Anda di halaman 1dari 11

Anamnesis

Kakek lihun
Kaki kanan bengkak dibanding kaki kiri, semakin lama semakin membengkak (2 tahun)
Kardio (-) kelainan fisik lain (-)
Cucu kakek lihun
M.gastricnemius kiri : gatal, jalur terowongan panjang, berliku

1. Menjelaskan etiologi, patogenesis, patofisiologi, diagnosis, pem.lab, penegakkan diagnosis dan tatalaksana
kecacingan pada anak dan dewasa (ascariasis, anchylostomiasis, filariasis, enterobiasis, taeniasis)

Ascariasis
Definisi
Infeksi cacing usus Ascaris lumbricoides sebagai soil transmitted helminth yang hematogen
Etiologi
Ascaris lumbricoides golongan nematoda usus
Cacing benang bulat besar hidup di usus halus manusia
Berkembang di daerah iklim panas, lembab, dan sanitasi buruk
Prevalensi tinggi pada anak di Indonesia
Penularan secara oro-fecal
Siklus hidup
Soil transmitted
Feses manusia terinfeksi dgn telur A.lumbricoides betina dewasa
Feses jatuh di tempat yg panas, lembab - telur berkembang menjadi bentuk infektif
3 bentuk telur yg keluar bersama feses
Fertilized : telur telah dibuahi dengan 3 lapisan telur lengkap (albuminoid, kitin,
membran vitelin)
Decorticated : telur telah dibuahi tanpa lapisan albuminoid
Unfertilized : telur yang tidak dibuahi, terlalu cepat dikeluarkan cacing betina
dewasa
Telur fertilized menjadi bentuk infektif/matang pada lingkungan luar selama -3 minggu
Telur infektif terkontaminasi bersama makanan/minuman
Human transmitted
Telur infektif masuk bersama makanan/minuman terkontaminasi
Sampai di usus halus, telur menetas menjadi larva
Larva menembus epitel usus halus, masuk ke dalam aliran darah mesenterika
Larva sampai ke jantung kanan, dipompa ventrikel kiri ke seluruh tubuh
Larva sampai ke alveolus - bronkiolus - bronkus - trakea - nasofaring - refleks batuk
Larva kembali tertelan, sampai kembali ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa
Waktu dari telur - cacing dewasa 2-3 bulan
Patofisiologi
Larva pada paru menimbulkan obstruksi difusi alveolus - aliran udara terhambat - sesak nafas,
batuk (berdarah) jika kapiler alveolus pecah
Larva pada aliran darah perifer menimbulkan reaksi alergi : urtikaria, eosinofilia meninggi
Cacing dewasa membuat obstruksi usus halus - konstipasi, ileus (penggumpalan)
Buccal cavity cacing dewasa menghisap mikronutrien epitel usus : gangguan nutrisi (kebanyakan
pada anak)
Produksi enterotoksin cacing dewasa dalam lumen usus - sekresi Cl- lebih kuat dibanding Na+
karena peningkatan aktivitas adenilat siklase (cAMP) : diare akut
Manifestasi klinis
Stadium larva
Paru-paru (sering)
Kapiler alveolus paru rusak akibat eksudasi sel radang : demam, batuk
(berdarah), sesak nafas, pneumonitis askaris
Sindrom loeffler : infiltrat larva askaris mirip pneumonia viral pada foto toraks
(hilang dlm 3 minggu)
Sistemik (jarang) : otak, ginjal, mata, bone marrow, kulit
Alergik : gatal, urtikaria (bentol merah kulit), eosinofilia
Stadium dewasa
Mual, muntah, anorkesia, diare atau konstipasi, gangguan nutrisi (pada anak kebanyakan)
Infestasi cacing kronik : obstruksi usus (ileus) akibat penggumpalan cacing
Sumbatan sal.empedu, pankreas, divertikel (kantung/jar.tambahan usus), usus buntu
Kronik : keluar dari mulut lewat batuk-muntah atau dari hidung-feses langsung
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan feses : ditemukan telur cacing A.lumbricoides
Darah tepi : eosinofilia (stadium pulmonal larva : -3 minggu pertama)
Radiologi foto toraks : sindrom loeffler, ditemukan infiltrasi penumonitis askaris
Cacing dewasa keluar dari mulut lewat batuk-muntah atau dari hidung-feses langsung
Tatalaksana
Pilihan I
Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari (max 1 gr),
Mebendazol 2 x 100 mg/hari (3 hari), atau levamisol dosis tunggal 50-150 mg
Pilihan II
Piperazin sitrat selama 2 hari berturut
0-15 kg : 1 g/hari
15-25 kg : 2 g/hari
25-50 kg : 3 g/hari
+50 kg : 3.5 g/hari
Sediaan : tab 250 mg dan 500 mg
Penyakit cacing tambang
Definisi
Penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh anchylostoma duodenale (anchylostomiasis) atau
necator amercanus
Di Indonesia, penyakit cacing tambung lebih banyak disebabkan necator americanus dibanding
ancylostoma duodenale
Etiologi
Ancylostoma duodenale, necator americanus
Golongan nematoda usus yang ditularkan melalui tanah, STH (soil transmitted helminth)
Berhabitat di daerah kering, panas, pertambangan
Siklus hidup
Soil transmitted
Telur cacing betina berada dalam feses manusia yang terinfeksi sebelumnya
Feses jatuh pada tanah dengan kondisi hangat, lembab, basah
Telur menetas membentuk larva rabditiform yang belum infektif (1-1.5 hari)
Larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform yang infektif (3 hari)
Larva filariform infektif dapat menembus kulit manusia dan hidup di tanah 7-8 minggu
Human transmitted
Larva filariform menembus kulit manusia (biasanya sela antara 2 jari kaki dorsum pedis,
folikel rambut, pori-pori kulit, kulit terbuka/luka)
Kulit - kapiler darah - jantung kanan, ventrikel kiri memompa darah sistemik - difusi
alveolus - bronkiolus - bronkus - trakea - laring - refleks batuk (tertelan) - usus halus
(jejenum dan ileum)
Lama larva melakukan penetrasi melalui kulit sampai ke usus halus sekitar 2 minggu
Larva filariform dapat masuk secara oro-fecal dari makanan/minuman terkontaminasi
Larva filariform berkembang menjadi cacing dewasa pada usus halus
Cacing dewasa yang sampai pada jejenum dan ileum mengaitkan 2 pasang gigi ventral
runcing triangular pada permukaan epitel usus dan menghisap sari-sari makanan,
produksi toksin melalui buccal cavity
Larva filariform yang sampai ke alveolus paru menyebabkan obstruksi difuse
(menggagalkan difusi pasif O2 dan CO2 dalam kapiler), kapiler kadang pecah karena
sumbatan larva
Perbedaan infeksi cacing tambang
Gejala klinis yang ditimbulkan masing-masing cacing tambang sama, diagnosis, dan
tatalaksananya
Anchylostoma duodenale
Jumlah telur/cacing betina/hari 10rb-25rb
Rute infeksi secara oro-fecal dan perkutan
Necator americanus
Jumlah telur/cacing betina/hari lebih sedikit 5rb-10rb
Rute infeksi hanya perkutan saja, tidak pernah melalui oro-fecal
Manifestasi klinis
Stadium larva
Penetrasi larva melalui kulit : pruritus kulit (ground itch) biasanya di daerah kaki,
dermatitis, kadang ruam makulopapula sampai vesikel
Invasi usus halus : kembung, kolik abdomen (rasa tidak enak di perut), mual, muntah,
flatus (sering buang gas), diare
Invasi paru (biasanya ringan) : batuk (dapat berdarah jika sudah kronik), serak, iritasi
faring
Stadium dewasa
Anemia hipokrom mikrositer : anemia defisiensi yang disebabkan karena keadaan eritrosit
mengecil dengan kadar Hb kurang dari normal
Terjadi 10-20 minggu setelah sampai di usus halus, infeksi cacing +500 cacing dewasa
Buccal cavity cacing dewasa menyerap zat-zat yang diperlukan sebagai bahan
pembentukan dan pematangan eritrosit pada usus halus (jejenum dan ileum)
Derajat anemia tergantung banyaknya cacing dewasa dalam epitel usus halus, keadaan
gizi pasien (Fe, folat, vit.B12, dan protein)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan feses : didapatkan telur cacing A.duodenale atau necator americanus (infeksi berat
sampai timbul gejala klinis +500 telur cacing)
Pemeriksaan sputum batuk : ditemukan larva cacing
Pembiakan cara Harada-Mori untuk membedakan infeksi akibat necator americanus atau
ancylostoma duodenale
Darah lengkap : -Hb, eritrositopenia, eosinofilia (bulan pertama nampak)
Tatalaksana
Mebendazol 2 x 100 mg (3 hari)
Pirantel pamoat 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal (3 hari)
Albendazol 400 mg dosis tunggal
Tetrakloretilen
DOC untuk pasien ancylostomiasis
0.12 mL/kgBB, dosis tunggal tdk melebihi 5 mL
Telur dalam feses positif, pengobatan perlu diulang 2 minggu kemudian
Diberikan dalam keadaan perut kosong + 30 g MgSO4
KI : alkoholisme, kelainan pencernaan, konstipasi
Befanium hidroksinaftat
DOC untuk pasien ancylostomiasis dan pengobatan massal pada anak
2 x 5 g/hari selama 3 hari (dapat diulang jika perlu)
Filariasis bancrofti
Definisi
Penyakit kecacingan filaria yang disebabkan oleh W.bancrofti
Nama lain : wucheriasis, elephantiasis
Etiologi
Famili filaridae, nematoda (cacing benang) darah dan jaringan
Cacing dewasa ditemukan pada pembuluh dan jaringan limfe pasien (hospes definitif)
Cacing ditemukan pada otot, jar.ikat, rongga serosa vertebrata lainnya (kera, anjing)
Manusia sebagai hospes definitif, nyamuk sebagai vektor dan hospes intermediet
Vektor : nyamuk culex quinquefasciatus (perkotaan), genus anopheles atau aedes (pedesaan),
genus mansonia bukan sebagai vektor W.bancrofti
Siklus hidup
Siklus hidup cacing filaria, W.bancrofti dan B.malayi sama
Human stages
Larva stad.III menembus kulit melalui gigitan nyamuk sebagai vektor
Larva stad.IV memasuki pembuluh (saluran) dan kelenjar limfe
Larva stad.IV berkembang menjadi larva stad.V (cacing dewasa jantan dan betina) dalam
pembuluh dan kelenjar limfe
Perub.larva stad.III menjadi stad.V (cacing dewasa) selama 7-12 bulan, mengalami 2 kali
perub.kulit
Pada pembuluh dan kelenjar limfe mangalami varises limfe kaki bag.bawah, kelenjar ari-
ari, dan epididimis laki-laki atau kelenjar labium wanita
W.bancrofti dewasa (larva stad.V) memproduksi mikrofilaria bersarung (sheathed
microfilaria)
Mikrofilaria menembus dinding pembuluh limfe, menuju pembuluh darah yang berdekatan
Mikrofilaria memiliki periodisitas nokturnal untuk muncul pada darah tepi
Malam hari : mikrofilaria muncul di darah tepi
Siang hari : mikrofilaria di dalam kapiler darah visceral (paru, jantung, ginjal)
Periodisitas dapat berbeda antarwilayah negara, disebabkan :
Perbedaan kadar zat asam dan zat lemas dalam darah galur moyang
Aktivitas hospes (irama sirkadian)
Jenis hospes dan parasit
Mikrofilaria dalam darah siap dihisap kembali oleh nyamuk sebagai hospes intermediet
Mosquito stages
Mikrofilaria terhisap oleh nyamuk, terbawa ke lambung, sarungnya terlepas
Mikrofilaria telanjang menembus dinding lambung, bermuara di sela-sela otot thorax
Di sela-sela otot thorax terjadi pekembangan stadium larva
Larva stad.I : mikrofilaria membentuk larva, memendek, menyerupai sosis
Larva stad.II : kulit bertukar pertama, menjadi lebih panjang, lebih gemuk
Larva stad.III : kulit bertukar kedua, menjadi semakin panjang, tetapi lebih tipis
(kurus)
Larva stad.III bermigrasi ke rongga abdomen, ke kepala, sampai ke proboscis
Proboscis berisi larva stad.III siap diinfeksikan pada manusia (infektif)
Patogenesis
Pada manusia, hidup cacing dewasa filaria (pembuluh dan kelenjar limfe) dan mikrofilaria
(pembuluh darah)
Stadium dewasa dan mikrofilaria menimbulkan gejala klinis (keadaan hidup ataupun mati)
Mikrofilaria
Asimptomatis, kadang menyebabkan occult filariasis
Mikrofilaria dalam pembuluh darah meradang hingga ke paru, jantung, ginjal
Adanya mikrofilaria dalam kapiler visceral membentuk obstruksi aliran darah
Obstruksi pemb.darah disertai perlukaan endotel, epitel kadang terlepas, komposisi
jaringan yang mengendap bisa ruptur ke jar.sekitarnya
Kerusakan ginjal derajat rendah : hematuria makro-mikroskopik (lebih sering), proteinuria
Cacing dewasa
Cacing filaria dewasa menginfeksi pembuluh (limfangitis) dan kelenjar limfe (limfadenitis)
Cacing filaria dianggap sebagai antigen asing oleh tubuh, memicu terjadinya respon
inflamasi
Respon inflamasi : infiltrasi sel plasma, eosionofil, makrofag, proliferasi endotel limfe
Terjadi hipertrofi otot polos di sekitarnya karena proliferasi endotel limfe
Agregasi sel-sel radang menyebabkan terjadinya pembentukan granuloma (nodus-nodus
kecil)
Reaksi inflamasi memicu perlukaan endotel, endotel berproliferasi mengalami fibrosis
Granuloma dan fibrosis pada limfe menyebabkan terjadi dilatasi limfe (lymphangiektasia)
Granuloma dan fibrosis terakumulasi dalam dilatasi limfe, terjadi obstruksi limfe kronik
Cacing dewasa yang mati akibat respon inflamasi, mengalami kalsifikasi (pengapuran)
Kalsifikasi cacing yang mati menutup lumen limfe bersama granuloma dan fibrosis
Obstruksi (penutupan/penyumbatan) lumen limfe menyebabkan limfedema
(pembengkakan limfe)
Limfadema diisi oleh cairan interstitial yang seharusnya melewati pasase pembuluh limfe
Limfadema meluas pada seluruh tungkai kaki (elephantiasis), lengan, dan jar.limfe lainnya
Stadium dan manifestasi klinis
Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa batas nyata
Stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis
Pembesaran KGB inguinal
Darah tepi : mikrofilaria jumlah besar, eosinofilia
Limfoskintigrafi : limfe yang biasa ditemukan peradangan diberikan radiocolloid,
ditembakkan sinar elektromagnet
Pemeriksaan dgn limfosintigrafi ditemukan kerusakan saluran limfe, terjadi
lymphangiektasia
Stadium akut (dengan peradangan)
Hilang timbul dalam satu tahun, selama beberapa hari, satu atau dua minggu
Peradangan utama menyerang KGB inguinal
Limfadenitis dan limfangitis retrograd akut (ketiak, tungkai, epitrochlear, alat genital)
Limfadenitis : nyeri lokal, kelenjar limfe yg terkena keras, muntah, lesu, anoreksia,
demam, sakit kepala dan badan (malaise)
Pria : funikulitis, epididimitis, orkitis (peradangan testis), vas deferens membengkak,
mengalami nyeri perabaan (menyerupai hernia inkarserata)
Wanita : radang labium majus-minus
Stadium menahun (dengan penyumbatan)
Hydrocele : cairan sepanjang funiculus spermaticus
Adenolimfangitis (peradangan disertai pembesaran pembuluh limfe) testis
berulang, tunica vaginalis perforasi
Cairan interstitial t.vaginalis memasuki funiculus spermaticus
Kiluria (kadang) : urin putih susu
Dilatasi berulang pembuluh limfe sistem ekskretori dan urinaria, perforasi
Cairan interstitial pengisi pembuluh limfe terbawa masuk ke tubulus ginjal
Limfedema dan elefentiasis seluruh tungkai, seluruh lengan, testis, payudara, vulva
Tingkat limfadema tungkai
1. Edema pitting reversible pada tungkai jika tungkai diangkat
2. Pitting/non pitting edema irreversible jika tungkai diangkat
3. Edema non pitting irreversible jika tungkai diangkat, kulit menebal
4. Edema non pitting dengan fibrosis dan verukosa/kasar kulit (elephantiasis)
Pemeriksaan penunjang
Spesimen darah kapiler diambil (22.00 - 02.00) - apusan darah tebal atau tipis dengan giemsa atau
wright - ditemukan mikrofilaria 20 mf/mL atau lebih dalam 50 mikroL darah secara mikroskopik -
leukositosis dengan eosinofilia 10-30persen
Pemeriksaan serologis : ELISA, ICT (antibodi monoklonal AD12 dan Og4C3), antibodi subklas
IgG4
Pencitraan limfoskintigrafi : abnormalitas sistem limfatik (asimptomatis atau simptomatis)
Peragaan alur aliran limfe
Evaluasi kecepatan aliran limfe, kecepatan absorbsi dari tempat injeksi, mengukur waktu
akumulasi di kelenjar limfe
Peragaan pusat inflamasi dengan jar.lunak dan kelenjar baru dari proses inflamasi
menahun
Menemukan kerusakan trauma sal.limfe
Membedakan edema tungkai limfe, trauma mekanik tungkai bawah
Mengikuti proses perub.obliterasi limfe
Pemeriksaan USG dopler skrotum dan payudara : cacing dewasa aktif pada pembuluh limfe yang
berdilatasi
Tatalaksana
Perawatan umum
Tirah baring di daerah dingin (mengurangi serangan akut)
AB untuk infeksi sekunder dan abses
Pengikatan pada daerah pembendungan mengurangi edema
Pengobatan spesifik
Pengobatan infeksi
DEC (dietilcarbimazine) sebagai mikro-makrofilarisidal yang direkomendasikan
WHO
DEC tab 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari
Bila perlu diulang 1-6 bulan kemudian atau 2 hari/bulan 6-8
mg/kgBB/hari
Ivermektin efektif menurunkan kadar mikrofilaremia, tetapi tidak untuk
makrofilarisidal (cacing dewasa masih dapat hidup)
Albendazol bersifat mikro-makrofilarisidal, namun efektivitasnya tidak
semaksimal DEC
Efek samping DEC
Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam
Sakit kepala, sakit berbagai bagian tubuh, sendi-sendi,
anoreksia, lemah, hematuria, muntah
Kematian filaria secara spontan akan memicu respon inflamasi
akut
Terjadi beberapa jam setelah pemberian, tidak lebih dari 3 hari
Reaksi lokal dengan atau tanpa demam
Limfadenitis, abses, ulserasi, transien limfedema, hidrokel,
funikulitis, epididimitis
Terjadi segera, berlangsung lebih lama sampai beberapa
bulan
Menghilang dengan spontan
Pengobatan penyakit
Stadium menahun yang disertai hidrokel dan kiluria perlu dilakukan tindakan
aspirasi atau operasi apabila pengobatan infeksi adekuat tidak mengalami
regresi
Aspirasi hidrokel tidak digunakan karena beresiko infeksi dan relaps
Operasi hidrokel dilakukan dengan membebaskan tunica vaginalis yang terjebak
untuk melancarkan aliran limfe
Indikasi operasi hidrokel
Hidrokel besar menekan pembuluh darah
Indikasi kosmetik
Hidrokel permagna, dirasakan terlalu berat, mengganggu aktivitas
pasien
Terapi bedah limfe lain : limfangioplasti, prosedur jembatan limfe, transposisi flap
omentum, eksisi radikal dan graft kulit, anastomosis pembuluh limfe tepi ke
dalam, bedah mikrolimfatik
Pencegahan
Pencegahan masal
Profilaksis dosis tunggal : albendazol 400 mg + ivermectin 20 mg/kgBB 1x/tahun
selama 4-6 tahun
DEC dosis standar untuk profilaksis tidak dianjurkan (efek samping berat), dosis
yg dapat diberikan : 6 mg/kgBB dalam bentuk garam fortifikasi 0.2-0.4 persen
setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali
Pencegahan individu : penggunaan obat oles anti nyamuk, kelambu, insektisida
Global programme to eliminate lymphatic filariasis (WHO)
Interupsi transmisi : pencegahan masal profilaksis dosis tunggal 2 regimen obat
albendazol + ivermectin atau DEC dalam bentuk garam fortifikasi (seperti di atas)
Menurunkan angka morbiditas akibat filariasis : edukasi, meningkatkan hiegene
lokal
Filariasis malayi
Definisi
Penyakit kecacingan filaria yang disebabkan oleh Brugia malayi
Nama lain : filariasis limfatik
Etiologi
Famili filaridae, nematoda (cacing benang) darah dan jaringan
Manusia sebagai hospes definitif, nyamuk sebagai vektor dan hospes intermediet
Vektor : nyamuk dari genus anopheles (perkotaan), amigeres, dan mansonia (luar perkotaan), tidak
termasuk genus aedes maupun culex
Siklus hidup
Siklus hidup cacing filaria, W.bancrofti dan B.malayi memiliki kesamaan, terdapat 5 stadium larva,
mikrofilaria di dalam pembuluh darah, cacing dewasa di pembuluh dan kelenjar limfe
Perbedaannya hanya pada lama waktu inkubasi
Human stages : 3 bulan
Mosquito stages : 6-12 hari
Gejala klinis
Pada stadium mikrofilaremia asimtomatis, jumlah mikrofilaria dalam darah tepi lebih sedikit
dibandingkan stadium simtomatis akut (5x besarnya)
Khas : limfadenopati superfisial dengan eosinofilia 7-70 persen (lebih tinggi dibanding bancrofti)
Demam dan malaise
Limfadenitis biasanya mengenai limfe regio inguinal ipsi-lateral
Limfadenitis dapat berkembang menjadi bisul - bisul perforasi - membentuk ulkus - bekas berupa
jar.parut (tanda objektif)
Gambaran limfadema seperti tali yang memanjang
Infeksi sistem limfe : tungkai bawah di bawah lutut, ketiak, lengan bawah di bawah siku, limfe alat
kelamin dan payudara tidak terkena (filariaisis bancrofti sering menginfeksi limfe kelamin)
Infiltrasi peradangan sampai ke seluruh paha bag.atas
Limfangitis menjalar sampai ke bawah (retrograd)
Serangan muncul setelah aktivitas berat di ladang atau sawah
Pemeriksaan penunjang
Sama dengan filariasis bancrofti, pemeriksaan serologis tidak dapat digunakan mendeteksi
mikrofilaria (ketidaksediaan antibodi spesifik)
Pemeriksaan radiologis jarang dilakukan
Tatalaksana
Hampir sama dengan filariasis bancrofti
DEC 6 mg/kgBB/hari selama 6 hari atau 5 mg/kgBB/hari selama 10 hari (dosis dikurangi)
Profilaksis masal : dosis standar DEC dan dosis tunggal 2 regimen albendazol dan ivermectin tidak
dianjurkan - dosis rendah jangka panjang DEC 100 mg/minggu selama 40 minggu atau garam
DEC 0.2-0.4 persen selama 9-12 bulan
Pencegahan
Fenoxoilen 30 gram untuk menghambat pertumbuhan tanaman pistia stratiotes sebagai habitat
vektor mansonia
Filariasis timori
Gejala klinis, diagnosis, tatalaksana sama dengan filariasis malayi
Banyak dijumpai di Timor, pulau Rote, Flores dan pulau di sekitarnya
Vektor : anopheles barbirostis
Berbeda dengan brugia malayi dalam morfologi mikro-makrofilaria
Penyakit cacing kremi
Definisi
Penyakit infeksi cacing kremi oleh oxyuris vermicularis (oxyuriasis) atau enterobius vermicularis
(enterobiasis)
Etiologi
Nematoda usus non-soil transmitted helminth
Oxyuris vermicularis atau enterobius vermicularis
Siklus hidup
Cacing dewasa betina dan jantan hidup di caecum dan sekitarnya (ileum, appendix, colon
ascendens)
Cacing kopulasi, betina masih hidup dan jantan mati setelahnya
Cacing betina menghasilkan telur, kemudian mati
Telur keluar mengikuti suhu luar lebih rendah (di lipatan perianal dan perinium)
Telur menjadi infektif dalam lipatan perianal bbrapa jam
Autoinfeksi
Pruritus ani - tergaruk - telur infektif terbawa tangan atau kuku - termakan hospes
yg sama
Retroinfeksi
Dari lipatan perianal, telur menetas menjadi larva - bergerak kembali (retro) ke
usus besar melalui anus
Infeksi aerogen/inhalasi
Telur menyebar di pakaian, debu, makanan atau kain tempat tidur dari orang
terinfeksi - inhalasi telur oleh orang yg belum terinfeksi/sudah
Telur tertelan - menetas di duodenum menjadi larva - larva bermigrasi ke caecum dan sekitar - di
caecum dan sekitar larva tumbuh dewasa
Telur tertelan sampai cacing betina bertelur : 2-4 minggu
Patofisiologi
Kebanyakan gejala karena disebabkan stadium cacing dewasa betina gravid yg bermigrasi keluar
caecum
Migrasi ke lipatan perianal malam hari - meliuk-liuk (berkontraksi) meletakkan telurnya : pruritus
ani, iritasi anus
Migrasi ke lambung, esofagus, daerah sekitar caecum - berkontraksi melepaskan toksin : kolik
abdomen, mual, muntah, mencret
Manifestasi klinis
Pruritus ani pada malam hari
Luka garuk (iritasi) perianal
Radang saluran telur (tuba falopii dan vagina)
Kolik abdomen, mual, muntah mencret
Lainnya : anoreksia, BB turun, gigi menggeretak, insomnia, aktivitas meninggi, enuresis
(inkontinensia urin), mastrubasi
Pemeriksaan penunjang
Selotipe method : anal swabing dengan selotipe di sekitar anus pada pagi hari sebelum BAB dan
mencuci pantat (cebok) - ditemukan telur cacing
Telur cacing jarang terdapat pada feses
Pemeriksaan darah tepi (biasanya normal) : eosinofilia hanya sedikit
Tatalaksana
Mebendazol dosis tunggal 100 mg atau
Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari (max 1 gr)
Sedian di atas dapat diulangi 2 minggu kemudian
Taeniasis solium
Definisi
Infeksi cacing Taenia solium sebagai cestoda yang hidup pada hospes definitif tunggal (manusia)
dan hospes intermediet (babi, babi hutan, beruang)
Etiologi
Taenia solium golongan cestoda
Habitat
Cacing dewasa : jejenum proximal manusia (lebih dari 25 cacing, lebih banyak dibanding
T.saginata)
Larva cysticercus cellulosae : otot lidah, masseter, diafragma, jantung, hati, ginjal, paru-
paru, otak, mata (manusia dan hospes intermediet) - menyebabkan sistiserkosis pada
manusia
Telur T.solium bersifat polyxen (babi dan manusia sebagai hospes)
Siklus hidup
Hospes intermediet (babi)
Babi memakan proglottid gravid berisi telur berembrio atau memakan telur embrionya saja
dalam feses manusia
Telur berembrio masuk ke dalam usus halus babi - mengeluarkan embrio heksakan
(oncosphere)
Oncosphere menembus dinding usus - memasuki sirkulasi darah - sampai ke otot
(dominan : lidah, punggung, pundak)
Oncosphere di dalam otot berkembang menjadi cysticercus cellulosae (oncosphere
bergelembung)
Cysticercus (stadium kista) infektif dalam otot/daging babi
Hospes manusia
Daging babi dimasak kurang sempurna, cysticercus cellulosae (kista) tertelan bersama
daging
Cysticercus masuk ke lambung - melepaskan bentuk kista - cysticercus larva dengan
scolex invasif
Larva bergerak hingga ke jejenum proximal - melekatkan scolex (dengan rostellum : kait)
pada epitel usus - hidup dewasa dengan menyerap nutrien - melepaskan proglottid gravid
(5-12 minggu)
Proglottid gravid tertelan secara autoinfeksi (oro-fecal)
Telur berembrio masuk ke dalam usus halus - mengeluarkan embrio heksakan
(oncosphere)
Oncosphere menembus dinding usus - memasuki sirkulasi darah - sampai ke otot
Oncosphere di dalam otot berkembang menjadi cysticercus cellulosae (oncosphere
bergelembung)
Cysticercus (stadium kista) dalam otot, menjadi larva menginvasi organ lain (diafragma,
jantung, hati, ginjal, paru-paru, otak, mata) - visceral larva migrans - sistiserkosis
Patofisiologi
Menghambat destruksi oleh sistem komplemen tubuh
Cacing dewasa
Paramiosin : mengikat C1q - hambat aktivasi jalur klasik komplemen
Inhibitor protease serin (taeniestatin) : hambat aktivasi jalur klasifik atau alternatif
komplemen, -kemotaksis leukosit, -produksi sitokin
Kista cacing (sistiserkus otot)
Polisakarida sulfa (lapis dinding kista) : aktivasi kompelemen jauh dari parasit, -
deposisi komplemen, -sel radang penyerang
Meningkatkan produksi sitokin - produksi imunoglobulin - Ig sebagai sumber
protein kista cacing
Manifestasi klinis
Larva sistiserkus (sistiserkosis)
Subkutis, mata, otak, otot, otot jantung, hati, paru, rongga perut (visceral larva migrans)
Kalsifikasi sistiserkus - menimbulkan respon inflamasi lokal : pseudohipertrofi otot,
miositis, demam tinggi, eosinofilia
Otak atau medula spinalis : epilepsi, meningoensefalitis, nyeri kepala (tekanan intrakranial
meninggi), hidrosefalus internus (sumbatan CSS)
Sistiserkus ventrikel IV otak : kematian
Cacing dewasa usus (taeniasis)
Tidak banyak bergejala
Kolik abdomen, panas abdomen, diare menetap atau berselang dengan konstipasi,
anoreksia
Menyebabkan reaksi alergi : eosinofilia
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan feses : ditemukan telur cacing atau proglottid gravid
Darah tepi : eosinofilia
Sistiserkosis : eksisi daerah yang diduga mengandung larva sistiserkus - diamati mikroskopik
Tatalaksana
Pilihan I : prazikuantel dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari (diminum bersama air, sesudah makan) +
dianjurkan pencahar 2 jam sesudah terapi (mencegah sistiserkosis)
Pilihan II : niklosamid 2 dosis @ 1 gram selang 1 jam, anak : 1/2 dosis dewasa + dianjurkan
pencahar 2 jam sesudah obat terakhir diminum
Taeniasis saginata
Etiologi
Taenia solium
Cacing dewasa : jejenum proximal manusia (biasanya hanya 1, tidak sebanyak T.solium)
Hospes intermediet : sapi, herbivora lainnya
Larva sistiserkus bovis : otot masseter, paha belakang, kelosa dan otot lainnya pada hospes
intermediet
Telur T.saginata bersifat monoxen (hanya sapi) sebagai hospes)
Siklus hidup
Feses terinfeksi telur T.saginata termakan bersama rumput, tanaman lain oleh sapi
Autoinfeksi : telur tertelan oleh manusia lg secara oro-fecal jarang, tidak pernah terjadi
Telur infektif termakan oleh sapi - oncosphere - sistiserkus bovis di otot sapi (masseter, paha
belakang, kelosa) - termakan manusia - kista ke larva sistiserkus - larva sistiserkus sampai ke usus
halus
Di usus halus, larva sistiserkus bovis melekatkan scolex tanpa rostellum dengan bantuan 4 batil
isap - tumbuh menjadi dewasa
Proglottid gravid dihasilkan oleh cacing dewasa, keluar bersama feses manusia
Manifestasi klinis
Gejala ditimbulkan oleh cacing dewasa yang ada di usus halus manusia (taeniasis) : anoreksia,
mual, muntah, kolik dan panas abdomen, mencret, BB turun, tukak lambung
Stadium sistiserkus tidak bermigrasi ke otot manusia, tidak menimbulkan sistiserkosis
Pemeriksaan penunjang
Sama dengan taeniasis solium
Tatalaksana
Sama dengan taeniasis solium, hanya pada taeniasis saginata, pemberian obat pencahar 2 jam
setelah prazikuantel atau niklosamid tidak dianjurkan

2. Menjelaskan cara melakukan diagnostik spesifik untuk masing-masing infeksi kecacingan


3. Menjelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik obat antihelminth dan tatalaksana non-farmakologik (edukasi)

Pemilihan preparat
Askaris : pilihan I (pirantel pamoat, mebendazol, atau levamisol), atau pilihan II (piperazine sulfat)
Cacing kremi : mebendazol atau pirantel pamoat
Cacing tambang : mebendazol atau pirantel pamoat
Taenia : prazikuantel atau niklosamid
Filaria : DEC

Dietilcarbimazine
Farmakodinamik
Menghambat enzim asetilkolinesterase dalam otot - respons otot terhadap asetilkolin berkurang -
menurunkan aktivitas simpatis otot - paralisis (lemah otot, tidak bergerak bebas) - mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus
Melemahkan struktur membran kutikula mikrofilaria - permeabilitas membran berubah - mudah
dilisiskan makrofag dan komplemen imun
Kontraindikasi
Uveitis anterior : tidak diberikan secara topikal
Penyakit hipersensitivitas berat
Efek samping
Pusing, malaise, nyeri sendi, anoreksia, mual, muntah, gelisah, uveitis anterior
Reaksi alergi karena matinya cacing mengeluarkan substansi hipersensitivitas (histamin,
bradikinin) : reaksi alergi dikurangi dengan antihistamin atau kortikosteroid
Levamisol
Farmakodinamik
Merubah permeabilitas membran sel - keseimbangan ion-ion terganggu - potensial istirahat
digantikan dengan hiperpolarisasi - supresi impuls spontan (kejang) dan paralisis
Bersifat imunostimulan : meningkatkan respon imun seluler dan pematangan limfosit T
Kontraindikasi
Penyakit hipersensitivitas berat (autoimun)
Efek samping
Gangguan ringan gastro dan SSP (dosis ringan)
Flu-like syndrome dan agranulositosis reversible (dosis berat)
Albendazole
Farmakodinamik
Menghambat pengambilan glukosa oleh larva dan cacing dewasa - persediaan glikogen menurun -
pembentukan ATP berkurang - cacing mati
Kontraindikasi
Anak umur kurang dari 2 tahun, wanita hamil, sirosis hepatika
Efek samping
Nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, muntah, lemah, pusing, insomnia
Tiabendazole
Farmakodinamik
Menghambat enzim asetilkolinesterase dalam otot - respons otot terhadap asetilkolin berkurang -
menurunkan aktivitas simpatis otot - paralisis (lemah otot, tidak bergerak bebas) - mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus
Menghambat enzim fumarat reduktase - jalur pembentukan ATP terhambat - ATP sedikit dihasilkan
- metabolisme cacing berkurang - lemas, kematian
Imunostimulan : meningkatkan respon imun seluler dan pematangan limfosit T
Berefek anti-inflamasi meringankan gejala penyakit kecacingan
Kontraindikasi
Anak BB -15 kg, beraktivitas dengan kewaspadaan tinggi (efek sedatif), gangguan hati-ginjal,
hipersensitivitas
Efek samping
Anoreksia, mual, muntah, pusing, diare, nyeri epigastrium, sakit kepala, pusing, lelah, mengantuk
Mebendazole
Farmakodinamik
Merusak struktur subseluler cacing
Sterilitas telur cacing, menghambat pertumbuhannya menjadi larva
Menghambat enzim asetilkolinesterase dalam otot - respons otot terhadap asetilkolin berkurang -
menurunkan aktivitas simpatis otot - paralisis (lemah otot, tidak bergerak bebas) - mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus
Menghambat pengambilan glukosa oleh larva dan cacing dewasa - persediaan glikogen menurun -
pembentukan ATP berkurang - cacing mati
Kontraindikasi
Wanita hamil trimester pertama (embriotoksik dan teratogenik)
Alergi mebendazol sebelumnya
Aman untuk anemia dan malnutrisi
Efek samping
Diare dan sakit perut ringan sementara
Niklosamid
Farmakodinamik
Menghambat fosforilasi anaerobik ADP - energi tidak terbentuk - metabolisme cacing abnormal,
kematian
Mencerna skoleks dan segmen cacing
Niklosamid pada sistiserkosis T.solium perlu ditambah dengan pencahar 1-2 jam sesudahnya
(tidak merusak telur yg akan berkembang menjadi sistiserkosis)
Kontraindikasi
Aman untuk ibu hamil dan keadaan umum buruk, gangguan fungsi hati, ginjal, darah, tidak
mengiritasi lambung
Efek samping
Hampir bebas efek samping, kecuali sedikit keluhan sakit perut
Piperazine
Farmakodinamik
Menghambat enzim asetilkolinesterase dalam otot - respons otot terhadap asetilkolin berkurang -
menurunkan aktivitas simpatis otot - paralisis (lemah otot, tidak bergerak bebas) - mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus
Merubah permeabilitas membran sel - keseimbangan ion-ion terganggu - potensial istirahat
digantikan dengan hiperpolarisasi - supresi impuls spontan (kejang) dan paralisis
Kontraindikasi
Penderita epilepsi (memperkuat efek kejang), gangguan fungsi hati-ginjal
Anemia berat perlu pengawasan
Wanita hamil hanya jika benar-benar perlu
Efek samping
Jarang berefek samping, kadang mual, muntah, diare, alergi, penurunan TD selintas (IV), konvulsi
dan depresi pernapasan (dosis letal)
Pirantel pamoat
Farmakodinamik
Depolarisasi otot - frekuensi impuls meningkat - spasme (kontraksi otot involunter kuat dan
mendadak)
Menghambat enzim kolinesterase - meningkatkan kontraksi otot (kejang)
Kontraindikasi
Wanita hamil dan anak dibawah 2 tahun (belum ada penelitian)
Penggunaan bersama piperazine (keduanya saling antagonis)
Gangguan hati (meningkatkan SGOT)
Efek samping
Gangguan saluran cerna, demam, sakit kepala (jarang, ringan, sementara)
Prazikuantel
Farmakodinamik
Ion Ca2+ dalam sel hilang - kontraktur dan paralisis spastik reversibel - cacing terlepas dari tempat
perlekatan
Vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing - isi cacing keluar - memicu imunitas hospes -
kehancuran cacing oleh komplemen dan makrofag
Berefek profilaksis
Kontraindikasi
Wanita hamil trimester I dan wanita menyusui
Ocular cysticercosis (kehancuran parasit di mata bersifat cacat menetap)
Umur kurang dari 4 tahun
Efek samping
Sakit kepala, dizziness (pusing), lassitude (lemah), sakit perut, anoreksia bersifat reversibel
Ivermektin
Farmakodinamik
Meningkatkan aktivitas GABA dalam transmisi impuls di saraf tepi - paralisis
Tidak melewati BBB, tidak menimbulkan paralisis hospes
Kontraindikasi
Wanita hamil
Penggunaan bersama barbiturat, benzodiazepin, asam valproat
Efek samping
Demam, pruritus, sakit otot-sendi, sakit kepala, hipotensi, nyeri kelenjar limfe

Anda mungkin juga menyukai