wanita yang
sudah menikah dan calon ibu agar mereka dapat mengenal lebih
dekat mengenai bahaya stunting dan cara pencegahannya sejak
dini.
2. IDENTIFIKASI TOPIK BAHASAN
a. Permasalahan Stunting yang mendominasi wilayah Indonesia.
b. Dampak Stunting pada tumbuh kembang anak dan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
c. Aksi 1000 HPK dalam rangka pencegahan Stunting.
d. Inovasi program penyuluhan Stunting berdasarkan aksi 1000
HPK.
B. ISI
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
a. Permasalahan Stunting yang mendominasi wilayah Indonesia.
Stunting pada balita dipengaruhi beberapa faktor utama seperti
kemiskinan, asupan gizi, kesehatan, sanitasi, dan lingkungan. Tingkat
pemahaman ibu hamil di daerah pedesaan mengenai asupan gizi pada
anak adalah sebesar 64,5% yang mana persentase tersebut termasuk
dalam kategori kurang. Sedangkan (bisa dihilangkan atau diganti)
di daerah perkotaan persentasenya lebih tinggi yaitu sekitar 86,7%.
Berdasarkan data tersebut terdapat hubungan antara latar belakang
pendidikan, pendapatan keluarga, dan pengetahuan ibu mengenai
kasus Stunting pada balita. Wilayah dengan akses air bersih yang
susah juga menjadi permasalahan yang dapat menimbulkan
ketidaktersediaan air minum yang layak. Sementara itu, sepanjang
masa kehamilan, seorang ibu harus menjaga suhu tubuh internal tetap
normal. Apabila ketersediaan air layak minum rendah, ibu hamil dapat
mengalami dehidrasi yang menyebabkan masalah mulai dari sakit
kepala hingga persalinan prematur.
Berdasarkan data tahun 2020, terdapat 10 provinsi yang
menjadi fokus pemerintah dalam menurunkan angka Stunting, yakni
Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi
Barat, Gorontalo, Aceh, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Prevalensi atau jumlah
keseluruhan kasus penyakit di 10 provinsi tersebut masih tinggi
walaupun pada tahun 2019 persentase Stunting di Indonesia turun
menjadi 27,67%. Namun, angka tersebut diklaim Jokowi masih tidak
cukup dan harus diturunkan lebih cepat, (dihapus) sehingga Jokowi
meminta Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, untuk
mempercepat penurunan angka Stunting menjadi 14% pada 2024.
b. Dampak Stunting pada tumbuh kembang anak dan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) Indonesia
Penyebab utama Stunting pada anak adalah kekurangan gizi
kronis. Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi kronis akan
terlihat lemah secara fisik. Hasil penelitian oleh beberapa ahli
menunjukkan bahwa anak yang mengalami Stunting memiliki masalah
perkembangan kognitif dan motorik. Pertumbuhan kognitif yang
terganggu akan menyebabkan anak mengalami penurunan fungsi
intelektual, kesulitan memproses informasi, dan susah berkomunikasi.
Tentu hal ini mempengaruhi proses belajar anak di sekolah, rumah,
maupun masyarakat. Adapun pertumbuhan motorik yang terganggu
akan menyebabkan anak tidak mampu mengendalikan otot di lengan,
kaki, dan tangan. Hal ini disebabkan karena anggota gerak anak yang
mengalami Stunting lebih pendek daripada anak lain seumurannya.
Berdasarkan informasi di atas, permasalahan kesehatan berupa
Stunting sangat mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia ke depannya. Pendidikan, baik formal maupun informal,
yang menjadi dasar utama terbentuknya individu unggul tidak akan
terlaksana dengan baik. Jika masalah ini tetap dibiarkan, dalam 15
tahun ke depan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia akan
menurun.

c. Program 1000 HPK dalam rangka pencegahan Stunting


Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan dan
regulasi terkait intervensi Stunting. Menurut Fasli Jalal, Guru Besar
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, mengatakan
bahwa untuk menekan kasus stunting anak balita, perlu diperhatikan
kecukupan gizi anak balita pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK)
yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai
usia 2 tahun. Selama ini, untuk mengatasi gizi buruk difokuskan
pada bayi sejak dilahirkan hingga balita berusia lima tahun.
Sementara itu, periode emas adalah saat anak masih dalam
kandungan hingga usia dua tahun. Hal tersebut mendasari penyiapan
Gerakan 1.000 HPK di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini yang mendasari penyiapan Gerakan 1.000 HPK di
seluruh wilayah Indonesia. (seharusnya dipindah ke paragraf
sebelumnya). Gerakan 1.000 HPK ini menekankan pada pentingnya
kemitraan dengan berbagai pihak atau pemangku kepentingan
untuk mengatasi masalah gizi, seperti Ahli Gizi, Kementerian dan
Lembaga, Lembaga Sosial Kemasyarakatan, Perguruan Tinggi, dan
lain-lain. Namun, adanya pandemi COVID-19 mengakibatkan
terputusnya hubungan antar masyarakat dengan lembaga kesehatan
secara face-to-face. Hal ini dikhawatirkan masyarakat menjadi
asing dengan permasalahan kesehatan Stunting karena kurangnya
informasi. (coba dibaca ulang)

d. Inovasi program penyuluhan Stunting berdasarkan aksi 1000 HPK


“PROPENTING” adalah program inovatif kepada orang tua yang
memiliki anak bayi dan balita untuk mencegah stunting berbasiskan
aksi 1000 HPK pemerintah yang telah terlaksana dengan baik, dengan
mengalami pengembangan pola agar lebih menarik dan mudah
dipahami. “PROPENTING” juga merupakan salah satu metode edukasi
baru untuk mencapai perubahan perilaku kesehatan. Metode program
ini dilakukan dengan cara pendekatan provokatif oleh Ahli Gizi dan
pihak terkait lainnya agar dapat mempengaruhi psikologis peserta
sehingga dapat mempercepat terjadinya perubahan perilaku.
“PROPENTING” ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan terkait
dengan Stunting dan cara pencegahannya secara spesifik melalui
webinar edukasi sehingga para orang tua dapat mengetahui sejak dini
bahaya Stunting dan pencegahannya.
Teknis pelaksanaan program webinar edukasi Stunting terdiri
dari beberapa kegiatan. Setiap orang tua yang menjadi peserta pada
program ini akan diberikan informasi terkait dengan (1) Pengenalan
Stunting beserta dampaknya; (2) Pola pengasuhan yang tepat untuk
anak; (3) Pemenuhan ASI eksklusif hingga anak berusia 2 tahun; (5)
Informasi mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang pada bayi
dan balita; (6) Pentingnya sanitasi lingkungan yang sehat. Program ini
akan dikemas dengan kegiatan yang lebih menarik, seperti menonton
film dokumenter Stunting, Game kuis seputar Stunting, dan pemberian
hadiah kepada pemenang.
Program ini diharapkan dapat diterima serta dapat berjalan
secara berkesinambungan. Selain itu, program ini juga termasuk
dalam program untuk menyejahterakan kesehatan masyarakat. Oleh
sebab itu, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk
menciptakan program “PROPENTING” yang efektif. Program ini akan
lebih mudah jika dilengkapi oleh modul dan ilustrasi peraga dari pihak
terkait, seperti Rumah Sakit dan Posyandu.
Program inovatif pencegahan Stunting yang dikemas dalam
bentuk webinar edukasi ini memiliki banyak manfaat. Selain
memberikan informasi mengenai Stunting dan dampaknya, program
ini dapat menumbuhkan kesadaran para orang tua dalam
memperbaiki pola asuh pada anak. Adanya penyuluhan rutin seperti
ini dapat membantu program pemerintah dalam rangka penurunan
angka Stunting di Indonesia. Diharapkan, (diganti posisi) penurunan
angka Stunting ini dapat memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Indonesia ke depannya.
Jika dilihat dari analisis manfaat, program ini akan berjalan
dengan mudah mulai dari skala regional hingga nasional. Oleh sebab
itu, diperlukan dukungan dan bantuan dari semua pihak, mulai dari
pemerintah, LSM, pihak swasta, hingga masyarakat umum. Hal ini
dikarenakan tanggung jawab kasus Stunting bukan hanya dari
pemerintah, melainkan juga tanggung jawab semua pihak. Sehingga,
(kata “ sehingga” tidak boleh mengawali kalimat) Sustainable
Development Goals (SDGs) 2025 Indonesia Bebas Stunting akan
terwujud dengan baik.
C. PENUTUP
KESIMPULAN
Stunting merupakan masalah gizi kronis pada bayi dan balita yang
ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan
anak seusianya. Stunting pada balita dipengaruhi beberapa faktor utama
seperti kemiskinan, asupan gizi, kesehatan, sanitasi, dan lingkungan.
Permasalahan kesehatan berupa Stunting sangat mempengaruhi kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ke depannya. Oleh sebab itu,
guna mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) 2025
Indonesia Bebas Stunting, dibutuhkan adanya program Penyuluhan
Gerakan Anti Stunting (Genting) agar dapat mengenal lebih dekat
mengenai bahaya stunting dan cara pencegahannya sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budijanto, D. (2018). Situasi balita pendek (stunting) di Indonesia.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2. Ri, K. (2018). Situasi balita pendek (Stunting) di Indonesia. Bul Jendela
Data dan Info Kesehatan Semester I.
3. Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13-19.
4. Mozin, S. Y., & Husain, S. P. (2020). Strategi Peningkatan Kemampuan
Pencegahan Dan Penanganan Stunting Melalui Pengembangan Potensi
Desa Di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Sibermas (Sinergi
Pemberdayaan Masyarakat), 9(3), 182-207.
5. Hartanto, D., Matahari, R., & Nurfita, D. (2020, November). Persiapan
1000 hari pertama kehidupan (HPK) pada remaja melalui edukasi
kesehatan dan gizi remaja. In Seminar Nasional Hasil Pengabdian
Kepada Masyarakat (pp. 729-734).
6. Ruaida, N. (2018). Gerakan 1000 hari Pertama Kehidupan Mencegah
Terjadinya Stunting (Gizi Pendek) di Indonesia. Global Health Science
(GHS), 3(2), 139-151.
7. Primayuni, N. L. (2018). “EMO DEMO” RUMPI SEHAT ZAMAN NOW:
PROGRAM INOVATIF PERSIAPAN CALON PENGANTIN UNTUK
MENCEGAH STUNTING. 1-7.
8.

Anda mungkin juga menyukai