Anda di halaman 1dari 52

Tatalaksana Infeksi Dengue

Divisi Infeksi Tropis


Departemen Anak
RSUP Dr Kariadi-FK UNDIP
Guidelines WHO
2009
2011 2012

WHO-TDR
WHO-SEARO
WHO-TDR
1997 Diagnosis classification
2009 2011 2012
Dengue fever Dengue without Dengue fever Dengue without
warning signs warning signs

DHF grade I Dengue with DHF grade I Dengue with


warning signs warning signs

DHF grade II DHF grade II


DHF grade III Severe dengue DHF grade III Severe dengue
( severe plasma ( severe plasma
leakage, severe leakage, severe
hemorrhage, hemorrhage, severe
severe organ organ involvement)
involvement)
DHF grade IV DHF grade IV
* Expanded dengue
syndrome
Adult management Adult management Adult management
Klasifikasi Dengue ( 2009 )
DENGUE ± Tanda2 Bahaya DENGUE BERAT

1. Kebocoran plasma berat


Tanpa Tanda2 2. Perdarahan berat
Bahaya 3. Disfungi organ berat

• Diagnosis Presumptive Tanda2 Bahaya * 1.Kebocoran plasma berat mengarah ke


• Demam • Sakit perut atau nyeri tekan • Shock (DSS)
• Anoreksia and nausea • Muntah terus menerus • Akumulasi cairan dengan
• Ruam • Penumpukan cairan (klinis)

sesak nafas
Sakit dan nyeri • Perdarahan mukosa

2. Perdarahan berat dievaluasi (klinisi)
± tanda-tanda bahaya • Lethargy; lemah
• 3. Disfungsi organ berat
Leukopenia
• Pembesaran hati >2cm • Liver: SGOT atau SGPT >=1000
• tourniquet test (+)
• Laboratory: peningkatan HCT • SSP : penurunan kesadaran
• Riwayat tetangga DBD
dengan penurunan jumlah • Jantung & organ lain
• / perjalanan ke daerah trombosit yang cepat
endemik
Gunakan untuk menilai berat ringan nya DBD I-II
( deteksi awal kearah DBD III-IV )
Kesepakatan UKK Infeksi & Ped Tropis
• Pedoman yang masih
dipergunakan adalah
guideline WHO 1997

Mengingat WHO merevisi buku pedoman tersebut,


maka UKK bersepakat;
Pedoman yang dipergunakan
di Indonesia adalah “harmonisasi” dari ketiga buku
pedoman
WHO guidelines
Guideline Issue
WHO 1997 Pengetahuan dasar mengenai epidemiologi,
patogenesis, diagnosis dan tata laksana kasus, tata
laksana KLB, dan vector control

WHO-TDR • Pemakaian “warning signs” untuk menjaring lebih


2009+2012 banyak kasus
• Klasifikasi severe dengue
• Syok kompensasi dan dekompensasi (hipotensif)

WHO-SEARO • “Warning signs” dipergunakan untuk mendeteksi


2011 syok secara dini
• Klasifikasi expanded dengue syndrome
• Laboratorium A-B-C-S
Klasifikasi Diagnosis Dengue WHO-SEARO 2011

Source: Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Revised and expanded edition. Regional office for South-East Asia, New Delhi, India 2011.
Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue
Sejak kapan pasien demam?

Pada umumnya demam reda


pada hari sakit ke 3-4

Perhatikan setiap fase


mempunyai masalah berbeda

Pola kinetik kadar Ht dan


trombosit pada setiap fase
berbeda

Uji diagnostik perlu


diperhatikan pada setiap fase
NS-1

Fase perjalanan penyakit


sangat penting
Alur skrining pasien Tersangka Infeksi Dengue

• Perlu dirawat?
• Perlu pemantauan?
• Rawat jalan?

• Dengan merawat di ruang rawat sehari (one day care=ODC),


mengurangi 76% rawat inap
• Sangat berguna dalam keadaan KLB dengue
(Sri Rezeki Hadinegoro, 1998)
Tata laksanaTersangka Infeksi Dengue
• Demam <7 hari • Nyeri kepala, nyeri retroorbital , mialgia,
• Ruam kulit artralgia
• Manifestasi perdarahan (uji • Leukopenia (4000/mL)
tourniquet / spontan) • Terdapat kasus dengue di lingkungannya

“Warning signs”
• Tidak perbaikan klinis saat suhu reda • Perdarahan: epistaxkss, bab hitam, hematemesis,
• Menolak makan/minum menoragia, urin coklat (haemoglobinuria /hematuria)
• Muntah berulang • Giddines
• Nyeri perut hebat • Pucat, ekstrimitas dingin
• Letargi, perubahan perilaku • Diuresis menurun dalam 4-6 jam
Tidak Ya

Tidak • Ko-morbiditas Ya
• Indikasi sosial
Rawat inap Pemantauan klinis + lab

Pulang, “Warning DBD Sindrom Expanded Dengue


rawat jalan Pemantauan Signs” syok dengue Syndrome
ketat • Keterlibatan organ
• Komplikasi
• Ko-morbiditas
• Ko-infeksi
Tersangka infeksi dengue
- Demam < 7 hari - Nyeri kepala dan retroorbital,
- Ruam mialgia, arthralgia
- Manifestasi perdarahan - Leukopeni ( < 4000 u/L )
( Rumple Leed (+) - Kasus DBD lingkungan (+)

Tanda bahaya ( warning signs )


- Pada fase afebris klinis tdk ada perbaikan atau - Perdarahan : mimisen, muntah & BAB hitam,
memburuk menstruasi berlebihan, urin berwarna hitam
- Tidak mau minum ( hemoglobinuria ) atau hematuria
- Muntah terus menerus - Giddinez
- Nyeri perut hebat - Pucat, tangan –kaki teraba dingin
- Letargi dan / gelisah, perubahan perilaku - Diuresis berkurang dalam 4-6 jam

TIDAK YA
Pemantauan Klinis & Lab
- Komorbid
TIDAK - Indikasi sosial YA Rawat inap

Rawat jalan
DBD DBD Expanded Dengue
tanpa syok dengan syok Sindrom
- Minum ditingkatkan Ditemukan
• Keterlibatan organ
- Antipiretik Tanda bahaya • Komplikasi
• Ko-morbiditas
• Ko-infeksi
Demam + Tersangka Infeksi Dengue
Manifestasi perdarahan, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, mialgia,
artralgia, ruam
Lakukan Uji Tourniquet
apabila positif

Demam < 3 hari Demam 3 hari

Warning signs/syok (+) Warning signs/syok (-) Darah perifer


lengkap
Leukopenia Tidak leukopenia
Pem lab sbg data dasar
Darah perifer lengkap dan/atau atau
Edukasi orang tua
Gula darah trombositopenia trombositopenia
Dapat dipulangkan
Resusitasi intravena/ Monitor setiap hari,
koreksi dehidrasi bila memungkinkan
DD/ penyakit lain WS (-) WS (+) WS (+) WS (-)
Observasi, sebentar/
lama tergantung Dx High risk Monitor/MRS
DSS jarang terjadi pada patients Berikan cairan IV
Monitor lembaran dengue
demam <2 hari
World Health Organization. Revised and expanded edition. Regional office for South-East Asia, New Delhi, India 2011.4
“Warning Signs”
• Tidak ada perbaikan klinis • Perdarahan: epistaksis, bab
detelah demam reda hitam, hematemesis, menoragia,
• Menolak makan/minum bak coklat (haemoglobinuria atau
• Muntah berulang hematuria)
• Giddines
• Nyeri perut hebat
• Letargi, perubahan perilaku • Diuresis menurun selama 4-6 jam

• Pucat, ekstrimitas dingin

Untuk mendeteksi dini syok


Penting
Membedakan antara Demam Dengue (DD) dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD)
• DBD bukan kelanjutan DD, namun beda “disease
intity”
• Pada DBD terdapat perembesan plasma, DD tidak
• Pada DBD dapat disertai syok, DD tidak
• DD mempunyai prognosis lebih baik daripada DBD
• Perdarahan pada DD ringan
• Secara klinis perbedaan DD dan DBD dapat
diketahui dengan monitor suhu saat perpindahan
fase demam ke fase syok (hari sakit ke 3-5)
Pemantauan demam pada Demam Dengue

Tips
Pada Demam Dengue:
setelah suhu reda,
klinis & nafsu makan membaik

Time of fever defervescence


emp (Saat suhu reda)

Hari sakit/demam
Nasehat kepada orang tua
sebelum pasien dipulangkan
 Anak harus istirahat
 Cukup minum selain air putih dapat diberikan
susu, jus buah, cairan elektrolit, air tajin: ditandai
dengan frekuensi bak setiap 4 – 6 jam.
 Parasetamol 10mg/kgBB/kali diberikan apabila
suhu > 38oC dengan interval 4-6 jam
 Hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen
 Berikan kompres hangat
Kapan anak harus segera dibawa
kembali ke rumah sakit
 Pada saat suhu turun keadaan anak memburuk,
 Nyeri perut hebat,
 Muntah terus menerus,
 Tangan dan kakidingin dan lembab,
 Letargi atau gelisah/rewel,
 Anak tampak lemas,
 Perdarahan (misalnya b.a.b berwarna hitam atau
muntah hitam),
 Sesak nafas,
 Tidak buang air kecil lebih dari 4 – 6 jam,
 Kejang
Pemantauan pada rawat jalan
• Pasien rawat jalan harus kembali berobat setiap
hari sampai melewati fase kritis,
• pola demam,
• jumlah cairan yang masuk dan keluar (misalnya
muntah, buang air kecil),
• tanda-tanda perembesan plasma dan perdarahan,
• pemeriksaan darah Hb, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit
Tata laksana pasien rawat
inap
• Tatalaksana DBD
• dini, segera dan tepat akan mengurangi morbiditas dan
mortalitas DBD.
• terapi yang berlebihan memperberat penyakit

• Pengobatan DBD simtomatis dan suportif


• terutama berupa penggantian cairan akibat perembesan
plasma
• mencegah timbulnya syok
• mengobati syok bila sudah terjadi
Perhatian untuk pasien rawat inap
• Pencegahan terjadinya syok
• prognosis jauh lebih baik dibanding bila pasien syok,
• bagian yang sangat penting mendeteksi adanya
perembesan plasma
• Awal perembesan plasma
• terjadi sekitar saat suhu tubuh turun (time of fever
defervescence).
• Trombositopenia
• indikator yang baik untuk mendeteksi perembesan plasma.
• Syok yang berkepanjangan
• Pada umumnya karena perdarahan saluran cern
Tata laksana DBD tanpa syok
• Istirahat
• Penggantian cairan
– pilihan: cairan kristaloid isotonik ringer laktat
atau ringer asetat
– perembesan plasma hebat dan dengan cairan
kristaloid tidak berhasi: koloid hiperonkotik
(osmolaritas > 300 mOsm/l): dextran 40 atau
cairan HES
– bayi <6 bulan : cairan NaCl 0,45%
Tata laksana DBD tanpa syok

• Jumlah cairan
– Volume rumatan (maintenance) + dehidrasi 5%
• Pasien dengan obesitas,
– penghitungan cairan berdasarkan berat badan
ideal
• Kecepatan pemberian cairan intravena
– disesuaikan dengan kondisi klinis dan
laboratorium secara berkala untuk
menghindari kelebihan cairan
Kecepatan cairan intravena DBD tanpa syok

Sumber: Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Guideline for Dengue & Dengue Haemorrhagic Fever Management. Bangkok Medical Publisher, Bangkok 2003.
Pemantauan
• Pemantauan selama perawatan
– Tanda-tanda vital: keadaan umum, suhu, frekuensi nadi, frekuensi
nafas, dan tekanan darah dilakukan setiap 2-4 jam sekali pada pasien
tanpa syok dan 1-2 jam sekali pada pasien syok
– muntah, perdarahan, dan “warning signs”
– perfusi perifer, harus sering diulang untuk mendeteksi awal gejala
syok

• Pemeriksaan hematokrit
– awal dilakukan sebelum resusitasi atau pemberian cairan intravena
(sebagai data dasar), diupayakan dilakukan setiap 4-6 jam sekali

• Pemantauan volume urin


– minimal 8-12 jam untuk pasien yang tidak syok
– tiap jam untuk syok berkepanjangan atau pada pasien dengan
kelebihan cairan
– upayakan jumlah urin 0,5ml/kgBB/jam
Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer lengkap, kadar gula darah, uji


fungsi hati, sistem koagulasi sesuai indikasi
• Foto dada posisi right lateral decubitus apabila
diperlukan
• Periksa golongan darah pada semua pasien DSS
• Atas indikasi: USG, EKG
• Pasien risiko tinggi, obesitas, bayi, ibu hamil, ko-
morbid (DM, hipertensi, thalasemia, sindrom
nefrotik) pemeriksaan laboratorium atas indikasi
Sindrom Syok Dengue

• Syok hipovolemik akibat perembesan plasma


• fase dini, syok kompensasi /compensated shock
• fase lanjut , syok dekompensasi/uncompensated shock

• Prinsip utama pada pengobatan SSD


• pemberian cairan yang cepat dengan jumlah yang
adekuat.
• segera atasi ko-morbid dan penyulit: hipoglikemi,
gangguan asam basa dan elektrolit
Sindrom Syok Dengue Terkompensasi
• Berikan oksigen 2-4L/menit
• Cek kadar hematokrit
•Kristaloid RL/RA 10-20ml/kg.BB bolus dalam 10-20 menit

Ya Tidak
Syok teratasi
IVFD 10ml/kg.BB, 1-2 jam Periksa Ht, AGD, gula darah,
kalsium, perdarahan (ABCS)
Koreksi asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia
Tanda vital stabil
Turunkan IVFD bertahap
Ht naik Ht turun
7, 5, 3 , dan 1,5 ml/kg.BB/jam

Bolus ke-2 dg kristaloid atau


Koloid 10-20ml/kg.BB Perdarahan
Stop IVFD dalam 10-20 menit Tidak jelas
maksimal 48 jam
setelah syok teratasi
Koloid 10-20ml/kg.BB
Transfusi darah
dalam 10-20menit, jika syok
menetap dianjurkan transfusi
Tata laksana Syok Dengue Terkompensasi

• Berikan oksigen 2-4 liter per menit


• Resusitasi dengan cairan kristaloid isotonik
intravena 10 -20 ml/kgBB berupa bolus dalam 10-20
menit.
• Periksa dan pantau hematokrit
• Apabila syok telah teratasi,
• berikan cairan 10 ml/kg BB/jam selama 1-2 jam
• jika sirkulasi stabil jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7,5-5-3-1,5ml/kgBB/jam.
• 24-48 jam pasca resusitasi, cairan intra vena sudah tidak
diperlukan
Nama …………BB…kg Rumatan ……ml/hari=….ml/jam,
rumatan+def5%....ml/hari=…ml/jam
10
6 jam: ….ml
Kecepatan cairan (ml/jam)

8 12 jam: ….ml
10-5ml/kgBB/jam
18 jam: ….ml
6
5-3ml/kgBB/jam 24 jam: ….ml
4
3-1,5ml/kgBB/jam

2 1,5ml/kgBB/jam
Syok

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 jam

Kecepatan cairan intravena pada DSS (ml/jam)


Jam ke

Jam

Jenis

Ht %

Urin,ml

Sumber: Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Guideline for Dengue & Dengue Haemorrhagic Fever Managemant. Bangkok Medical Publisher, Bangkok 2003.
Syok Dengue Terkompensasi
apabila syok tidak teratasi

• Apabila syok tidak teratasi, berarti pasien jatuh


dalam syok dekompensasi
– periksa analisa gas darah, hematokrit, kalsium dan gula
darah yang dapat memperberat syok hipovolemik dikenal
sebagai A-B-C-S ( A=asidosis, B=bleeding, C= calcium,
S=sugar)
– apabila salah satu atau beberapa kelainan
ditemukan, segera lakukan koreksi
Asidosis
periksa analisis gas darah (AGD)

• Asidosis yang berat dapat menimbulkan


• eksaserbasi hipotensi
• gangguan kontraktilitas otot jantung dan mudah terjadi
aritmia bahkan sampai henti jantung.
• menurunkan respons kardiovaskular terhadap katekolamin
• Indikasi pemeriksaan analisis gas darah: syok
berkepanjangan ( prolonged shock)
• Asidosis yang tidak segera dikoreksi akan
memperberat syok hipovolemik.
Perdarahan

• Perdarahan pada
dengue
• Nyata: hematom
bekas pengambilan
darah, hematemesis
dan melena
• Tersembunyi
(occult/concealed
bleeding) : nyeri
perut, selanjutnya
feses berwarna hitam
Indikator untuk mendeteksi perdarahan

• Pemeriksaan hematokrit berkala: saat syok,


setelah resusitasi cairan, setiap 4-6 jam
•hematokrit menurun atau pada pemeriksaan awal
hematokrit tidak tinggi & hemodinamik tidak stabil, harus
dicurigai perdarahan.

• Transfusi darah
•memperbaiki oksigenisasi dan hipoksia jaringan
•mengatasi penyebab asidosis
•darah segar 10 ml/kg BB atau fresh packed red cell
(PRC) 5ml/kg BB
Kalsium

• Kadar kalsium pada DBD


• menurun pada setiap pasen DBD, kebanyakan kasus
tidak memberikan gejala
• kalsium berperan penting untuk kontraktilitas otot
polos dan otot skeletal
• hipokalsemia yang tidak dikoreksi: menimbulkan
insufisiensi kontraktilitas otot jantung, respons
terhadap resusitasi cairan tidak sesuai yang
diharapkan

• Terapi kalsium glukonat


• dosis 1mg/kgBB intravena perlahan-lahan (apabila diperlukan dapat
diulang setiap 6 jam), dosis maksimal 10ml
Hipoglikemia

• Penyebab hipoglikemia
• asupan yang rendah akibat nafsu makan yang
menghilang disertai muntah
• gangguan fungsi hati, dapat terjadi hiperglikemia

• Hipoglikemi merupakan keadaan darurat medis dan


harus segera dikoreksi,
• menimbulkan gangguan kesadaran dan kejang
• aritmia bahkan henti jantung

• Pengobatan: larutan glukosa 0.5-1.0 g/kg BB


diberikan secara bolus
Resusitasi kedua gagal

• Perhatikan kadar
hematokrit
• Kadar Ht tetap tinggi atau
meningkat, berikan larutan
koloid 10 ml/kgBB dalam
waktu 10-20 menit
• berikan pada alur infus yang
berbeda dengan kristaloid
• Kadar Ht menurun atau
rendah, disertai dengan
hemodinamik yang tidak
stabil: kemungkinan
perdarahan berat, berikan
transfusi darah segar atau
PRC
• Setelah syok teratasi
– Pertahankan cairan 10 ml/kgBB/jam selama 1-2 jam
– Ganti larutan kristaloid, dikurangi bertahap menjadi 7,5-5-3-1,5
ml per kgBB/jam
– Dalam 24-48 jam setelah syok teratasi, cairan intravena sudah
tidak diperlukan lagi
• Syok berkepanjangan
– sesuai tata laksana perdarahan
– seringkali diperlukan ventilator dan pemberian obat inotropik

Tindak lanjut
Sindrom Syok Dengue Dekompensasi

• Berikan oksigen 2-4L/menit


• Periksa hematokrit, AGD, gula darah, kalsium, perdarahan (A-B-C-S)
• Kristaloid atau koloid 10-20ml/kg.BB dalam 10-20 menit

Ya Syok teratasi Tida


k
IVFD 10ml/kg.BB, 1-2 jam Evaluasi Ht, AGD, gula darah,
kalsium, perdarahan (ABCS)
Koreksi asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia
Tanda vital stabil
Turunkan IVFD bertahap
Ht naik Ht turun
7, 5, 3 , dan 1,5 ml/kg.BB/jam
Bolus ke-2 dg kristaloid atau
Koloid 10-20ml/kg.BB Perdarahan
dalam 10-20 menit
Stop IVFD Tidak jelas
maksimal 48 jam
setelah syok teratasi Koloid 10-20ml/kg.BB
dalam 10-20menit, jika syok Transfusi darah
menetap dianjurkan transfusi
• Pemeriksaan berkala
– Tanda vital setiap 15-30 menit, selanjutnya setiap
jam bila fase kritis sudah dilewati
– Analisis gas darah, gula darah, kalsium pada saat
masuk rumah sakit terutama pada pasien syok
dekompensasi atau syok yang berkepanjangan.
– Hematokrit harus diperiksa saat pemberian cairan
resusitasi pertama dan kedua, selanjutnya setiap 4-6
jam
– Produksi urin harus ditampung dan diukur

Pemantauan SSD
• Perhatian khusus
– Bila ditemukan gangguan fungsi organ lain, seperti
ginjal, hati, gangguan pembekuan, jantung, periksa
atas indikasi
– Periksa keadaan respirasi (nafas cepat, nafas cuping
hidung, retraksi, ronki basah), peninggian tekanan
vena jugularis, adanya asites, efusi pleura.
– Perhatian khusus harus diberikan untuk
kemungkinan terjadinya edema paru.

Perhatian pada Pemantauan SSD


• Penyebab edema paru: kelebihan cairan
– menimbulkan asidosis, pasien dapat jatuh kembali
ke dalam syok
• Apabila nadi cukup kuat, fungsi ginjal baik
– berikan furosemide 0,5 mg i.v dua kali sehari,
jumlah cairan dikurangi menjadi 1-2
ml/kgBB/jam

Edema paru
Gejala klinis tidak lazim Komplikasi pengobatan
(unusual manifestations)
• Ensefalopati • Fluid overload
• Gagal ginjal (kelebihan cairan)
• • Gangguan respirasi:
Miokarditis
edema paru, ARDS
• Ko-morbiditas
• Gangguan elektrolit
• Ko-infeksi

Expanded dengue syndrome


Udem otak akibat dari
hipoksia

Faktor risiko terjadinya dengue ensefalopati


Prolonged shock, Disfungsi hati berat
Perdarahan GIT masif, Fluid overload
Profile of Dengue Encephalopathy

Liver/
Age BW GI Fluid Associate
Sex spleen Grade Coma Referral
(years) (kg) bleeding overload diseases
(cm)

1.3 F 81 3/- 4 + + + Diarrhea +


convulsion
11.7 F 42 2/- 4 + + – - –

13 M 37 2/- 4 + + + ASA +

6 F 132 10/4 4 + + – Thalasemia +


convulsion
7 M 20 3/- 4 + + – Pneumonia +
G6PDdef
7 F 191 2/- 4 + + + -  +
2.11 F 21 3/- 4 + + + NSAID +
convulsion

Witayathawornwong P, Dengue Bulletin 2004


Tata laksana
DBD/SSD versus Dengue ensefalopati
Tata laksana dengue ensefalopati

• Membebaskan jalan nafas dan


pertahankan oksigenasi
• Mencegah tekanan intrakranial meninggi
• Mencegah hipoglikemia
• Menurunkan produksi amoniak
• Pemberian vit K
• Koreksi asidosis dan gangguan elektrolit
Tata laksana dengue ensefalopati

• Cairan 4/5 kebutuhan setelah syok teratasi


• Cairan rendah Na+, ringer asetat
• O2 2-4 liter/menit
• Koreksi asidosis/ alkalosis
• Diamox atau kortikosteroid (kontra indikasi perdarahan)
• Pertahankan gula darah >60mg%
• Cegah infeksi sekunder
• Neomisin 50mg/kgbb/hari (max 1 g/hari),
• Laktulosa 5-10ml, 3-4x/hari
• Vit K 3-10 mg, 3 x sehari
• Asam amino rantai pendek (aminoleban)
• Hindarkan obat yang tidak perlu
Kesimpulan

• Dalam tata laksana diperlukan pengetahuan


mengenai perjalanan penyakit infeksi dengue
• Sebagian besar infeksi dengue ringan dan dapat
berobat jalan, maka skrining dan monitor anak
dengan demam sangatlah penting
• Deteksi dini terjadinya perembesan plasma
adalah kunci tata laksana infeksi dengue
• Pemberian cairan segera dan adekuat serta
mempertahankan oksigenasi yang baik akan
mencegah perdarahan yang sulit diatasi
Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS)

www.themegallery.com
Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS)

Klinis Hasil Laboratorium


Demam / Riwayat Ya / tidak Tromb saat diagnosis
demam
Uji Tornikuet + / - Hemoglobin saat
diagnosis
Hepatomegali Hematokrit saat
diagnosis
Syok Hematokrit saat datang
**
Klinis Lain ( alternatif akumulasi cairan Ig M + / -

Efusi Pleura + / - Ig G + / -

Ascites + / - Ns 1 Ag Dengue + / -

Hipoproteinemia + / -
Demam dengue

Demam Berdarah Dengue Sindrom Syok Dengue


KLB dengan SKD KLB
Deteksi
DINI
90 Tindakan
80 CEPAT Kasus
70 potensial yang
KASUS

60 dapat dicegah
50
40
30
20
10
0

HARI
KLB tanpa SKD KLB

Kasus
Pertama Tindakan
Lambat
90
Deteksi
80
Lambat
70
Kasus
kasus

60 yang
50 tertangani
40
30
20
10
0
1

7
10

13

16

19

22

25

28

31

34

37

40
hari

Anda mungkin juga menyukai