Anda di halaman 1dari 69

Dr.

Fajriati Zulfa
SKDI 2012

1. Penyakit cacing tambang (4A )
2. Strongiloidiasis (4A )
3. Askariasis (4A )
4. Taeniasis (4A)
5. Skistosomiasis (4A)
6. Pes (1)
7. Abses hepar amoeba (3A )
Cacing Tambang (Hook
worm)

Spesies penting
 Necator americanus Manusia
 Ancylostoma duodenale
 Ancylostoma braziliense
 Ancylostoma ceylanicum Anjing dan kucing
 Ancylosyoma caninum
Perbedaan Morfologi Cacing Dewasa


Ancylostoma duodenale Necator americanus
 Arah kepala : mengikuti  Berlawanan lengkung tubuh ,spt
lengkung tubuh (huruf c) menengadah ke atas, membentuk
kail (huruf s)
 Letak vulva :di posterior  Di anterior pertengahan tubuh
pertengahan tubuh
 2 buah lempeng pemotong
 Rongga mulut : di bagian ventral, semilunar di ventral, 2 buah yang
mempunyai 2 buah gigi yang agak kecil di dorsal
hampir sama besar di tiap sisi
 Memanjang dan bulat, ruji dorsal
 Bursa copulatrix : melebar, ruji pendek bercabang dua
dorsal bercabang tiga


Cacing tambang


 Soil-trasnmitted helmint
 Distribusi geografik : daerah khatulistiwa
(pertambangan dan perkebunan)
 Estimasi jumlah populasi dunia yang terinfeksi : 576
-740 juta orang
 Prevalensi di Indonesia : 40 – 70%
 Terbanyak pada usia dewasa dan lanjut

 Habitat : bagian proksimal usus halus, mulut
menempel pada mukosa dan sub mukosa
 Memiliki siklus paru sebelum larva tertelan dan
dewasa di usus halus
 Usia cacing dewasa : N.americanus 1 th
A.duodenale 5-7 th

 Cacing betina bertelur :
 N.americanus 9000-10.000/hari
 A.duodenale 25.000-30.000/hari
 Waktu dari penetrasi larva ke kulit – cacing dewasa
bertelur : 5-9 minggu
 Bentuk infektif : Larva filariform
 Diagnosis : Telur ( tinja segar) dan Larva ( tinja lama)
 Penyebab kelainan : larva dan cacing dewasa

Necatoriasis & Ancylostomiasis

 Gejala Klinis :
1. Karena migrasi larva
- Menembus kulit (cutaneus larva migrain /
ground itch)
- Infeksi oral ( wakana diseases ) : mual, muntah,
iritasi faring, batuk, sakit leher dan serak, sesak
nafas/ dyspnoe

Gejala klinis e.c cacing dewasa


2. Karena cacing dewasa
Kelainan yang disebabkan oleh cacing dewasa
Gejala tergantung spesies ,jumlah cacing, dan
keadaan gizi penderita ( status Fe dan
protein)
N.americanus : 0,005-0,1 cc darah/hari
A.duodenale : 0,08-0,34cc darah/hari
Gejala karena cacing dewasa


Gejala di tractus digestivus, nyeri
epigastrium, gangguan pencernaan, hilang
nafsu makan, diare, kadang konstipasi
Gejala anemia , terjadi secara perlahan sesuai
infeksi yang menahun
 Anemia def besi, hipochromic micrositik

 Faktor yang berperan sebelum timbul
anemia:
- jumlah cacing tambang / intensitas infeksi
- cadangan zat besi penderita
- nutrisi
Patokan untuk menentukan terjadinya anemia :
- wanita dan anak-anak : 2000 telur/gram tinja
- laki dewasa = 5000 telur/gram tinja
Anemia yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik
maupun mental.
Diagnosa

 Secara klinis : berdasar anamnesa dan
gejala klinis
 Secara Laboratoris :
 Spesimen :Feces menemukan adanya
telur
 Spesimen :Darah  adanya gambaran
anemia hipokromik mikrositer
Terapi

• Mebendazol (Vermox), 2x100mg
selama 3 hari berturut-turut

• Pyrantel pamoate (Combantrin), dosis


tunggal 10-20mg/kgBB
Pencegahan

 Pengobatan penderita.
 Mengatur pembuangan tinja, pembuatan jamban.
 Anjuran memakai alas kaki pada daerah
endemis.
Strongiloides stercoralis

 Nematoda usus yang sebabkan strongylodiasis
 Terutama di daerah tropis dan sub tropis
 Angka kejadian : 30-100 juta orang /thn
 Memiliki 3 siklus hidup :
 - Siklus langsung
 - Siklus tidak langsung ( Free parasitik )
 - Auto infeksi
Telur

Morfologi menyerupai telur
Hookworm
Jarang ditemukan di tinja
Menetas di dalam tubuh host dan
keluar bersama tinja sebagai larva
rhabditiform
Larva Strongyloides stercoralis


 Larva rhabditiform: Larva filariform:
- pada faeces - langsing panjang
- ekor bercabang
Cacing dewasa


 Cacing dewasa bentuk parasitik :
C. Betina : - kecil langsing, tak berwarna (2,2 x 0,04 mm)
- cuticula striated
- buccal cavity pendek
- oesophagus silindris panjang

 Cacing dewasa bentuk free living :


C. betina : panjang 1mm, uterus berisi telur
C. jantan : panjang 0,7 mm, ekor lancip membengkok ke
ventral, dan terdapat spiculae
Siklus hidup

Siklus Langsung
(Paracitic cycle)

 Larva filariform di tanah  kontak melalui kulit / mulut
 menembus kulit  sirkulasi darah  jantung  paru
 kapiler pembuluh darah  alveoli  oesophagus 
usus halus  dewasa jantan & betina

Dari larva untuk mencapai paru 3 – 13 hari


 Auto infeksi : Larva filariform dapat penetrasi kulit
perianal pada ,
- penderita dengan higiene jelek
- konstipasi
- defekasi dibersihkan dengan tissue
Siklus Tidak Langsung
(Free Living Cycle)

Larva rhabditiform keluar bersama dengan tinja :

a. pergantian kulit 2x  larva filariform

b. pergantian kulit 4x  di tanah tumbuh menjadi


dewasa jantan & betina  fertilisasi  telur 
larva rhabditiform
Gejala Klinis

1. Disebabkan oleh larva
a. kelainan pada kulit : creeping eruption seperti pada
Ancylostoma (berupa garis lurus, sifat lebih progresif ).
Gejala : dermatitis, urticaria

b.larva dalam paru : pneumonitis


gejala : demam,batuk + sputum mukopurulen, dyspnea /
sesak, urticaria

c. pada intestine : ulcus pepticum, malabsorbsi, perdarahan


gastrointestinal

 Disebabkan oleh cacing dewasa

a. infeksi ringan : asimptomatik, mual, muntah,


nyeri perut, diare ringan

b. infeksi berat : gejala-gejala lebih jelas, diare


berat, dehidrasi, kolik

 Hiperinfeksi : cacing dewasa yang hidup sebagai
parasit ditemukan diseluruh traktus digestivus dan
larva ditemukan di berbagai alat dalam (paru, hati,
kandung empedu)
 Eosinofilia atau hipereosinofilia
Diagnosis

 Menemukan larva rabditiform dalam tinja segar,
biakan dan aspirasi duodenum
 Sampel (specimen ) : feces  ditemukan adanya
larva rhabditiform
Biakan feces 3 hari  menjadi larva filariform dan
cacing dewasa free living
Terapi

 Albendazole 400 mg satu/dua kali sehari selama tiga
hari
 Mebendazole 100 mg tiga kali sehari selama 2 atau 4
minggu
Pencegahan

 Pengobatan penderita.
 Mengatur pembuangan tinja.
 Pendidikan tentang higiene kesehatan.
 Anjuran memakai alas kaki pada daerah endemis
Ascaris Lumbricoides

 Kelas Nematoda , soil-transmitted-helminth
 Distribusi geografik : kosmopolit, daerah tropis dan
sub tropis
 Prevalensi di Indonesia : 60-90%, dunia : 807 juta
orang (2015)
 Terbanyak pada usia 5-15 th
 Pada 1 orang penderita sering ditemukan ko-infeksi
bersama cacing STH lain ( Trichuris, cacing
tambang)

 Waktu pematangan telur di tanah : ± 3 minggu
 Memiliki siklus paru sebelum larva menjadi dewasa
di usus halus
 Waktu dari infeksi s/d cacing bertelur : 9-11 minggu
 Cacing dewasa betina bertelur 100.000-200.000 butir
/hari
 Umur cacing dewasa : 1-2 th
 Bentuk infektif : telur berembrio (telur matang)
Telur

 Bentuk lonjong
 Ukurang 60x45µ
 3 jenis telur :
 - Telur yang dibuahi
 - Telur matang ( bentuk
infektif)
 -Telur decortecated
Cacing Dewasa

 Ukuran cacing dewasa:
 Jantan : P 15 - 30cm
 L 0,2 -0,4 cm
 Betina : P 20 - 35 cm
 L 0,3 -0,6 cm
Siklus hidup Ascaris lumbricoides

Faktor Resiko

Tidak ada jamban keluarga
pencemaran tanah oleh tinja
Pemakaian tinja manusia sebagai
pupuk
Supplai air bersih yang kurang
Kelembaban tinggi, suhu 25-30ºC dan
tanah liat
Gejala klinis

 Kelainan yang disebabkan : Askariasis ( cacing
dewasa) dan Sidrom Loeffler (Larva)
 Gejala klinis askariasis
 - Gangguan intestinal ringan : mual, nafsu makan ,
diare /konstipasi.
 - Infeksi berat : gangguan malnutrisi, hambatan
pertumbuhan,retardasi intelektual dan status
kognitif
 - Obstruksi usus (ileum) pada anak yang kecil

 Cacing dewasa dapat ditemukan pada organ lain :
appendiks, saluran hati/empedu dan pankreas ,
bronkhus
Sindrom loeffler
 - gejala klinis : batuk, demam, eosinofilia
 -pada foto thorax terdapat gambaran infiltrat
( menghilang beberapa minggu )
Diagnosis

Menemukan telur dalam tinja secara
langsung
Cacing dewasa keluar melalui feses,
melalui mulut atau hidung karena
muntah

Terapi

 Pirantel pamoat 10mg/kgbb
 Dosis tunggal albendazol 400 mg dan mebendazol
500mg
 Pengobatan masal albendazol 400 mg 2x/thn

Prognosis
 Dapat sembuh sendiri (self limiting )
 Angka kesembuhan setelah pengobatan 70 -99%
Taeniasis

 Etiologi : Taenia Saginata dan Taenia solium
 Cacing kelas cestoda
Taenia saginata

 Hospes : Manusia
 Hospes perantara: sapi, kerbau
 Distribusi geografik : Kosmopolit, ditemukan di
Eropa, Timur tengah, Afrika,Asia, Amerika Utara,
Rusia dan Indonesia
 Nama penyakit : Taeniasis saginata, Sistiserkosis
(sistiserkus bovis)
Morfologi


 Cacing tdd : Kepala (skoleks dg 4 batil Isap tanpa
rostelum), leher dan strobila (rangkaian proglotid :
imatur, matur dan gravid/mengandung telur)
 Proglotid : 1000 -2000 buah, bentuknya lebih
panjang dibandingkan lebar
 Panjang : 4-12 meter
 Telur : dibungkus embriofor yang bergaris-garis
radial yang berukuran 30-40 x 20-30 µ, berisi embrio
heksakan atau onkosfer


Siklus Hidup

Gejala Klinis

 Ringan : sakit ulu hati, perut merasa tidak enak,
mual, muntah, diare, dan sakit kepala
 Gejala berat : dapat terjadi bila proglotid masuk ke
appendiks, ileus akibat obstruksi usus
 Berat badan menurun tidak jelas sebabnya
 Eosinofilia
Diagnosis

 Menemukan proglotid yang bergerak didalam feses
atau proglotid yang keluar spontan lewat anus
 Ditemukan telur dalam feses atau usap anus
 Proglotid direndam dalam lactofenol sampai jernih
dan bisa dihitung cabang-cabang uterusnya untuk
menentukan spesies
Taenia Solium

 Hospes : Manusia
 Hospes perantara: Manusia dan babi
 Nama penyakit : Teniasis solium, sistiserkosis
 Distribusi geografik : kosmopolit, jarang ditemukan
di negara islam, di Indonesia ditemukan di Bali,
Papua dan Sumatra Utara
Morfologi

 Cacing dewasa : 2-4 meter kadang sampai 8 meter
 Terdiri dari skoleks, leher, strobila yang terdiri dari
800 -1000 ruas proglotid
 Skoleks : ukuran 1 mm, punya 4 buah batil isap
dengan rostelum
Gejala klinis

 Jika cacing dewasa hanya 1 ekor tidak menimbulkan
gejala klinis yang berarti.
 Hanya menimbulkan gejala nyeri ulu hati, diare,
mual, obstipasi, dan sakit kepala
 Eosinofilia
 Larva atau sistiserkus sebabkan sistiserkosis bisa
menghinggapi subkutis, mata, jaringan otak, otot,
otot jantung, hati, paru dan rongga abdomen.
 Gejala sistiserkosis : pseudohipertrofi otot, miositis,
demam tinggi dan eosinofilia


 Sistiserkosis di otak dan medula spinalis dapat
terjadi kalsifikasi dan menimbulkan gejala epilepsi,
meningoensefalitis, gejala karena TIK meningkat,
hidrosefalus
 Infeksi : makan daging babi yg kurang matang
 Dx: Terdapat proglotid (tinja/spontan), telur
(tinja/usap anus)
Terapi

Teniasis
 Prazikuantel 100 mg/kg berat badan (BB)
( sebelum th/ pasien makan lunak tanpa serat dan
minyak, malam hari puasa, obat diberikan saat perut
kosong, 2 jam setelah minum obat diberikan garam
inggris (MgSO4), selama itu pasien tidak boleh makan
sampai BAB
 Albendazol

Sistiserkosis
 Prazikuantel per oral 50 mg/kgBB/hari dosis
tunggal atau dibagi dalam tiga dosis selama 15 hari
 Albendazol per oral 15 mg/kgBB/hari dosis tunggal
atau dibagi dalam tiga dosis selama 7 hari.
 Pembedahan
Skistosomiasis

Schistosomiasis atau Bilharziasis
 penyakit infeksi parasit kronis yang
disebabkan oleh trematoda dari genus
Schistosoma.
Epidemiologi


 Diseluruh dunia 200 juta orang menderita
schistosomiasis (20 juta sakit berat, 120 juta
menunjukkan tanda-tanda klinis )
 2011 (WHO) : 243 juta orang memerlukan
pengobatan schistosomiasis
 Penyebaran penyakit : negara Asia Afrika, Amerika
latin dan Timur tengah. Di Asia tersebar di Jepang,
Cina, Filipina, Indonesia, Malaysia, Kamboja dan
Thailand

 Indonesia : ditemukan di Lembah Lindu (Kec
Kulawi, Kab. Donggala ) dan di Lembah Napu-
basoa (kec. Lore, Kab . Poso) Sulawesi tengah
 Etiologi : Schistosoma japonicum
 Penyakit Sckistosomiasis japonika , penyakit
katayama, demam keong
Morfologi dan Daur Hidup


 Cacing dewasa jantan ukuran 1,5 cm, betina 1,9 cm
 Hidup di vena mesenterika superior
 Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga alat
dalam seperti hati, paru dan otak


Patologi dan Gejala Klinis

 Perubahan yang terjadi disebabkan oleh 3 stadium
cacing yaitu serkaria, cacing dewasa dan telur.
 Perubahan-perubahan pada skistosomiasis dibagi
dalam 3 stadium:
1. Masa tunas biologik
– Gejala kulit dan alergi : eritema, papula disertai rasa
gatal dan panas hilang dalam 2-3 hari
 Gejala paru : batuk, kadang-kadang pengeluaran
dahak yang produktif

 Gejala toksemia : timbul minggu ke-2 sampai ke-8
setelah infeksi. Berat gejala tergantung jumlah serkaria
yang masuk
 Gejala berupa : lemah, malaise, tidak nafsu makan, mual
dan muntah. Diare disebabkan hipersensitif terhadap
cacing
 Hati dan limpa membesar dan nyeri raba

2. Stadium Akut
 Mulai sejak cacing bertelur
 Efek patologis tergantung jumlah telur yang
dikeluarkan dan jumlah cacing .
 Keluhan : demam, malaise, berat badan menurun
 Pada infeksi berat Sindroma disentri
 Hepatomegali timbul lebih dini disusul
splenomegali; terjadi 6-8 bulan setelah infeksi.

Stadium menahun :
 Penyembuhan dengan pembentukan jaringan ikat
dan fibrosis
 Hepar kembali mengecil karena fibrosis. Hal ini
disebut sirosis
 sirosis  sirosis periportal
 Gejala : splenomegali, edema tunbgai bawah dan
alat kelamin, asites dan ikterus.
 Stadium lanjut sekali dapat terjadi hematemesis
Diagnosis dan terapi

 Diagnosis :
 Menemukan telur dalam tinja, urin atau jaringan biopsi
 Reaksi serologi

 Obat-obat anti schistosoma :

 Emetin (tartras emetikus)


 Fuadin stibofen, Reprodal, neo-antimosan
 Astiban TW 56
 Lucanthone-HCl, Miracil D. Nilodin
 Niridazol
 Prazikuantel (Embay® 8440; Droncit®,Biltricide®)
Thank you

Anda mungkin juga menyukai