Anda di halaman 1dari 52

Patofisiologi Penyakit

Infeksi Kecacingan

dr. Rauza Sukma Rita, Ph.D


Referensi

• Buku Parasitologi FK UI, topik Infeksi Kecacingan


• Buku-lain topik Infeksi Kecacingan
• Jurnal-jurnal terkait
Askariasis

Definisi

 penyakit infeksi yang disebabkan oleh Ascaris


lumbricoides (cacing gelang) yang hidup di usus
halus manusia dan penularannya melalui tanah
 Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu
tersebar di seluruh dunia, frekuensi terbesar berada
di negara tropis yang lembab
 Prevalensi kadangkala mencapai di atas 50%.
 Angka prevalensi dan intensitas infeksi biasanya
paling tinggi pada anak usia 5-15 tahun
Askariasis

Siklus Hidup

 Siklus hidup cacing ini membutuhkan waktu 4 – 8


minggu untuk menjadi dewasa
 Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena
mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi telur cacing yang telah berkembang
(telur berembrio)
 Telur yang telah berkembang tadi menetas menjadi
larva di usus halus.
Askariasis
Siklus Hidup
 Larva bergerak menembus pembuluh darah dan
limfe usus mengikuti aliran darah ke hati atau
ductus thoracicus menuju ke jantung
 Kemudian larva dipompa ke paru
 Larva di paru mencapai alveoli dan tinggal
disitu selama 10 hari untuk berkembang lebih lanjut
 Bila larva telah berukuran 1,5 mm, ia mulai
bermigrasi ke saluran nafas  epiglotis  esofagus
 lambung  kembali ke usus halus dan menjadi
dewasa
Askariasis
Siklus Hidup

 Umur normal cacing dewasa : 12 bulan; paling lama


bisa > 20 bulan
 Cacing betina dapat memproduksi lebih dari 200.000
telur sehari
 Pada kondisi yang memungkinkan, telur dapat tetap
bertahan hidup di tanah selama 17 bulan sd
beberapa tahun
Askariasis
Manifestasi Klinis

 Infeksi ringan cacing ini biasanya ditandai dengan


sedikit gejala atau tanpa gejala sama sekali
 Kelainan patologi yang terjadi, disebabkan oleh dua
stadium :
1. Kelainan oleh larva
2. Kelainan oleh cacing dewasa
Askariasis
Manifestasi Klinis
1. Kelainan oleh larva
 berupa efek larva yang bermigrasi di paru
Gejala : demam, dyspneu, batuk, malaise bahkan
pneumonia
Gejala ini terjadi 4-16 hari setelah infeksi.
Cyanosis dan tachycardia dapat ditemukan pada
tahap akhir infeksi.
Semua gejala ini dinamakan Ascaris pneumonia
atau Syndroma loffler
Kelainan ini akan menghilang dalam waktu ± 1 bulan
Askariasis
Manifestasi Klinis

2. Kelainan oleh cacing dewasa


 berupa efek mekanis jika jumlahnya cukup
banyak  terbentuk bolus  obstruksi parsial
atau total
 Migrasi yang menyimpang dapat menyebabkan
berbagai efek patologi, tergantung kepada
tempat akhir migrasinya
Askariasis
Manifestasi Klinis

 Infeksi Ascaris lumbricoides dapat menyebabkan


gangguan absorbsi beberapa zat gizi, seperti
karbohidrat dan protein, dan cacing ini dapat
memetabolisme vitamin A  kekurangan gizi,
defisiensi vitamin A dan anemia ringan
Askariasis
Diagnosis

 Ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa


atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja
Askariasis
Penatalaksanaan

1. Pemberian obat cacing : pirantel pamoat 10 mg/kg


BB dosis tunggal
2. Pemberian asupan nutrisi berimbang
3. Pada infeksi yang berat, perlu dipertimbangkan
pemberian vitamin A
Askariasis
Pencegahan
1. Pengobatan masal 6 bulan sekali di daerah endemik
atau di daerah yang rawan askariasis
2. Penyuluhan kesehatan tentang sanitas yang baik,
hygiene keluarga dan hygiene pribadi, meliputi :
- Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman
- Sebelum melakukan persiapan makanan dan
hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu
menggunakan sabun
- Buang air besar di jamban, tidak di sungai atau di
kebun
Askariasis
Pencegahan
2. Penyuluhan kesehatan tentang sanitas yang baik,
hygiene keluarga dan hygiene pribadi, meliputi :
- Sayuran segar (mentah) yang akan dimakan
sebagai lalapan, harus dicuci bersih dan disiram
lagi dengan air hangat karena telur cacing dapat
hidup di dalam tanah selama bertahun-tahun
Trichuriasis
Defenisi

 penyakit infeksi yang disebabkan oleh Trichuris


trichiura (cacing cambuk) yang hidup di usus besar
manusia khususnya caecum yang penularannya
melalui tanah
Trichuriasis
Epidemiologi

 Cacing ini tersebar di seluruh dunia


 Prevalensinya paling tinggi di daerah panas dan
lembab, seperti di negara tropis dan juga di daerah
dengan sanitasi yang buruk
 Cacing ini jarang dijumpai di daerah yang
gersang, sangat panas atau sangat dingin
 Cacing ini merupakan penyebab infeksi cacing
kedua terbanyak pada manusia di daerah tropis
Trichuriasis
Siklus Hidup

 Siklus hidup cacing ini langsung dan menjadi


dewasa pada satu inang
 Cacing dewasa masuk ke mukosa caecum dan colon
proximal manusia dan dapat hidup di saluran
pencernaan selama bertahun-tahun
 Cacing betina diperkirakan memproduksi lebih dari
1000 telur perhari.
Trichuriasis
Siklus Hidup
 Telur yang keluar melalui tinja menjadi infektif dalam
waktu 10-14 hari (lebih kurang tiga minggu) di tanah
yang hangat dan lembab
 Manusia mendapat infeksi karena menelan telur
infektif dari tanah yang mengkontaminasi tangan,
makanan, dan sayuran segar
 Selanjutnya larva cacing tumbuh dan berkembang
menjadi dewasa dalam waktu 1-3 bulan setelah
infeksi
 Telur ditemukan dalam tinja setelah 70-90 hari sejak
terinfeksi
Trichuriasis

Gejala Klinis
- Infeksi ringan pada manusia biasanya tanpa gejala
- Kelainan patologi disebabkan oleh cacing dewasa
- Bila jumlah cacing cukup banyak, dapat
menyebabkan kolitis dan apendisitis, akibat
blokade lumen apendiks
- Infeksi yang berat  nyeri perut, tenesmus, diare
berisi darah dan lendir, anemia, prolapsus rektum,
dan hipoproteinemia
Trichuriasis

Diagnosis
Ditegakkan dengan menemukan telur cacing di
dalam tinja
Trichuriasis

Penatalaksanaan
Pemberian obat cacing :
Mebendazol 100 mg 2 x sehari selama 3 hari
berturut-turut atau dosis tunggal 500 mg
Atasi gejala simptomatis
Pemberian nutrisi berimbang
Trichuriasis

Pencegahan
Pencegahan trikuriasis sama dengan askariasis
yaitu :
- buang air besar di jamban
- mencuci dengan baik sayuran yang dimakan
mentah (lalapan)
- pendidikan tenang sanitasi dan kebersihan
perorangan seperti mencuci tangan sebelum
makan dengan sabun
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Defenisi
Penyakit yang disebabkan oleh cacing
tambang ( Ancylostoma duodenale dan atau
Necator americanus)
Cacing tambang mengisap darah  keluhan
yang berhubungan dengan anemia, gangguan
pertumbuhan terutama pada anak dan dapat
menyebabkan retardasi mental
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Cara Penularan
Kontak dengan tanah yang terkontaminasi
Epidemiologi
Cacing ini merupakan penyebab infeksi kronis yang
paling sering
Orang yang terinfeksi diperkirakan mencapai ¼ dari
populasi penduduk dunia di negara tropis dan
subtropis
Jumlah penderita infeksi cacing tambang paling
banyak dijumpai di Asia, diikuti negara-negara sub–
Sahara Afrika
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup dan melekat pada mukosa
jejunum dan bagian atas ileum
Cacing betina N. americanus dapat memproduksi
10.000 telur sehari dan A. duodenale
memproduksi 20.000 telur sehari
Dalam kondisi yang memungkinkan; tanah
berpasir yang hangat dan lembab, telur di tanah
tumbuh dan berkembang menjadi embrio dalam
24-48 jam pada suhu 23 sampai 30 °C.
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Siklus Hidup
Penularan terjadi karena penetrasi larva
filariform melalui kulit atau pada Ancylostoma
duodenale lebih sering tertular karena tertelan
larva filariform dari pada penetrasi larva
tersebut melalui kulit
Selanjutnya cacing ini tumbuh dan
berkembang menjadi cacing dewasa, kawin
dan mulai bertelur 4 sd 7 minggu setelah
terinfeksi
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Siklus Hidup
Larva filariform A. duodenale yang tertelan
tumbuh dan berkembang menjadi cacing
dewasa tanpa migrasi paru
Cacing dewasa dapat hidup selama satu tahun
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Gejala Klinis
Infeksi ringan cacing ini biasanya ditandai
dengan sedikit gejala atau tanpa
gejala sama sekali
Pada infeksi yang berat, kelainan patologi yang
terjadi disebabkan oleh tiga fase : fase
cutaneus, fase pulmonary, dan fase intestinal
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Gejala Klinis
1. Fase cutaneus
- cutaneus larva migrans, berupa efek larva
yang menembus kulit
- Larva ini menyebabkan dermatitis yang
disebut Ground itch
- Timbul rasa nyeri dan gatal pada tempat
penetrasi
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Gejala Klinis
2. Fase pulmonary
- berupa efek yang disebabkan oleh migrasi
larva dari pembuluh darah kapiler ke
alveolus.
- Larva ini menyebabkan batuk kering, asma
yang disertai dengan wheezing dan demam.
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Gejala Klinis
3. Fase intestinal
- berupa efek yang disebabkan oleh perlekatan
cacing dewasa pada mukosa usus halus dan
pengisapan darah
- Cacing ini dapat mengiritasi usus halus
menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, diare, dan
feses yang berdarah dan berlendir
- Anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing
tambang kronis akibat kehilangan darah melalui usus
akibat dihisap oleh cacing tersebut di mukosa usus.
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Gejala Klinis
- Jumlah darah yang hilang per hari per satu ekor
cacing adalah 0,03 mL pada infeksi N. americanus
dan 0,15 mL pada infeksi A.duodenale
- Jumlah darah yang hilang setiap harinya adalah 2
mL/1000 telur/gram tinja pada infeksi N. americanus
dan 5 mL/1000 telur/gram tinja pada infeksi
A.duodenale  kadar hemoglobin dapat turun
mencapai level 5 gr/dl atau lebih rendah
- Pada anak, infeksi cacing ini dapat menganggu
pertumbuhan fisik dan mental.
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja segar atau biakan
tinja dengan cara Harada-Mori
Ankilostomiasis (Infeksi
Cacing Tambang)
Penatalaksanaan
Pengobatan : pirantel pamoat 10 mg/kgBB
selama 3 hari
Sulfas ferosus 3x1 tablet untuk orang dewasa
atau 10 mg/kgBB/kali untuk anak-anak  untuk
mengatasi anemia
Filariasis
Defenisi
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit
menular kronik yang disebabkan sumbatan
cacing filaria di kelenjar /saluran getah bening
Gejala yang ditimbulkan berupa demam
berulang, radang kelenjar/saluran getah
bening, edema, dan gejala kronik berupa
elefantiasis
Filariasis
Etiologi
Di Indonesia ditemukan 3 spesies cacing filaria
: Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori yang masing-masingnya penyebab
filariasis bancrofti, filariasis malayi, dan
filariasis timori
Beragam spesies nyamuk dapat berperan
sebagai penular (vektor) penyakit tersebut
Filariasis
Etiologi
Di Indonesia ditemukan 3 spesies cacing filaria
: Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori yang masing-masingnya penyebab
filariasis bancrofti, filariasis malayi, dan
filariasis timori
Beragam spesies nyamuk dapat berperan
sebagai penular (vektor) penyakit tersebut
Filariasis

Etiologi
- Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga
saat ini telah diketahui ada 23 spesies
nyamuk dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, Aedes dan Armigeres
- Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ
kelamin.
Filariasis

Gejala Klinis
1. Filariasis tanpa gejala
- Umumnya di daerah endemik
- Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan
pembesaran kelenjar limfe terutama di
daerah inguinal
- Pada pemeriksaan darah ditemukan
mikrofilaria dalam jumlah besar dan eosinofilia
Filariasis

Gejala Klinis
2. Filariasis dengan peradangan
- Demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah
yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu
- Organ yang terkena terutama saluran limfe tungkai dan
alat kelamin
- Pada lak-laki umumnya terdapat funikulitis disertai
penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis, dan
pembengkakan skrotum
Filariasis

Gejala Klinis
2. Filariasis dengan peradangan
- Serangan akut dapat berlangsung satu bulan
atau lebih
- Bila keadaannya berat dapat menyebabkan
abses ginjal, pembengkakan epididimis,
jaringan retroperitoneal, kelenjar inguinal, dan
otot ileopsoas
Filariasis

Gejala Klinis
3. Filariasis dengan penyumbatan
- Pada stadium menahun, terjadi jaringan granulasi
yang proliferatif dan pelebaran saluran limfe yang luas
lalu timbul elefantiasis
- Penyumbatan saluran limfe perut bagian tengah
mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan
bagian luar alat kelamin pada perempuan
- Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi tungkai
dan bagian luar alat kelamin
Filariasis

Gejala Klinis
3. Filariasis dengan penyumbatan
- Elefantiasis umumnya mengenai tungkai serta alat
kelamin dan menyebabkan perubahan yang luas
- Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal
pecah akan timbul kiluria (keluarnya cairan limfe
dalam urin), sedangkan bila yang pecah saluran
limfe peritonium, terjadi asites yang banyak
mengandung kilus
Filariasis

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis
Diagnosis pasti dengan menemukan
mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil
malam hari (pukul 22.00 – 02.00 dinihari) dan
dipulas dengan pewarnaan Giemsa
Pada keadaan kronik pemeriksaan ini sering
negatif
Filariasis

Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum
- istirahat di tempat tidur
- Nutrisi seimbang
- Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses
- Perawatan elefantiasis dengan mencuci kaki
dan merawat luka
Filariasis
Penatalaksanaan
2. Pengobatan Spesifik
- Untuk pengobatan individual, diberikan Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC) 6 mg/kgBB 3 x sehari
selama 12 hari
Efek samping : mual, pusing, dan demam
- Pengobatan masal (rekomendasi WHO) : DEC 6 mg/kg
BB dan albendazol 400 mg (ditambah paracetamol)
dosis tunggal, sekali setahun selama 5 tahun
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai