Anda di halaman 1dari 19

RESUME

PERATURAN TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DOSEN PENGAMPU:

WINARKO SKM, M.Kes

OLEH

MOCHAMMAD ARIFIN MULYO A. P

(P27833320056)

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahan nikmat sehat-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan Resume sebagai tugas individu dengan judul “Norma dan Norma
Moralitas Tenaga Kesehatan” dengan tepat waktu.

Atas terselesainya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Winarko S.KM,
M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sidoarjo,11 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur,
serta menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik,
mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan
korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan harus mendapatkan perhatian
serius. Perhatian dunia internasional terhadap keselamatan dan kesehatan kerja semakin tinggi
sejak lahirnya Occupational and Safety Management System atau sering disingkat dengan
OHSAS 18001: 1999 diterbitkan oleh British Standard International (BSI) dan badan-badan
sertifikasi dunia yang berisi standar manajemen K3. Indonesia juga memilikiperhatian serius
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya beberapa
aturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut: “ Apa saja macam peraturan yang ada di Indonesia khususnya di bidang
K3?”

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis peraturan di Indonesia khususnya di bidang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia


Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
disebutkan bahwa Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama antara pengusaha
dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum yaitu :

 Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan
produktivitas kerja.
 Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
 Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.
Sedangkan secara khusus antara lain :

 Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat
kerja.
 Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.
 Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian
antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, P2K3 mempunyai fungsi:
1. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja.
2. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
 Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta
cara penanggulangannya.
 Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
 Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
 Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
 Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
 Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
 Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja
 Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil
langkah-langkah yang diperlukan
 Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higienis
perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi
 Melaksanakan   pemantauan   terhadap gizi   kerja   dan  menyelenggarakan makanan
di perusahaan
 Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
 Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
 Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan
 Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higienis perusahaan, dan
kesehatan kerja
4. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman
kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higienis perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

2.2 Permenaker No. 8 Tahun 2011 tentang APD


Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja.
Alat Pelindung Diri meliputi:
a) Pelindung kepala
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung
kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.patlindung mata dan muka
b) Pelindung mata dan muka
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles), goggles,
tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam
kesatuan (full face masker).
c) Pelindung telinga
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear
muff).
d) Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus
/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.

e) Pelindung tangan
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas,
kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
f) Pelindung kaki.
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran
logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya
binatang dan lain-lain.
g) Pakaian pelindung
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls),Jacket, dan
pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
h) Alat pelindung jatuh perorangan
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner,
tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat
penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
i) Pelampung
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi keselamatan ( life vest),
rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control Device).

2.3 PMK RI Nomor 70 Tahun 2017 tentang Standar dan Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Industri
Standar kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:
a) Nilai ambang batas faktor fisik dan kimia
a. Faktor fisik
 Iklim kerja
 Kebisingan
 Getaran
 Radiasi non-pengion
b. Faktor kimia
b) Indikator pajanan biologi
c) Standar baku mutu kesehatan lingkungan.
a. Media lingkungan air
b. Media lingkungan udara
c. Media lingkungan tanah
d. Media lingkungan pangan
e. Sarana dan bangunan
f. Vektor dan binatang pembawa penyakit

Persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:


a) Persyaratan faktor fisik.
a. Persyaratan faktor pencahayaan
b. Persyaratan faktor pencahayaan di dalam gedung industri
c. Persyaratan faktor pencahayaan di luar gedung industri
d. Pedoman penggunaan persyaratan pencahayaan
e. Persyaratan pajanan getaran seluruh tubuh
f. Persyaratan radiasi radio dan gelombang mikro
g. Persyaratan radiasi laser
b) Persyaratan faktor biologi.
c) Persyaratan penanganan beban manual.
d) Persyaratan kesehatan lingkungan.
a. Media lingkungan air
b. Media lingkungan udara
c. Media lingkungan tanah
d. Media lingkungan pangan
e. Sarana dan bangunan
f. Vektor dan binatang pembawa penyakit

2.4 Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang K3 di Lingkungan Kerja


Pada peraturan Menteri ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
berisi tentang keselamatan dan kesehtaan kerja lingkungan kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja meliputi:
 Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB;
 Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja
agar memenuhi standar;
 Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat; dan
 Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja.
Pengendalian linkungan kerja dilakukan agar penerapan faktor biologi, faktor
ergonomi, dan faktor psikologis memenuhi standar. Pengendalian linkungan kerja
tersebut meliputi upaya :
 Eliminasi merupakan upaya untuk menghilangkan sumber potensi bahaya
yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
 Substansi merupakan upaya untuk mengganti bahan, proses, operasi atau
peralatan dari yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.
 Rekayasa teknis merupakan upaya memisahkan sumber bahaya dari Tenaga
Kerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, dan/atau area
kerja:
 Administratif merupakan upaya pengendalian dari sisi Tenaga Kerja agar
dapat melakukan pekerjaan secara aman
 Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya penggunaan alat yang
berfungsi untuk mengisolasi Sebagian atau seluruh tubuh dari sumber
bahaya.
 Pengukuran dan pengendalian faktor fisika meliputi :
 Pengendalian iklim kerja, harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
sumber bahaya tekanan panas dan tekanan dingin
 Pengukuran kebisingan, harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
sumber bahaya kebisingan dari operasi peralatan.
 Pengukuran dan pengendalian getaran, dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki sumber bahaya getaran dari operasi peralatan kerja.
 Pengukuran dan pengendalian gelombang radio/gelombang mikro, dilakukan
pada tempat kerja yang terdapat radiasi elektromagnetik dengan frekuensi
sampai dengan 300 MHz.
 Pengukuran dan pengendalian sinar Ultra Ungu (Ultra Violet), tempat kerja
yang terdapat radiasi elektromagnetik dengan Panjang gelombang 180 nano
meter sampai 400 nano meter
 Pengendalian medan magnet statis, dilakukan pada tempat kerja yang
terdapat suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus istrik.
 Pengendalian tekanan udara, dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
sumber bahaya tekanan udara ekstrim (tempat kerja kedap air, di perairan
yang dalam, dan pekerjaan di bawah tanah atau di bawah air.
 Pengukuran dan pengendalian pencahayaan, dilakukan pada tempat kerja
meliputi pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
Pengukuran dan pengendalian faktor kimia dilakukan terhadap pajanannya dan
terhadap pekerja yang terpajan dan dilakukan pada tempat kerja yang memiliki
potensi bahaya bahan kimia.sedangkan pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian factor biologi dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensial
bahaya fakktor biologi. Potensial bahaya factor biologi tersebut meliputi
mikroorganisme dan toksiknya; arthopada dan toksinnya; hewan invertrebata dan
toksinnya; allergen dan toksin dari tumbuhan; binatang berbisa; binatang buas; dan
produk binatang an tumbuhan yang berbahaya lainnya.
Penerapan higiene dan sanitasi meliputi halaman, gedung (meliputi dinding dan
langit-langit, atap, dan lantai), dan bangunan bawah tanah.jika pada halaman
terdapat saluran air pembuangan maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari
bahan yang cukup kuat serta air dan buangan harus mngalir dan tidak boleh
tergenang. Penerapan hygiene dan sanitasi pada bangunan bawah tanah dilakukan
untuk memastikan bangunan bawah tanah mempunyai struktur yang kuat,
mempunyai system ventilasi udara, mempunyai sumber pencahayaan, bersih dan
terawatt dengan baik. Sedangkan fasilitas kebersihan harus disediakan pada setiap
tempat kerja yang meliputi toilet dan kelengkapannya; loker dan ruang ganti
pakaian; tempat sampah; dan peralatan kebersihan.
Pengukuran dan pengendalian lngkungan kerja dilakukan oleh personil K3 biang
Lingkungan kerja yang meliputi ahli K3 muda lingkungan kerja; ahli K3 madya
lingkungan kerja; ahli K3 utama lingkungan kerja. Semua itu harus memiliki
kompetensi dan kewenangan K3 bidang lingkungan kerja.

2.5 PMK RI No. 52 Tahun K3 di Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
adalah bagian dari sistem manajemen Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman.
SMK3 di Fasyankes meliputi:
a) Penetapan kebijakan K3 di Fasyankes.
a. Penetapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
b. Pengorganisasian Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Tugas tim K3 di Fasyankes antara lain sebagai berikut:

 Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data terkait K3 di


Fasyankes.
 Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan
kepada Pimpinan yang berkaitan dengan K3 di Fasyankes.
 Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.
 Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan standar
prosedur operasional.
 Melaksanakan program K3 di Fasyankes.
 Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disampaikan kepada
seluruh SDM Fasyankes.
 Membantu pimpinan Fasyankes dalam menyelenggarakan SMK3 di
Fasyankes, promosi, penelitian sederhana, dan pelatihan terkait K3 di
Fasyankes.
 Melakukan investigasi dalam setiap kejadian penyakit akibat kerja dan
kecelakaan akibat kerja.
 Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru dan
pembangunan gedung, serta pemeliharaannya.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan K3 di Fasyankes.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan kegiatan
K3 di Fasyankes.

b) Perencanaan K3 di Fasyankes.
c) Pelaksanaan rencana K3 di Fasyankes.
Pelaksanaan rencana K3 di Fasyankes dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan dan merupakan bagian pengendalian risiko K3. Pelaksanaan K3 di Fasyankes
sesuai dengan standar K3 di Fasyankes yang meliputi:
a. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di Fasyankes;
b. Penerapan kewaspadaan standar;
c. Penerapan prinsip ergonomi;
d. Pemeriksaan kesehatan berkala;
e. Pemberian imunisasi bagi SDM Fasyankes yang berisiko;
f. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja;
g. Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;
h. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;
i. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran
(emergency response plan);
j. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
beracun; dan
k. Pengelolaan limbah domestik
d) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Fasyankes.
Kemajuan program K3 di Fasyankes dipantau secara periodik guna dapat ditingkatkan
secara berkesinambungan sesuai dengan risiko yang telah teridentifikasi dan mengacu
kepada rekaman sebelumnya serta pencapaian sasaran K3 di Fasyankes yang lalu.
Pemantauan K3 di Fasyankes antara lain dapat dilakukan melalui:
a. Inspeksi (melihat, mengenali potensi risiko) tempat kerja secara teratur.
b. Inspeksi yang dilaksanakan oleh Tim K3/pengelola K3 di Fasyankes.
c. Masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa.
d. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat
inspeksi.
e. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektivitasnya.
f. Laporan inspeksi yang diajukan kepada pimpinan Fasyankes atau penanggung
jawab Fasyankes.
e) Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 di Fasyankes.
Peninjauan dilakukan setiap tahun terhadap kinerja K3 di Fasyankes. Peninjauan
dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penyelenggaraan K3 di Fasyankes.
Peninjauan dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan rencana, dan
pemantauan dan evaluasi.
Berdasarkan hasil peninjauan, dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja K3 di
Fasyankes. Kinerja K3 di Fasyankes dituangkan dalam indikator kinerja yang akan
dicapai dalam setiap tahun. Indikator kinerja K3 di Fasyankes dapat ditentukan sesuai
dengan permasalahan yang ada di Fasyankes tersebut. Indikator yang dapat dipakai antara
lain:
a. Adanya komitmen dan kebijakan pimpinan Fasyankes yang dituangkan dalam
lembar komitmen.
b. Adanya Surat Keputusan Tim K3 di Fasyankes atau Penunjukan pengelola K3 di
Fasyankes.
c. Adanya rencana kerja terkait K3 di Fasyankes.
d. Adanya dukungan sumber daya terlatih, alokasi dana, sarana dan prasarana
peralatan penunjang K3 di Fasyankes.
e. Adanya standar prosedur operasional yang memenuhi prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja dalam pelaksanaan kegiatan.
f. Adanya standar K3 di Fasyankes yang telah dilaksanakan oleh Fasyankes.
g. Adanya peningkatan kapasitas dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi SDM Fasyankes.
h. Dilaksanakannya pencatatan dan pelaporan terkait K3 di Fasyankes.
Standar K3 di Fasyankes meliputi:
a) Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di Fasyankes.
Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya pengendalian
potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja. Metode pengendalian dapat diterapkan
berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian, yaitu:
a. APD
b. Pengendalian Administrasi
c. Pengendalian Teknik
d. Subtitusi
e. Eliminasi

b) Penerapan kewaspadaan standar


c) Penerapan prinsip ergonomi
Penerapan prinsip ergonomi merupakan upaya penyesuaian pekerjaan dengan manusia,
serta bagaimana merancang tugas, pekerjaan, peralatan kerja, informasi, serta fasilitas di
lingkungan kerja. Ruang lingkup yang harus dilaksanakan sesuai persyaratan ergonomi di
Fasyankes meliputi:

 Penanganan Beban Manual (Manual Handling)


 Postur Kerja
 Cara Kerja Dengan Gerakan Berulang
 Shift Kerja
 Durasi Kerja
 Tata Letak Ruang Kerja

d) Pemeriksaan kesehatan berkala


e) Pemberian imunisasi;
f) Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Fasyankes merupakan upaya untuk
membudayakan SDM Fasyankes agar mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam
mewujudkan Fasyankes yang sehat. PHBS di tempat kerja antara lain:

 Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja


 Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai pekerjaannya
 Tidak merokok di tempat kerja
 Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
 Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
 Menggunakan air bersih
 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
 Membuang sampah pada tempatnya
 Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
 Tidak mengonsumsi NAPZA
 Tidak meludah sembarang tempat
 Memberantas jentik nyamuk

g) Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;
h) Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja antara lain:
 Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.
 Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
 Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
 Memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
 Memastikan dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
 Memastikan penyimpanan peralatan medis dan penggunanya sesuai standar
prosedur operasional.
i) Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran
a. Kesiapsiagaan Menghadapi Keadaan Bencana
 Identifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana
 Analisis Risiko Kerentanan Bencana
 Pengendalian kondisi darurat atau bencana
b. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Fasyankes
 Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
 Proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas
dan smoke detector
 Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya jalur evakuasi, pintu darurat,
tangga darurat, tempat titik kumpul aman
 Pengendalian Kebakaran dan Ledakan di Fasyankes
j) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun
Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus di lakukan dalam pengelolaan bahan dan
limbah B3:

 Indentifikas dan inventarisasi bahan dan limbah B3


 Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan bahan sesuai dengan
karekteristik, sifat, dan jumlah.
 Tersediannya lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat bahan
dan limbah B3.
 Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan limbah B3.
 Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti spill kit, rambu dan
simbol B3, dan lain lain.
 Mamastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri sesuai karekteristik dan
sifat bahan dan limbah B3.
 Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin keamanan kerja pada
proses kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 (pengurangan dan pemilahan,
penyimpanan, pengangkutan, penguburan dan/atau penimbunan bahan dan limbah
B3).
 Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan keamanan
kerja untuk pengelola dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan pengelolaan bahan
dan limbah B3 yang dilakukan.
k) Pengelolaan limbah domestik
Pengelolaan limbah domesitik secara aman dan sehat wajib dilakukan oleh Fasyankes sesuai
standar dan peraturan yang ada. Pengelolaan limbah domestik Fasyankes harus
memperhatikan hal hal sebagai berikut:

 Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan non-organik dan dilengkapi
oleh tutup.
 Tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam.
 Penyediaan masker, sarung tangan kebun/ Rubber Gloves dan sepatu boots bagi
petugas kebersihan.
 Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.
 Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat buangan sampah, diharuskan untuk
melapor kepada petugas kesehatanuntuk dilakukan investigasi kemungkinan
terjadinya infeksi dan melakukan tindakan pencegahan seperti pemberian vaksin
Tetanus Toksoid (TT) kepada petugas kebersihan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa di Indonesia terdapat
berbagai macam peraturan khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Berbagai
macam hal yang diatur dalam peraturan-peraturan tersebut diantaranya adalah tentang Panitia
Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) beserta tata cara penunjukan ahli K3, Alat
Pelindung Diri (APD), standar dan persyaratan kesehatan industri, syarat-syarat K3 di
lingkungan industri, dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) beserta standar K3 di Fasyankes.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai