Anda di halaman 1dari 30

HELMINTHIASIS USUS

(Soil Transmitted Helminths)

Risna Halim Mubin


PENDAHULUAN
Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah disebut :

SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

Nematoda yang paling sering menjadi parasit di manusia yaitu


1. Ascaris lumbricoides
2. Necator americanus
3. Ankylostoma duodenale
4. Strongyloides stercoralis
5. Trichuris trichiura
ASCARIS LUMBRICOIDES
(CACING GELANG)
 Hospes : Manusia , Penyakitnya disebut Askariasis
 Penyebaran Geografi : Ditemukan seluruh dunia, Kosmopolit

Dewasa :
• Kepala dengan 3 bibir
• Bentuk silindris
• Betina : ekor lurus
runcing
• Jantan : ekor melingkar
dengan spikula
Telur Ascariasis Lumbricoides
Dibuahi :
• Bentuk bulat
• Dinding dalam lapisan hialin tebal
• Dinding luar dilapisi albuminoid kasar,
berwarna kuning tengguli
• Berisi sel ovum
Tidak dibuahi :
• Bentuk lonjong
• Dinding dalam lapisan hialin tipis
• Dinding luar albuminoid kasar tidak teratur
• Berisi granula refraktil
Telur dekortikasi
• Bentuk agak lonjong
• Dinding dalam lapisan hialin tebal
• Dinding luar tanpa albuminoid
Daur Hidup
Gejala Klinis dan Komplikasi
Yang disebabkan oleh :
- LARVA : sindroma Loffler yaitu terjadinya perdarahan
kecil pada alveolus  gangguan paru paru disertai
batuk, demam dan eosinophil.
Pada foto thorax nampak infiltrat  hilang dalam 3
minggu
- CACING DEWASA : Gejala intestinal ringan seperti kurang
nafsu makan, mual, diare, konstipasi dan ileus/obstruksi
usus.
Pada anak dengan infeksi berat  malabsorbsi
malnutrisi
Diagnosa
 Telur dalam tinja
 Cacing keluar melalui anus, mulut, dan
hidung

Pengobatan
 Pirantel pamoat 10mg/kgBB dosis
tunggal
 Mebendazol 500mg dosis tunggal
 Albendazol 400mg dosis tunggal
CACING TAMBANG
(Hookworm)

 Jenis cacing tambang yang penting:


= Ancylostoma duodenale
= Necator americanus
= Ancylostoma braziliense
= Ancylostoma caninum
= Ancylostoma ceylanicum
Ancylostoma Duodenale dan Necator
Americanus

 Hospes : manusia  - Ankilostomiasis


- Nekatoriasis

 Penyebaran geografi :
- Diseluruh daerah khatulistiwa, terutama daerah pertambangan
- Di Indonesia prevalensi tinggi
Larva
 Dalam 1 – 2 hari telur akan menetas – menjadi larva
rabditiform :
- ukuran 250 µm
- esofag us sepertiga badan
- mulut terbuka, panjang dan sempit
 Dalam 5 – 7 hari berubah menjadi larva filariform :
- ukuran 700 µm
- esofagus seperempat badan
- mulut tertutup
- ekor runcing dan menpunyai selubung
- Bentuk infektif
Perbedaan larva cacing tambang dengan
strongyloides stercoralis
Rhabditiform Filariform

Larva cacing  Mulut terbuka, panjang dan  Mempunyai sarung, mulut


tambang sempit tertutup
 Esofagus 1/3 panjang badan  Esofagus ¼ panjang badan

 Bentuk rhabditoid  Bentuk filariform

 Ekor lancip

Larva  Mulut terbuka, lebar dan  mempunyai sarung, mulut


Strongyloides pendek tertutup
stercoralis  Esofagus 1/3 panjang badan  Esofagus ½ panjang badan

 Ekor berujung lancip  Ekor bercabang


menyerupai huruf W
Transmisi

Larva menembus kulit juga dapat dengan


menelan larva

Siklus hidup

Telur  Larva rabditiform larva filariform


 menembus kulit kapiler darah 
jantung kanan  paru paru  bronkus
trachea  larinks  usus
Gejala Klinis

- Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis


disebabkan oleh:
• Stadium larva : pada kulit  “ground itch” 
paru paru (tanpa gejala)

• Stadium dewasa : tergantung dari jumlah


cacing, gizi dan spesies anemia 
mempengaruhi prestasi kerja menurun dan
tahan tahan tubuh berkurang
 Diagnosa
Ditemukan : - telur dalam tinja segar
- larva dalam tinja lama

 Terapi :
 - Albendazol
- Pirantel pamoat
- Mebendazol
- Terapi preparat besi untuk mengatasi
anemia
Trichuris trichiura
(Cacing cambuk)

 Hospes : manusia  trikuriasis


 Penyebaran geografi :
Kosmopolit terutama daerah panas
dan lembab
Transmisi
 Terjadi dengan menelan telur yang matang
 Telur matang menjadi dewasa – sekitar 30 - 90 hari

Patologi dan Gejala

 Infeksi ringan :
- infeksi tidak jelas/ tanpa gejala
- Pemeriksaan tinja ditemukan telur

 Infeksi Berat :
- banyak pada anak
- prolapsus mukosa rektum
- iritasi dan perdarahan mukosa
- anemia
 Diagnosa :
- Ditemukan telur dalam tinja

 Terapi
:
- Mebendazol dan Pirantel pamoat
Strongyloides Stercoralis
 Hospes :
Utamanya manusia – strongylodiasis

 Penyebaran geografi :
Daerah tropik dan subtropik

 Epidemiologi :
- Daerah panas, kelembaban tinggi, sanitasi rendah untuk
cacing.
- Tanah gembur, berpasir, berhumus  untuk pertumbuhan
larva
Daur Hidup

 Siklus langsung (bentuk parasiter):

L. rabditiform ditanah (2-3 hari)  L. filariform  menembus kulit


peredaran darah jantung kanan  paru paru  menembus alveolus 
trachea  larunx  reflex batuk  tertelan  usus halus  menjadi cacing
dewasa

- Cacing betina dapat bertelur 28 hari setelah infeksi


Siklus tidak langsung (cacing dewasa bentuk bebas)

L. rabditiform L. filariform

Betina

Bentuk bebas Pembuahan Bertelur


Jantan
Auto Infeksi

- Dalam usus/perianal
- L. rabditiform  L. filariform  tembus
mukosa intestinal/kulit perianal  masuk
peredarah darah siklus paru usus
halus  cacing dewasa parasiter betina

- Dapat menyebabkan strongyloidiosis


kronik
Gejala Klinis
 L. filariform menyebabkan “creeping eruption”
 kelainan kulit disertai gatal yang hebat.

 Cacing dewasa  menyebabkan kelainan mukosa


usus :
- infeksi ringan : umumnya tanpa gejala
- infeksi sedang : rasa sakit epigastrium,
mual, muntah , konstipasi dan diare
- infeksi berat : cacing dewasa bentuk parasiter
dapat ditemukan diseluruh traktus digestivus
Diagnosa
 Larva rabditiform dalam : - tinja segar
- biakan organ
- aspirasi duodenum

 Padatinja lama ditemukan L. filariform dan


cacing dewasa
 Pengobatan :
- Thiabendazol 25 mg/kg BB, 2X/hr – 2-3 hari

 Prognosis :
- Bila terjadi infeksi berat  kematian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai