Anda di halaman 1dari 69

Helminthes

Platyhelminthes Nemathelminthes

Trematoda Nematoda

Cestoda
CACING GILIK
 Morfologi: bentuk bulat memanjang,
mempunyai kepala, ekor, dinding,
rongga badan, dan alat-alat tubuh
lainnya (sistem pencernaan, ekskresi,
dan reproduksi (alat kelamin)
terpisah).

 Reproduksi: bertelur

Daur hidup: seekor cacing betina dapat menghasilkan telur


sebanyak 20-200.000 butir sehari. Telur atau larva
dikeluarkan dari badan hospes bersama tinja. Bentuk
infektif memasuki tubuh manusia dapat secara aktif,
tertelan, atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan.
Nematoda
Nematoda Usus
Jaringan
• Ascaris lumbricoides, • Wuchereria bancrofti,
• Toxocara canis, • Brugia malayi &
• Toxocara cati,
B. timori.
• Necator americanus,
• Ancylostoma duodenale,
• Trichuris trichiura.
Nematoda Usus
CACING GILIK
 Hospes: Manusia
 Penyakit: Askariasis
 Morfologi: cacing jantan berukuran lebih kecil
dari cacing betina
 Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang
menjadi bentuk infektif (mengandung larva yang sedang
berkembang).
 Jika bentuk infektif tertelan oleh manusia, maka menetas di usus
halus.
 Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah
atau sal. Limfe, lalu dialirkan ke jantung kemudian ke paru –
paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah masuk
ke rongga alveolus, lalu ke trakea melalui bronkiolus dan
bronkus.
 Dari trakea larva menuju faring sehingga menimbulkan
rangsangan untuk batuk.
 Akibat batuk, larva tertelan ke esofagus menuju usus halus. Di
usus halus larva berubah menjadi bentuk dewasa.
 Sejak telur matang tertelan hingga cacing dewasa bertelur
membutuhkan waktu ± 2 – 3 bulan.
 Gangguan alrva: perdarahan kecil di dinding alveolus
dan timbul gangguan paru yang disertai batuk,
demam, eosinofilia.
 Gangguan cacing dewasa: mual, nafsu makan
berkurang, diare atau konstipasi.
 Infeksi berat: malabsorbsi, malnutrisi, dan penurunan
status kognitif pada anak.
 Efek serius terjadi bila cacing menggumpal dalam
usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).
 Keadaan tertentu, cacing dewasa mengembara ke sal.
Empedu, apendiks, atau ke bronkus dan
menimbulkan kondisi emergensi sehingga
membutuhkan tindakan operatif
 Pemeriksaan tinja secara langsung. Keberadaan
telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis.
Selain itu, diagnosis dapat dibuat jika cacing
dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau
hidung karena muntah maupun melalui tinja
 Obat yang dapat digunakan:
◦ Piperasin
◦ Pirantel pamoat 10 mg/kg BB
◦ Mebendazol dosis tunggal 500 mg
◦ Albendazol 400 mg

Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat


digunakan untuk infeksi campuran A. lumbricoides dan T.
trichiura
 Umumnya mempunyai prognosis baik. Tanpa
pengobatan, penyakit dapat sembuh sendiri
dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan,
angka kesembuhan 70 – 99%.
 Prevalensi 60 – 90% terutama pada anak.
 Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25 – 30 0C
merupakan kondisi sangat baik untuk
perkembangan telur menjadi bentuk infektif.
 Infeksi terus menerus dapat terjadi akibat
kebiasaan defekasi di sembarang tempat
khususnya di tanah, makan tanpa cuci tangan,
bermain tanah,
 Hospes: Toxocara canis ditemukan pada anjing dan T. cati
ditemukan pada kucing.
 Cacing dapat hidup pada tubuh manusia sebagai parasit
pengembara dan menyebabkan penyakit visceral larva
migrans

 Morfologi: bentuk tubuh seperti Ascaris lumbricoides muda.


 Toxocara canis memiliki sayap servikal berbentuk seperti
lanset. Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, sehingga
kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor
kedua spesies hampir sama, ekor jantan seperti tangan
dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan
betina ekornya bulat meruncing.
 Telur yang keluar bersama tinja anjing/kucing
berkembang menjadi telur infektif di tanah yang
sesusia.
 Hospes definitif dapat tertular dengan cara menelan
telur infektif atau atau dengan memakan hospes
paratenik yang tinggal di tanah (cacing tanah, semut)
 Penularan larva pada anak anjing/kucing terjadi
secara transplasental dari induk anjing yang terinfeksi
atau dari air susu induk kucing yang terinfeksi.
 Telur tertelan manusia (hospes paratenik), larva
menembus dinding usus dan ikut dalam peredaran
darah menuju organ (hati, jantung, paru, otak, dan
mata)
 Pada manusia, larva cacing tidak menjadi dewasa dan
mengembara di organ tubuh.
 Gejala Visceral larva migrans: demam, pembesaran
hati dan limpa, bronkhospasme. Kelainan otak
menyebabkan kejang dan ensefalopati. Umumnya
penderita VLM adalah anak dibawah 5 tahun karena
bermain di tanah kebiasaan memakan tanah yang
terkontaminasi tinja anjing atau kucing.
 Occular larva migrans menyebabkan penurunan
penglihatan, terlepasnya retina, endofthalmitis, dan
glaukoma hingga kebutaan.
•Ancylostoma •Necator
duodenale amricanus

Ankilostomiasis Nekatoriasis
 Hospes: manusia

 Morfologi: bentuk tubuh


menyerupai huruf C,
memiliki rongga mulut yang
besar disertai dua pasang
gigi.
 Hospes: manusia

 Morfologi: bentuk
tubuh menyerupai
huruf „S‟,
mempunyai rongga
mulut yang besar
disertai dengan kait
(“bend” atau “hook”)
dari kitin. Bursa copulatrix
 Telur dikeluarkan bersama tinja →menetas
menjadi larva rabditiform →setelah 3 hari
berkembang menjadi larva filariform (dapat
hidup 7-8 minggu di tanah) → dapat
menembus kulit → kapiler darah → jantung
kanan → paru → bronkus → trakea → laring
→ usus halus.
 Stadium larva: bila banyak larva filariform
sekaligus menembus kulit, maka terjadi
perubahan kulit yang disebut ground itch.
Infeksi larva filariform A. duodenale oral
menyebabkan penyakit “wakana” dengan
gejala mual, muntah, iritasi faring, batuk,
sakit leher, dan serak.
 Stadium dewasa: infeksi berat atau kronik
menyebabkan anemia hipokrom mikrositer.
 Diagnosis ditegakkan  Pirantel pamoat10
dengan menemukan telur mg/kg BB
di dalam tinja segar. Di
dalam tinja yang lama
mungkin ditemukan
larva.
 Untuk membedakan A.
duodenale dan N.
americanus dapat
dilakukan pembiakan
dengan cara Harada-Mori

Diagnosis Pengobatan
 Hospes: Manusia
 Nama Penyakit: Trikuriasis
 Morfologi: panjang ±5 cm (betina), dan ±4 cm
(jantan). Bagian anterior langsing seperti cambuk,
bagian posterior bentuknya lebih gemuk. Pada
betina bentuk nya membulat tumpul, pada jantan
bentuknya melingkar dan terdapat satu spikulum
 Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama
tinja. Telur matang dalam waktu 3 – 6 minggu di
lingkungan yang sesuai.
 Telur matang berisi larva merupakan bentuk infektif.
 Jika telur matang tertelan hospes maka telur menetas
dan larva masuk ke dalam usus halus. Larva
berkembang menjadi dewasa dan transmisi menuju
usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon
terutama sekum.
 Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan sampa
cacing dewasa betina bertelur ±30 – 90 hari.
 Infeksi berat: cacing tersebar di seluruh
kolon/rektum.
 Iritasi dan peradangan hingga perdarahan di mukosa
usus hingga menyebabkan anemia akibat masuknya
kepala cacing ke ke mukosa usus. Diare yang sering
diselingi sindrom disentri, anemia, BB turun, dan
kadang disertai prolapsus rektum.
 Albendazol 400 mg (dosis tunggal)
 Mebendazol 100 mg (dua kali sehari selama
tiga hari berturut – turut
Nematoda Jaringan
Wuchereria
Brugia malayi
bancrofti

Brugia timori
 Hospes: manusia
 Morfologi: bentuk halus seperti benang dan berwarna
putih susu.
Jenis cacing Nama Penyakit vektor
Wuchereria bancrofti Filariasis bankrofti Culex quinquefasciatus
(kota); Anopheles,
Aedes, dan Armigeres
(pedesaan)
Brugia malayi Filariasis malayi Anopheles barbirostris
Brugia timori Filariasis timori Anopheles barbirostris
 Mikrofilaria terhisap nyamuk bersarang di
otot toraks nyamuk (larva stad.1)
 1 seminggu kemudian berubah menjadi larva
stad 2
 Hari ke-10 berubah bentuk menjadi larva
stad 3 (bentuk infektif) berada di probosis
nyamuk
 Nyamuk menghisap manusia, larva stad 3
bersarang di sal. Limfe hospes (manusia) dan
tumbuh menjadi larva sta 4 kemudian cacing
dewasa (stad 5).
 Limfadenitis dan  DEC
limfangitis retrogard (dietilcarbamazyne)
stadium akut.  Albendazole dan
 Demam berulang 3-5 ivermecitin
hari  Doksisiklin
 Elephantiasis skroti

Gejala Pengobatan
CACING DAUN
 Morfologi: bentuk tubuh
cacing dewasa pipih
dorsoventral dan simetris
bilateral, tidak
mempunyai rongga
badan. Memiliki batil
isap mulut dan batil isap
perut. Saluran
pencernaan menyerupai
“ʎ” (huruf “Y” terbalik),
tidak mempunyai alat
pernafasan khusus
(anaerob), hermafrodit.
Trematoda Trematoda Trematoda Trematoda
Hati Usus Paru Darah

Clonorchis
sinensis

Fasciolopsis Paragonimus Schistosoma


buski westermani japonicum

Fasciola
hepatica
 Daur Hidup: telur matang (Mirasidium)
berkembang menjadi sporokist (di dalam
jaringan keong/HP1) → Redia → Serkaria →
keluar dari HP1 → Metaserkaria (di dalam
jaringan HP2) → Cacing dewasa (HD).
 HP1: keong air
 HP2: ikan, tumbuhan air, keong air.
 HD: manusia
 Hospes: manusia, kucing, anjing, beruang
kutub, dan babi.
 Nama penyakit: klonorkiasis
 Daur Hidup:
◦ Keong air (Bulinus semisulcospira) / HP 1:
mirasidium – sporokista – redia – serkaria
◦ Ikan (Cyprinidae) / HP 2: serkaria – kista infektif
(metaserkaria) di dalam kulit di bawah sisik ikan
◦ Manusia / HD: Metaserkaria - ekskistasi
(duodenum) – duktus koledokus – sal. Empedu –
setelah 1 bulan menjadi dewasa di dalam hati.
 Gejala klinis:
◦ Stad. Ringan:tidak ditemukan gejala
◦ Stad. Progresif: menurunnya nafsu makan, perut
rasa penuh, diare, edema, dan pembesaran hati
◦ Stad. Lanjut:hipertensi portal, pembesaran hati,
ikterus, asites, edema, sirosis hati, kadang –
kadang dapat menimbulkan keganasan dalam hati.

 Pengobatan: prazikuantel
 Hospes: kambing dan sapi
 Nama penyakit: Fasioliasis
 Daur Hidup:
◦ Air: telur matang berisi mirasidium (9-15
hari)
◦ Keong air (Lymnaea spp.): M→S →R1 →R2
→SK
◦ Tumbuhan air: SK - kista berisi
metaserkaria
◦ Hewan pemakan tumbuhan air: MSK –
menetas (usus halus) – ruang peritoneum
– larva - dewasa (sal. Empedu)
 Hospes: manusia dan hewan (babi, anjing,
kelinci
 Nama Penyakit: Fasiolopsiasis
 Daur Hidup:
◦ Air: telur → mirasidium
◦ Keong air tawar (Segmentina)/HP1: M → S →R1 →
R2 → SK
◦ Tumbuhan air / HP2: SK – MSK
◦ Manusia / babi / HD: MSK – (setelah 25 atau 30
hari) cacing dewasa (mukosa usus halus)
 Gejala klinis: diare persisten dan yeri ulu hati
(epigastrium).
◦ Infeksi berat: intoksikasi dan sensitisasi

Pengobatan : diklorofen, niklosamid, dan


prazikuantel
 Hospes: manusia dan hewan
pemakan ketam / udang batu
 Daur Hidup:
◦ Keong air /HP1: M→S →R1 →R2
→SK
◦ Ketam/Udang batu/HP2: SK →
MSK
◦ Manusia/HD: MSK → cacing
dewasa di duodenum →rongga
perut → diafragma → paru
 Hospes: manusia dan hewan (anjing, kucing,
rusa, tikus sawah, sapi, babi rusa, dll.
 Nama penyakit: oriental schistosomiasis,
skistosomiasis japonika, penyakit “katayama”,
atau penyakit demam keong.
 Daur hidup:
◦ Keong air/HP1: M→S1→S2→SK
◦ Manusia/HD: SK → menembus kulit saat manusia masuk
ke dalam air yang mengandung SK. Waktu yang
dibutuhkan untuk infeksi adalah 5-10 menit →kapiler
darah→jantung kanan→paru→jantung kiri → sist.
Peredaran darah besar → vena portae → hati (dewasa) →
vena portae/vena usus/vena kandung kemih →cacing
betina bertelur setelah berkopulasi
 Gejala klinis:
◦ Stad. 1: urtikaria, intoksikasi disertai demam,
hepatomegali, dan eosinofilia tinggi.
◦ Stad. 2: sindrom disentri
◦ Stad. 3 / sindrom menahun: sirosis hati,
splenomegali, emasiasi (lemah), gejala paru dan
saraf lainnya.
 Pengobatan:
◦ Niridazol
◦ Prazikuantel
CACING PITA
 Morfologi: bentuk tubuh cacing dewasa
memanjang menyerupai pita, pipih
dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna
atau saluran vaskular, memiliki segmen-
segmen disebut proglotid yang berisi alat
reproduksi jantan dan betina (hermafrodit),
bagian anterior memiliki skoleks (alat
pelekat) dilengkapi dengan batil isap dan
kait.
Taenia solium

Taenia
saginata

Diphyllobothri
um latum
 HD: manusia, HP: babi
 Nama penyakit: teniasis solium (cacing dewasa);
sistiserkosis (larva)
 Daur hidup:
◦ HP1: telur terbawa tinja melekat pada rumput →tertelan
HP →menetas di sal. Pencernaan → embrio heksakan
→menembus dinding usus → sal. Getah bening / darah
→ aliran darah →sela – sela otot → larva cacing
(sistiserkus bovis)

◦ HD: larva termakan → melekat pada mukosa usus halus


→ setelah 8-10 minggu menjadi cacing dewasa di
rongga usus
 Gejala klinis:
◦ Gejala ringan: sakit ulu hati, mual, diare, obstipasi,
dan sakit kepala
◦ Gejala berat: serangan ayan (epilepsi),
menigoensefalitis, hidrosefalus internus, dan
sistiserkosis.

 Pengobatan:
◦ Prazikuantel
◦ Albendazol
◦ Pembedahan
 Sistiserkosis adalah
penyakit yang disebabkan
oleh kista stadium larva
cacing T. solium.
Sistiserkosis menyerang
otot dan sistem saraf pusat
(SSP) sebagai
neurosistiserkosis.
 Penyakit ini diketahui
sebagai penyakit parasit
paling banyak menyerang
SSP.
 HD: manusia, HP: bovidae (sapi, kerbau)
 Nama penyakit: teniasis saginata
 Daur hidup:
◦ HP1: telur terbawa tinja melekat pada rumput
→tertelan HP →menetas di sal. Pencernaan →
embrio heksakan →menembus dinding usus → sal.
Getah bening / darah → aliran darah →sela – sela
otot → larva cacing (sistiserkus bovis)

◦ HD: larva termakan → melekat pada mukosa usus


halus → setelah 8-10 minggu menjadi cacing
dewasa di rongga usus
 Gejala klinis:
◦ Gejala ringan: sakit ulu hati, perut terasa tidak
enak, mual muntah,diare, pusing, gugup
◦ Gejala berat: ileus pada usus, BB menurun tanpa
sebab, eosinofilia pada darah tepi

 Pengobatan:
◦ Prazikuantel
◦ Albendazol

Anda mungkin juga menyukai