Anda di halaman 1dari 10

I.

Helmintologi

Helmith/Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme lain, baik
hewan atau tumbuhan. Mereka adalah organisme yang seperti cacing yang hidup dan makan
pada tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan perlindungan sementara menyerap
nutrisi tubuh yang ditumpangi.

 Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing berdasarkan
taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam, yaitu nemathelmintes (cacing golok) dan
platyhelmintes (cacing pipih). Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk nemathelmintes
(kelas nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga
badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah. Cacing dewasa yang
termasuk platyhelmintes mempunyai badan pipih, tidak mempunyai rongga badan dan
biasanya bersifat hemafrodit.

Platyhelmintes dibagi menjadi kelas trematoda (cacing daun) dan kelas cestoda (cacing pita).
Cacing trematoda berbentuk daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan.
Cacing cestoda mempunyai badan yang berbentuk pita dan terdiri dari skoleks, leher dan
badan (strobila) yang bersegmen (proglotid); makanan diserap melalui kulit (kutikulum)
badan.

1. Nematoda

Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup
sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan
hospes-parasit (host-parasite relationship).

Morfologi dan Daur Hidup

Besar dan panjang cacing Nematoda beragam; ada yang panjangnya beberapa milimeter dan
ada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga
badan dan alat-alat lain yang agak lengkap.

Biasanya sistem pencernaan, ekskresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing
bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembangbiak secara partetogenesis. Cacing
dewasa tidak bertambah banyak di dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat
mengeluarkan ttelur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini
dikeluarkan dari badan host dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan
pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada
yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan.
Hampir semua nematoda mampunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.

NEMATODA USUS

Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini
menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat
sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helminths” yang
terpenting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma
duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan beberapa
spesies Trichostrongilus. NematodaNematoda usus lainnya yang penting bagi manusia adalah
Oxyuris vermicularis dan trichinella spiralis.

a. Ascaris Lumbricoides

Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan yang betina 22 – 35 cm. Stadium dewasa
hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 –
200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi.

Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak dibuahi 90 x 40
mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. BentukBentuk infektif ini, bila tertelan oleh
manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuri aliran
darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding , masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita
batuk karena ransangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke
usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang
tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang


disebabkannya disebut askariasis.

b. Toxocara dan Toxoara cati


Toxocara canic ditemukan pada anjing. Toxocara cati ditemukan pada kucing. Belum pernah
ditemukan infeksi campuran pada satu macam hospes. Kadang-kadang cacing ini dapat hidup
pada manusia sebagaiparasit yang mengembara (erratic parasite) dan menyebabkan penyakit
yang disebut visceral larva migrans.

Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang bervariasi antara 3,6 – 8,5 cm, sedangkan
yang betina antara 5,7 – 10,0 cm, Toxocara cati jantan antara 2,5 – 7,8 cm, yang betina antara
2,5 – 14,0 cm.

BentuknyaBentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat


sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap
lebih lebar, sehingga kepallanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor kedua spesies
hampir sama; yang jantan bentuk ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang
menunjuk (digitiform), sedangkan yang betina ekornya bulat meruncing. Telur menjadi
infektif di tanah dalam waktu kurang lebih tiga minggu. Bentuk infektif ini dapat tertelan
oleh anjing, kucing bahkan manusia.

c. Cacing Tambang

Ada beberapa  spesies cacing tambang, yaitu Necator americanus, Ancylostoma duodenale,
Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma caninum

Necator americanus dan ancylostoma duodenale

Kedua parasit ini diberi nama “cacing tambang” karana pada zaman dahulu cacing ini
ditemukan di Eropa pada pekerja pertambangan, yang belummempunyai fasilitas sanitasi
yang memadai.
CacingCacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada
mukosa dinding usus. Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur kira-kira
9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang
kurang lebih 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Bentuk badan N.americanus biasanya
menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis
cacing ini besar. N.americanus menyerupai bentuk kitin, sedangkan pada A.duodenale ada
dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks.
Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1 – 1,5 hari, keluarlah larva
rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform,
yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7 – 8 minggu di tanah.
Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan
mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat 4 – 8 sel. Larva rabditiform panjangnya kira-
kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira-kira 600 mikron.
Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum

A.brazilense mempunyai dua pasang gigi yang tidak sama besarnya. Cacing jantan
panjangnya antara 4,7 – 6,3 mm, yang betina antara 6,1 – 8,4 mm.
A.caninum mempunyai tiga pasang gigi, cacing jantan panjangnya kira-kira 10 mm dan
cacing betina kira-kira 14 mm.

Ancylostoma ceylanicum
Cacing tambang pada anjing dan kucing ini dapat menjadi dewasa pada manusia. Di rongga
mulut terdapat dua pasang gigiyang tadak dsama besarnya.

Trichulis trichiula (Trichocephalus dispar, cacing cambuk)


Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian
anterior seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian
posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul dan pada
cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa ini hidup di kolon
asendens dan sekum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam
mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000 –
10.000 butir.
Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron berbentuk seperti tempayan dengan semacam
penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-
kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama
tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 – 6 minggu dalam lingkungan yang
sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah telur yang
berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi lambung bila secara kebetulan
hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus
halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah
kolon, terutama secun, jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai
dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30 – 90 hari.
Trematoda
Trematoda adalah kelas parasit yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Berdasarkan
jenis kelamin kelas trematoda dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
Golongan hermaprodit (berkelamin ganda) Contoh : Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis,
Paragonimus westermani, Fasciolopsis buski.
Golongan anhermaprodit (organ genital terpisah) Contoh : Schistosoma japonicum,
Schistosoma mansoni, Schistosoma haematobium.
Trematoda yang terdapat pada manusia termasuk dalam kelompok Digenia. Digenia adalah
kelompok dimana reproduksinya terdiri daei 2 fase, yaitu fase seksual pada hospes definitif
dan fase aseksual pada hospes intermedier / hospes perantara. Golongan hermaprodit
mempunyai 2 hospes intermedier sedangkan golongan anhermaprodit tidak.
Morfologi:
Badan berbentuk seperti daun, pipih tidak berongga badan. Mempunyai batil isap anterior /
oral sucker dimana saluran pencernaan bermuara. Mempunyai batil isap perut / ventral sucker
untuk melekatkan diri, pada beberapa spesies terletak dibagian posterior. Mempunyai porus
genitalis yang letaknya berbeda pada tiap spesies. Bentuk saekum (usus besar) bercabang
dua, sehingga mirip seperti huruf Y terbalik. Telur berbentuk oval, biasanya beropeculum.
Cacing dewasa hidup di dalam tubuh definitif. Telur diletakkan di saluran hati, rongga usus,
paru,pembuluh darah atau di jaringan tempat cacing hidup dan telur biasanya keluar besama
tinja, dahak atau urin. Pada umumnya telur berisi sel telur, hanya pada beberapa spesies telur
sudah mengandung mirasidium (M) yang mempunyai bulu getar. Di dalam air telur menetas
bila sudah mengandung mirasidium (telur matang). Pada spesies trematoda yang
mengeluarkan telur berisi sel telur, telur akan menjadi matang dalam waktu kurang lebih 2 –
3 minggu. Pada beberapa spesies Trematoda, telur matang menetas bila ditelan keong (hospes
perantara) dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong; atau telur dapat
langsung menetas dan mirasidium berenang di air; dalam waktu 2 jam mirasidium harus
sudah menemukan keong air agar dapat melanjutkan perkembangannya. Keong air disini
berfungsi sebagai hospes perantara pertama (HP I). Dalam keong air tersebut mirasidium
berkembang menjadi sebuah kantung yang berisi embrio, disebut sporokista (S). Sporokista
ini dapat mengandung sporokista lain atau redia (R); bentuknya berupa kantung yang sudah
mempunyai mulut, faring dan sekum. Di dalam sporokista II atau redia (R), larva
berkembang menjadi serkaria (SK).
Serkaria kemudian keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II yang berupa ikan,
tumbuh-tumbuhan air, ketam, udang batu dan keong air lainnya, atau dapat menginfeksi
hospes definitif secara langsung seperti pada Schistosoma. Dalam hospes perantara II serkaria
berubah menjadi metaserkaria perantara II serkaria berubah menjadi metaserkaria yang
berbentuk kista. Hospes definitif mendapat infeksi bila makan hospes perantara II yang
mengandung metaserkaria yang tidak dimasak dengan baik. Infeksi cacing Schistosoma
terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes definitif, yang kemudian berubah
menjadi skistosomula, lalu berkembang menjadi cacing dewasa dalam tubuh hospes.
Pada beberapa spesies Trematoda, telur matang menetas bila ditelan keong (hospes perantara)
dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong; atau telur dapat langsung
menetas dan mirasidium berenang di air; dalam waktu 2 jam mirasidium harus sudah
menemukan keong air agar dapat melanjutkan perkembangannya. Keong air disini berfungsi
sebagai hospes perantara pertama (HP I). Dalam keong air tersebut mirasidium berkembang
menjadi sebuah kantung yang berisi embrio, disebut sporokista (S). Sporokista ini dapat
mengandung sporokista lain atau redia (R); bentuknya berupa kantung yang sudah
mempunyai mulut, faring dan sekum. Di dalam sporokista II atau redia (R), larva
berkembang menjadi serkaria (SK).
Trematoda Hati
Clonorchis sinensis
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang juga ditemukan di saluran pankreas.
Ukuran cacing dewasa 10 – 25 mm x 3 – 5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun.
Telur berukuran kira-kira 30 – 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi
mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu.

Telur dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keoang air (Bilinus,
Semisulcospira).

Dalam keong air, mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia lalu serkaria. Serkaria
keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan (famili CYPRINIDAE).
Setelah menembus masuk ke tubuh ikan serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista
di dalam kulit di bawah sisik. Kista ini disebut metaserkaria. Perkembangan larva dalam
keong air adalah sebagai berikut :

M→S→R→K

Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang
matang. Ekskistasi terjadi di duodenum. Kemudian larva masuk di ductus koledokus, lalu
menuju ke saluran empedu yang lebioh kecil dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan.
Seluruh daur hidup berlangsung selama tiga bulan.

Opistorchis felineus
Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu dan saluran pankreas. Cacing dewasa berukuran
7 – 12 mm, mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut. Bentuknya seperti lanset, pipih
dorsoventral. Telur Opistorchis mirip telur C.sinensis, hanya bentuknya lebih langsing.
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria dan dimasak kurang
matang.

Opistorchis viverrini
Morfologi dan daur hidup cacing ini mirip Opistorchis fenineus . Infeksi terjadi dengan
makan ikan mentah yang mengandung metaserkaria.
Di daerah Muangthai timur laut ditemukan banyak penderita kolangiokarsinoma dan
hepatoma pada penderita opistorkiasis. Hal ini juga diduga karena ada peradangan kronik
saluran empedu dan selain itu berhubungan juga dengan cara pengawetan ikan yang menjadi
hospes perantara O.iverrini.

Fasciola hepatica

Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya kira-kira 30 – 13 mm. Pada
bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut
yang besarnya kira-kira 1 mm, sedangkan pada bagian dasar kerucut terdapat batil isap perut
yang besarnya kira-kira 1,6 mm. Saluran pencernaan bercabang-cabang sampai ke ujung
distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin juga bercabang-cabang.
Telur cacing ini berukuran 140 x 90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke dalam
tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9 – 15 hari dan
berisi merasidium.

Telur kemudian menetas dan mirasidium keluar dan mencari keong air, dalam keong air
terjadi perkembangan :

M → S → R1 → R2 → SK
Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-
tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air dibentuk metaserkaria. Bila ditelan,
metaserkaria menetas dalam lambung binatang yang memakan tumbuhan air tersebut dan
larvanya masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa. Infeksi terjadi dengan makan
tumbuhan air yang mengandung metaserkaria.

Trematoda Paru

Paragonimus westermani

Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. Bentuknya bundar lonjong menyerupai biji kopi,
dengan ukuran 8 – 12 x 4 – 6 mm dan berwarna coklat tua. Batil isap mulut hampir sama
besar dengan batil isap perut. Testis berlobus terletak berdampingan antara batil isap perut
dan ekor. Ovarium terletak di belakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran
80 – 118 mikron x 40 – 60 mikron dengan operkulum agak tertekan ke dalam. Waktu keluar
bersama tinja atau sputum, telurnya belum berisi mirasidium. Telur menjadi matang dalam
waktu kira-kira 16 hari, lalu menetas. Mirasidium mencari keong air dan dalam keoang air
terjadi perkembangan :

M → S → R1 → R2 → SK

Serkaria keluar dari keong air, berenang mecari hospes perantara Ii, yaitu ketam atau udang
batu, lalu membentuk metaserkaria di dalam tubuhnya. Infeksi terjadi dengan makan ketam
atau udang batu yang tidak dimasak sampai matang.

Dalam hospes definitif, metaserkaria menjadi cacing dewasa mudadi duodenum. Cacing
dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus
diafragma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing
dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor di dalamnya.

Karena cacing dewasa berada dalam kista di paru, maka gejala dimulai dengan adanya batuk
kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah. Keadaan ini disebut endemic hemoptysis.
Cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat-alat lain dan menimbulkan abses pada alat
tersebut (antara lain hati, limpa, otak, otot, dinding usus).

Trematoda Usus

Daur hidup trematoda usus sama seperti trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes
perantara 1, tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista berlanjut menjadi redia dan
serkaria. Serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar dari
tubuh keong kemudian berenang bebas dalam air. Tujuan akhir serkaria tersebut adalah
hospes perantara 2, yang berupa keong jenis ikan air tawar, atau tumbuh-tumbuhan air.

Trematoda Darah

Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitam-hitaman, berukuran 9,5 – 19,5 mm
x 0,9 mm. Badannya berbentuk gemuk bundar dan pada kutikulumnya terdapat benjolan
halus sampai kasar, tergantung spesisesnya. Di bagian ventral badan terdapat canalis
gynaecophorus , tempat cacing betina, sehingga tampak seolah-olah cacing betina ada di
dalam pelukan cacing jantan. Cacing betina badannya lebih halus dan panjang, berukuran
16,0 – 26,0 mm x 0,3 mm. Pada umumnya uterus berisi 50 – 300 butir telur. Cacing
trematoda ini hidup di pembuluh darah terutama dalam kapiler darah dan vena kecil dekat
permukaan selaput lendir usus atau kandung kemih.

Cacing betina meletakkan telur di pembuuluh darah. Telur tidak mempunyai operkulum.
Telur cacing Schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi dari tergantung pada spesiesnya.
Telur berukuran 95 – 135 x 50 – 60 mikron. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh
darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk
kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air, larva yang keluar
disebut mirasidium.

Cacing ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu keong air, tidak tterdapat
hospes perantara kedua. Mirasidium masuk ke dalam tubuh keong air dan berkembang
menjadi sporokista I dan sporookista II dan kemudian menghasilkan serkaria yang banyak.
Serkaria adalah bentuk infektif cacing Schistosoma. Cara infeksi pada manusia adalah
serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria.
Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5 – 10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke
jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabbang vena portae dan menjadi dewasa di hati. Setelah dewasa
cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih dan kemudiann
cacing betina bertelur setelah berkopulasi.

Schistosoma japonicum

Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9 cm, hidupnya
di vena mesentrika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di alat-alat
dalam seperti hati, paru, dan otak.

Schistosoma mansoni

Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1 cm dan yang betina kira-kira ,4 cm. Pada badan
cacing jantan S.mansoni terdapat tonjolan lebih kasar bila dibandingkan dengan
S.haematobium dan S.japonicum. badan S.japonicum mempunyai tonjolan yang lebih halus.
Tempat hidupnya di vena, kolon dan rektum. Telur juga tersebar ke alat-alat lain seperti hati,
paru dan otak.
Shistosoma haematobium

Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0 cm. Hidupnya
di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih. Telur ditemukan di uri alat-alat
dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum.

Cestoda

Cacing dalam kelas cestoda disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang
dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun
pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen yang disebut proglotida dan
segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.

Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40mm sampai
yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermaprodit. Cacing ini terdiri atas
scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding intestinum.
Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak bersegmen.
Dibelakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang menyebabkan
cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.

Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina). Semakin
jauh dari scolex, ploglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung seolah-olah
hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid muda selalu
dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan terdorong semakin lama semakin jauh
letaknya dari scolex. Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus.
Makanan masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.

Anda mungkin juga menyukai