Mata Kuliah: Teknologi Sediaan Steril
Dosen: Amelia Febriani, S. Farm., M.Si., Apt.
TEORI DASAR
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi
yang banyak dipakai, terutama pada pasien yang dirawat dirumah sakit. Sediaan steril sangat
membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntuk, mempunyai luka terbuka yang harus
diobati dan sebagainya.
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik
yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan
penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk
spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan
lapisan pelindung yang kuat). Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang / benda
menjadi steril.
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Selain itu,
sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap proses
yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh semua bentuk
kehidupan terutama mikroorganisme.Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak
yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga
atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
Salah satu sediaan yang termasuk sediaan steril adalah sediaan infus. Infus adalah larutan
dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi
tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intraven
a dandikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Infus intraveno
us adalahsediaan steril berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuatisotonis terhadap darah, disuntikkan
langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak.Kecuali dinyatakan lain, infus
intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakterisida danzat dapar. Larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel
Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan
dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein
17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostatis (keseimbangan
cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan air dan elektrolit.
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi glikogen otot kerangka,
hipoglikemia, dan lain-lain.
PENGGOLONGAN INFUS
Infus dapat digolongkan berdasarkan komposisi dan kegunaannya, seperti berikut ini:
1.Larutan Elektrolit
a. Cairan Fisiologis Tubuh Manusia
Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraselular (di dalam sel) 40% yang
mengandung ion-ion K+, Mg++ , sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP,
heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraselular (diluar sel) 20% yang
kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial ( di antara kapiler dan sel) 15%
dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na +,
klorida, dan bikarbonat.
Na 137,0 – 148,0
K 3,9 – 5,0
Ca 4,8 – 5,4
Mg 1,7 – 3,3
Cl 98,0 – 108,0
SO4 1 – 2,0
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau
perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang
menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang
menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri < 7,35.
Contoh:
K+ 4 mEq
Asetat 28 mEq
Kegunaan : 5% isotonis,
Na+ 30 mEq
K+ 8 mEq
Cl– 28 mEq
Laktat 10 mEq
Formulasi Infus
Adapun formulasi untuk sediaan Infus IV mengandung elektrolit dan karbohidrat ialah:
Bahan:
Glukosa 5%
NaCl q.s.
M = 5
V = 100
Bm = 198,17
= 1,9 x ( x )
= 100 ml + (10ml)
= 110 ml
b. API : ad 100 ml
= 100ml + (10%x100ml)
= 100 ml + 10 ml
= 110 ml
Pembuatan Infus
Metode sterilisasi:
Menggunakan metode sterilisasi akhir dikarenakan sediaan stabil terhadap pemanasan atau tahan akan
pemanasan. Sterilisasi akhir menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit.Bahan obat dan
zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan
tidak adanya serat yang terbawa ke dalam filtrate larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan
bersih dan sedapat mungkin aseptic, setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.
Cara Sterilisasi Kemasan
1. Direndam kemasan menggunakan alkohol 70%
2. Dikeringkan kemasan
3. Kemasan siap dipakai
Pembuatan API
1. Persiapkan untuk mendapatkan water for injection dimulai dari sumber air (sumur/mata air),
yang ditampung atau diendapkan.
2. Proses final treatment biasanya dilakukan reverse osmosis ataupun chemical softening,
kemudian disaring menggunakan filter yang lebih kecil 2 µm atau bila perlu menggunakan
ozonisator atau ultraviolet dengan pemanasan diatas 70 0C, kemudian didestilasi lagi dan
dimasukkan ke dalam tangki penampung lalu disaring menggunakan filter bakteri 0,02 µm
3. Sterilisasai WFI dengan autoklaf, sehingga mendapatkan WFI steril.
Prosedure Pembuatan Infus
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat API
3. Dikalibrasi botol 100 mL
4. Ditimbang Glukosa 5,5 g pada gelas arlogi.
5. Ditimbang karbon aktif 0,1% sebanyak 0,11 g=110 mg pada gelas arloji
6. Diukur API sebanyak 110 ml dalam beaker glass, lalu dibagi menjadi 2 bagian. 1 bagian
untuk melarutkan karbon aktif dan 1 bagian lagi dilarutkan untuk glukosa.
7. Dari 2 bagian tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam beaker glass
8. Dimasukkan karbon aktif dalam beaker glass I yang telah berisi API, lalu dipanaskan pada
suhu 600C selama 5-10 menit) sambil sekali kali diaduk.
9. Lalu pada beaker glass II dimasukkan glukosa yang telah ditimbangkemudian diaduk hingga
larut.
10. Setelah Beaker glass I telah didihkan maka dimasukkan pada beaker glass II lalu dipanaskan
lagi sekitar 5 menit sambil diaduk.
11. Kemudian disaring menggunakan kertas saring rangkap 2
12. Larutan tersebut diukur volume nya tepat 100 ml lalu dimasukkan dalam botol infuse
13. Kemudian disterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit
14. Setelah disterilisasi dan diberi etiket.
Persyaratan Infus
1. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi.
2. Bebas pirogen.
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
4. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari5
mikrometer.
5. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
6. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
7. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak
menunjukkanpemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena
harusdinyatakan.
8. Volume netto / volume terukur tidak kurang dari nilai nominal.
9. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal.
10. Penandaan :a. Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk melengkapi
cairan,makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol sebagai diuretika
osmotik,disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. b. Jika keterangan mengenai
osmolalitas diperlukan dlm monografi masing-masing,pada etiket hendaknya disebutkan kadar
osmolar total dlm miliosmol per liter (2).
11. Memenuhi syarat injeksi. Kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi
:Keseragaman bobot. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas ygtertera pada
daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang
tertera.
Evaluasi Sediaan
Organoleptis
Tujuan : Menegtahui penampilan fisik sediaan
Prosedure : Diamati secara visual bentuk sediaan, warna sediaan
Ketentuan : Sediaan infus harus jernih dan berbentuk larutan
Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040
pH yang baik adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan darah
dapat menyesuaikan diri. Dapat dinyatakan memenuhi syarat uji pH sediaan infus harus masuk pada
rentang pH yakni 7,35-7,45. Jika sediaan cairan infus pH-nya diatas 7 dapat menimbulkan terjadinya
nekrosis (rusaknya sel jaringan) dan hemilisa. Bila pH sediaan dibawah 3, jaringan akan mengalami
rasa sakit atau iritasi
Cara pengujian pH:
a. Dengan pH meter:
1. Diperiksa elektroda dan jembatan garam.
2. Dikalibrasi pH meter, bila sel ektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel
dengan sedikit larutan uji
3. Dibaca harga pH
b. Kertas indikator:
1. Diletakkan ampul di dalam zatwarna (birumetilen 0,5 – 1%) dalam ruangan vak.
2. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi kedalamlubang, dapat
dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya. Yang bocor akan
berwarna biru, karena larutanmetilen akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.
Untuk yang disterilkan tanpa pemanasan atau cara aseptik, diperiksa dengan memasukkan ke
dalam eksikator dan divakumkan. Pada wadah yang bocor, isinya akan keluar. Syarat uji kebocoran
yakni tidak adanya zt warna metilen blue yang masuk pada sediaan infus.
Uji kejernihan ( Lachmanhal. 1355 )
Tujuan :untuk melihat apakah larutan tersebut jernih dan bebas dari kotoran atau tidak maka itu
perlu dilakukan uji kejernihan secara visual.
Prosedur kerja:
1. Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna,
transparan dan terbuat dari kaca netral.
2. Masukan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan, zat uji dan suspense padanan yang
sesuai secukupnya, yang dibuat segar dengan cara seperti tertera dibawah sehingga volume larutan
dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
3. Bandingkan ke dua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspense padanan, dengan latar belakang
hitam.
4. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus kearah bawah tabung. Difusi
cahaya harus sedemikian hingga suspense padanan l dapat langsung dibedakan dari air dan dari
suspense padanan ll.
Cara lain:
1. Diperiksa dengan melihat wadah infuse pada latar belakang hitam dan putih
2. Disinari dari samping
3. Kotoran berwarna akan nampak pada backgraound putih dan kotoran tidak berwarna akan terlihat
pada background hitam.
Uji Volume Terpindahkan
Tujuan : untuk mengetahui volume sediaan apakah sudah sesuai dengan volume yang tertera pada
etiket.
Prosedure Kerja :
1. Disiapkan alat glass ukur yang bervolume 100 ml yang telah disterilisasi
2. Dituangkan sediaan pada glass ukur
3. Diamati volume sediaan apakah sudah sesuai dengan pada etiketnya.
4. Dicatat hasil pengamatannya
Uji Sterilitas ( FI IV hal. 855 )
Uji sterilisasi di gunakan untuk mengetahuai apakah sediaan tersebut terkontaminasi oleh mikroorganisme
atau tidak seperti bakteri.
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasipada 20° – 25°C Kekeruhan / pertumbuhan
mikroorganisme ( tidak steril ).
Metode uji :
Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagimenjadi 2 bagian) lalu diinkubasi.
Prosedur uji:
1. Inokulasi langsung kedalam media perbenihan.
2. Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak kurang
dari 14 hari,
3. emudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari
ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
Uji Pirogenitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sediaan yang dibuat tersebut sudah bebas dari partikel asing
yang berbahaya atau pirogen atau belum.
Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Asas : Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan larutan ≤ 10 mg/Kg
BB dalam vena auricularis.
Prosedur uji :
1. Setiap penurunan suhu dianggap nol
2. Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC atau lebih
3. Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan kelinci tambahan
Memenuhi syarat: tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-masing menunjukkan
kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikkan suhu maksimal 8 ekorkelinci tidak lebih dari
3,3ºC.
Cara Lain :
Dengan menggunakan LAL (Limulus Amebocyte Lysate)untuk mendeteksi endotoksin yang terkait
dengan bakteri gram negative.Lysate ini disusun dari amebocytes beredar dari kepiting horsehoe
(Limulus Polyphemus).Ada empat metode LAL saat ini dilisensi oleh FDA :
a) Pertama atau disebut sebagai metode gel-clot didasarkan pada kenyataan bahwa LAL gumpalan di
hadapan endotoksin.
b) Kedua atau disebut sebagai metode turbidimetrikkinetik adalah metode kuantitatif yang digunakan
LAL kekeruhan penampilan untuk menentukan konten endotoksin.
c) Ketiga dan keempat atau disebut sebagai chromogenic assaysemploy,
sebuah chromogenic substrat sintetis yang, di hadapan LAL dan endotoksin, menghasilkan warna
kuning yang berhubungan linier terhadap konsentrasi endotoksin.
Prosedur pelaksanaan:
1. Siapkan 0,1 ml sampel tes dan 0,1 ml reagen LAL
2. Campur keduanya kemudian di inkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0C
3. Setelah di inkubasi, campuran tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya
gumpalan gel
4. Tes LAL dikatakan positif berarti ada indikasi adanya endotoksin jika gumpalan gel tetap
bertahan tidak jatuh saat tabung dibalikkan.
1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang
tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan suatu produk.
Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu,
keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus
diperhatikan dari wadah adalah:
2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
– Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan
mempengaruhi penampilan dan bau produk.
4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan
penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta wadah
tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
1. Wadah plastik dan wadah botol plastik beberapawadah plastik yang mengandung bahan
plastisator, pengisi, zat antistatis, antioksidan dan bahan lain untuk tujuan khusus. Wadah
plastik lebihfleksibel dan tidak mudah rusak/pecah. Terdapat dua jenis plastik yang digunakan
dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu : a.) Termoset
Jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga tidak dapat
dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas atau logam.
b.) Termoplastik Jenis plastik yang
menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain,
termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer
termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.
2. Wadah gelas Ada beberapa
infus yang memang dikemas dalam wadah gelas. Wadah gelas ini memang cukup beresiko retak
atau pecah dalam distribusi dan penggunaannya. Harganya pun sedikit lebih mahal dibandingkan
dengan infus wadah plastik. Bila wadah terbuat dari gelas maka, gelas harus jernih dan tidak
bewarna kekuningan agar memungkinkan pemeriksaan isi.
Menurut FI III (Ketentuan Umum XXXIV) wadah simpan sediaan tidak boleh mempengaruhi bahan
yang disimpan didalamnya baik secara kimia maupun fisika, yang dapat menyebabkan perubahan
kekuatan, mutu ataupun kemurniannya hingga tidak memenuhi syarat resmi. Tak hanya itu, kemasan
harus tahan rusakdan wadah suatu bahan steril, harus disegel sedemikian rupa hingga isinya tidak
dapat digunakan tanpa merusak segel. Berikut pembagian wadah menurut FI III :
1. Wadah tidak tembus cahaya, harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari
bahan khusu yang mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi wadah tersebut.
Wadah yang bening dan tidak berwarna atau wadah tembus cahaya dapat dibuat tidak tembus
cahaya dengan caara dibungkus dengan pembungkus yang buram. Dalam hal ini pada etiket
harus disebutkan bahawa pembungksu buram diperlukan sampai isi dari wadah habis karena
diminum atau digunkan keperluan lain. Jika dalam monografi “terlindung dari cahaya”
dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan dalam wadah tidak tembus cahaya.
2. Wadah Tertutup Baik, harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah
kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimapanan dan distribusi.
3. Wadah Tertutup Rapat, harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, padat, uap dan
mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya sediaan selama penanganan. Biasanya
obat yang mudah menguap dan terurai disimpan pada wadah ini. Sediaan yang mudah menyerap
lembab (CO2) juga harus disimpan pada wadah ini dan diisi kapur tohor.
4. Wadah Tertutup Kedap,harus dapat mencegah menembusnya udara atau gas selma
penanganan, pengankutan, penyimpanan dan distribusi