Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIK SURVEILENS PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT

DBD DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2016 – 2020

Disusun oleh:

Mochammad Arifin Mulyo A. P


(P27833320039)
D4-4B

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus. Di Indonesia
merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Gejala yang akan
muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakir kepala, nyeri belakang bola mata, mual
dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian
permukaan tubuh pada penderita.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang
terutama menyerang anak-anak. Perjalanan penularan penyakit DBD sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Di
Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Dan sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Jombang, pada tahun 2017 penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) mengalami penurunan kasus dibandingkan dengan tahun 2016, namun
mengalai kenaikan lagi pada tahun berikutnya. Penyebaran kasus DBD di Kabupaten Jombang
tedapat di 21 Kecamatan. Pada data profil Kesehatan Kabupaten Jombang, Kasus DBD tercata
mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir, namun penyakit ini masih perlu diwaspadai
karena penularannya yang tergolong cepat serta beresiko tinggi menyebabkan kematian apabila
penanganannya terlambata. Oleh karena itu perlu dilakukan surveilans penyakit DBD guna
melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian. Sueveilans ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan penyakit berdasarkan data yang diperoleh di lapangan yang mana data tersebut
akan digunaka untuk menentukan upaya pengendalian dan pencegahan apa yang dilakukan agar
angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat penyakit DBD di Jawa Timur khususnya
Kabupaten Jombang dapat menurun.
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum iniadalah untuk mengetahui hubungan antara iklim yang terjadi
dengan kasus DBD di Kabupaten Jombang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Kabupaten Jombang
Kabupaten Jombang merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya berada di ketinggian
kurang dari 310 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Jombang memiliki wilayah seluas
1.159,50 km², terdiri dari 21 kecamatan dan 306 desa/kelurahan.
Secara Geografis, Kabupaten Jombang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan di sebelah Utara,
Kabupaten Kediri di sebelah Selatan, Kabupaten Mojokerto di sebelah Timur, dan Kabupaten Nganjuk di
sebelah Barat.

B. Data Curah Hujan dan Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jombang


• Data Curah Hujan (mm) di Kabupaten Jombang pada Tahun 2016-2020
No Bulan Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
1 Januari 337 353 254 245 365
2 Februari 472 381 459 460 488
3 Maret 328 299 238 238 247
4 April 132 138 118 118 235
5 Mei 191 61 18 81 182
6 Juni 114 41 30 - 15
7 Juli 57 14 - 25 50
8 Agustus 25 - - 3 22
9 September - 98 23 7 8
10 Oktober 230 26 16 21 79
11 November 255 134 86 31 184
12 Deseber 242 116 214 223 264
Rata-Rata 2.481 mm 268 mm 1400 mm 1427 mm 2111 mm
Pada Tabel diatas dapat diketahui bahwa curah hujan tertinggi pada tahun 2016 terjadi di bulan
Februari dengan ketinggian curah hujan mencapai 478 mm. Setelah itu terjadi penurunan
curah hujan hingga pada bulan September dimana pada bulan tersebut curah huja dinyatakan
0, lalu kembali mengalami peningkatan pada bulan berikutnya. Rata rata curah hujan yang
terjadi pada tahun 2016 mencapai 2481 mm. Pada tahun 2017, Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Februari yang mana pada bulan tersebut curah hujan mencapai 381 mm, sedangkan
curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yang mana curah hujan dinyatakan 0. Rata-
rata curah hujan pada tahun 2017 mencapai 268 mm. Berdasarkan data tersebut dapat
dikatakan bahwa pada tahun 2017 terjadi penurunan curah hujan yang pesat dibandingkan
tahun 2016.
Pada tabel diatas juga dapat diketahui bahwa pada tahun 2018 bulan Februari capaian crah
hujan cukup tinggi mencapai 459 mm, sedangkan pada bulan Juli hingga Agustus mengalami
penurunan yang mana curah hujan pada bulan tersebut dinyatakan 0. Rata-rata curah hujan
pada tahun 2018 sebesar 1400 mm. Hasil ini mngalami peningkatan jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, curah hujan di Kab. Jombang tidak mengalami perubahan
yang signifikan, yang ana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 460
mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni yang ana pada bulan tersebut
curah hujan dinyatakan 0. Rata-rata curah hujan pada tahun 2019 sebesar 1427 mm.
Tahun 2020,curah hujan di Kabupaten Jombang masih tergolong tinggi, Capaian tertinggi
terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 488mm. Sedangkan capaian terndah terjasi pada
bulan September yaitu sebesar 8mm. Rata-rata curah hujan pada tahun 2020 sebesar 2111 mm.
Data tersebut menyatakan bahwa terjadi peningkatan urah hujan jika dibandingkan dengan
tahun 2019.
• Data Kasus DBD Pada Tahun 2016 - 2020 di Kabupaten Jombang

2016 2017 2018 2019 2020


Jumlah Kasus 1.142 351 528 344 148

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 5 tahun
(2016-2020) kasus tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 1142 kasus, kemudian
kasus DBD di Kabupaten Jombang mengalami penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak
351 kasus, dan di tahun berikutnya kembali naik menjadi 528 kasus sampai akhirnya turun
hingga 148 kasus pada tahun 2020.
Tabel Data Kasus DBD dan Rata-rata Curah Hujan di
Kabupaten Jombang pada Tahun 2016- 2020
4000 2481
3500
3000
2500 2111
Jumlah

1400
2000 1427

1500 1142
1000 268 528
351 344
500 148
0
2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Jumlah Kasus Rata-rata Curah Hujan

Rata-rata curah hujan di seluruh wilayah Kabupaten Jombang selama tahun 2016-2020 yaitu 1537
mm. Kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2016 (1142 kasus) dengan curah hujan rata-rata 2481 mm
dan jumlah kasus DBD terendah terjadi pada tahun 2020 (148 kasus) dengan curah hujan rata-rata 2111
mm. Pada tahun 2017 terjadi penurunan kasus DBD (351 kasus) diikuti oleh menurunnya curah hujan pada
tahun tersebut (268 mm). Lalu di tahun 2018 terjadi peningkatan kasus DBD (528 Kasus) dan diikuti dengan
meningkatnya curah hujan ( 1400 mm). Tahun 2019 terjadi penurunan kasus DBD (344 kasus) serta
penurunan curah hujan (1427 mm), dan pada tahun 2020 terjadi penurunan kasus DBD (148 kasus) namun
curah hujan pada tahun tersebut justru meningkat (2111 mm).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa curah hujan dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya kasus DBD di Kab. Jombang. Hal ini terjadi karena peningkatan curah hujan akan
mempengaruhi tingkat kelembaban dan temperature serta tersedianya media untuk
perkembangbiakan nyamuk di daerah tersebut. Jika terdapat lingkungan yang mendukung,
Perkembangan nyamuk dari telur hingga dewasa hanya membutuhkan waktu sekitar 7-8 hari.
Dengan demikian diperkirakan setelah 18 hari sampai kurang lebih satu bulan secara alamiah
tanpa mengalami campur tangan pengendalian nyamuk, diperkirakan jumlah nyamuk sudah
meningkat beberapa kali lipat semula dan saat tersebut saat yang tepat sebagai masa penularan
DBD.

B. Saran
Untuk mengurangi jumlah kasus DBD maka harus dilakukan upaya pengendalian terutama saat
mulai masuk musim hujan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya dengan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti menguras/membersihkan tempat penampungan air,
menutup rapat tempat-tempat penampungan air, serta memanfaatkan kembali barang bekas yang
berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai