2.3
PULMONOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
59
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
HEMOPTISIS
PENGERTIAN
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah dan saluran napas. Darah bervariasi dari dahak
disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah saja. Batuk darah masif adalah batuk
darah lebih dan 100 mL hingga lebih dan 600 mL darah dalam 24 jam.
DIAGNOSIS
Anamnesis
- batuk, darah berwarna merah segar, bercampur busa,
- batuk sebelumnya, dahak (jumlah, bau, penampilan), demam, sesak, nyeri dada,
riwayat penyakit paru, penurunan berat badan, anoreksia
- penyakit komorbid, riwayat penyakit sebelumnya
- kelainan perdarahan, penggunaan obat antikoagulan / obat yang dapat
menginduksi trombositopenia
- kebiasaan : merokok
Pemeriksaan Fisik
- Orofaring, nasofaring : tidak ada sumber perdarahan.
- Paru: ronk basah atau kering, pleural friction rub,
- Jantung : tanda-tanda hipertensi pulmonal, mitral stenosis, gagal jantung
Foto toraks : Menentukan lesi paru ( lokal/difus ), kardiak
Laboratorium
- DPL, LED, ureum, kreatinin, urin lengkap
- Hemostasis (aPTT): bila perlu
- Sputum : pemeriksaan BTA langsung dan kultur, pewamaan Gram, kultur MOR
Bronskopi : Menentukan lokasi sumber perdarahan dan diagnosis
CT scan toraks: Menemukan bronkiektasis, malformasiAV
Angiografi : Menemukan emboli pam, malformasi AV
DIAGNOSIS BANDING
Sumber trakeobronkial:
- Neoplasma (karsinoma bronkogenik, tumor metastasis endobronkial, dll)
- Bronkitis (akut dan kronik)
- Bronkiolitiasis
- Trauma
- Benda asing
Sumber parenkim paru:
- Tuberkulosis paru
- Pneumonia
- Abses paru
- Mycetoma (fungus ball)
- Sindrom Goodpasture
- Granulomatosis Wegener
- Pneumonitis lupus
- Sumber vaskular
- Peningkatan tekanan vena pulmonal (stenosis mitral)
- Emboliparu
- Malformasi AV
60
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
- Hematemesis
- Perdarahan nasofaring
- Koagulopati, pengobatan trombolitik/antikoagulan
Pemeriksaan penunjang
• Foto toraks
• Laboratorium:
- DPL, LED, ureum, kreatinin, urine lengkap
- Hemostasis: bila perlu
- Sputum: pemeriksaan BTA, pewarnaan Gram, icultur MOR,
• Bronkoskopi: bila perlu
• CT Scan toraks: bila perlu
TERAPI
Hemoptisis masif:
Tujuan terapi adalah mempertahankan jalan napas, proteksi paru yang sehat,
menghentikan perdarahan.
• Istirahat baring, kepala direndahkan tubuh miring ke sisi sakit
• Oksigen
• Infus, bila perlu transfusi darah
• Medikamentosa:
- Antibiotika
- Kodein tablet untuk supresi batuk
- Koreksi koagulopati: Vitamin K intravena
• Bronkoskopi : diagnostik dan terapeutik topikal (bilas air es, instilasi epinefrin),
• Intubasi selektif pada bronkus paru yang tidak berdarah (bila perlu)
Hemoptisis non-masif:
Tujuan terapi adalah mengendalikan penyakit dasar.
Terapi konservatif sesuai penyakit dasar
KOMPLIKASI
Asfiksia, atelektasis, anemia
PROGNOSIS
Tergantung pada penyebabnya.
WEWENANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
61
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
UNIT YANG MENANGANI
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam – Divisi Pulmonologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam , Paru
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Departemen Bedah / Toraks, Radiologi, Patologi Klinik
RS non Pendidikan : bagian Bedah, Patologi Klinik, Paru
REFERENSI
1. Uyaniah A. Hemoptisis. In : Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro, gani RA,
Mansjor a, editors . Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit dalam FKUI ;
1999.p.215-6.
2. Approach to the Patient. In : Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser
LR, Senior RM, editors. Fishman’s Manual of Pulmonary Diseases and Disorders. 3 rd
ed. New York : McGraw-Hill; 2002.p. 16-21.
3. Weinberger SE, Braunwald SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s Prinsciples of
Internal Medicine. 15th ed. New York : McGraw-Hill ; 2001.p. 203-7.
62
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
EFUSI PLEURA
PENGERTIAN
Efusi pleura adalah adanya cairan di rongga pleura > 15 mL, akibat ketidakseimbangan
gaya Starling, abnormalitas struktur endotel dan mesotel, drainase limfatik terganggu, dan
abnormalitas site of entry (defek diafragma)
Chylothoraks: timbul bila terjadi disrupsi ductus thoracicus dan akumulasi chylus di
rongga pleura keadaan mi disebabkan trauma, atau tumor mediastinum.
63
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Efusi pleura maligna : dapat ditemukan sel-sel ganas yang terbawa pada cairan pleura atau
ditemukan pada jaringan pleura saat biopsi pleura
Efusi paramaligna : efusi yang disebabkan keganasan, tetapi sel-sel neoplasma tidak dapat
ditemukan pada cairan pleura atau jaringan pleura. Efusi paramaligna dapat berupa cairan
tansudat.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Nyeri,Sesak,Demam
Pemeriksaan fisik
Restriksi ipsilateral pada pergerakan dinding dada
Bila > 300 ml cairan :
Bagian bawah / daerah cairan:
Perkusi : redup
Fremitus taktil dan fokal : menghilang
Suara napas : melemah s.d. menghilang, fremitus ( saat awal )
Trakea : terdorong ke kontralateral
Di atas cairan : penekanan paru / konsolidasi
Foto torak
PA : sudut kostofrenikus tumpul (bila > 500 mL cairan) .
Lateral : sudut kostofrenikus tumpul (>200 mL cairan).
PA / Lateral : gambaran perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah,
biasanya relatif radioopak, permukaan atas cekung
USG : menentukan adanya dan lokasi cairan dirongga pleura, membimbing aspirasi efusi
terlokulasi ( terutama bila ketebalan efusi < 10 mm atau terlokulasi ),
CT Scan ( bila Perlu ) : menunjukan efusi yang belum terdeteksi dengan radiologi
konvensial, memperlihatkan parenkim,identifikasi penebalan pleura dan kalsifikasi karena
paparan asbestos, membedakan abses paru perifer dengan empyema terlokulasi.
Pungsi pleura ( torakosentesis ) dan analisis cairan pleura : melihat komposisi cairan
pleura dean membandingkan komposisi cairan pleura dengan darah.
Dinilai secara :
Makroskopis :
Transudat = jernih, sedikit kekuningan
Eksudat = warna lebih gelap, keruh,
Empiema = opak, kemtal
Efusi kaya kolesterol = berkilau seperti satin
Efusi chylous = seperti susu
Mikroskopis :
Sel leukosit < 1.000/mm3 : transudat
Sel leukosit meningkat, predominasi limfosit matur : neoplasma, limfoma, TBC
64
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Sel leukosit predominasi PMN : pneumonia, pankreatitis
Kimiawi
Protein
LDH
Cairan disebut eksudat bila memenuhi salah satu dan 3 kriteria :
− Rasio kadar protein total cairan pleura / serum > 0,5”
− Rasio kadar LDH cairan pleura / serum > 0,6
− Kadar LDH >200 IU atau >2/3 batas atas nilai normal serum
Jika efusi pleura eksudat selanjutnya diperiksakan:
− Kadar glukosa
− Kadar amilase
− PH
− Hitung jenis
− Kadar lipid: trigliserida
− Pemeriksaan mikrobiologi dan sitologi.
− Amilase
− Tes bakteriologi: pewarnaan Gram, kultur MOR, pemeriksaan BTA langsung dan
kultur BTA
− Sitologi
DIAGNOSIS BANDING
Transudat, eksudat, chylothora,x empiema (lihat di atas)
PEMERIKS4&AN PENUNJANG
Foto toraks PA, lateral dan lateral dekubitus,
Analisis cairan pleura
Pemeriksam cairan pleura: BTA langsung, kultur BTA, kultur mikroorganisme +
resistensi
Sitologi cairan pleura (dengan atau tanpa cytospin)
USG toraks
CT scan
TERAPI
Efusi karena gagal jantung
Diuretik.
Torakosentesis diagnostik bila :
− Efusi menetap dengan terapi diuretik
− Efusi unilateral
− Efusi bilateral, ketinggian cairan berbeda bermakna
− Efusi + febris
− Efusi + nyeri dada pleuritik
65
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Efusi pleura karena pleuritis Tuberkulosis
Obat anti Tuberkulosis (minimal 9 bulan) + kortikosteroid dosis 0,75— 1 mg/kgBB/ hari
selama 2-3 minggu, setelah ada respons diturunkan bertahap + torakosentesis terapeutik,
bila sesak atau efusi > tinggi dan sela iga III
Chylothoraks
Chest tube/thoracostomy sementara, selanjutnya dipasang pleuroperitoneal shunt
Hemotoraks
Chest tube/thoracostomy, Bila pendarahan > 200 mL/jam, pertimbangkan torakotomi
KOMPLIKASI
Efusi pleura berulang, efusi pleura terlokalisir, empiema, gagal napas
PROGNOSIS
Dubia : tergantung penyebab, dan penyakit komorbid.
prognosis buruk pada efusi pleura maligna.
WEWENANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT MENANGANI
RS Pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam — Divisi Pulmonologi
RS Pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Paru
66
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Departemen Bedah / Toraks, Radiologi / Radiodiagnostik, Patologi
Klinik, Mikrobiologi Klinik, Patologi Anatomi
RS Pendidikan : Bagian Bedah, Patologi Klinik, Paru, Radiologi, Patologi Anatomi
Mikrobiologi Klinik
REFERENSI
1. Uyainah A. Efusi Pleura. In: Simadibrata M Setiati S, Alwi 1, Maryantoro,Gani RA
Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilinu Penyakit Dalam
Jakarta: Pusat informasi dan Penerbitán Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
1999:210-1.
2. Rosenbluth DB. Pleural Effusions: Nonmalignant and Malignant. in: Fishman Ap
Elia JA, Fishman JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM, editors. Fishman’s Manual
Pulmonary Diseases and Disorders.3” ed. New York: McGraw-Hill, 2002: 487506
3. Light RW Disorders of the Pleura, Mediastinum, and Diaphragm. In: Braunwald E
Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 15th ed. New York : McGraw-Hill, 2001:1513-6. -‘
67
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
PNEUMOTORAKS
PENGERTIAN
Pneumotoraks adalah akumulasi udara di rongga pleura disertai kolaps paru. Pneumotoraks
spontan : terjadi tanpa trauma atau penyebab jelas :
Pneumotoraks spontan primer : Pada orang sehat.
Faktor resiko: merokok.
Penyebab : umumnya ruptur bleb subpleural atau bullae.
Pneumotoraks spontan sekunder: pada penderita PPOK, tuberkulosis paru, asma,
cystic fibriosis, pneumonia Pneumocystis carinii, dll.
DIAGNOSIS
Gejala : nyeri dada, akut, terlokalisir, dispnea ( pada pneumotoraks ventil: tiba-tiba, t ),
batuk, hemoptisiS
Pemeriksaan Fisik :
Takipneu
Sisi terkena ( ipsilateral) :
− Statis : lebih menonjol
− Dinamis : pergerakan berkurang/tertiggal
− Fremitus : menghilang
− Perkusi : hipersonor
− Auskultasi : suara napas melemah — menghilang
Tanda pneumotoraks tension :
− Keadaan umum sakit berat denyut jantung > 140 x/m
− Hipotensi
− Takipneu, pernapasan berat
− Sianosis
− Diaforesis
− Deviasi trakea ke sisi kontralateral
− Distensi vena leher
Foto Toraks :
Tepi luar pleura viseral terpisah dan pleura parietal oleh ruangan lusen
PA tegak pneumotoraks kecil : tampak ruangan antara paru dan dinding dada pada
apeks,
Bilà perlu foto saat ekspirasi : mediastinal shift, depresi diafragma, ekspansi rib cage
68
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit tromboemboli paru, pneumonia, infark miokardium, PPOK eksaserbasi akut, efusi
pleura, kanker paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto toraks CT scan toraks
Analisis gas darah : bila diperlukan
TERAPI
Pneumotoraks unilateral kecil (< 20%) dan asimtomatik: observasi, foto toraks serial.
Aspirasi : anestesi lokal di sela iga II anterior (garis midklavikula) aspirasi dengan
kateter 16F atau 18F, hingga tidak ada gas lagi keluar.
Jika tidak resolusi dengan aspirasi atau volume udara besar: konsul Bagian Bedah/Sub
bagian Bedah Toraks untuk pertimbangan pemasangan thoracostomy tube. Tube
disambungkan ke water seal ed chamber, dapat disertai suction untuk 24 jam pertama
atau selama masih ada kebocoran udara. Setelah 24 jam tidak terjadi pneumotoraks
lagi : tube dapat dicabut.
Jika pneumotoraks rekurens:
− Pleurodesis kimiawi dengan zat iritan terhadap pleura, atau :
− Konsul Bagian Bedah / Sub bagian Bedah Toraks untuk pertimbangan :
− Pleurodesis mekanik (abrasi permukaan pleura parietal atau stripping pleura
parietal ), atau
− Torakoskopi, atau Open thoracotomy.
Indikasi:
− Kebocoran udara memanjang,
− Reekspansi paru tidak sempurna
− Bullae besar
− Resiko pekerjaan
Indikasi relatif
− Pneumotoraks tension
− Hemopneumotoraks
− Bilateral pneumotoraks
− Rekurens ipsilateral / kontralateral
KOMPLIKASI
Gagal napas, pneumotoraks tension, hemopneumotoraks, infeksi / piopneumotoraks
penebalan pleura, atelektasis, pneumotoraks rekurens, emfisema mediastinum, edema paru
reekspansi
PROGNOSIS
Debia : tergantung tipe penyakit dasar, faktor pemberat / komorbid.
WEWENANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
69
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
UNIT YANG MENANGANI
RS Pendidikani : Departemen Ilmu Penyakit Dalam — Divisi Pulmonologi
RS Pendidikaan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Paru
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Departemen Bedah / Toraks, Radiologi / Radiodiagnostik
RS Pendidikan : Bagian Bedah, Paru, Radiologi
REFERENSI
1. Bahar A pneumothoraks. In Simadibrata M, Setiati S, Alwi l Maryantoro, Gani RA,
Masjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI;1999.P.221
2. Rosenbluth DB. Pneumothorax. In Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA,
Kai-ser LR, Senior RM, editors. Fishman’s Manual of Pulmonary Diseases and
Disorders. 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2002 p. 507.
3. Disorders of the Pleura, Mediastinum, and Diaphragm. In Braunwald E,Fauci AS,
Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 15th ed. New York: McGraw-Hill 200l.p. 1513-6.
70
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
PNEUMONIA DIDAPAT
DI MASYARAKAT
PENGERTIAN
Pneumonia adalah Inflamasi parenkim paru yang disebabkan mikroorganisme selain
Mikobakterium tuberkulosis.
Etiotogi penyebab
Grup I : rawat jalan, tanpa penyakit kardiopulmonal, tanpa faktor modifikasi
Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Chiamydia pneumoniae (tunggal atau infeksi campuran)
Hemophilus influenzae
Respiratory viruses
Lain: Legionella spp., Mycobacterium tuberculosis, fungi endemik
Grup II: rawat jalan, dengan penyakit kardiopuhnonal, dan! atau faktor modifikasi
Streptococcus pneumoniae ( termasuk DRSP)
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
lnfeksi campuran (bakteri + patogen atipik atau virus)
Hemophilus influenzae
Enterik gram negatif
Respiratory viruses
Lain: Moraxella catarrhalis, Legionella spp, aspirasi (anaerob), Mycobacte rium
tuberculosis, fungi endemik
71
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Aspirasii (Anaerob)
Virus
LegioneIla spp
Lain : Mycobacterium Tuberculosis,fungsi endemik, Pneumocystis carinii
DIAGNOSTIK
1. Rencana diagnostik bertujuan :
Diagnostik adanya CAP:
Foto paru terdapat infiltrat barn atau infiltrat yang bertambah
Terdapat dapat 2 dan 3 gejala berikut: demam, batuk + sputum produktif, leukositosis ada
penderita usia lanjut: gejala dapat tidak khas/tersamar, seperti lesu, tidak mau makan, dll)
2. Pengkajian awal derajat berat periyakit dengan The Pneumonia PORT prediction rule
atau Pneumonia Severity oflllness Index (PSi): Berdasarkan proses dua langkah yang
mengevaluasi faktor demografis, penyakit komorbid, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan radiologis, pasien distratifikasi menjadi lima kelas risiko mortalitas
dan outcome:
Pasien dengan kondisi berikut dimasukkan dalam kelas risiko II-V
Usia di atas 50 tahun
Terdapat niwayat penyakit komorbid :
> keganasan
> gagal jantung kongestif
72
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
> penyakit serebrovaskul&
> penyakjt ginjal
> penyakit hati
− Terdapat kelainan path pemeriksaan fisis:
> perubahan status mental
> nadi > 125 kali/menit
> pernapasan > 30 kali/menit
> tekanan darah sistolik < 90 mmHg
> suhu < 30°C atau > 40°C
Selain kondisi di atas pasien dimasukanan dalam kelas risiko I
DIAGNOSIS BANDING
Tuberkulosis paru,jamur
PEMERIKSAAN PENUNJANG
foto toraks
pulse Oxymetiy
Laboratonum Rutin : DPL, hitung jenis, LED, Glukosa darah, Ureum, Creatinin,
SGOT, SGPT
Analisis gas darah, elektrolit
Pewarnaan Gram sputum
Kultur sputum
Kulturdar
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan antigen
Pemeriksaan polymere chain reaction (PCR),
Tes invasif ( torakosentesis, aspirasio transtrakheal, bronkoskopi aspirasi jarum
transtorakal, biopsi paru terbuka dan thorakoskopi
TERAPI
Tata Iaksana Umum:
Rawat jalan :
Dianjurkan untuk tidak merokok, beristirahat, dan minum banyak cairan
Nyeri pleuritik/demam diredakan dengan parasetamol
Ekspektoran/mukolitik
Nutrisi tambahan pada penyakit yang berkepanjangan
Kontrol setelah 48 jam atau lebih awal bila diperlukan
Bila tidak membaik dalam 48 jam : dipertimbangkan untuk dirawat di rumah
sakit,atau dilakukan foto toraks
73
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Keputusan merawat pasien di RS ditentukan oleh :
Derajat berat CAP (lihat di atas)
Penyakit terkait,
Faktor rognostik lain,
Kondisi dan dukungan orang di rumah
kepatuhan, keinginan pasien.
Rawat di ICU :
Bronskopi dapat bermanfaat untuk retensi sekret, mengambil sampel untuk guna
penelusuran mikrobiologi lain dan menyingkirkan kelainan Endobronkial.
Terapi Antibiotika :
Pemilihan antibiotika dengan spektrum sesempit mungkin, berdasarkan perkiraan
menyebabkan CAP pada kelompok pasien tertentu, sesuai pedoman terapi empirik
inisial ATS 2001. Syarat untuk alih terapi (ATS 2001) :
berkurangnya keluhan batuk dan sesak napas,
Suhu afebris (< 100°F ) path dua pengukuran yang terpisah 8 jam lamanya, leukosit
berkurang / menjadi normal,
saluran gastrointestinal berfungsi baik, masukan oral adekuat.
Syarat untuk pemulangan dapat merujuk pada kriteria Weingarten atau Ramirez
(lihat tabel 6).
KOMPLIKASI
CAP berat :
Bila memenuhi satu kriteria mayor ( dari 2 kriteria modifikasi) atau dua kriteria minor
( dari 3 kriteria minor modifikasi).
Kriteria minor yang dikaji saat masuk RS :
1. Gagal napas berat (Pa02/F102<250),
2. Foto toraks: pneumonia multilobaris,
3. TD sistolilc < 90 mmHg,
Kriteria mayor yang dikaji saat masuk RS atau dalam penjalanan penyakit:
1. Perlunya ventilator mekanis,
2. Syok sepsis.
Gaga1 napas
Sepsis, syok sepsis
74
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Gagal ginjal akut
Efusi parapneumonik
Bronkiektasis
PROGNOSIS
Tergantung pada derajat berat penyakit, penyakit komorbid, status imunologis dll.
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Divisi Tropik— lnfeksi, Departemen Radiologi / Radiodiagnostik,
Patologi Klinik, mikrobiologi klinik, Parasitologi, Anestesi / ICU
RS non pendidikan : Bagian Paru, Patologi Klinik, Radiologi, Parasitologi,
Mikrobiologi klinik, Anestesi / ICU
REFERENSI
1. American Thoracic Society. Guidelines for the Management of Adulis with
Community - Acquired Pneumonia: Diagnosis, Assessment of Severity, Antimicrobial
Therapy, and Prevention. Am JRespir Crit Care Med. 2001;163:1 730-54.
2. British Thoracic Society Standards of Care Committee. British Thoracic Society
Guidelinesfor the Management of Community Acquired Pneumonia in Adults. Thorax
2001;56 (suppl IV):1-64. Available at URL:http:/Thorax.bmjiournals.com
/cgi/content/full/56/ suppl_4/...
3. Rhew DC, Weingarten SR. Achieving A Safe and Early Discharge for Patients With
Community-Acquired Pneumonia. Medical Clinics of North America, November
2001;85(6):1427-40.
4. Bartlett JG Dowell SE Mandell LA, File Jr TM Musher DM Fine Mi Guidelines from
the Infectious Diseases Society ofAmerica: Practice Guidelines for the Management
of Community-A cquired Pneumonia in Adults. Clinical Infectious Diseases
2000;31:347-82.
75
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Tabel 2. Langkah kedua sistem Skor Rumus Prediksi Pneumonia
Karakteristik pasien Nilai
Faktor demografik :
Usia
Laki-laki Umur ( Tahun )
Perempuan Umur ( Tahun ) – 10
Penghuni panti jompo + 10
Penyakit ko-morbid
Neoplasma +30
Penyakit hati +20
Gagal jantung kongensif +10
Penyakit serebrovaskular +10
Penyakit ginjal +10
Temuan pemeriksaan Fisik :
Perubahan status mental +20
Frekuensi pernapasan > 30 / menit +20
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg +20
Suhu < 35 0C atau > 40 0C +15
Frekuensi nadi > 125 / menit +10
Hasil laboratorium dan radiologi
AGD ; pH < 7,35 +30
Blood Urea Nitrogren > 30 mg/dl ( 11 mmol/L +20
Natrium < 130 mmol/L +20
Glukosa > 250 mg/dl +10
Hematokrit < 60 mmHg +10
AGD : PaO2 < 60 mmHg +10
Efusi pleura +10
76
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
77
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
langsung + persisten
78
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
79
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
80
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Waktu Hari ke-4 Jika kriteria pulang terpenuhi
Pulang
PNEUMONIA ATIPIK
PENGERTIAN
Pneumonia atipik adalah pneumonia yang disebabkan infeksi bakterial, tapi mempunyai
gambaran klinis radiologis tersendiri yang berbeda dan pneumonia umumnya, yakni onset
yang insidious, demam ringan sampai berat, batuk tanpa produksi sputum, dan tidak
berespons dengan terapi antibiotik B-laktam.Etiologi : Mycoplasma pneumoniae,
chiamydia pneumoniae, legionella spp, influenza virus tipe A dan B
DIAGNOSIS
Pada pneumonia yang disebabkan oleh mikroba atipik gejala sistem pernapasan dapat tidak
khas, sedangkan gejala sistemik seperti sakit kepala, nyeni otot / sendi dapat menonjol.
Batuk tanpa sputum, kecuali bila penyakit memberat / infeksi sekunder
Demam ningan, dapat dengan cepat meningkat hingga menggigil
Malaise, kelemahan seluruh anggota tubuh
Sakit kepala, nyeri otot (sering)
Nyeri dada (jarang), sesak napas (bila berat)
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda radang dan konsolidasi paru : suara napas bronkial, ronkhi,
Efusi pleura, abses paru (bila berat)
Gejala gangguan ekstra paru ( terutama oleh Legionella dan Mycoplasma):
− Infeksi saluran napas atas : laryngitis, faringitis, rinitis
− Saluran gastrointestinal : diare, muntah, nyeri perut, hepato-splenomegalio Sistem
kardiovaskular : bradikardia relatif, miokarditis, perikarditis
− Gangguan sistem saraf: confusion, ensefalitis, meningismus, paralisis Guillain
Barre, kelumpuhan saraf kranial, neuropati penifer
− Gangguan dermato-muskuloskeletal : rash, eritema, myalgia, artritis, arthralgia,
− Gangguan sistem urogenital: glomerulonefritis, gagal ginjal akut, abses tubo-
ovanian
− Mata : bullous myringitis
− Telinga: otitis media
Laboratorium
DPL leukositosis (jarang), biasanya < 1 5000/mL, trombositopenia, anemia hemolitik
(kadang-kadang), LED meningkat SGOT,SGPTmeningkat
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia didapat di masyarakat (CAP) bronkitis kronik
81
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : DPL, retikulosit, LED, SGOT, SGPT, serologis
TERAPI
Antibiotik : pemilihan antibiotika dengan spektrum sesempit mungkin :
Makrolid :
− Eritromisin
− Claritomisin 2 x 500 mg
− Azitromicin 2 X 500 mg
− Roksitromisin 2 x 500 mg
Doksisklin
Respiratory-fluorokuinolon
+ Rifampisin (bila curiga Legioflella)
Rawat inap di RS
Oksigen, bila perlu dengan pemantauan saturasi oksigen dan konsentrasi oksigen
inpirasi. Tujuannya : mempertahankan Pa02 > 8 kPa dan Sa02 > 92%.
Terapi oksigen pada pasien dengan penyakit dasar PPOK dengan komplikasi gagal
napas dituntun dengan pengukuran AGD berkala
Cairan: bila perlu dengan cairan intravena
Nutrisi
Nyeri pleuritik/demam diredakan dengan parasetamol
Ekspektoran/mukolitik
Foto toraks diulang pada pasien yang tidak menunjukkan perbaikan yang memuaskan
Rawat di ICU
Bronkoskopi dapat bermanfaat untuk retensi sekret, mengambil sampel untuk kultur
guna penelusuran mikrobiologi lain dan menyingkirkan kelainan endobronkial.
KOMPLIKASI
82
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Efusi pleura, empiema, abses paru, atelektasis, gagal napas, kor pulmonal
pneumotoraks, septikemia, herpes labialis, penyakit tromboemboli
PROGNOSIS
Dubia: tergantung derajat berat penyakit, penyakit terkait, faktor prognostik lain
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan: Departemen Radiologi / Radiodiagnostik, Patologi Klinik,
mikrobiologi klinik
RS non pendidikan: Bagian Patologi Klinik Paru, Radiologi, Mikrobiologi klinik
REFERENSI
1. Bahar A. Diagnosis Pneumonia Atipik. Makalah Siang Klinik Penyakit Dalam FKUI/
RSUPN CM, 25 Maret 1999.
2. Suwondo A. Penatalaksanaan Pneumonia Atipik. Makalah Siang Klinik Penyakit
Dalam FKUI/RSUPNCM, 25 Maret 1999.
3. American Thoracic Society. Guidelines for the Management of Adults with
Community- Acquired Pneumonia: Diagnosis, Assessment of Severity, Antimicrobial
Therapy, and Prevention. Am JRespir Crit Care Med. 2001;163:1730-54.
4. British Thoracic Society Standards of Care Committee. British Thoracic Society
Guide linesfor the Management of Community Acquired Pneumonia in Adults.
Thorax 2001;56 (suppi IV):1-64. Available at URL:http://thorax.bmjjournals.
com/cgi/content/full/56/ supp/_4/...
83
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
GAGAL NAPAS
Pengertian
Gagal napas adalah Ketidak mampuan. mempertahankan nilai pH (keasaman), oksigen
(O2), karbondioksida (C02) darah arteri supaya tetap dalam batas normal.
Etiologi
Penyakit saluran napas: bronkitis kronik, emfisema, asma bronkial, bronkietasis
Penyakit paru parenkim : pneumonia, edema paru, aspirasi, inhalasi asap, gas
Gangguan hipermeabilitas : edema paru, ARDS
Penyakit pembuluh darah : emboli paru, syok kardiogenik, fistula A. V pulmoner
Trauma : dada, leher, kepala
Gangguan neurosmukular : poliomielitis, sindrom tetanus, Guillain Barre, paralisis
diafragma
Obat-obatan : barbiturat, narkotik, sedatif, obat-obat relaksasi
Kelainan dinding dadab : kifoskoliosis, ankylosing spondylitis
Lain-lain : hipotermia
DIAGNOSIS
Napas berat, batuk , sianosis, pulsus paradoksus, stridor, aritmia, takikardia, konstriksi
pupil
DIAGNOSIS BANDING
Edema paru, ARDS
84
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis gas darah
Foto toraks
Kateter Swan Ganz dengan monitor - tekanan kapiler paru (PCWP)
FKG
TERAPI
Tahap I
Perbaiki gangguan hipoksemia dengan terapi O2
Bronkodilator nebulizer
Humidifikasi
Fisioterapi dada
Antibiotika
Tahap II
Bronkodilator parental
Kartikosteroid
Tahap III
Stimulan pernapasan
Mini trakeostomi jika retesi sputum
Tahap IV
Ventilasi Mekanik
KOMPLIKASI
Mortalitas
PROGNOSIS
Malam
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Departeme Patologi Klinik, Radiologi, Anestesi / ICU
RS non pendidikan : Bagian Patologi Klinik Paru, Radiologi, Anestesi/ ICU
REFERENSI
85
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Bahar A. Gagal Napas In : Simaibrata AL Setiati S Alwi I, Maryantoro Gani RA, Mansjoer
A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyaki Dalam. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI,1999 213-4.
PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK
PENGERTIAN
Penyakit paru obstruktif kronik Penyakit yang ditandai dengan adanya perlambatan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Perlambatan aliran udara umumnya. rogresif dan
berkaitan dengan respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas iritan (GOLD
2001).
DIAGNOSIS
Keluhan : sesak napas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif, faktor risiko(+),
PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala
Anamnesis riwayat paparan dengan faktor risiko, riwayat penyakit sebelumnya,
riwayat keluarga PPOK, riwayat eksaserbasi dan perawatan di RS sebelumnya,
komorbiditas, dampak penyakit terhadap aktivitas dll, kemungkinan mengurangi
faktor resiko
Pemeriksaan fisik
− Pernapasan pursed lips,
− Takipnea,
− Dada emfisematous atau barrel chest
− Dengan tampilan fisik pink puffer atau blue bloater
− Bunyi napas vesikuler melemah
− Eksirasi memanjang
− Ronki kering atau wheezing
− Bunyi jantung jauh.
Diagnosis pasti dengan uji spirometri :
− FEV1 / FVC< 70%
− Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : FEV 1 pasca bronkodilator < 80%
prediksi
Uji coba kortikosteroid
Analisis gas darah pada :
− Semua pasien dengan VEP1< 40% prediksi
− Secara klinis diperkirakan gagal napas atau payah jantung kanan.
Etiologi eksaserbasi
Infeksi mukosa trakeobronkial, terutama Streptococcus pneumonie, Haemophilus influnzae,
Moraxella catarrhalis.
86
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Klasifikasi PPOK menurut National Heart, Lung and Blood Institut dan WHO
Stadium 0 Derajat Berisiko PPOK
Spirometri normal
Kelainan kronik (batuk, sputum prioduktif)
Stadium I PPOK ringan
VEP1 / KVP < 70%
VEP1> 80 % prediksi
Dengan/tanpa keluhan kronik (batuk, sputum produktif)
Stadium II PPOK sedang
VEP1 / KVP < 70 %
30% < VEP1 < 80 % prediksi
(II A: 50% < VEP1 < 80 % prediksi)
(II B: 30% < VEP1 < 50 % prediksi)
Dengan /tanpa keluhan kronik (batuk, sputum produktif)
Stadium III PPOKberat
VEP1 / KVP < 70 %
VEP1 < 30 % prediksi atau VEP1 < 50% prediksi + gagal napas
DIAGNOSIS BANDING
Asma bronkial, bronkiektasis, gagal jantung kongestif, pneumonia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri
Foto toraks
Bila eksaserbasi akut : analisis gas darah, DPL, sputum Gram, kultur MOR
TERAPI
Usaha mengurangi faktor risiko
Edukasi-motivasi berhenti merokok
Farmakoterapi stop merokok
87
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
− Dianjurkan bronkodilator kombinasi dari pada meningkatkan dosis
bronkodilator monoterapi
b. Steroid, pada :
− PPOK yang menunjukkan respons pada uji steroid
− PPOK dengan FEV 1 < 50 % prediksi (stadium II B dan III)
− Eksaserbasi akut
c. Obat-obat tambahan lain
− mukolitik (mukokinetik, mukoregulator): ambroksol, karbosistein, gliserol
iodida
− antioksidan : N-asetil-sistein
− imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin
− anti tusif : tidak rutin
− vaksinasi : influenza, pneumokok
Terapi Non-farmakologis.
a. Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernapasan, rehabilitasi
psikososial
b. Terapi oksigen jangka panjang (> l5jamsehari): Pada PPOKs tadium III, AGD =
− Pa02 < 55 mmHg, atau Sa02 <88 % dengan / tanpa hiperkapnia
− Pa02 55 - 60 mmHg, atau Sa02 < 88 % disertai hipertensi pulmonal, edema
perifer karena gagal jantung, polisitemia.
c. Nutrisi
d. Pembedahan: pada PPOK berat, (bila dapat memperbaiki fungsi paru atau gerakan
mekanik paru)
KOMPLIKASI
Gagal napas, kor pulmonal, septikemia
PROGNOSIS
Dubia, tergantung dari stage, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain
88
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
WEWENANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS Non Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MENANGANI
RS Pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam — Divisi Pulmonologi
RS Non Pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Departemen Rehabilitasi Medik, Radiologi / Radiodiagnostik,.
Anestesi / ICU
RS Non Pendidikan: Bagian Patologi Klinik, Paru, Radiologi, Anestesi / ICU
REFERENSI
Uyainah A. Standardisasi Baru dalam Diagnosis dan Terapi PPOK. in: Setiati S, Alwi I
Kasjmir Yl, Bawazier LA, Lydia A, Syam AE et al, editors. Prosiding Simposium Current
Diagnosis and Treatment in internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat informasi dan
Penerbit,
Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI,2002.p. 55-64.
89
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
TUBERKULOSIS PARU
PENGERTIAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru,
disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaa sputu,
TB dibagi dalam :
1. TB paru BTA positif : sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA positif
2. TB Paru BTA negatif, dan 3 spesimen sputum BTA negatif, foto toraks positif
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang ditunjukan oleh foto toraks, TB Paru di
bagi dalam :
1. TB paru dengan kelainan paru luas
2. TB Paru dengan kelainan paru sedikit
Berdasarkan organ selain paru yang terserang, TB paru dibagi dalam :
1. TB Ekstra Paru Ringan : TB kelenjar limfe, TB tulang non-vertebra, TB sendi, TB
adrenal
2. TB Ekstra Paru Berat : meningitis, TB miller, TB diseminata,
perikarditis,pleuritis, peritonitis, TB vertebra, TB usus, TB genitourinarius
Berdasarkan riwayat pengobatan TB paru dibagi dalam :
1. Kasus baru
2. Kambuh (relaps)
3. Drop- out / default
4. Gagal terapi
5. Kronis
DIAGNOSIS
Keluhan (tergantung derajat berat, organ terlibat, dan komplikasi ): batuk-batuk > 3 minggu
batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, malaise, lemah, berat badan turun, napsu makan
turun, keringat malani, demam
Gejala yang ditemukan (tergantung derajat berat, organ terlibat, dan komplikasi) :keadaan
umum lemah, kakeksia, takipnea, febris, paru : tanda-tanda konsolidasi (redup,fremitus
mengeras/ melemah, suara napas bronkhial/ melemah, ronkhi basah/kering )
Radiologis :
Foto toraks PA ± lateral (hasil bervariasi) : infiltrat, pembesaran KGB hilus/ KGB
paratrakeal, milier, atelektasis, efusi pleura, kelasifikasi, bronkiektasis , kavitas,
destroyed lung
Imuno-Serologis :
90
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Uji kulit dengan tuberkulin ( Mantoux ) positif > 15 mm pada orang Indonesia yang
imunokompeten
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia, tumor / keganasan paru, jamur paru, penyakit paru akibat kerja
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : LED
Mikrobiologis : BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M tuberculosis.
Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,4 dan 6.
Pada kategori 2 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,5 dan 8.
Kultur BTA sputum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir terapi.
Radiologis : foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir terapi.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
Imuno- Serologis:
uji kulit dengan tuberkulin (Mantoux)
tes PAP, ICT-TB PCR- TB dan sputum
TERAPI
Terapi umum: istirahat, stop merokok, hindari polusi, tata laksana komorbiditas, nutrisi,
vitamin
Medikamentosa obat anti TB (OAT):
Kategori 1 : untuk
penderita baru TB Paru, sputum BTA positif
penderita TB Paru, sputum BTA negatif, rontgen positif dengan kelainan paru luas
penderita TB Ekstra Paru berat diterapi dengan
2 RHZE / 4 RH-2 RHZE /4 R3H3 -2 RHZE / 6HE
Kategori 2 untuk:
penderita kambuh
penderita gagal
penderita after default
diterapi dengan:
− 2 RHZES /1 RHZE /5 RHE
− 2 RHZES / 1RHZE /5 R3H3E3
Kategori 3 : untuk :
penderita baru TB Paru, sputum BTA negatif, rontgen positif dengan kelainan paru
tidak luas
penderita TB Ekstra Paru ringan diterapi dengan :
− 2 RHZ / 4 RH
− 2 RHZ / 4 R3H3
− 2 RHZ / 6 HE
91
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
−
Kategori 4 :untuk :
Penderita TB kronik
− Diterapi dengan :
− H seumur hidup,
− Bila mampu : OAT lini kedua
KOMPLIKASI
Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumotoraks,
gagal napas,
TB eskstra paru : pleuritis, efusi pleura, penikarditis, peritonitis, TB kelenjar limfe,
Kor pulmonal
PROGNOSIS
Dubia : tergantung derajat berat, kepatuhan pasien, sensitivitas bakteri, gizi, status, imun
komorbiditas
WEWENANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS Pendidikan : Dokter SpesialiS Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Divisi di Departemen ilmu Penyakit Dalam yang terkait dengan
keterlibatan organ/komplikasi TB, Departemen Radiologi / Radiodiagnostik, Patologi
Klinik, mikrobiologi klinik, Patologi Anatomi, Bedah / toraks dan Bagian lain yang
terkait dengan keterlibatan organ/komplikasi TB.
RS Non Pendidikan : Bagian Bedah, Patologi Klinik, Paru, Radiologi, Patolog
Anatomi, Mikrobiologi klinik dan Bagian lain yang terkait dengan keterlibatan
Organ/komplikasi TB
92
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
KARSINOMA PARU
PENGERTIAN
Karsinoma paru umumnya berarti tumor yang berasal dan epitel pernapasan (bronkus,
bronkiolus, alveolus). Tipe sel yang paling sering ditemukan menurut klasifikasi WHO
untuk neoplasma paru primer :
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
2. Karsinoma sel kecil (oat cell carcinoma)
3. Adenokarsinoma (termasuk bronkioloalveolar)
4. Karsinoma sel besar
Faktor risiko:
Merokok (aktif, pasif),
Polusi lingkungan kerja:
− asbestos ( galangan kapal, konstruksi, pertambangan )
− arsenik (kebun anggur, gembala kambing, tambang emas, pelapis
logam),
− hidrokarbon aromatik polisiklik (industri baja)
− kromat dan kromium (pekeija industri, pelapis krom)
− silika (penemuan baja),
− pabrik gas beracun, penyulingan nikel
− tambang uranium, radon, dan turunannnya
Polusi udara : gas buangan kendaraan bermotor mengandung hidrokarbon aromatik
polisiklik
Radiasi non-ionisasi (telepon selular),
radiasi prosedur diagnostik
DIAGNOSIS
Gambaran klinis:
Asimptomatis
Klinis lokal : Batuk, hemoptisis, wheezing, stridor, abses, atelektasis
Klinis invasi lokal : Nyeri dada, dyspnea karena efusi pleura, aritmia ( invasi ke
pericardium), sindrom vena cava superior, sindrom Homer (facial anhidrosis, ptosis,
miosis ), suara serak (penekanan pada n.laryngeal recurrent), sindrom Pancoast
(invasi pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis)
Metastasis : Nyeri tulang, sakit kepala, iktems, perubahan neurologis, suara
serak, sulit menelan, sesak napas, pembesaran kelanjar getah bening
Sindrom paraneoplastik:
− Gejala sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
− Hematologi : leukosistosis, anemia, hiperkoagulasi
− Neurologik : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer,
93
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
− Endokrin : sekresi PTH ( hiperkalsemia ),
− Dermatologi : eritema multiform, hiperkeratosis,jari tabuh,
− Renal : SIADH,
− Osteoartropati hipertrofi
DIAGNOSIS BANDING
Tumor metastasis dan kanker primer di tempat lain.Tumor jinak paru : tersering ialah
bronkial dan hamartoma. Yang lebih jarang kondroma, fibroma, lipoma, hemangioma,
leiomyoma, teratoma, endometriosis. Infeksi (TB paru, infeksi non, spesifik), granulma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sitologi sputum merupakan pemeriksaan rutin pada pasien dengan batuk
dan gambaran klinis dicurigai suatu keganasan.
Pemriksaan sitologi lain dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah
bening, biopsi transthorakal, transbronchial needle aspiration (TBNA), bilasan
bronkus, sikatan bronkus, biopsi sumsum tulang.
Pemeriksaan histopatologis, merupakan baku emas, dilakukan melalui cara :
Bronskopi, thorakoskopi, mediastinoskopi, thorakotomi.
Foto toraks : untuk penapisan pasien dengan risiko tinggi, menentukan adanya massa
di paru, melihat adanya efusi pleura.
CT Scan toraks : memastikan adanya lesi di paru, menentukan lokasi dan ukuran lesi
secara tepat, menilai KGB hilus dan mediastinum, mencari metastasis paru supra
renalis dan hepar, menilai respons terapi, mendeteksi kekambuhan tumor.
Pencitraan lain : CT Scan abdomen, USG abdomen, CT kepala, bone scan, bone ey,
angiografi, MRI.
94
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
CT scan abdomen atau USG abdomen
CT scan otak
Bone scan
Bone survey atau foto daerah tulang yang dicurigai berdasarkan bone scan atau
klinis
Foto Barium bila ada keluhan esofagus
Fungsi paru / spirometri dan analisis gas darah bila ada gangguan Pernapasan
Biopsi dari lesi yang dicurigai kanker yang dapat dijangkau :
− Lesi sentral : bronkoskopi dengan bilasan bronkus, sikatan bronkus, TBNA,
biopsi forsep
− Lesi perifer : biopsi aspirasi jarum halus transthorakal dengan atau tanpa
bimbingan USG/CT scan, biopsi dengan thorakoskopi
Sitologi cairan pleura bila ada efusi pleura
B. Untuk pasien dengan NSCLC tanpa kontraindikasi untuk pembedahan kuratif
atau radioterapi:
Seperti butir A. ditambah:
Tes koagulasi
Jika rencana bedah : evaluasi mediastinum oleh bag. Bedah pada saat
mediastinoskopi atau thorakotomi
C. Untuk pasien dengan SCLC:
Seperti butir A. ditambah:
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi
TERAPI
Berdasarkan tipe histopatologis dan staging TNM menurut IUCC 1997:
NSCLC:
95
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Stage III B yang toleran terhadap Radioterapi port :Radioterapi potensial kuratif +
Kemoterapi (jika status tampilan dan kondisi umum memungkinkan), atau Radioterapi saja
(bila tidak memungkinkan Kemo terapi)
SCLC
Limited stage (status tampilan baik) : kemoterapi Kombinasi + Radio terapi toraks
Extensive stage (status tampilan baik ) : Kemoterapi Kombinasi
Respons tumor komplit : (semua stage ) :Radio terapi kranial profilaktik
Status Tampilan buruk (semua stage):
Kemoterapi Kombinasi dengan modifikasi dosis
Radio terapi paliatif
Semua pasien :
Radio terapi untuk :
Metastasis otak,
Kompresi medulla spinalis,
Lesi titik pada tulang penahan beban,
Lesi lokal simptomatik (paralysis nervus, obstruksi saluran napas, hemoptisis NSCLC
dan SCLC yang tidak respons terhadap Kemoterapi) )
Diagnosis dan tata laksana masalah medis lain dan supportive care selama
Kemo terapi
Mendorong stop merokok
KOMPLIKASI
Obstruksi jalan napas
Gagal napas
Pendarahan / hemoptisis
Abses
Atelektasis
Nyeri kanker
Efusi pleura
Aritmia
Sindrom vena cava superior
Sindrom Horner
Dysphonia
96
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Sindrom Pancoast
Metastasis ke organ : otak, tulang, hepar, limfatik
Sindrom paraneoplastik:
− penurunan berat badan, anoreksia, demam,
− leukosistosis, anemia, hiperkoagulasi,
− hiperkalsemia
− SIADH
− demensia, ataksia, tremor, neuropati, perifer.
PROGNOSIS
Tergantung tipe histologi, staging, resektabilita dan operabilitas
WEWE NANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS Non Pendidikan :Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Departemen Radiologi / Radiodiagnostik,/ Radioterapi, Patologi
Anatomi, Bedah / toraks/ Onkologi
RS Non Pendidikan : Bagian Bedah, Patologi Klinik, Paru, Radiologi, Patologi
Anatomi.
REFERENSI
1. Uyainah A, Pendekatan Diagnostik Kanker Paru ,. In: Alwi l, Setiati S. Kasjmir Y1
Bawazier LA, Syam AF Mansjoer A, editors. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah
Tahunan ilmu Penyakit Dalam 2002. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2002.p. 91-8.
2. Minna JD. Neoplasms of the Lung. In. Braunwald E Fauci AS, Kasper DL Hauser SL,
Longo DL, Jam eson JL. Harrison c Principles of Internal Medicine. 15th ed. New
York. McGraw-Hi//• 2001.p.562-71.
97
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
EMBOLI PARU
PENGERTIAN
Emboli paru adalah kelainan jaringan paru yang disebabkan oleh embolus pada arteri
pulmonalios paru. Bekuan vena sistemik yang menyangkut di percabangan pulmonalios ,
merupakan komplikasi trombosis vena dalam (DVT) yang umumnya terjadi pada kaki atau
panggul. Faktor predisposisi trombosis vena, dikaitkan dengan Trias Virchow, yaitu
Statis : imobilitas, tirah baring, anestesi, gagal jantung kongestif / kor pulmonal,
trombosis vena sebelumnya
Hiperkoagulabilitas : keganasan,antibodi ,antikardiolipin, sindrom nefrotik,
Trombositosis esensial, terapi estrogen, heparin-induced thrombocytopenia, nmatory
bowel diseases Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria, koagulasi intravaskular
diseminata, defisiensi protein C dan S, defisiensi antitrombin III
Kerusakkan dinding pembuluh darah : trauma, pembedahan
DIAGNOSIS
Keluhan : sesak napas, nyeri dada, hemoptisis
Pemekrisaan fisik : takipneu, takikardia, pleural rub, tanda-tanda efusi pleura, tanda
gagal jantung kanan akut (JVP meningkat, bunyi P2 mengeras, murstolik daerah
katup pulmonal).
EKG : terutama menyingkirkan penyakit lain, perubahan ST-T tidak spesifik. Inversi
gelombang T di Vi— V4, kadang-kadang dijumpai RBBB, AF. Pada emumasif dapat
dijumpai RAD, P pulmonal, S1 Q3 T3.
Foto Toraks : menyingkirkan penyebab lain berupa emboli paru infiltrat, efusi, itasis,
gambaran khas emboli paru Hampton’s sign, Westermark ‘s sign,Palla’s sign, pada
sebagian kasus : tidak tampak kelainan
AGD : hipoksemia, alkalosis respiratorik
D-dimer plasma : meningkat (sensitif, tidak spesifik). Bila > 500 ng/mL, dilanjutkan
dengan pemeriksaan :
Ventilation / Perfusion Lung Scan: (sensitif, tidak spesifik)
− Pada emboli paru : kelainan perfusi tidak disertai kelainan ventilasi, atau kelainan
perfusi lebih menonjol
− Berdasarkan adanya, ukuran, dan hubungan defek ventilasi-perfusi, hasil dibagi
atas : high-probability lung scan, non-high pro bablily lung scan (= low dan
intermediate probability lung scan), normal lung scan.
USG kornpresi kaki. Indikasi : hasil scan menunjukkan non-high pro bablity lung
Scan, sedangkan klinis sangat mengarah ke emboli paru.
98
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Jika hasil scan adalah high-probability lung scan, atau USG kaki positif DVT: Terapi
sebagai emboli paru.
Angiografi pulmoner : baku emas. Indikasi: hasil diagnostik lain tidak jelas dan
dibutuhkan diagnosis pasti ( seperti pada pasien yang tidak stabil, atau memiliki risiko
tinggi bila diterapi antikoagulan atau trombolitik).
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia, bronkitis, asma bronkial, bronkitis kronis eksaserbasi akut, infark miokard
edema paru, kanker paru, pneumotoraks, kostokondritis, aorta dissekans, tamponade,
fraktur iga, hipertensi pulmoner primer, nyeri muskukoskeletal, anksietas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab.: DPL, AGD, D-dimer plasma, hemostasis (PT, aPTT, INR, aktivitas protrombin,
kadar fibrinogen), kadar protein C dan S, ACA, urin lengkap
Ventilation / Perfusion Lung Scan.
USG Doppler
FXG
Angiografi pulmoner:
TERAPI
Terapi Primer
Obat trombolitik diindikasikan pada emboli paru masih yang menyebabkan instabilitas
hemodinamik atau gagal napas, streptokinase : dosis loading 250.000 IU drip IV dalam 30
menit. Dilanjutkan 100.000 IU perjam drip IV, selama total 24 jam.
Terapi Preventif
Antikoagulan:
Unfractionated heparin secara intravena, diberikan kontinyu atau intermiten, bolus
inisial IV 80 IU/kgBB atau sekitar 5.000 IU, dilanjutkan dengan drip 18 IU/
kgBB/jam 1V
− Pemantauan dengan pemeriksaan aPTT setiap 6 jam : target 1,5 — 2,5 x kontrol.
Bila hasil aPTT > 2,5 x kontrol : dosis diturunkan 100-200 lU/jam, bila hasil
aPTT < 1,5 x kontrol : dosis dinaikkan 100-200 lU/jam, bila aPTT 1,5 — 2,5 X
kontrol : dosis dipertahankan. Pemantauan aPTT han II setiap 12 jam, hari III
setiap 24 jam.
− Setelah 7 hari heparinisasi : ditambahkan (overlapping) antikoagulan oral selama
± 5 han, hingga tercapai target INR pada 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
− Selama pemberian antikoagulan, perlu diperhatikan lesi fokal di tempat lain,
prosedur invasif yang direncanakan, dipantau jumlah trombosit.
Low Molecular Weight Heparin (LMWH) diberikan subkutan tiap 12 jam. Dosis
LMWH, yaitu enoxaparin 1 mg/kgBB sedangkan nadroparin 0,1 mL/kgBB Pada
obesitas, BB <50 kg, gagal ginjal kronik, kehamilan, dapat diperiksakan anti faktor
Xa : target 0,3 -0,7 IU.
Antikoagulan oral ( warfarin ) dimulai sesudah 7 hari pemberian heparin dengan dosis
awal 5 mg / hari. Pemantauan dengan pemeriksaan INR tiap 1-3 hari : target INR 2 —
3. Bila INR <2 : dosis dinaikkan 1/2 tablet ,bari, bila INR > 3 : dosis diturukan bila
INR 2—3 : dosis dipertahankan
99
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Terapi suportif
Oksigen
Infus cairan
Inotropik : dobutamin drip, bila hipotensi, atau tanda-tanda gagal jantung akut lain
Vasopresor sesuai indikasi
Anti aritmia sesuai indikasi
Analgetik
KOMPLIKASI
Komplikasi emboli paru : gagal napas, gagal jantung kanan akut, hipotensi / syok
kardiogenik, Komp1ikasi diagnostik reaksi alergi terhadap zat kontras Komplikasi terapi :
pendarahan (termasuk intra-kranial), heparin-induced thrombocytopeflia, nekrosi kulit,
warfarin embriopati.
PROGNOSIS
Malam
WEWENANG
RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS Non Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAlT
RS Pendidikan : Divisi Hematologi-onkologi Medik, Departemen Radiologi /
Radiodiagnostik, Patologi Klinik, Bedah / toraks
RS Non Pendidikan : Bagian Bedah, Patologi Klinik, Radiologi
REFERENSI
1. Bahar A, Diagnostik Klinik dan Diagnosis Banding Emboli Paru. Prosiding
Simposium ovascu1ar Respiratory Immunology: From Pathogenesis to Clinical
Application Jakarta,2003: 16-8.
2. Fishman AP. Pulmonary Thromboembolc Disease. In Fishman AP Elias JA, Fishman
ppi MA, Kaiser LR, Senior RM(eds). Fishman ‘ Manual of Pulmonary Diseases
‘aorders.3” ed. New York: McGraw-Hill,2002.P 461-8.
3. Goldhaber SZ. Pulmonary Thromboembolism. In Braunwald E, Fauci AS, Kasper
DL, er SL. Longo DL, Jameson JL. Harrison Principles of Internal Medicine. 15 th ed.
New York: McGraw-Hill 2OO1P 1508-13.
4. Bahar A, Emboli Paru. In: Simadibrata M, Setiati S. AIwi I, Matyantoro. Gani RA,
Masjoer A (eds,). Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI;1999.P211-2.
5. Tambunan KL. Deteksi dan Tata Laksana Trombosis Vena Dalam. Prosiding
Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam 11.
Jakarta, 2002:28-33.
100
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
6. Goldhaber SZ. Pulmonary Embolism. N Engl J Med, July 9,1998;339(2)93-104
7. Agnelli G Anticocgulation in The Prevention and Treatment of Pulmonary Embolism
Chest, Jan 1995;107(I):39S-44S.
8. Hyers TM Agnelli C Hull RD. Morris TA, Samama M Tapson Therapy for Venous
Thromboembolic Disease. Sixth ACCP Cc, Antithrombotic Therapy. Chest, Jan
2001;119(1):176-935.
101
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
102
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
103
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
104
Pulmonologi Panduan Pelayanan Medik PAPDI
105