Helmintologi
Helmith/Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme lain, baik
hewan atau tumbuhan. Mereka adalah organisme yang seperti cacing yang hidup dan makan
pada tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan perlindungan sementara menyerap
nutrisi tubuh yang ditumpangi.
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing berdasarkan
taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam, yaitu nemathelmintes (cacing golok) dan
platyhelmintes (cacing pipih). Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk nemathelmintes
(kelas nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga
badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah. Cacing dewasa yang
termasuk platyhelmintes mempunyai badan pipih, tidak mempunyai rongga badan dan
biasanya bersifat hemafrodit.
Platyhelmintes dibagi menjadi kelas trematoda (cacing daun) dan kelas cestoda (cacing pita).
Cacing trematoda berbentuk daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan.
Cacing cestoda mempunyai badan yang berbentuk pita dan terdiri dari skoleks, leher dan
badan (strobila) yang bersegmen (proglotid); makanan diserap melalui kulit (kutikulum)
badan.
1. Nematoda
Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup
sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan
hospes-parasit (host-parasite relationship).
Besar dan panjang cacing Nematoda beragam; ada yang panjangnya beberapa milimeter dan
ada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga
badan dan alat-alat lain yang agak lengkap.
Biasanya sistem pencernaan, ekskresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing
bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembangbiak secara partetogenesis. Cacing
dewasa tidak bertambah banyak di dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat
mengeluarkan ttelur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini
dikeluarkan dari badan host dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan
pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada
yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan.
Hampir semua nematoda mampunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.
NEMATODA USUS
Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini
menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat
sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helminths” yang
terpenting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma
duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan beberapa
spesies Trichostrongilus. NematodaNematoda usus lainnya yang penting bagi manusia adalah
Oxyuris vermicularis dan trichinella spiralis.
a. Ascaris Lumbricoides
Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan yang betina 22 – 35 cm. Stadium dewasa
hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 –
200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.
Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak dibuahi 90 x 40
mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. BentukBentuk infektif ini, bila tertelan oleh
manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuri aliran
darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding , masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita
batuk karena ransangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke
usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang
tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang bervariasi antara 3,6 – 8,5 cm, sedangkan
yang betina antara 5,7 – 10,0 cm, Toxocara cati jantan antara 2,5 – 7,8 cm, yang betina antara
2,5 – 14,0 cm.
c. Cacing Tambang
Ada beberapa spesies cacing tambang, yaitu Necator americanus, Ancylostoma duodenale,
Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma caninum
Kedua parasit ini diberi nama “cacing tambang” karana pada zaman dahulu cacing ini
ditemukan di Eropa pada pekerja pertambangan, yang belummempunyai fasilitas sanitasi
yang memadai.
CacingCacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada
mukosa dinding usus. Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira
9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang
kurang lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya
menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis
cacing ini besar. N.americanus menyerupai bentuk kitin, sedangkan pada A.duodenale ada
dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1 – 1,5 hari, keluarlah larva
rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform,
yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 – 8 minggu di tanah.
Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan
mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat 4 – 8 sel. Larva rabditiform panjangnya kira-
kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.
Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum
A.brazilense mempunyai dua pasang gigi yang tidak sama besarnya. Cacing jantan
panjangnya antara 4,7 – 6,3 mm, yang betina antara 6,1 – 8,4 mm.
A.caninum mempunyai tiga pasang gigi, cacing jantan panjangnya kira-kira 10 mm dan
cacing betina kira-kira 14 mm.
Ancylostoma ceylanicum
Cacing tambang pada anjing dan kucing ini dapat menjadi dewasa pada manusia. Di rongga
mulut terdapat dua pasang gigiyang tadak dsama besarnya.
Telur dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keoang air (Bilinus,
Semisulcospira).
Dalam keong air, mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia lalu serkaria. Serkaria
keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan (famili CYPRINIDAE).
Setelah menembus masuk ke tubuh ikan serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista
di dalam kulit di bawah sisik. Kista ini disebut metaserkaria. Perkembangan larva dalam
keong air adalah sebagai berikut :
M→S→R→K
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang
matang. Ekskistasi terjadi di duodenum. Kemudian larva masuk di ductus koledokus, lalu
menuju ke saluran empedu yang lebioh kecil dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan.
Seluruh daur hidup berlangsung selama tiga bulan.
Opistorchis felineus
Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu dan saluran pankreas. Cacing dewasa berukuran
7 – 12 mm, mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut. Bentuknya seperti lanset, pipih
dorsoventral. Telur Opistorchis mirip telur C.sinensis, hanya bentuknya lebih langsing.
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria dan dimasak kurang
matang.
Opistorchis viverrini
Morfologi dan daur hidup cacing ini mirip Opistorchis fenineus . Infeksi terjadi dengan
makan ikan mentah yang mengandung metaserkaria.
Di daerah Muangthai timur laut ditemukan banyak penderita kolangiokarsinoma dan
hepatoma pada penderita opistorkiasis. Hal ini juga diduga karena ada peradangan kronik
saluran empedu dan selain itu berhubungan juga dengan cara pengawetan ikan yang menjadi
hospes perantara O.iverrini.
Fasciola hepatica
Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya kira-kira 30 – 13 mm. Pada
bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut
yang besarnya kira-kira 1 mm, sedangkan pada bagian dasar kerucut terdapat batil isap perut
yang besarnya kira-kira 1,6 mm. Saluran pencernaan bercabang-cabang sampai ke ujung
distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang-cabang.
Telur cacing ini berukuran 140 x 90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke dalam
tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9 – 15 hari dan
berisi merasidium.
Telur kemudian menetas dan mirasidium keluar dan mencari keong air, dalam keong air
terjadi perkembangan :
M → S → R1 → R2 → SK
Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-
tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air dibentuk metaserkaria. Bila ditelan,
metaserkaria menetas dalam lambung binatang yang memakan tumbuhan air tersebut dan
larvanya masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa. Infeksi terjadi dengan makan
tumbuhan air yang mengandung metaserkaria.
Trematoda Paru
Paragonimus westermani
Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. Bentuknya bundar lonjong menyerupai biji kopi,
dengan ukuran 8 – 12 x 4 – 6 mm dan berwarna coklat tua. Batil isap mulut hampir sama
besar dengan batil isap perut. Testis berlobus terletak berdampingan antara batil isap perut
dan ekor. Ovarium terletak di belakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran
80 – 118 mikron x 40 – 60 mikron dengan operkulum agak tertekan ke dalam. Waktu keluar
bersama tinja atau sputum, telurnya belum berisi mirasidium. Telur menjadi matang dalam
waktu kira-kira 16 hari, lalu menetas. Mirasidium mencari keong air dan dalam keoang air
terjadi perkembangan :
M → S → R1 → R2 → SK
Serkaria keluar dari keong air, berenang mecari hospes perantara Ii, yaitu ketam atau udang
batu, lalu membentuk metaserkaria di dalam tubuhnya. Infeksi terjadi dengan makan ketam
atau udang batu yang tidak dimasak sampai matang.
Dalam hospes definitif, metaserkaria menjadi cacing dewasa mudadi duodenum. Cacing
dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus
diafragma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing
dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor di dalamnya.
Karena cacing dewasa berada dalam kista di paru, maka gejala dimulai dengan adanya batuk
kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah. Keadaan ini disebut endemic hemoptysis.
Cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat-alat lain dan menimbulkan abses pada alat
tersebut (antara lain hati, limpa, otak, otot, dinding usus).
Trematoda Usus
Daur hidup trematoda usus sama seperti trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes
perantara 1, tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista berlanjut menjadi redia dan
serkaria. Serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar dari
tubuh keong kemudian berenang bebas dalam air. Tujuan akhir serkaria tersebut adalah
hospes perantara 2, yang berupa keong jenis ikan air tawar, atau tumbuh-tumbuhan air.
Trematoda Darah
Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitam-hitaman, berukuran 9,5 – 19,5 mm
x 0,9 mm. Badannya berbentuk gemuk bundar dan pada kutikulumnya terdapat benjolan
halus sampai kasar, tergantung spesisesnya. Di bagian ventral badan terdapat canalis
gynaecophorus , tempat cacing betina, sehingga tampak seolah-olah cacing betina ada di
dalam pelukan cacing jantan. Cacing betina badannya lebih halus dan panjang, berukuran
16,0 – 26,0 mm x 0,3 mm. Pada umumnya uterus berisi 50 – 300 butir telur. Cacing
trematoda ini hidup di pembuluh darah terutama dalam kapiler darah dan vena kecil dekat
permukaan selaput lendir usus atau kandung kemih.
Cacing betina meletakkan telur di pembuuluh darah. Telur tidak mempunyai operkulum.
Telur cacing Schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi dari tergantung pada spesiesnya.
Telur berukuran 95 – 135 x 50 – 60 mikron. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh
darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk
kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air, larva yang keluar
disebut mirasidium.
Cacing ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu keong air, tidak tterdapat
hospes perantara kedua. Mirasidium masuk ke dalam tubuh keong air dan berkembang
menjadi sporokista I dan sporookista II dan kemudian menghasilkan serkaria yang banyak.
Serkaria adalah bentuk infektif cacing Schistosoma. Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria.
Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5 – 10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke
jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabbang vena portae dan menjadi dewasa di hati. Setelah dewasa
cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih dan kemudiann
cacing betina bertelur setelah berkopulasi.
Schistosoma japonicum
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9 cm, hidupnya
di vena mesentrika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di alat-alat
dalam seperti hati, paru, dan otak.
Schistosoma mansoni
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1 cm dan yang betina kira-kira ,4 cm. Pada badan
cacing jantan S.mansoni terdapat tonjolan lebih kasar bila dibandingkan dengan
S.haematobium dan S.japonicum. badan S.japonicum mempunyai tonjolan yang lebih halus.
Tempat hidupnya di vena, kolon dan rektum. Telur juga tersebar ke alat-alat lain seperti hati,
paru dan otak.
Shistosoma haematobium
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0 cm. Hidupnya
di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih. Telur ditemukan di uri alat-alat
dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum.
Cestoda
Cacing dalam kelas cestoda disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang
dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun
pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen yang disebut proglotida dan
segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40mm sampai
yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermaprodit. Cacing ini terdiri atas
scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding intestinum.
Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak bersegmen.
Dibelakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang menyebabkan
cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina). Semakin
jauh dari scolex, ploglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung seolah-olah
hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid muda selalu
dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan terdorong semakin lama semakin jauh
letaknya dari scolex. Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus.
Makanan masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.