Anda di halaman 1dari 16

Trichuris trichiura

Trichocephalus dispar
( cacing cambuk )
=

HOSPES DAN NAMA PENYAKIT :


Hospes : manusia Penyakit : trikuriasis

DISTRIBUSI GEOGRAFIK :
Kosmopolit, terutama di daerah panas dan lembab Indonesia +++

MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP :


Panjang cacing betina 5 cm, Cacing jantan 4 cm

Bag. anterior langsing spt cambuk, 3/5 bag panjang cacing Bagian posterior lebih gemuk, pada betina membulat dan tumpul ; jantan melingkar dan mempunyai satu spikulum Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum, bag anterior masuk mukosa usus Cacing betina 3.000 10.000 telur/ hari

Telur : Ukuran : 50 54 X 23 Bentuk seperti tempayan dgn penonjolan jernih pada kedua kutub Kulit telur bag luar dgn warna ke kuningan dan bag dalam jernih Telur dibuahi keluar tinja, 3 6 minggu matang pada tanah dgn. lingkungan lembab dan teduh Telur matang berisi larva bentuk infektif

Cara infeksi : hospes tertelan telur matang Telur menetas larva masuk usus halus dewasa turun ke bag. distal kolon terutama di daerah sekum Tidak mempunyai siklus paru Telur tertelan - cacing dewasa 30 90 hari

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS


Cacing hidup di sekum manusia, dan kolon asendens Infeksi berat ( anak ) cacing tersebar di seluruh kolon & rektum

Mukosa rektum prolapsus akibat mengejan saat defikasi Kepala cacing masuk mukosa usus trauma iritasi dan peradangan mukosa usus Tempat pelekatan perdarahan Cacing mengisap darah anemia Infeksi berat dan menahun gejala diare yang diselingi sindrom disentri, anemia, mual & muntah, BB turun dan kadang prolapsus rektum 0,005 ml darah / hari / cacing

Thn 1976, bag. Parasitologi FKUI 10 org anak dgn. trikuriasis berat diare menahun 2-3 tahun Infeksi berat sering disertai infeksi cacing lain atau protozoa Infeksi ringan tidak ada gejala jelas

DIAGNOSIS :
Menemukan telur dalam tinja

PENGOBATAN :
Obat yang digunakan dgn hasil baik : Mebendazol, albendazol dan oksantel pamoat

EPIDEMIOLOGI :
Penyebaran kontaminasi tanah dgn tinja Telur tumbuh : tanah liat, tempat lembab dan teduh dgn suhu 30 C Sumber infeksi dikebun menggunakan tinja sebagai pupuk Frekuensi di Indonesia , 30 90 % Anak anak >> orang dewasa Pencegahan didaerah endemis : pengobatan, pembuatan jamban, kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan dan cuci sayuran mentah sebelum dimakan

---------------------------HOSPES DAN NAMA PENYAKIT :


Hospes : manusia Penyakit : Strongilodiasis

Strongyloides stercoralis

DISTRIBUSI GEOGRAFIK :
Di daerah tropis & subtropis Di daerah iklim dingin jarang

MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP :



Cacing dewasa betina : Hidup di vilus duodenum Bentuk filiform, halus Tidak berwarna Panjang 2 cm Cara berkembang biak diduga partenogenesis Telur btk parasitik diletakkan di mukosa usus, menetas larva rabditiform rongga usus dikeluarkan dalam tinja

DAUR HIDUP
1. Siklus langsung
Dalam 2 3 hari larva rabditiform ditanah ukuran 225 x 16 larva filariform, langsing dgn panjang 700 bentuk infektif, menembus kulit larva tumbuh masuk peredaran darah vena jantung kanan paru menembus alveolus trakhea dan laring. Reflek batuk cacing tertelan usus halus bag atas dewasa Cacing bertelur 28 hari setelah infeksi Siklus ini terjadi di daerah iklim dingin

2. Siklus tidak langsung


Di tanah larva rabditiform cacing jantan dan betina bentuk bebas Lebih gemuk dari bentuk parasitik Ukuran cacing betina 1 mm x 0,06 mm Cacing jantan : 0,75 mm x 0,04 mm, ekor melengkung dgn 2 spikulum Setelah pembuahan, cacing betina bertelur larva rabditiform larva filariform atau mengulangi fase hidup bebas Siklus ini terjadi bila keadaan lingkungan optimum di daerah tropis dan lembab

3. Autoinfeksi Larva rabditiform filariform di usus atau sekitar anus ( perianal ) Bila larva tsb menembus mukosa usus / kulit perianal daur perkembangan dalam hospes Autoinfeksi Strongiloidiasis menahun PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS : Larva filariform kelainan kulit creeping eruption , rasa gatal Cacing dewasa kelainan mukosa usus Infeksi ringan tidak ada gejala Infeksi sedang rasa sakit spt tertusuk di epigastrium tengah dan tidak menjalar Mual, muntah, diare dan konstipasi

Hiperinfeksi autoinfeksi, cacing dewasa ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larva di alat dalam ( paru, hati, kandung empedu ) Darah hipereosinofilia,eosinofil normal DIAGNOSIS : Diagnosis klinis tidak pasti Diagnosis pasti larva rabditiform dalam tinja segar, biakan dan aspirasi duodenum Biakan tinja 2 x 24 jam larva filariform dan cacing dewasa yang hidup bebas

PENGOBATAN : Tiabendazol dosis 25 mgr/kg.bb. 2-3 hr Albendazol 400 mgr, 1 2 kali/hr selama 2-3 hari Mebendazol 100 mgr, 3x/hr, 2-4 mgg Pengobatan penting karena ada autoinfeksi Kebersihan daerah sekitar anus dan mencegah konstipasi PROGNOSIS: Infeksi berat kematian

EPIDEMIOLOGI : Daerah panas, kelembaban tinggi, sanitasi << terjadi daur hidup tidak langsung Tanah gembur, berpasir dan humus baik utk pertumbuhan cacing ini Jakarta sekarang jarang ditemukan Pencegahan : sanitasi pembuangan tinja, melindundungi kaki alas kaki dan penyuluhan kepada masyarakat ttg cara penularan dan pemakaian jamban

Anda mungkin juga menyukai