Anda di halaman 1dari 17

PENYULUHAN

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH :
11020140021 A. MUH. ARIANSYAH N.
11020140031 MOHAMMAD FADIL PUTRA
11020140043 REZA AHDA KADIR
11020140068 INAYATHUL WAHDANIAH
11020140069 FAUZIYAH ABIDAH
11020140113 RIA RIZKI AMALIAH
11020140119 WIDYA KEMALASARI
11020140128 FADILLAH
11020140132 ARNI PAHLAWANI AMIR
11020140143 SESARIA FATIMAH N.B.
11020140148 A. MATAHARI REZKYA
11020140160 DEWI ARFINA SARI

SUPERVISOR
dr. Yusriani Mangarengi, M.Kes.

DOKTER PEMBIMBING KLINIK


dr. Rudianto Joto, M.kes

KULIAH KERJA NYATA (KKN) PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan suatu gerakan percepatan

perbaikan gizi yang diadopsi dari gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement.

Gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement merupakan suatu gerakan global di

bawah koordinasi Sekretaris Jenderal PBB. Hadirnya gerakan ini merupakan respons

dari negara-negara di dunia terhadap kondisi status pangan dan gizi di negara

berkembang. Tujuan global dari SUN Movement adalah untuk menurunkan masalah

gizi pada 1000 HPK yakni dari awal kehamilan sampai usia 2 tahun. Periode 1000

HPK ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas

kehidupan seseorang, oleh karena itu periode ini sering disebut sebagai “periode

emas” (Kemenko Kesra RI, 2013). Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak

sangat penting. Jika pada rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang

optimal maka penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal. Adapun titik kritis

yang harus diperhatikan selama periode 1000 HPK adalah sebagai berikut :

1. Periode dalam kandungan (280 hari)

Wanita hamil merupakan kelompok yang rawan gizi. Oleh sebab itu penting

untuk menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama kehamilan agar ibu hamil dapat

memperoleh dan mempertahankan status gizi yang optimal sehingga dapat menjalani
kehamilan dengan aman dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang

baik, serta memperoleh energi yang cukup untuk menyusui kelak (Arisman, 2004).

Telah diketahui bahwa kebutuhan zat gizi akan meningkat selama kehamilan,

yaitu tambahan energi sekitar 300 kkal per hari, pertambahan energi terutama di

trimester II. Penambahan konsumsi energi ini diperlukan untuk pertumbuhan jaringan

ibu, seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta

penumpukan lemak. Sepanjang trimester III, energi tambahan dipergunakan untuk

pertumbuhan janin dan plasenta.

Kebutuhan protein juga mengalami peningkatan selama kehamilan yaitu

hingga 68%. Protein diperlukan untuk pembentukkan jaringan baru dan pertumbuhan

organ-organ pada janin, perkembangan kandungan ibu, pertumbuhan plasenta, cairan

amnion serta penambahan volume darah. Kekurangan asupan protein dapat

berdampak buruk terhadap janin seperti cacat bawaan, BBLR dan keguguran

Kebutuhan zat gizi mikro seperti zat besi, asam folat, dan kalsium juga

meningkat. Untuk kebutuhan zat besi selama kehamilan mengalami peningkatan

sebesar 200% sampai 300%. Hal ini diperlukan untuk pembentukan plasenta dan

pembentukan sel darah merah. Untuk menjaga agar tidak kekurangan zat besi maka

wanita hamil disarankan untuk menelan sebanyak 90 tablet besi selama kehamilan.

WHO (2006) menegaskan bahwa semua wanita hamil di daerah prevalensi tinggi

gizi buruk harus secara rutin menerima suplemen zat besi dan folat, untuk mencegah

anemia.
Angka kecukupan asam folat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah

600 µg per hari. Asam folat merupakan vitamin B9 yang memegang peranan penting

dalam perkembangan embrio, juga membantu mencegah cacat pada otak dan tulang

belakang. Pada ibu hamil, asam folat memiliki peranan penting dalam pembentukan

satu per tiga sel darah merah.

Ibu hamil yang berusia lebih dari 25 tahun membutuhkan kalsium kira-kira

1200 mg/hari dan cukup 800 mg/hari untuk yang berusia lebih muda. Kalsium di

gunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika

ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambil dari cadangan

kalsium pada tulang ibu, ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis

dan tidak jarang ibu hamil yang mengeluh giginya merapuh atau mudah patah.

Kebutuhan yodium penting selama kehamilan. Yodium merupakan bahan

dasar hormon tiroksin yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan otak

bayi. Ibu hamil dianjurkan untuk menambah asupan yodiumnya sebesar 50 µg/ hari

dari kebutuhan sebelum hamil yang hanya 150 µg/ hari.

2. Periode 0 – 6 bulan (180 hari)

Ada dua hal penting dalam periode ini yaitu melakukan inisiasi menyusu dini

(IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Inisiasi menyusu dini

adalah memberikan kesempatan kepada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada

ibunya dalam satu jam pertama kelahirannya. Prosesnya bayi diletakkan di atas dada

ibu segera setelah lahir untuk mencari puting susu ibu dan mulai menyusu untuk

pertama kalinya. Dengan dilakukannya IMD maka kesempatan bayi untuk mendapat
kolostrum semakin besar. Kolustrum merupakan ASI terbaik yang keluar pada hari ke

0-5 setelah bayi lahir yang mengandung antibodi (zat kekebalan) yang melindungi

bayi dari zat yang dapat menimbulkan alergi atau infeksi.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI setelah lahir sampai bayi berumur 6

bulan tanpa pemberian makanan lain. Tindakan ini akan terus merangsang produksi

ASI sehingga pengeluaran ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi dan bayi akan

terhindar dari diare. WHO, 2006 menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam

bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.

3. Periode 6 – 24 bulan (540 hari)

Mulai usia 6 bulan ke atas, anak mulai diberikan makanan pendamping ASI

(MP-ASI) karena sejak usia ini, ASI saja tidak mencukupi kebutuhan anak.

Pengetahuan dalam pemberian MP ASI menjadi sangat penting mengingat banyak

terjadi kesalahan dalam praktek pemberiannya, seperti pemberian MP ASI yang

terlalu dini pada bayi yang usianya kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat menyebabkan

gangguan pencernaan atau diare. Sebaliknya, penundaan pemberian MP ASI akan

menghambat pertumbuhan bayi karena alergi dan zat-zat gizi yang dihasilkan dari

ASI tidak mencukupi kebutuhan lagi sehingga akan menyebabkan kurang gizi

Walaupun sistem pencernaan bayi usia enam bulan ke atas sudah hampir

sempurna, tetapi dalam pemberian MP ASI diberikan secara bertahap yaitu dari

bentuk encer menjadi bentuk yang lebih kental (Arisman, 2004).


Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai cara pemberian MP ASI secara

tepat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Prinsip Pemberian MP ASI

6-8 Bulan 8-9 Bulan 9-12 Bulan 12-24 Bulan


Jenis 1 jenis bahan 2-3 jenis bahan 3-4 bulan Makanan
dasar (6 bulan) dasar(sajikan jenis bahan keluarga (tanpa
2 jenis bahan secara terpisah dasar (sajikan garam, gula,
dasar (7 bulan) atau dicampur) secara hindari penyedap,
terpisah atau hindari santan dan
dicampur) gorengan padat
Tekstur Semi cair Lunak Kasar
(dihaluskan), (disaring) dan (dicincang),
secara bertahap, potongan makanan
kurangi makanan yang yang dipotong
campuran air dapat di dan dapat
sehingga genggam dan digenggam.
menjadi semi mudah laarut
padat
Frekuensi Makanan Makanan Makanan Makanan utama
utama 1-2 kali utama 2-3 kali
utama 3 kali 3 kali sehari,
sehari, camilan sehari, camilan
sehari, camilan 2 kali
1 kali sehari camilan 2 kali
satu kali sehari sehari
sehari
Porsi 1-2 sendok teh, 2-3 sendok 3-4 sendok 5 sendok makan
secara bertahap makan makan atau lebih
ditambahkan (makanan semi (makanan
padat), semi padat),
potongan potongan
makanan makanan
seukuran sekali seukuran
gigit sekali gigit
ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi
Sumber : Safitri, 2006
A. Kegiatan 1000 HPK

Pedoman Perencanaan Program Gizi pada 1000 HPK menjelaskan bahwa gizi

1000 HPK terdiri dari 2 jenis kegiatan, yaitu intervensi spesifik dan intervensi

sensitif. Kedua intervensi ini sangat baik bila mampu berjalan beriringan karena akan

berdampak sustainable dan jangka panjang.

A.1 Kegiatan Intervensi Spesifik

Tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk

kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan,

seperti pada kelompok khusus ibu hamil dilakukan kegiatan suplementasi besi folat,

pemberian makanan pada ibu KEK, penanggulangan kecacingan pada ibu hamil,

pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang postif

malaria. Kelompok 0-6 bulan dilakukan kegiatan promosi menyusui dan ASI

eksklusif (konseling individu dan kelompok) dan untuk kelompok 7-23 bulan,

promosi menyusui tetap diberikan, KIE perubahan perilaku untuk perbaikan MP-ASI,

suplementasi zink, zink untuk manajemen diare, pemberian obat cacing, fortifikasi

besi, pemberian kelambu berinsektisda dan malaria. Intervensi spesifik bersifat

jangka pendek, hasilnya juga dapat dicatat dalam waktu yang relatif pendek.

A.2 Kegiatan Intervensi Sensitif

Intervensi gizi sensitif merupakan berbagai kegiatan yang berada di luar

sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000

HPK. Namun apabila dilaksanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan

spesifik, dampaknya terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan


kelompok 1000 HPK akan semakin baik. Intervensi gizi sensitif meliputi, penyediaan

air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan gizi, keluarga berencana, jaminan

kesehatan masyarakat, jaminan persalinan dasar, fortifikasi pangan, pendidikan gizi

masyarakat, intervensi untuk remaja perempuan dan pengentasan kemiskinan

Dokumen SUN Inggris menyebutkan bahwa intervensi gizi spesifik yang

umumnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan hanya 30% efektif mengatasi masalah

gizi 1000 HPK. Hal ini karena kompleksnya masalah gizi khususnya masalah beban

ganda, yaitu kombinasi antara anak kurus, pendek gemuk dan penyakit tidak menular

(PTM), yang terjadi pada waktu yang relatif sama di masyarakat miskin, penuntasan

70% memerlukan keterlibatan banyak sektor pembangunan diluar sektor kesehatan

(Kemenko Kesra RI, 2013).

A.C. Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil mutlak diperlukan untuk menentukan

tumbuh kembang anak sejak masa dalam kandungan. Berbagai perubahan fisiologi,

anatomi maupun metabolisme terjadi selama masa kehamilan yang disebabkan

perubahan hormonal. Salah satu perubahannya adalah kemampuan ginjal yang

menurun dalam menyerap kembali zat gizi dibanding sebelum masa kehamilan, selain

itu perubahan pada plasenta yang berfungsi menyuplai zat gizi kepada janin.

Sejak awal masa kehamilan, terjadi penyesuaian untuk mempersiapkan

pertumbuhan janin, persalinan, dan menyusui. Selama proses menyusui, bayi


mendapat konsumsi zat gizi dari ibu, namun jika selama kehamilan konsumsi zat gizi

tidak mencukupi maka cadangan zat gizi ibu yang akan digunakan. Cara paling

mudah untuk memantau status gizi ibu hamil dengan melakukan penimbangan berat

badan secara berkala. Kenaikan berat badan pada hakekatnya merefleksikan asupan

gizi ibu. Pemeriksaan antenatal sebaiknya dilakukan agar status gizi ibu dapat diatur.

Pelayanan antenatal untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap

kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau

keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya,

bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul

pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum

berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan

antenatal care (Winkjosastro, 2006). Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan

kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik

atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat

membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan

mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2003). Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan

minimal 4 kali selama kehamilan berlangsung, yakni pada trimester pertama, kedua

dan ketiga. Namun, idealnya pemeriksaan dilakukan sebulan sekali pada bulan 1-6,

dua kali pada bulan 7-8, dan seminggu sekali pada bulan ke-9 hingga bersalin

Kebutuhan nutrisi lainnya bagi ibu hamil adalah tambahan vitamin dan

mineral yang berfungsi agar proses tumbuh kembang janin berlangsung optimal.
Kekurangan vitamin dan mineral pada ibu hamil dapat mengakibatkan anemia dan

hipertensi sedangkan pada janin dapat mengakibatkan bayi lahir mati, prematur, dan

kekebalan tubuh bayi rendah. Hal yang perlu diperhatikan pada saat ibu hamil yaitu

tercukupinya kebutuhan zat besi sehingga terhindar dari anemia. Menurut WHO

,2006 kematian ibu di negara berkembang 40% disebabkan oleh anemia selama

kehamilan. Bagi bayi agar terhindar dari resiko kelainan bawaan otak, tulang kepala,

dan sumsum tulang belakang dengan memberikan asam folat. Pemberian suplemen

asam folat sebaiknya diberikan 0,4 mg/hari selama tiga bulan sebelum konsepsi

(pembuahan) dan trimester pertama kehamilan.

Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari berat badan ibu hamil yang memadai

yaitu bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini dikarenakan berat badan yang

bertambah normal akan menghasilkan bayi yang normal juga. Kekurangan asupan

gizi pada trimester I dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, kelahiran

prematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem saraf pusat. Sedangkan

pada trimester II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin

terganggu, berat bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi gangguan

kekuatan rahim saat persalinan, dan perdarahan post partum (WHO, 2006).

Tujuan penatalaksanaan gizi pada wanita hamil adalah untuk mencapai status

gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan

bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik. Pada awal kehamilan (trimester I)

mual dan muntah sering dialami wanita atau disebut morning sickness. Mual dan

muntah pada awal kehamilan berhubungan dengan perubahan kadar hormonal pada
tubuh wanita hamil. Pada saat hamil terjadi kenaikan kadar hormone chorionic

gonadotropin (HCG) yang berasal dari plasenta. HCG meningkat produksinya pada

tiga bulan pertama kehamilan dan turun kembali setelah bulan keempat, sehingga

pada kehamilan memasuki bulan keempat rasa mual sudah mulai berkurang. Mual

dan muntah yang berlebihan pada kehamilan trimester I disebut hiperemesis

gravidarum. Tanda-tanda hiperemesis gravidarum adalah berat badan turun 2,5-5 kg

atau lebih, tidak dapat menelan makanan atau minuman selama 24 jam, air kencing

berwarna gelap atau pekat, muntah sering (setiap jam atau lebih), dan mual hebat

sehingga selalu muntah saat makan. Bahaya hiperemesis gravidarum adalah terjadi

dehidrasi dan kekurangan asupan nutrisi, perlu perawatan di RS untuk mendapat

nutrisi dari infus selama beberapa hari sampai gejala mereda. Ibu hamil yang

mengalami mual muntah, makan sedikit tapi sering dapat membantu pemenuhan gizi

ibu hamil.

Jumlah asupan energi merupakan faktor gizi yang paling penting pada ibu

hamil jika dikaitkan dengan berat badan bayi rendah. Banyaknya energi yang harus

disiapkan hingga berakhirnya kehamilan adalah 80.000 kalori (Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi 2004) atau kira-kira 300 kalori tiap hari di atas kebutuhan wanita

tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang

tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu. Kebutuhan energi trimester 2

dan 3 meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester 2

diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah,


pertumbuhan rongga rahim dan payudara, serta penumpukan lemak. Sepanjang

trimester 3, energi tambahan dipergunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Asupan lemak untuk ibu hamil sesuai dengan anjuran pedoman gizi seimbang

yaitu 20-30 % dari jumlah kalori total. Sumber lemak ada 2 yaitu hewani dan nabati.

Sumber lemak hewani terdapat di dalam daging hewan seperti ayam, bebek, sapi dan

ikan, sedangkan lemak nabati terdapat di dalam tumbuhan seperti kacang tanah, biji

bunga matahari, minyak kelapa, minyak sayur, minyak kedelai, dan sebagainya. Ibu

hamil sekiranya cukup mengkonsumsi lemak hewani dan nabati dalam jumlah yang

cukup. Lemak omega 3 yang terdapat di dalam ikan gindara, ikan gembung dapat

membantu perkembangan otak janin (Almatsier, 2009). Kebutuhan zat besi pada

wanita hamil meningkat 200-300%, untuk membentuk plasenta dan sel-sel darah

merah janin. Anjuran kalsium bagi wanita hamil berusia di atas 25 tahun adalah

1200 mg/hari, sumber kalsium adalah susu, putih telur, dan keju. Selain kalsium,

vitamin D, vitamin C, vitamin B komplek juga diperlukan untuk wanita hamil

(Arisman, 2004).

A.4 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom 1908 dalam

Maulana 2009, perilaku manusia dibagi kedalam tiga domain yaitu kognitif

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor). Dalam


perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan

kesehatan, yaitu : pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan

(knowledge), sikap atau tanggapan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude), dan praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice).

A.D.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi status gizinya. Demikian juga pada ibu hamil yang mempunyai

pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia dapat menetukan jumlah dan jenis

makanan yang dikonsumsinya. Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar

belakang pendidikannya. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan berbagai

keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan,

sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan serta

pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang

bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara berstruktur dengan

kuesioner. Pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik responden. Penilaian praktis


dapat dilakukan jauh lebih mudah apabila penilaian itu dirancang dari semula sebagai

bagian dari strategi pengembangan program dan bukan ditentukan kemudian hari

(Madanijah, 2004).
A.E Penyuluhan Gizi

Penyuluhan gizi dapat disampaikan secara perorangan, sasaran kelompok dan

masyarakat luas dengan cara ceramah, diskusi, demonstrasi dan lain-lain (Depkes,

RI,2007). Penyuluhan gizi dilakukan dalam lingkup makro dan mikro. Makro yaitu

masyarakat luas, sedangkan mikro adalah keluarga atau kelompok anggota

masyarakat. Pendekatan juga dapat dibagi atas pendekatan individu dan pendekatan

kelompok (Santoso & Ranti, 2004). Teknik penyuluhan gizi adalah cara

mempertemukan sasaran dengan materi. Penentuan teknik tergantung pada tujuan,

metode, materi, karakteristik sasaran, media dan situasi. Beragam teknik penyuluhan

gizi meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstrans,

perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial (Depkes RI, 2002).

Pesan gizi yang disampaikan dalam penyuluhan gizi harus tepat. Seseorang

tidak perlu mencakup semua informasi yang diketahui tentang sesuatu hal, tetapi apa

yang disajikan harus didasarkan pada pengetahuan terbaik yang dimiliki (Depkes

RI,2009). Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,

tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul & Azwar, 1983).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saragih, F (2011), mengenai

pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan sehat dan

gizi seimbang di desa Merek Raya kabupaten Simalungun menyimpulkan bahwa

pemberian penyuluhan makanan sehat dan gizi seimbang pada ibu mampu
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu. Selain itu, menurut Jayanti (2009), dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa penyuluhan dan media leaflet berpengaruh

dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita gizi buruk.

Perubahan perilaku adalah tujuan penyuluhan gizi yang dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan gizi adalah metode,

materi, media, dan petugas yang melakukannya. Agar tercapai suatu hasil yang

optimal, faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara optimal dan harmonis

(Depkes RI, 2002).

Penyuluhan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan

status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian

pesan-pesan gizi yang praktis akan membentuk suatu keseimbangan bangsa antara

gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik

cenderung memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya (Depkes,

2002).
DOKUMENTASI

Kegiatan 1000 Hari Pertama Kehidupan yang dilaksanakan di Aula Puskemas Tabaringan

Terlihat para Ibu-Ibu yang sangat antusias mendengarkan penyuluhan berkenan pentingnya

1000 Hari pertama Kehidupan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai