Anda di halaman 1dari 49

Anti Parasit

Siti Mariam
Parasit pada Manusia

 Hewan yang menjadi parasit


pada manusia diantaranya :
 Cacing : Cacing usus dan

cacing jaringan
 Tungau (Sarcoptes
( scabei )
 Kutu : Phthirus capitis,

Phthirus pubis, Phthirus


corporis
OBAT ANTELMENTIK

 Adalah obat yang dapat memusnahkan cacing


dalam tubuh manusia dan hewan, zat-zat yang
bekerja lokal maupun sistemik membasmi
cacing dan larvanya.
Jenis Cacing
 Jenis Caning yang menginfeksi manusia :
1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
2. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
3. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus)
4. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
5. Cacing Benang (Strongyloides stercoralis)
6. Cacing Pita (Taenia saginata dan Taenia solium)
7. Cacing Filaria (Wuchereria bancrofti)
8. Cacing Hati  (Fasciola hepatica)
1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
Cacing gelang adalah cacing yang paling umum
menginfeksi manusia.  Cacing gelang dewasa
berukuran 10 – 30 cm dengan tebal sebesar pensil
dan dapat hidup hingga 1 sampai 2 tahun.

Siklus hidup cacing gelang:


Cacing gelang menular melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi telurnya. Telur cacing memasuki
usus, menetas menjadi larva. Larva melewati dinding
usus, menuju paru-paru melalui aliran darah. Selama
tahap ini, gejala seperti batuk. Dari paru-paru, larva
melalui saluran bronkial ke tenggorokan, tertelan.
Larva kembali ke usus kecil  menjadi dewasa, kawin,
dan bertelur 2 bulan setelah telur menetas. Seekor
cacing betina dapat memproduksi hingga 240.000 telur
dalam sehari
 Dapat digunakan obat : Mebendazol, Pirantel pamoat,
Albendazol dan Piperazin
2. Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)
 Cacing kremi hanya menginfeksi manusia. Cacing kremi
dewasa berukuran 3-10 mm . Sering terdapat dalam coecum
(usus buntu), pada wanita dapat masuk ke alat genital
menyebabkan peritonitis dan salpingitis
 Siklus hidup cacing kremi:
 Penularan dapat terjadi karena autoinfeksi.Telur cacing
menempel pada tangan, masuk ke mulut, menetas dalam usus
kecil dan bergerak ke usus besar. Cacing  kremi melekat pada
dinding usus. Ketika siap bertelur, cacing pindah dan bertelur
pada kulit berlipat di sekitar dubur. Paqsien merasakan gatal-
gatal di sekitar anus (pruritus) yang biasanya lebih intens di
malam hari. Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari
menelan telur cacing sampai merasakan gatal-gatal di anus.
 Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga minggu.
Karena bentuknya yang sangat kecil, dapat menular mealui
baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan
makan, atau peralatan mandi/toilet.
 Dapat digunakan obat : Mebendazol, Pirantel pamoat,
Albendazol dan Piperazin
3. Cacing Tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
 Cacing tambang bisa menginfeksi manusia maupun
mamalia lain seperti kucing dan anjing.
 Siklus hidup cacing tambang:
 Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil
manusia, melekatkan diri di dinding usus dengan
mulutnya, dan mengisap darah.
 Penularan melalui larva pada tanah yang kontak dengan
kaki telanjang, menembus kulit kaki, masuk ke paru-paru
melalui sirkulasi darah. Larva masuk ke tenggorokan dan
tertelan, masuk ke usus kecil. Mengaitkan diri pada
dinding mukosa usus dan menghisap darah, sehingga
menyebabkan anemia.
 Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan
gejala spesifik. Anemia
spesifik.   dan keluhan terkait peradangan
usus  seperti mual, sakit perut dan diare adalah beberapa
gejala yang mungkin timbul.
 Dapat di gunakan obat : Mebendazol, Albendazol
4. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
 Cacing cambuk ditularkan melalui konsumsi daging hewan yang
mengandung larva cacing. Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk
dimana 3/5 dari panjang tubuhnya (sebelah anterior) tipis seperti benang
sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior) terlihat lebih tebal cacing jantan
panjangnya ± 4 cm cacing betina panjangnya ± 5 cm
Siklus hidup cacing cambuk:
 Infeksi terjadi karena makan daging mentah atau setengah matang dari
hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva
masuk ke usus kecil, menembus mukosa, menjadi dewasa dalam 6-8 hari.
 Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bertahan hidup sampai 6
minggu. Larva bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi
akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista
(encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa
tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap
kembali tubuh.
 Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan
demam
 Pengobatan : Mebendazole, dosis tunggal 500 mg, tingkat kesembuhan
dari 40% – 75%, Pirantel pamoat, Albendazol
5. Cacing Benang (Strongyloides stercoralis)
 Cacing parasiter : ukuran : panjang 2,2 mm dan lebar 0,04 mm tidak
berwarna dan semi transparan , Cacing betina hidup bebas : ukuran : panjang
1 mm dan lebar 0,05 – 0,07 mm
 Gejala klinis dari strongyloidiasis yaitu : Invasi larva filariform pada kulit,
terutama pada kaki menimbulkan gejala eritemia, vesicula dengan rasa gatal
dan sedikit sakit. Migrasi larva pada paru-paru dapat menyebabkan
pneumonitis atau lobular pneumonia. Cacing dewasa betina dapat membuat
saluran-saluran di mukosa intestinum menyebabkan reaksi intoksikasi, .
gejala yang timbul dapat berupa sakit perut terutama pada waktu lapar, diare
dengan darah dan lendir berselang-seling dengan konstipasi
 Dapat digunakan obat: Thiabendazol, Ivermectin dan Albendazol
Siklus Hidup
 Cacing betina dewasa parasiter menembus mukosa vili intestinal dan membuat
saluran-saluran didalam mukosa terutama didaerah duodenum dan jejunum bagian
atas untuk meletakkan telurnya. Telur menetas menjadi larva rhaditiform yang keluar
dari mukosa dan masuk ke lumen usus. Larva rhabditiform keluar bersama tinja,
setelah 12 – 24 jam menjadi larva filariform yang bertahan berminggu-minggu
ditanah. Larva dapat menembus kulit → aliran darah ke jantung → paru-paru →
bronkus → turun ke bawah melalui esophagus → ke intestinum dan tumbuh sampai
dewasa. Jika tidak menemukan hospes maka larva filariform akan berkembang
ditanah menjadi cacing dewasa yang hidup bebas → cacing betina bertelur →
menetas menjadi larva rhabditiform → larva filariform → menjadi infeksius atau
hidup bebas lagi
6. Cacing Pita
(Taenia saginata dan Taenia solium)
 Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada dua jenis cacing pita
yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
a. Cacing pita sapi (Taenia saginata)
Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran
pencernaan manusia dewasa. Cacing pita berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa
anus dan tanpa saluran pencernaan, tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen
berukuran 1x1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus
inangnya.
 Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut
ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
b. Cacing pita babi (Taenia solium)
 Taenia solium  memiliki siklus hidup hampir sama dengan Taenia saginata, inang
perantaranya babi. Cacing ini lebih kecil dari Taenia saginata panjangnya 3-4 m,
tetapi lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk
kista di daging sapi, Taenia solium juga mengembangkan kista di tubuh manusia.
Kista dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga menyebabkan masalah serius.
Jika tubuh membunuh parasit ini, garam kalsium yang terbentuk di tempatnya akan
membentuk batu kecil di jaringan lunak yang juga mengganggu kesehatan.
Siklus Hidup Taenia  saginata
 Cacing pita dewasa melepaskan telur-
telurnya bersama segmen badannya.
Segmen ini bila mengering di udara luar
akan melepaskan telur-telur cacing yang
dapat termakan oleh sapi saat merumput.
 Enzim pencernaan sapi membuat telur
menetas dan melepaskan zigot yang
kemudian menembus lapisan mukosa
saluran pencernaan untuk memasuki
sirkulasi darah. Dari pembuluh darah,
zigot akan menetap di otot membentuk
kista, seperti pada cacing cambuk.
 Bila daging sapi berisi kista tersebut
dimakan manusia dalam keadaaan mentah
atau setengah matang, enzim-enzim
pencernaan akan memecah kista dan
melepaskan larva cacing, menempel di
usus kecil.
 Pengobatan : Praziquantel, Niklosamid
7. Cacing Filaria (Wuchereria bancrofti)
  Cacing filaria mempunyai inang perantara hewan
Arthropoda, misalnya nyamuk, dan inang tetap yaitu
manusia pada bagian pembuluh getah bening.
 Pada siang hari, larva berada di paru-paru atau di
pembuluh darah besar. Pada malam hari, cacing pindah
ke pembuluh arteri atas dan vena perifer di dekat kulit.
 Apabila cacing yang mati menyumbat pembuluh getah
bening, maka menyebabkan pembengkakkan atau
terjadinya penyakit kaki gajah (Elephantiasis
( ).
Mikrofilaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk Culex. Penularan melalui tuan
rumah antara yaitu nyamuk Culex fatigan, menyebabkan
penyumbatan limfa (limphangitis) dengan gejala
pembengkakan yaitu penyakit elephantiasis (kaki gajah)
Filariasis Lanjutan ……….
 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti : ukuran : panjang 230 –
300 μm dan lebar 7,5 – 10 μm
Wuchereria bancrofti : berwarna putih kekuningan bentuk
seperti benang ujung anterior dan posterior tumpul
mempunyai lapisan kutikula yang halus ukuran cacing betina
: panjang ± 80 mm dan lebar ± 0,24 mm ukuran cacing
jantan : panjang ± 40 mm dan lebar ± 0,1 mm
 Gejala Filariais Akut dapat berupa:
 Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang
bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
 Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah
lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) kemerahan, panas dan sakit
 Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan
kearah ujung (retrograde lymphangitis)
 Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah
 Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
8. Cacing Hati  (Fasciola hepatica)
 Inang Fasciola hepatica manusia dan binatang,
dengan hospes perantara Keong air (Lymnea)  atau
tanaman air
Patologi dan Gejala klinis
 Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu
sampai menjadi dewasa. Parasit ini dapat
menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan
penebalan dinding saluran hati, perubahan
jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan
lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites
dan edema.
 Luasnya organ yang mengalami kerusakan
bergantung pada jumlah cacing yang terdapat
disaluran empedu dan lamanya infeksi
 Gejala penyakit fasioliasis pada stadium ringan
tidak ditemukan gejala. Stadium progresif :
menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh,
diare dan pembesaran hati. Stadium lanjut :
sindrom hipertensi portal yang terdiri dari
perbesaran hati, ikterus, asites, dan serosis hepatis.
 Pengobatan : Triclabendazole dosis 10-12 mg/Kg
BB, Praziquantel
Obat Antelmentik
 Sistem saraf cacing mempunyai perbedaan dengan sistem saraf
vertebrata, hal ini menjadi dasar toksisitas selektif obat cacing yang
digunakan untuk mengobati infeksi cacing.
 Otot cacing mempunyai sambungan neuromuskular eksitasi atau
inhibisi, dengan neurotransmiter eksitasi asetilkolin (reseptor
nikotinik tipe ganglion) dan neurotransmitor inhibisi
γ-aminobutirat (GABA)
1. Albendazole
 Albendazole dan metabolitnya, Albendazole Sulfoxide, bekerja dengan jalan
menghambat sintesis mikrotubulus sehingga mengurangi ambilan glukosa
secara irreversibel, menyebabkan cacing lumpuh atau mati perlahan-lahan.
 Memiliki efek larvicid (membunuh larva) pada penyakit hydatid,
cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang serta efek ovocid
(membunuh telur) pada ascariasis, ancylostomiasis, dan trichuriasis.
 Tingkat keamanan pada wanita hamil belum diketahui.
 Albendazole diberikan pada saat perut kosong untuk penanganan parasit-
parasit intraluminal. Namun untuk penanganan terhadap parasit-parasit
jaringan, obat ini harus diberikan bersama dengan makanan berlemak
 Untuk mencapai angka kesembuhan tinggi dalam ascariasis atau untuk
mengurangi jumlah cacing secara memuaskan untuk meringankan
necatoriasis atau trichuriasis berat, ulangi pemberian 400 mg/hari, 2-3 hari
2. Mebendazol
 Mebendazol, merupakan antelmintik spektrum luas dengan nama kimia methyl
[5(6)-(benzoyl)-benzimidazol-2-yl] carbamate, merupakan sintetik benzimidazol
 Menghambat pemasukkan glukosa dan mempercepat penggunaan glikogen
sehingga terjadi pengosongan glikogen pada tubuh cacing , menghambat sekresi
asetilkolin esterase, dan Albendazole dan mebendazole dapat mengikat beta-
tubulin dan mencegah polimerisasi, sehingga pemecahan mikrotubulus. yang
menyebabkan kerusakan sel dan cacing mati
Mebendazol Lanjutan…
 Mebendazole membasmi cacing tambang, ascaris, dan telur-telur trichuris.
 Penggunaan : untuk penanganan ascariasis, trichuriasis, serta infeksi
cacing tambang dan pinworm.
 Diminum sebelum dan sesudah makan; tablet harus dikunyah sebelum
ditelan. Tidak diperlukan pembersihan sebelum ataupun sesudah
pengobatan. Angka kesembuhan menurun pada pasien pengidap
hipermotilitas gastrointestinal.
 Untuk penanganan cacing jaringan, obat harus dikonsumsi dengan
makanan berlemak untuk meningkatkan absorbsi.
 Dosis :10 mg sekaligus dan ulangi dalam 2-4 minggu.
 Dosis yang diberikan pada anak sama dengan orang dewasa.
 Angka kesembuhan berkisar antara 90-100%.
3. Piperazin
 Piperazin menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap
asetilkolin sehinggga terjadi paralisis dan cacing mudah
dikeluarkan oleh peristaltik usus.
 Penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik. Piperazin
memiliki batas keamanan yang lebar.
 Piperazin sitrat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop
500 mg/ml, sedangkan piperazin tartrat dalam tablet 250 mg
dan 500 mg. Dosis dewasa pada askariasis adalah 3,5 g sekali
sehari. Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 g) sekali
sehari. Obat diberikan 2 hari berturut-turut.
4. Pirantel Pamoat
 Obat ini merupakan agen penyekat neuromuscular yang sifatnya
mendepolarisasi, sehingga menimbulkan pengeluaran acetylcholine
dan penghambatan cholinesterase, hal ini menyebabkan stimulasi
reseptor-reseptor ganglionik dan pelumpuhan cacing-cacing yang
diikuti dengan pembuangan dari saluran intestinal manusia.
 Dosis standar adalah 11 mg (base)/kg (maksimum 1 g), diberikan
dengan atau tanpa makanan. Pirantel diberikan sebagai dosis tunggal
dan diulang dalam 2 dan 4 minggu.
 Pengobatan harus dilanjutkan apabila masih dijumpai telur-telur dua
minggu sesudahnya.
 Absorpsi di usus tidak baik, sifat ini meningkatkan efek selektif pada
cacing
 Tidak dianjurkan digunakan pada pasien wanita hamil dan anak di
bawah 2 tahn
5. Levamisol
 Levamisol hidrokhlorit merupakan isomer dari tetramisol. Obat ini
digunakan pada pengobatan infeksi nematode usus.
 Obat ini bekerja dengan meningkatkan frekuensi aksi potensial dan
menghambat transmisi neuromuskular cacing, sehingga cacing
berkontraksi diikuti dengan paralisis tonik, kemudian mati
Levamisol Lanjutan ….

 Pada pemberian oral, levamisol diserap dengan cepat dan sempurna. Kadar puncak
tercapai dalam waktu 1-2 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Dalam waktu 24
jam, 60% obat dieksresikan bersama urin sebagai metabolik.
 Tetapi pemakaian dosis tunggal secara oral 3 mg/kgbb cukup aman dan jarang
menimbulkan efek samping Dosis rendah Levamisol hanya menyebabkan efek
samping ringan pada saluran cerna dan SSP.
 Pemakaian untuk waktu yang lama dengan dosis tinggi dapat menimbulkan efek
samping berupa reaksi alergi (rash), neutropenia dan Flu-like syndrome.
 Levamisol tersedia sebagai tablet 25, 40 dan 50 mg yang dapat diberikan dengan
dosis 2,5 mg/kgbb. Pada ascariasis, penderita yang berat badanya lebih dari 40 kg
diberikan dosis tunggal 50-150 mg, anak dengan berat badan 10-19 kg diberikan
dosis tunggal 50 mg dan 100 mg bagi anak yang mempunyai berat badan 20-39 kg
6. Praziquantel
 Prazikuantel adalah turunan isokuinolik-pirazin
sintesis.
 Obat ini cepat diserap, dengan bioavaibilitas
sekitar 80 % setelah pemberian oral. Kadar
puncak serum tercapai 1-3 jam setelah dosis
terapeutik diberika
 Dosis lazim: 150 dan 600 mg setelah makan
malam
 Kerjanya :

a. Meningkatkan permeabilitas membrane sel


terhadap kalsium, yang menyebabkan paralisis,
b. Menyebabkan vakuolisis (merangsang vakuola
sel cacing) sehingga isi cacing keluar, dan
meningkatkan penempelan antibodi yang
menyebabkan fagosit oleh sistem imun
7. Niklosamid
 Mekanisme kerjanya : menghabiskan cadangan energi cacing melalui
penghambatan konversi ADP menjadi ATP dengan cara menghambat
fosforilasi anaerob mitokondria parasite terhadap ADP yang
menghasilkan energy untuk pembentukan ATP.
 Obat membunuh skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya.
 Laksansia perlu diberikan sebelum pemberian niklosamid oral, untuk
membersihkan usus dari segmen-segmen  cacing yang mati agar tidak
terjadi digesti dan pelepasan telur yang dapat menjadi sistiserkosisi
(infeksi jaringanyang disebabkan oleh bentuk larva(cysticercus) Taenia).
 Tablet kunyah 500mg, dimakan waktu perut kosong
  Dosis : 2 gram, dosis tunggal,  Anak BB > 34kg : 1,5 gram, Anak BB 11
– 34 kg : 1 gram
8. Ivermektin
 Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-
amionobutirat) parasite. Aliran klorida dipacu keluar dan
terjadi hiperpolarisasi, menyebabkan paralisis cacing.
Ivermectin memperkuat GABA (gamma amino butiric
acid) pada transmisi saraf tepi cacing, sehingga terjadi
paralisis.
 Penggunaan :
 Filariasis150 mcg / kg berat badan sekali minum

 Onchocerciasis150 mcg / kg berat badan untuk sekali

minum. Pengulangan dosis ini umumnya akan


diberikan tiap 6-12 bulan hingga cacing dewasa mati.
 Ascariasis 150-200 mcg / kg berat badan untuk sekali

minum.
 Strongiliodiosis ; 200 mcg / kg berat badan untuk

sekali minum. Diberikan selama 1-2 hari.


9. Dietilkarbamazin
  Merupakan obat pilihan pertama untuk filariasis
  Mekanisme kerja :
 Agonis GABA, menyebabkan hiperpolarisasi membran saraf, sehingga

terjadi paralisis
 Menyebabkan perubahan pada permukaan membran mikrofilaria sehingga

lebih mudah dihancurkan oleh daya tahan tubuh hospes


 Farmakokinetik : absorpsi cepat, distribusi merata ke seluruh jaringan, kecuali
jar. Lemak, ekskresi : urin , 70% dalam bentuk metabolit
  Efek samping :Malaise, nyeri sendi, anoreksia, muntah à hilang bila terapi
dihentikan Sakit kepala, muntah,gelisah akibat rangsangan pd SSP.
Alergi à timbul karena matinya parasit atau substansi yg dilepaskan oleh
mikrofilaria yg hancur , berupa : sakit kepala, malaise, edem, gatal,
hiperpireksia, artralgia, takikardia, berlangsung 3-7 hari
 Pada dosis terapi :aman
  Sediaan : Tablet : 50mg, 200mg dan 400mg
 Dosis : Pengobatan masal infestasi W. brancofti  5-6mg/kgBB ,per oral, 1 hari /
mgg atau per bulan, sebanyak  6-12 dosis
Obat Antiscabies
Anti Scabies
 Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan
sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei varian
hominis
 Nama sarcoptes berasal dari bahasa yunani
yakni sarx yang artinya “daging” dan koptein yang
artinya “untuk memotong” sedangkan scabiei
berasal dari kata latin scabere yang berarti
“menggaruk” yang berati kata yang menunjukkan
gejala klinis dari infeksi scabies 
 Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes
Morfologi
 Tungau ini berbentuk oval dan gepeng,
berwarna putih kotor, transulen dengan
bagian punggung lebih lonjong
dibandingkan perut, tidak berwarna,
yang betina berukuran 300-350 mikron,
sedangkan yang jantan berukuran 150-
200 mikron. Stadium dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
merupakan kaki depan dan 2 pasang
lainnya kaki belakang.
 Sarcoptes scabiei betina terdapat
cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan
ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu
cambuk tersebut hanya dijumpai pada
pasangan kaki ke-3 saja.
Siklus Hidup
 Siklus hidup dari telur sampai menjadi
dewasa berlangsung satu bulan.
 Sarcoptes scabiei mengalami empat tahap
dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva,
nimfa dan tahap dewasa. 
 Sarcoptes scabiei betina yang telah
dibuahi akan mencari lokasi yang tepat di
permukaan kulit kemudian membentuk
terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm –
5 mm per hari untuk meletakkan telurnya,
setelah menetas larva-larva dapat keluar
dari lobang tersebut.
 Terowongan pada kulit dapat sampai ke
perbatasan stratum korneum dan stratum
granulosum
 Siklus hidup dari telur sampai parasit
adalah 8 sampai 15 hari.
Gejala Klinis Scabies
 Ada 4 tanda infeksi Sarcoptes scabei :
1. Pruritus nokturna, gatal pada malam hari karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Scabies menyerang secara berkelompok, seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
3. Adanya terowongan (kunikulus) dibawah kulit berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini
ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya tempat dengan stratum korneum
yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia
eksterna (pria) dan perut bagian bawah.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.
Diagnosa Scabies
 Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya kutu melalui pemeriksaan
dengan mikroskop yang diambil dari saluran atau terowongan pada lesi kulit.
 Lesi kulit untuk diambil spesimennya, dipilih lesi yang belum pernah digaruk.
Pemberian minyak mineral akan memudahkan pengambilan spesimen untuk
pemerikasaan
mikroskopis.
 Spesimen diperiksa dibawah mikroskop setelah ditutup denngan dek glass.
 Lesi pada kulit yang diberi tinta kemudian dicuci akan menyingkap saluran-
saluran yang ada.
Penularan Scabies
 Perpindahan parasit dapat terjadi secara kontak langsung melalui gesekan
kulit dan dapat juga terjadi pada waktu melakukan hubungan seksual.
 Perpindahan dari pakaian dalam dan sprei terjadi jika barang-barang tersebut
terkontaminasi oleh penderita yang belum diobati.
 Orang dengan “Norwegian scabies” sangat mudah menular karena kulit yang
terkelupas mengandung banyak kutu.

 Masa inkubasi: berlangsung 2 sampai 6 minggu sebelum serangan gatal


muncul pada orang yang sebelumnya belum pernah terpajan. Orang yang
sebelumnya pernah menderita scabies akan muncul gejala 1 – 4 hari setelah
infeksi ulang.
 Kutu dapat membuat saluran di bawah permukaan kulit dalam 2,5 menit.
Obat Anti Scabies
1. Permetrin ( sediaan salep 5%)
 Scabimite merupakan antiparasit spektrum
luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu
badan serta anthropoda lainnya.
 Scabimite bekerja dengan cara
mengganggu polarisasi (fungsi voltage-
gated sodium channel) dinding sel syaraf
parasit yaitu melalui ikatan dengan
Natrium. Hal ini memperlambat
repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi
paralisis parasit.
 Scabimite dimetabolisir dengan cepat di
kulit. Hasil metabolisme yang bersifat tidak
akan segera diekskresikan melalui urine.
Permetrin Lanjutan ………..
Cara Pemakaian:
 Scabimite cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan Scabimite cream
merata pada seluruh permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari-jari kaki,
terutama daerah belakang telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari. Lama
pemakaian selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian
dicuci pada keesokan harinya.
Peringatan dan Perhatian:
 Scabies biasanya disertai rasa gatal, aritema dan urtika. Setelah pemakaian
Scabimite cream ada kemungkinan gejala tersebut tidak langsung menghilang.
 Hindari kontak dengan mata.
 Penggunaan Permethrin pada wanita hamil, menyusui dan bayi usia kurang dari 2
bulan belum diketahui keamanannya. Aman digunakan pada bayi usia > 2 bulan
 Jika iritasinya menetap dianjurkan segera menghubungi dokter.
Efek Samping:
 Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal, aritema,
hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan akan
menghilang sendiri
2. Scabicid
 Komposisi: Tiap gram krim mengandung:
 Gameksan (gama benzene heksaklorida/Lindan)              10 mg

 Asam usnat                                                         10 mg


 Gameksan adalah suatu skabisida, dan disamping itu juga pedikulosida.
 Mekanisme kerja Gameksan mengganggu sistim saraf pusat tungau, menimbulkan rangsangan, konvulsi
dan kematian.
 Gameksan suatu insektisida dan sekaligus larvasida, tetapi telur-telur parasit tidak langsung dipengaruhi .
 Asam usnat : menduduki beberapa situs sistem transfort elektron terminal, menyebabkan penghambatan
fosforilasi dan menghambat sistem transformasi energi . Dalam scabicid adalah untuk memberantas
infeksi sekunder, yang umumnya menyertai scabies. Infeksi sekunder biasanya disebabkan oleh bakteri
gram positif, seperti Streptokokus dan Stafilokokus. Terhadap bakteri-bakteri tersebut Asam usnat adalah
sangat efektif.
2. Scabicid
 Cara Pakai:
 Scabicid langsung digunakan pada tempat yang terkena scabies dan daerah
sekitarnya untuk menjamin pengobatan yang sempurna. Untuk pemakaian di
kepala khususnya wanita, dianjurkan untuk memperpendek rambut sebelum
pengobatan.
 Setelah diobati, tidak mandi, atau mencuci bagian-bagian yang ada obatnya,
selama sedikitnya 24 jam setelah pengobatan itu.
 Apabila pengobatan tidak sempurna, dapat diulangi setelah kurang lebih satu
minggu. Obat ini tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali berturut-turut, karena
penggunaan terlalu sering di tempat yang sama dapat merangsang kulit.

 Perhatian:
 Gameksan sedikit banyak merangsang selaput lender, maka Scabicid tidak
boleh terkena mata atau selaput lender lain.
 Toksitasnya tidak boleh dianggap ringan, zat ini dapat digunakan dengan aman
sebagai obat luar dalam konsentrasi sampai 1% bila tidak terlalu sering diulang.
Obat Pediculosis
Pediculosis
 Pediculosis adalah infestasi kulit atau rambut manusia yang disebabkan
oleh kutu (Pediculus). 
 Pediculus merupakan parasit obligat, yaitu parasit yang harus menghisap
darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup.
 Pedikulosis pada manusia disebabkan oleh tiga spesies kutu, yaitu
 Pediculus humanus var. capitis  kutu rambut kepala
 Pediculus humanus var. corporis  kutu kulit tubuh
 Phthirus pubis  kutu rambut pubis dan pada daerah berambut seperti tungkai,
dada, axilla, dan lengan

Body louse
Siklus hidup
 Pediculus humanus terdiri atas stadium
telur, larva, nimfa dan dewasa  
 Pediculus humanus var. capitis betina dapat
hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50-
150 telur.
 Telur berbentuk oval dan berwarna putih
atau kuning. Telur Pediculus humanus var.
capitismembutuhkan 8-9 hari untuk
menetas, kemudian telur yang menetas akan
menjadi nimfa.
 Nimfa akan menjadi dewasa dalam 9–12
hari sesudah menetas .Nimfa harus
memperoleh makanan berupa darah untuk
hidup. 
Pediculus humanus var. capitis dan var corporis
 Pediculus humanus var. capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang
sekitar 1-2 mm, tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang.
 Diperkirakan kutu badan adalah kutu kepala yang turun kebawah. Kutu badan
berukuran jantan 2-3mm dan betina 2-3 mm, banyak terdapat didaerah dingin
 Memiliki tiga pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut
penghisap kecil di bagian anterior yang berfungsi untuk mendapat darah. 
 Dapat merayap dengan cepat hingga 23 cm per menit. 
 Dapat bertahan hidup kisaran 30 hari di kepala manusia, mati dalam satu sampai
dua hari setelah jatuh dari rambut.
 Pediculus humanus var. capitis betina ukuran tubuh lebih besar dari jantan dan
terdapat penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V berfungsi untuk
menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur
Pthirus pubis
 P. pubis berukuran 0,8-1,2 mm dengan cakar lebih besar seperti kepiting,
berwarna putih sampai abu-abu dan berbentuk oval. Cakar P.
pubis digunakan untuk mencengkram rambut pubis termasuk rambut di
sekitar panggul, perianal, dan axilla. Infestasi berat P. pubis dapat juga
mengenai bulu mata, alis mata, rambut di wajah, axilla, dan kadang
mengenai rambut pada pinggiran kulit kepala
 P. pubis hidup kurang lebih 2 pekan, selama hidup P. pubis betina
menghasilkan 1-2 telur per hari. Telur akan menetas mejadi nimfa setelah
satu pekan dan menjadi P. pubis dewasa setelah 2 pekan berikutnya. Telur
yang sudah menetas berwarna putih dan mudah terlihat
Gejala Klinis
 Gejala awal yang dominan adalah gatal. Gatal mulai dari derajat ringan sampai
tidak dapat ditoleransi bahkan dapat mengganggu tidur di malam hari terutama
pada anak-anak. Area yang terkena infestasi pedikulosis adalah regio scalp,
belakang leher, dan belakang teliga. Kelainan kulit pada pedikulosis
timbul akibat garukan untuk menghilangkan gatal.
  Larva dan  kutu dewasa meletakkan kotorannya di kulit kepala yang akan
menyebabkan rasa gatal.
 Gatal juga timbul akibat liur dan ekskreta dari kutu yang masuk ke dalam
kulit saat menghisap darah. Infeksi sekunder dapat terjadi akibat garukan
karena gatal. Infeksi sekunder bahkan dapat menimbulkan pustul dan abses,
namun biasanya pemeriksa hanya menemukan ekskoriasi, eritem, dan skuama
putih. Tetapi, sebagian besar infestasi Pediculosis humanus var. capitis tidak
menunjukkan gejala terutama pada infestasi pertama dan ringan.
Penatalaksanaan pediculosis capitis

 Penatalaksanaan pada pediculosis


capitis bertujuan untuk
memusnahkan kutu dan telur serta
mengobati infeksi sekunder

 Penatalaksanaan yang terbukti baik


dalam menangani pediculosis capitis
termasuk insektisida topikal
(Permetrin, Malation, Lindan,
Ivermektin,
Trimetoprim/sulfometoxazole,) agen
oral dan sisir basah
Obat Pediculosis
1. Permetrin, bersifat toksis terhadap Pediculosis humanus, Pthirus pubis, dan
Sarcoptei scaibei. Kurang dari 2% dari obat yang dioleskan diserap secara perkutan.
Obat residual tetap tinggal hingga 10 hari setelah pemberian. Krim bilas permetrin
1% dianjurkan untuk digunakan tanpa diencerkan pada area pediculosis selama 10
menit dan kemudian dibilas dengan air hangat

2. Malation, adalah organofosfat (acetilcholinesterase inhibitor) yang menyebabkan


paralisis pernapasan pada kutu. Cara penggunannya, krim malation diaplikasikan ke
rambut, kemudian biarkan kering, selanjutnya cuci bersih setelah 8 – 12 jam.
Diaplikasikan kembali apabila dalam 7 – 10 hari ditemukan kutu hidup. Malation
digunakan dalam kondisi dimana penderita resisten terhadap pedikulisida lain yang
diduga sebagai pedikulisida yang kuat
3. Lindan, merupakan organoklorida yang bisa bersifat toksis pada sistem
saraf pusat manusia. Studi absorpsi perkutan menggunakan larutan lindan
dalam aseton menunjukkan bahwa hampir 10% dosis yang digunakan pada
lengan bawah diserap, kemudian akan diekskresi dalam urin selama 5 hari.
Setelah absorpsi, lindan menumpuk dalam jaringan lemak, termasuk otak.
Cara penggunaannya, lindan dalam bentuk sampo digunakan 30 mL pada
rambut yang kering selama 4 menit dan kemudian dibilas. Apabila
ditemukan kutu setelah 1 minggu terapi, lakukan lagi hal yang sama

4. Ivermektin, produk ini adalah obat antihelmintik yang struktur kimianya


menyerupai dengan antibiotik golongan makrolida tanpa ada aktivitas
antibakteri. Dosis oral 200 mcg/kgbb, diulangi setelah 10 hari, dan
diketahui efektif terhadap kutu kepala. Jika ivermectin melewati sawar
darah otak, obat ini mengahambat transmisi neurotransmitter, anak kecil
memiliki resiko besar mengalami efek samping ini. Sehingga, ivermectin
tidak dianjurkan pada anak dengan berat badan 13 dibawah 15 kg. FDA
(Food and Drug Administration) tidak menganjurkannya sebagai
pediculicide.
5. Trimetoprim/sulfometoxazole, antibiotik ini membunuh bakteri
simbiotik pada usus kutu atau mungkin efek toksik pada kutu. Studi
terakhir mengindikasikan peningkatan aktivitas antibiotik ini jika
dikombinasikan dengan permetrin 1% dibandingkan permetrin 1%
atau trimetoprim sendiri. Walaupun kelompok perlakuan pada
penelitian ini sedikit. Reaksi alergi berat yang jarang (Stevens-
Johnson syndrome) pada pengobatan ini membuat obat ini tidak
diinginkan jika ada alternatif lain. Obat ini belum diakui FDA (Food
and Drug Administration) sebagai pediculicide

6. Penatalaksanaan sederhana yang lain adalah sisir basah, caranya


dengan mencuci rambut dengan sampo kemudian diikuti dengan
penggunaan kondisioner dalam jumlah yang banyak. Rambut
kemudian disisir dengan menggunakan sisir yang giginya kecil-kecil
dan rapat, sehingga semua kutu dapat terangkat. Tindakan ini
diulangi setiap 4 hari selama 2 minggu

Anda mungkin juga menyukai