Disusun oleh:
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang
terutama menyerang anak-anak. Perjalanan penularan penyakit DBD sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Di
Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Dan sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Jombang, pada tahun 2017 penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) mengalami penurunan kasus dibandingkan dengan tahun 2016, namun
mengalai kenaikan lagi pada tahun berikutnya. Penyebaran kasus DBD di Kabupaten Jombang
tedapat di 21 Kecamatan. Pada data profil Kesehatan Kabupaten Jombang, Kasus DBD tercata
mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir, namun penyakit ini masih perlu diwaspadai
karena penularannya yang tergolong cepat serta beresiko tinggi menyebabkan kematian apabila
penanganannya terlambata. Oleh karena itu perlu dilakukan surveilans penyakit DBD guna
melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian. Sueveilans ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan penyakit berdasarkan data yang diperoleh di lapangan yang mana data tersebut
akan digunaka untuk menentukan upaya pengendalian dan pencegahan apa yang dilakukan agar
angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat penyakit DBD di Jawa Timur khususnya
Kabupaten Jombang dapat menurun.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum iniadalah untuk mengetahui hubungan antara iklim yang terjadi
dengan kasus DBD di Kabupaten Jombang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Kabupaten Jombang
Kabupaten Jombang merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya berada di ketinggian
kurang dari 310 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Jombang memiliki wilayah seluas
1.159,50 km², terdiri dari 21 kecamatan dan 306 desa/kelurahan.
Secara Geografis, Kabupaten Jombang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan di sebelah Utara,
Kabupaten Kediri di sebelah Selatan, Kabupaten Mojokerto di sebelah Timur, dan Kabupaten Nganjuk di
sebelah Barat.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 5 tahun
(2016-2020) kasus tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 1142 kasus, kemudian
kasus DBD di Kabupaten Jombang mengalami penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak
351 kasus, dan di tahun berikutnya kembali naik menjadi 528 kasus sampai akhirnya turun
hingga 148 kasus pada tahun 2020.
Tabel Data Kasus DBD dan Rata-rata Curah Hujan di
Kabupaten Jombang pada Tahun 2016- 2020
4000 2481
3500
3000
2500 2111
Jumlah
1400
2000 1427
1500 1142
1000 268 528
351 344
500 148
0
2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
Rata-rata curah hujan di seluruh wilayah Kabupaten Jombang selama tahun 2016-2020 yaitu 1537
mm. Kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2016 (1142 kasus) dengan curah hujan rata-rata 2481 mm
dan jumlah kasus DBD terendah terjadi pada tahun 2020 (148 kasus) dengan curah hujan rata-rata 2111
mm. Pada tahun 2017 terjadi penurunan kasus DBD (351 kasus) diikuti oleh menurunnya curah hujan pada
tahun tersebut (268 mm). Lalu di tahun 2018 terjadi peningkatan kasus DBD (528 Kasus) dan diikuti dengan
meningkatnya curah hujan ( 1400 mm). Tahun 2019 terjadi penurunan kasus DBD (344 kasus) serta
penurunan curah hujan (1427 mm), dan pada tahun 2020 terjadi penurunan kasus DBD (148 kasus) namun
curah hujan pada tahun tersebut justru meningkat (2111 mm).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa curah hujan dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya kasus DBD di Kab. Jombang. Hal ini terjadi karena peningkatan curah hujan akan
mempengaruhi tingkat kelembaban dan temperature serta tersedianya media untuk
perkembangbiakan nyamuk di daerah tersebut. Jika terdapat lingkungan yang mendukung,
Perkembangan nyamuk dari telur hingga dewasa hanya membutuhkan waktu sekitar 7-8 hari.
Dengan demikian diperkirakan setelah 18 hari sampai kurang lebih satu bulan secara alamiah
tanpa mengalami campur tangan pengendalian nyamuk, diperkirakan jumlah nyamuk sudah
meningkat beberapa kali lipat semula dan saat tersebut saat yang tepat sebagai masa penularan
DBD.
B. Saran
Untuk mengurangi jumlah kasus DBD maka harus dilakukan upaya pengendalian terutama saat
mulai masuk musim hujan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya dengan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti menguras/membersihkan tempat penampungan air,
menutup rapat tempat-tempat penampungan air, serta memanfaatkan kembali barang bekas yang
berpotensi menjadi sarang nyamuk.