Praktikum
Kimia Anorganik
Berwawasan
Lingkungan
I Wayan Karyasa
UNDIKSHA PRESS
Buku Ajar
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Penulis:
Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, M.Sc.
ISBN 978-602-8310-64-2
Cetakan Pertama, September 2011
Penerbit:
UNDIKSHA PRESS
Alamat: Jalan Udayana Singaraja 81116 Bali
Percetakan:
Unit Penerbitan dan Percetakan
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Desain Sampul:
Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, M.Sc.
PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK
BERWAWASAN LINGKUNGAN
I Wayan Karyasa
UNDIKSHA PRESS
2011
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa penulis
menyampaikan maksud dari penulisan Buku Ajar Praktikum Kimia Anorganik
Berwawasan Lingkungan ini yaitu untuk memberikan wawasan dan pemahaman
kepada pengguna khususnya mahasiswa/praktikan, dosen pembimbing praktikum,
asisten praktikum, laboran dan teknisi laboratorium kimia tentang pelaksanaan
praktikum kimia yang ramah lingkungan. Sebagai panduan praktikum kimia
anorganik, buku ajar ini ditujukan untuk memberikan latihan keterampilan kerja
ilmiah di bidang kimia anorganik yang meliputi aspek kognitif, psikomotor dan
afektif praktikan.
Buku ini diawali dengan latar belakang mengapa praktikum kimia
anorganik berwawasan lingkungan dan bagaimana bekerja di laboratorium kimia
secara aman dan ramah lingkungan. Ada 6 (enam) topik praktikum yang dapat
dilaksanakan dalam satu semester perkuliahan praktikum kimia anorganik yang
mencakup kimia non logam (belerang, halogen, silikon dan fosfor), dan kimia
logam (alkali tanah, tembaga dan besi). Keenam topik ini diharapkan sudah
mewakili berbagai pengujian sifat-sifat unsur-unsur dan persenyawaannya, serta
reaksi-reaksi dalam kimia anorganik Setiap topik dirancang agar praktikum dapat
berjalan lebih efektif dan efisien serta aman tidak saja bagi peserta praktikum
tetapi juga bagi laboratorium dan lingkungan. Dengan demikian, kehadiran buku
ini diharapkan memberi kontribusi dalam green chemistry for global green.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada kolega dosen pengajar kimia
anorganik dan laboran di Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas
Pendidikan Ganesha yang telah turut memberikan saran perbaikan dari sejak
perancangan hingga uji coba penerapan dari selama lima tahun ajaran 2006 hingga
2010. Semoga buku ajar ini berguna dan dapat mencapai maksud dan tujuannya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
i
PRAKATA .......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.1 Mengapa Praktikum Berwawasan Lingkungan? …………………..
3
1.2 Tata Tertib Praktikum Kimia ...........................................................
2
BAB 5 KIMIA SILIKON DAN FOSFOR
5.1 Tujuan ............................................................................................... 41
5.2 Dasar Teori ....................................................................................... 41
5.3 Alat dan Bahan ................................................................................. 42
5.4 Prosedur Kerja .................................................................................. 43
5.5 Hasil Pengamatan ............................................................................. 45
5.6 Pembahasan ...................................................................................... 52
5.7 Penutup ............................................................................................. 53
3
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
BAB 1
PENDAHULUAN
prasarana yang memungkinkan praktikum berjalan lancar dan efektif, aman dan
sehat bagi semua orang, benda dan lingkungan yang terlibat di dalamnya. Selain
praktikum kimia yang berkualitas dari segi proses dan hasil, idealnya, praktikum
kimia juga harus memperhatikan efisiensi penggunaan bahan kimia. Rasionalnya,
semakin sedikit zat kimia yang digunakan disamping hemat biaya, keterlibatan
praktikan dengan zat kimia berkurang dan limbahnya juga menurun. Praktikum
kimia harus berwawasan lingkungan.
Refleksi pengalaman mengampu mata kuliah kimia anorganik dan
praktikumnya, belajar kimia anorganik adalah sesuatu yang membosankan.
Peserta didik belum mempunyai motivasi untuk lebih memahami konsep-konsep
kimia anorganik. Demikian pula dalam kegiatan praktikum kimia anorganik.
Praktikum kimia anorganik di mata mahasiswa tampak tidak lebih dari sekedar
kegiatan memasak yang hanya terpaku dengan resep-resep yang tertera di
penuntun praktikum. Hal ini terlihat dari pengamatan praktikum kimia anorganik
tahun-tahun sebelumnya yaitu banyak zat-zat kimia terbuang percuma mengaliri
pipa pembuangan dan bahkan banyak praktikan harus membayar pengganti
kerusakan alat yang cukup besar di akhir semester. Hal ini bisa terjadi karena
rendahnya motivasi yang memicu rendahnya aktivitas belajar dalam praktikum
kimia anorganik. Untuk mewujudkan praktikum kimia anorganik yang berkualitas
baik secara isi dan proses serta ramah lingkungan, sisi materi praktikum dalam
penuntun praktikum perlu dibenahi dengan tidak menyimpang dari kompetensi
standar dan kompetensi dasar yang diprasyaratkan kurikulum/silabus mata kuliah
praktikum kimia anorganik dengan cara memodifikasi percobaan-percobaan yang
pada tahun-tahun sebelumnya telah dilaksanakan menjadi paket-paket percobaan
bersiklus dan kalau memungkinkan bersiklus tertutup. Modifikasi penuntun
praktikum sangat dimungkinkan dilakukan dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama (kurang lebih tiga bulan) karena ketersediaan pedoman penuntun praktikum
sebelumnya ditambah beberapa literatur yang tersedia di samping penyediaan alat
dan bahan yang tidak terlalu sulit karena sudah tersedia sebelumnya (untuk
praktikum-praktikum yang telah terlaksana di tahun-tahun sebelumnya). Dengan
modifikasi penuntun praktikum menjadi paket-paket percobaan bersiklus akan
2
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
semua ruangan praktikum dilarang sama sekali merokok, makan dan minum.
Tidak diperkenankan bekerja sendiri di laboratorium, paling tidak berdua sehingga
ada saksi seandainya terjadi kecelakaan di laboratorium.
Para praktikan/tin, para layanan dan pembimbing/asisten wajib
mendapatkan informasi tentang zat-zat berbahaya dalam bentuk sebuah List Zat-
Zat Berbahaya. List yang dimaksud memuat informasi tingkat keberacunan atau
agresivitas dari suatu zat dan bagaimana menanganinya dalam praktikum yang
melibatkan zat-zat tersebut. Dalam praktikum semua zat kimia harus diperlakukan
sedemikian rupa keamanannya sebagaimana halnya zat berbahaya. Dengan
demikian, menghirup uap atau debu dan kontak dengan kulit atau mata terhadap
semua zat kimia harus dihindari. Sehingga bekerja dengan zat dalam bentuk gas,
debu, atau dengan tekanan uap yang tinggi harus dalam lemari asap yang
berfungsi dengan baik. Label zat yang ada pada wadah (botol) zat berisi tulisan
tentang bagaimana bahaya zat tersebut dan bagaimana seharusnya zat tersebut
diperlakukan. Label tersebut harus dipelihara jangan sampai rusak sehingga tidak
terjadi kesalahan penggunaan yang menyebabkan bahaya yang fatal. Pemindahan
sebagian zat tersebut untuk kepentingan tertentu atau untuk kepentingan
pengenceran atau pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu harus tidak
menyebabkan Label rusak dan wadah atau botol yang digunakan menyimpan
pindahan/hasil pengenceran/pelarutan zat tersebut harus dilabeli persis seperti
label semula dengan perbedaan massa atau konsentrasi sesuai dengan kebutuhan.
Zat-zat berbahaya harus diletakkan dalam tempat yang aman sedemikian rupa
sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Zat-zat
berbahaya juga tidak boleh ditempatkan berdekatan dengan bahan-bahan
makanan, obat-obatan, maupun tempat-tempat dengan posisi dan suhu tertentu
yang memungkinkan zat-zat tersebut tumpah, terbakar atau meledak. Zat-zat
berbahaya harus dilindungi dari kesalahan pengangkutan atau penggunaan.
Pengangkutan/pemindahan zat-zat berbahaya dari gudang penyimpanan ke
laboratorium harus menggunakan alat/wadah tertentu sehingga tidak
memungkinkan zat tersebut tumpah atau jatuh. Gunakan ember/kasten plastik
dalam mengangkut zat-zat berbahaya dalam botolan. Jika bekerja untuk
5
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
peraturan yang berlaku. Semua orang yang terlibat bekerja di laboratorium wajib
menggunakan gas-gas (Helium, Nitrogen, Hidrogen, Argon dan Asetilen), listrik
dan air secara hemat dan menghindari penggunaan-penggunaan yang tidak perlu.
Pembimbing praktikum wajib memberikan informasi tentang bagaimana
menghemat dan menghindari penggunaan gas, listrik dan air yang tidak perlu.
7
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
BAB 2
KIMIA BELERANG
2.1 TUJUAN
(1) Mensintesis gas H2S dengan aman dan mengolah/menangani hasil sintesis
dan produk samping/sisa reaksinya
(2) Mensintesis Na2S2O3.5H2O dan mengolah/menangani hasil sintesis dan
produk samping/sisa reaksinya dengan aman
(3) Mempelajari beberapa sifat belerang dari sintesis gas H2S dan padatan
Na2S2O3.5H2O
8
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
10
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
2.3.2 Bahan-bahan
Persamaan Reaksi
No. Prosedur Kerja dan Bahaya Reaktan- Hasil Pengamatan
Produk
3. Titrasi iodometri
digunakan untuk
menentukan sulfida yang
terbentuk.
Sebanyak 50 mL larutan
iod 0,05 M dibuat
dengan mereaksikan
12,7 gram I2 dengan KI
8,3 gram dalam aquades
hingga volume 1 L
larutan.
Sebanyak 50 mL larutan
diambil dan kemudian
diencerkan menjadi 100
mL
Larutan ini kemudian
didinginkan dalam
penangas es sampai 0oC
dan ditetesi dengan
H2SO4 pekat sampai pH
larutan 1-2.
Larutan iod ini
ditambahkan pada
larutan sulfida sebanyak
10 mL dari Erlenmeyer
ke-1.
Kelebihan iod ditentukan
dengan titrasi
menggunakan larutan
tiosulfat 0,1 M dengan
indikator amilum
sebanyak 1 tetes.
4. Melakukan penanganan
larutan sulfida sisa hasil
penyerapan oleh larutan
13
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
5. Melakukan penanganan
larutan besi klorida dan
asam sisa yang ada di labu
leher dua.
Larutan sisa FeCl2 dan HCl
ditetesi dengan larutan
NaOH sampai terbentuk
endapan besi hidroksida.
Endapan disentrifugasi dan
dipisahkan atau disaring.
Filtrat bebas ion besi
dan telah netral dapat
dibuang.
Limbah padat ditempatkan
pada penampung limbah
padat senyawa-senyawa
logam transisi.
6. Melakukan penanganan
larutan hasil titrasi
iodometri.
Larutan hasil titrasi
disaring dengan
kieselgur.
Filtrat disimpan pada
wadah pengumpul sisa
14
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Persamaan Reaksi
No. Prosedur Kerja dan Bahaya Reaktan- Hasil Pengamatan
Produk
2. Kemudian campuran
tersebut dituangi 40 mL air
suling dan 1 tetes detergen.
3. Labu Erlenmeyer
kemudian diisi batu
pengaduk magnetik dan
ditutup dengan kaca arloji,
dipanaskan di atas
pemanas magnetik pada
suhu 80-90oC selama 2-3
jam.
15
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
2.5 PEMBAHASAN
2.5.1 Sintesis Gas H2S
16
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
17
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
2.6 PENUTUP
2.6.1 Temuan
2.6.2 Simpulan
2.6.3 Saran
18
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
BAB 3
KIMIA HALOGEN
3.1 TUJUAN
Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 17 (VII
atau VIIA pada sistem lama) di tabel periodik terdiri dari unsur F,Cl,Br,I,At.
Unsur ini merupakan unsur yang sangat reaktif. Titik leleh dan titik didih halogen
meningkat seiring dengan meningkatnya nomor atom. Kenaikan nomor atom
berarti naiknya volume atau jari-jari atom dan jumlah total elektron, sehingga
posisi elektron makin mudah terdistribusi secara tak homogen di sepanjang
waktunya. Akibatnya, gaya dispersi atau gaya London meningkat yang
menyebabkan naiknya titik leleh dan titik didih.
Dalam kondisi STP, fluorin berupa gas tidak berwarna, klorin berupa gas
hijau pucat, bromin berupa cairan minyak merah cokelat dan iodin berupa padatan
hitam metalik. Tekanan uap bromin dan iodin sangat tinggi sehingga uap merah-
cokelat beracun sangat jelas nampak ketika tutup botol penyimpan bromin dibuka.
Demikian juga uap violet dan beracun mudah dihasilkan pada sedikit saja
pemanasan iodin.
19
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Semua unsur dalam tabel berkala membentuk halida. Halida ionik atau
kovalen adalah senyawaan umum yang paling penting. Mereka sering paling
mudah dibuat dan digunakan secara meluas bagi sintesis senyawa lain. Dalam hal
suatu unsur mempunyai lebih dari satu valensi, halida seringkali dikenal sebagai
senyawaan tingkat oksidasi. Halida dapat membentuk banyak jenis senyawa.
Halida biner dapat terbentuk molekul sederhana, atau komplek, dan array tak
terbatas. Jenis senyawa halida yang lain mencakup oksi halida seperti VOCl 3,
hidroksi halida, organohalida.
Selain membentuk halida, semua halogen dapat membentuk senyawa
oksida. Fluorin dapat membentuk oksida OF2 dan O2F2 yang dikenal sebagai
oksigen fluoride. Senyawa O2F2 dibuat dengan mengalirkan gas F2 secara cepat
melalui larutan NaOH 2%. Senyawa O2F2 merupakan zat padat kuning jingga
yang digunakan sebagai bahan bakar roket. Oksigen diflorida ditemukan sebagai
gas kuning agak lemah pada pengaliran gas F2 secara cepat ke dalam larutan
NaOH 2%. Oksida klorin lebih banyak jenisnya, yaitu Cl2O, Cl2O3, ClO2, Cl2O4,
Cl2O6, dan Cl2O7. Oksida klorin tidak stabil dan cenderung meledak. ClO2
merupakan oksidator sangat kuat dan digunakan untuk pemutih bubur kertas
(pulp). Oksidanya, ClO2, adalah pengoksidasi yang kuat dan digunakan secara
komersial setelah diencerkan dengan udara, misalnya untuk memutihkan bubur
kayu, selalu dibuat bila diperlukan oleh reaksi
2NaClO2 + SO2 + H2SO4 2 ClO2 + 2NaHSO4
atau oleh reduksi KClO3 dengan asam oksalat basah pada 900C, yang reaksinya
juga memproduksi CO2 sebagai pengencer. Iodium pentoksida dibuat dengan
menguapkan asam iodat, dimana ia merupakan anhidratnya.
240C
2HIO3 I2O5 + H2O
H2O
(cepat)
Klorin membentuk sederet asam-asam oksi dan anion aksi bagi setiap
tingkat oksidasi positif gasal : +1 hingga +7. kekuatan asam oksi sangat sistematik
terkait dengan rasio jumlah atom oksigen (α) dengan jumlah gugus OH (β) pada
atom pusat. Makin besar rasionya makin kuat sifat asamnya.
20
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Asam oksihalogen umumnya sedikit larut dalam air. Kekuatan asam oksi halogen
ditentukan oleh kekuatan ikatan H-O dan ikatan O-X. jika ikatan O-X kuat maka
ikatan H-O lemah. Semakin lemah ikatan H-O semakin mudah asam tersebut
terionisasi,dan berarti semakin kuat asamnya. Kekuatan ikatan X-O dipengaruhi
oleh dua faktor, pertama keelektronegatifan dari X dan banyak sedikitnya atom
oksigen yang mengelilingi X.
Banyak kombinasi pasangan halogen yang membentuk senyawa
interhalogen dan ion polihalida. Senyawa netral mengikuti formula XY, XY 3, XY5
dan XY7. Dalam hal ini, X adalah unsur halogen dengan nomor massa X lebih
tinggi daripada nomor massa unsur halogen Y. Dalam larutan molekul
interhalogen terhidrolisis menjadi asam hidrohalida dari halogen yang lebih
elektronegatif dan asam hipohalit dari halogen yang kurang elektronegatif. Reaksi
pembentukkan senyawa interhalogen dari unsur-unsurnya misalnya :
I2 + 3Cl2 → 2ICl3
Senyawa interhalogen iodium triklorida dapat juga dibuat secara “in situ” dengan
mereaksikan kalium klorat dengan asam klorida dan iod.
Dengan memperhatikan daya tereduksi dari asam iodat menjadi unsur iod, sebuah
reaksi bersiklus dapat dibuat:
KClO3
I2 HCl 2ICl3
Na2SO3 HNO3
HIO3
21
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Siklus kimia iod di atas dapat menghemat zat kimia terutama penggantian barium
klorat yang mudah meledak tersebut, disamping menggunakan kembali produk-
produk reaksi untuk menghasilkan iod kembali.
22
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
9. Aquades - Secukupnya
Persamaan Reaksi, P
No Prosedur Kerja erhitungan danBahaya Hasil Pengamatan
Reaktan-Produk
1. Sebanyak 5 gram
KClO3 dicampur
dengan 10 gram I2.
2. Campuran KClO3
dengan I2 yang sudah
merata dimasukkan ke
dalam 5 mL aquades
dan diaduk selama 1,5
jam.
3. Menambahkan 15 mL
HCl pekat kemudian
melanjutkan
pengadukan. Dalam hal
ini tidak boleh melebihi
30 0C.
5. Larutan didinginkan
dalam penangas es 0oC
apabila sudah terbentuk
larutan orange jernih.
Produk ICl3 akan
terkristalkan setelah
didinginkan.
6. Kristal dipisahkan
dengan cara
mendekantasi dari
larutannya tanpa
23
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
melalui pencucian.
Kemudian kristal
dikeringkan dalam
desikator yang berisi
CaCl2 selama 2 jam.
2. Menambahkan HNO3
pekat sebanyak 5 mL
kemudian dipanaskan
sampai pelarutnya
hampir habis.
Melakukan penguapan
diruang asam dan
menangkap gas yang
terbentuk dengan
larutan NaOH. Sisa
hasil penguapan berupa
endapan.
4. Mendekantasi dan
mengeringkan kristal
dalam lemari pengering
pada suhu 500C
kemudian
menimbangnya.
untuk praktikum
selanjutnya.
2. Seujung spatula
Na2SO3 dimasukkan ke
dalam larutan tersebut
sampai terbentuk
endapan yang awalnya
mengembang dan pada
akhirnya mengendap di
dasar wadah. Na2SO3
tidak boleh dimasukkan
berlebih ke dalam
larutan karena iod yang
terbentuk bisa
direduksi lagi menjadi
iodida
3. Campuran
disentrifugasi dan
didekantasi
5. Memasukkan sedikit
arang aktif jika
sentrifugasi masih
kemerahan, kemudian
memanaskannya
sebentar dan
menyaringnya.
25
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
6. Membuang filtrat
sedangkan padatannya
ditaruh di tempat
limbah padat.
3.5 PEMBAHASAN
26
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
3.6 PENUTUP
27
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
3.6.1 Temuan
3.6.2 Simpulan
3.6.3 Saran
28
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
BAB 4
KIMIA ALKALI TANAH
4.1 TUJUAN
Logam alkali tanah terdiri atas Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra. Atom-atom dari
unsur ini kecuali Be (konfigurasi elektron terluar 2s 2), memiliki konfigurasi
elektron terluar np6(n+1)s2. Konfigurasi elektron ini menunjukkan bahwa atom-
atom dari unsur alkali tanah memiliki elektron valensi dua. Logam alkali tanah
berwarna putih keperakan dan mempunyai densitas (rapatan) relatif rendah dan
semakin besar dengan naiknya nomer atom, kecuali kalsium. Dibandingkan
dengan unsur golongan alkali (dalam satu periode), unsur-unsur golongan alkali
tanah memiliki kerapatan jenis yang lebih besar, memiliki titik leleh dan titik
didih yang lebih tinggi.
Unsur-unsur alkali tanah memiliki titik leleh yang peruubahanya tidak
teratur karena mempunyai struktur kristal yang berbeda-beda.
- Be dan Mg mempunyai struktur heksagonal terjejal
- Ca memiliki struktur heksagonal terjejal, kubus berpusat muka
- Sr memiliki struktur kubus berpusat dua
- Ba memiliki struktur kubus berpusat badan
Alkai tanah merupakan unsur logam yang reaktif sehingga dapat bereaksi
dengan berbagai unsur, antara lain:
29
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Contoh:
Ca (s) 2H 2 O (l) Ca(OH) 2(aq) H 2(g)
Mg (s) 2H 2 O (l) Mg(OH) 2(aq) H 2(g)
Salah satu perbedaan antara logam alkali dengan alkali tanah adalah
kelarutan senyawanya dalam air. Pada umumnya kelarutan alkali mudah larut
dalam air, sedangkan senyawa alkali tanah banyak yang sukar larut. Berdasarkan
data tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) senyawa-senyawa golongan alkali tanah,
dapat disimpulkan kelarutan senyawa-senyawa tersebut sebagai berikut:
30
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Adanya gas CO2 dapat diuji dengan mengalirkan gas yang dihasilkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi air kapur. Untuk membandingkan kestabilan
thermal karbonat pada garam magnesium, kalsium, dan barium dapat dilakukan
dengan membandingkan kecepatan timbulnya gas dan tingkat kekeruhan air
kapur.
Penguraian CaCO3 menjadi CaO dan CO2 dapat digunakan untuk
memurnikan garam rakyat. Garam rakyat biasanya berasa pahit dan mudah
terhidrasi akibat adanya pengotor yaitu ion-ion logam polivalen seperti Ca 2+, Mg2+
dan Fe3+. Pengendapan ion-ion tersebut akan dapat memurnikan garam rakyat
menjadi garam meja (NaCl).
32
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
4.3.1 Alat-alat
4.3.2 Bahan-bahan
33
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Persamaan reaksi,
No Prosedur Kerja keterangan produk Hasil Pengamatan
dan reaktan
2 10 mL air ditambahkan ke
dalam masing-masing
tabung reaksi, kemudian
dikocok.
1 Masing-masing garam
karbonat yang kering dari
Mg, Ca dan Ba dipanaskan
dalam 3 buah tabung
reaksi. Dengan susunan
gambar sebagai berikut.
34
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
1 Sebanyak 2 mL larutan
MgCl2 0,1 M, CaCl2 0,1 M,
dan BaCl2 0,1 M
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang
berbeda.
1 Sebanyak 2 mL larutan
MgCl2 0,1 M, CaCl2 0,1 M,
dan BaCl2 0,1 M
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang
berbeda.
35
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
1 Sebanyak 2 mL larutan
MgCl2 0,1 M, CaCl2 0,1 M,
dan BaCl20,1 M
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang
berbeda.
3. Setelah rangkaian
tersambung, pembakaran
batu kapur dan
pengendapan pengotor dari
larutan garam rakyat
dfilakukan secara simultan.
36
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
4.5 PEMBAHASAN
4.5.1 Identifikasi Senyawa-senyawa Alkali Tanah
(1) Sifat Asam Basa
37
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
38
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
4.6 PENUTUP
4.6.1 Temuan
4.6.2 Simpulan
39
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
4.6.3 Saran
BAB 5
KIMIA SILIKON DAN FOSFOR
5.1 TUJUAN
40
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
keperluan praktikum. Hal ini tidak saja menghemat biaya, juga turut
menyelamatkan bumi ini dan mengajarkan pada anak didik perilaku green
chemistry, green the world.
5.3.2 Bahan-bahan
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah Keterangan
1. limbah tulang - secukupnya
2. abu sekam padi - secukupnya
Kalsium oksida
3. - secukupnya
(CaO)
4. HCl 1M, 2 M, 3M secukupnya
5. Aquades - secukupnya
6. Asam nitrat pekat secukupnya
7. Asam sulfat pekat pekat secukupnya
42
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Sekam padi dibakar dalam oven pada suhu 800o C hingga terbentuk abu
yang berwarna putih. Abu putih dicuci dengan HCl encer yaitu 1M, 2M, dan 3M
yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalamnya sehingga
diperoleh SiO2 yang murni (bebas pengotor), dan terakhir dicuci dengan aquades
agar HCl yang ada pada abu hilang. Kemudian disaring dengan menggunakan
corong buchner. Abu yang telah disaring tersebut dipanaskan dalam oven pada
suhu 100oC untuk menghilangkan air bekas cucian dan diperoleh berat yang
konstan. Abu yang telah kering tersebut merupakan SiO 2 yang telah murni dan
siap untuk digunakan.
Limbah tulang sapi dibersihkan dengan cara memanaskan dalam
autoclave pada suhu 274F selama 2 jam sehingga komponen kolagen lembek dan
mudah dipisahkan dari tulang. Tulang yang sudah bersih dari kolagen selanjutnya
dibubuk halus dengan ukuran 100 mesh. Setiap 2 gram bubuk ditambahkan 4 mL
HCl 3 M dan 3 tetes asam sulfat pekat, lalu ditambahkan 2 mL etanol 70% dan
selanjutnya disentrifuge selama 10 menit. Hasil sentrifuge kemudian disaring
dengan corong Buchner jika tidak mengendap atau tidak bisa dipisahkan secara
manual. Proses ini bertujuan untuk menghilasngkan komponen non apatit. Untuk
memastikan proses pencucian yang dilakukan telah sempurna atau isolasi
hidroksiapatit berhasil, dilakukan pengujian bubuk hidroksiapatit dengan melihat
warna (hasil: putih), uji nyala (hasil: warna api hijau), dan uji kelarutan dalam
asam nitrat (hasil: larut).
Reaktan yaitu silika abu sekam padi dan hidroksiapatit, produk reaksi
diindentifikasi dengan menggunakan spektrofotometri infra merah (IR).
Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan Si-O-P. Pola spektrum
pada spektrofotometri infra merah hasil pengukuran SiO 2, Ca(OH)2.3Ca3(PO4)2
dan hasil sintesis silika-hidroksiapatit (SiO2-Ca(OH)2.3Ca3(PO4)2) dibandingkan
dengan puncak-puncak spektrum spektrofotometri infra merah untuk ikatan Si-O,
P=O, dan P-O pada literatur. Adanya ikatan Si-O-P dapat diketahui jika terjadi
44
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
45
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Tabel 5.1 Bilangan Gelombang dan Ikatan yang Terjadi pada Senyawa
Hidroksiapatit
Deskripsi data
46
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
47
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Tabel 5.2 Bilangan Gelombang dan Ikatan yang Terjadi pada Silika
Deskripsi data
48
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
49
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Deskripsi data
50
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
5.6 PEMBAHASAN
51
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
5.7 PENUTUP
5.7.1 Temuan
5.7.2 Simpulan
52
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
5.7.3 Saran
BAB 6
KIMIA TEMBAGA
6.1 TUJUAN
53
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
(4) Membuat dan mengidentifikasi logam tembaga, tembaga (I) klorida, tembaga
(II) klorida, tembaga (II) oksida dari produk (2) dan (3) di atas dan selanjutnya
menjadi tembaga (II) sulfat pentahidrat kembali dalam suatu percobaan
bersiklus tertutup yang selain hemat juga ramah lingkungan.
-0,12V -0,01V
+
Cu + 2 NH3 [Cu(NH3)2] [Cu(NH3)4]2+
Senyawa-senyawa tembaga pada umumnya bersifat racun bagi kebanyakan
makhluk hidup sehingga banyak diantaranya digunakan sebagai insektisida,
fungisida dan algisida. Contohnya adalah senyawa tembaga (II) sulfat, CuSO 4.
54
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Tembaga (II) sulfat secara komersial dibuat dengan mengoksidasi logam tembaga
dengan H2SO4.
2 Cu + 2 H2SO4 → 2 CuSO4 + 2 H2O
atau mengoksidasi tembaga (II) sulfida di udara, berdasarkan reaksi berikut.
2 CuS + 2 O2 → CuSO4
55
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
56
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
Ion tembaga (I) jika direaksikan dengan ion klorida segera membentuk ion
kompleks tak berwarna diklorokuprat (I), [CuCl2]-. Tahap reaksi ini diduga
berlangsung sangat cepat sehingga memicu terjadinya tahap reaksi pertama seperti
berikut ini:
Jika larutan ini dituangkan ke dalam air suling bebas udara, diperoleh endapan
putih tembaga (I) klorida menurut persamaan reaksi:
Terdapat lima reaksi kimia tembaga yang melibatkan tembaga (II) sulfat
(tembaga vitriol), yaitu :
NH3
CuSO4 [Cu(NH3)4]SO4 + sisa
H2SO4
57 K2C2O4
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
K2[Cu(C2O4)2] + sisa
∆T
CuO
CuO + K2CO3
NaOH
HCl
CuCl2
CuCl2 + KCl
O2
HCl
O2 Fe
Sisa + CuCl
Cu
6 Desikator - 1 buah
58
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
22 Statif - 1 buah
23 Spatula - 2 buah
24 Termometer 0-1000C 1 buah
6.3.2 Bahan-bahan
59
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
14 NH3 Pekat 20 mL
Reaksi kimia,
No perhitungan dan
Prosedur Kerja Pengamatan
. bahaya reaktan-
produk
1. Dilarutkan 5 gram
CuSO4.5H2O dalam 10 ml
aquades yang telah
dipanaskan terlebih
dahulu dan panaskan
sampai semua tembaga
(II) sulfat pentahidrat
melarut.
2. Ditambahkan 20 ml
larutan amonia pekat
(akan terbentuk endapan
antara dari Cu(OH)2 tapi
akan terlarut kembali) dan
aduk sampai larutan
menjadi jernih berwarna
biru tua.
pemanas sampai
volumenya tinggal
beberapa ml saja,
kemudian diteteskan asam
sulfat pekat sampai warna
biru tua hilang. Larutan
ini selanjutnya disimpan
untuk pengolahan pada
sub 6.4.4.
1. Sebanyak 16 gram
K2C2O4.H2O dilarutkan
dalam aquades yang
dihangatkan suam-suam
kuku, kemudian
dituangkan ke dalam
larutan yang terbuat dari 5
gram [Cu(NH3)4]SO4 .
H2O dalam 12 ml
aquades. Diteteskan
larutan asam sulfat pekat
sampai warna larutan
yang biru tua beralih
menjadi biru turki. (pH
berkisar antara 4-6)
2. Campuran tersebut
diletakkan dalam
penangas es paling sedikit
selama 1 jam atau di
kulkas selama semalam.
2. Campuran tersebut
dipanaskan sebentar
sehingga menghasilkan
larutan berwarna hijau
tua. Larutan hijau tua ini
dibagi dua dengan volume
yang sama, satu bagian
untuk proses selanjutnya
(6.4.4 poin 3), satu bagian
lagi untuk sub 6.4.5.
62
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
6. Campuran didekantasi
untuk memisahkan
endapan tembaga yang
berwarna merah coklat
yang terbentuk. Endapan
tersebut dipanaskan sekali
lagi dengan sedikit asam
klorida pekat (besi harus
semuanya ada dalam
larutan). Dekantasi sekali
lagi dan satukan filtrat
yang ada.
3. Ditambahkan soda
(natrium karbonat) ke
dalam larutan tersebut
seujung spatula untuk
menghasilkan suatu CO2
pelindung atmosfer.
5. Ditambahkan (bila
diperlukan) sedikit soda
64
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
6. Selama pemanasan,
uapkan 75 ml air dari
larutan, kemudian
dinginkan sisa larutan
pada suhu 0oC dan
ditambahkan 3 ml larutan
asam sulfat (untuk
menstabilkan CuCl dari
oksidasi oleh oksigen
dalam udara).
65
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
2. Ditambahkan beberapa
tetes hidrogen peroksida
30% ke dalam campuran.
Kemudian diteteskan
larutan natrium hidroksida
30% sampai pH larutan
berkisar 4-5.
didekantasi dengan
segera.
5. Larutan didingingkan
pada suhu kamar sehingga
terjadi proses kristalisasi.
Untuk menyempurnakan
kristalisasi, letakkan
larutan dalam lemari
pendingin (kulkas) selama
semalam.
6.5 PEMBAHASAN
6.5.1 Preparasi [Cu(NH3)4]SO4
67
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
68
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
69
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
6.6 PENUTUP
70
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
6.6.1 Temuan
6.6.2 Simpulan
6.6.3 Saran
71
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
BAB 7
KIMIA BESI
7.1 TUJUAN
1. Membuat senyawa FeSO4 dari bubuk logam Fe
2. Membuat garam Mohr, (NH4)2Fe(SO4)2 dari bubuk logam Fe dan atau dari
larutan Fe2+ sisa praktikum Kimia Tembaga.
3. Membuat Fe(OH)3 dari garam Mohr.
4. Membuat senyawa kompleks K3[Fe(C2O4)3] dari Fe(OH)3.
5. Membuat kembali Fe atau dalam bentuk Fe2O3.
liat. Besi murni melebur pada suhu 153,5 C. Jarang terdapat besi komersial yang
murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silika fosfida dan
sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan
penting dalam kekuatan struktur besi.
72
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
FeCl3
Fe2O3
HV K2C2O4 KOH
[Fe(C2O4)]n K3[Fe(C2O4)3] Fe(OH)3
Dalam air, senyawa besi (II) dan besi (III) dapat membentuk ion kompleks
heksa aquo besi (II), [Fe(H2O)6]2- dan ion komples heksaaquo besi (III)
[Fe(H2O)6]3+. Dalam larutan asam, kompleks heksaaquo besi (I) relative stabil
tetapi dalam larutan netral atau basa tidak stabil. Dengan udara ion kompleks
heksaaquo besi (II) akan teroksidasi menjadi heksaaquo besi (III).
Senyawa kompleks besi yang banyak dikenal adalah senyawa kalium
heksasianoferat (II), K4Fe(CN)6 dan kalium heksasianoferat (III), K3Fe(CN)6
atau sering juga disebut dengan kalium fero sianida dan kalium feri sianida.
Dimana kalium heksasianoferat (II) dapat diperoleh melalui reaksi antara
larutan besi (II) dengan larutan KCN berlebih:
Fe2+(aq) + 6CN-(aq) → Fe(CN)64-
Jika kedalam larutan ini ditambahkan larutan Fe3+ maka akan terbentuk
endapan berwarna biru gelap (biru prusid).
3Fe(CN)64-(aq) + 4Fe3+(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3
Kalium heksasianoferat (III) dapat diperoleh melalui reaksi larutan besi (III)
dengan larutan KCN berlebih.
Fe3+(aq) + 6CN-(aq) → Fe(CN)62-(aq)
Jika kedalam larutan ini ditambahkan dengan larutan Fe 2+ akan terbentuk
endapan berwarna biru turnbul.
2Fe(CN)6 2-(aq) + 3Fe2+(aq) → Fe3[Fe(CN)6]2
75
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
4. Labu 25 mL 2 buah
Erlenmeyer 50 mL 2 buah
100 mL 2 buah
125 mL 2 buah
5. Pemanas listrik - 1 buah
6. Corong - 1 buah
7. Pipet tetes - 2 buah
8. Spatula - 2 buah
9. Batang - 2 buah
pengaduk
10. Desikator - 1 buah
11. Neraca analitik - 1 buah
12. Kertas saring - Secukupnya
13. Kertas indikator - Secukupnya
pH
14. Cawan penguap - 2 buah
15. Labu ukur 250 mL 1 buah
16. Pipet volume 50 mL 1 buah
7.3.2 Bahan-bahan
Persamaan reaksi,
No Prosedur Kerja keterangan produk dan Pengamatan
reaktan
1. Sebanyak 7 gram Fe
76
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
2. Larutan dipanaskan
sampai hampir semua
Fe melarut. Kemudian
larutan disaring ketika
masih panas.
3. Filtrat ditambahkan
sedikit H2SO4 dan
larutan diuapkan
sampai terbentuk
kristal di permukaan.
1. Sebanyak 100 mL
H2SO4 10% dinetralkan
dengan NH3
2. Larutan tersebut
diuapkan sampai jenuh,
sementara panas
larutan tersebut
dicampurkan dengan
larutan FeSO4.
3. Larutan didinginkan -
hingga terbentuk kristal
berwarna hijau muda.
Selanjutnya campuran
disaring, kemudian
kristal dicuci dengan
sedikit air panas.
Kristal dikeringkan dan
ditimbang.
1. Sebanyak 10 gram
garam Mohr
ditambahkan dengan 30
mL H2O2 sampai
77
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
terbentuk larutan
berwarna merah.
2. Dengan perlahan-lahan
ke dalam larutan
ditambahkan HCl
sebanyak 30 mL
sampai terbentuk
kompleks [Fe(Cl6)]3-
yang berwarna orange.
3. Kemudian dilakukan
penambahan KOH
hingga terbentuk
endapan coklat
selanjutnya
didekantasi.
1 Endapan Fe(OH)3
ditambahkan dengan
larutan K2C2O4 hingga
terbentuk larutan
berwarna hijau.
1 Kristal K3[Fe(C2O4)3]
dipanaskan dalam
penangas air hingga
terbentuk padatan hijau
atau padatan coklat.
7.5 PEMBAHASAN
7.5.1 Pembuatan Garam Mohr (NH4)2 Fe(SO4)2
78
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
79
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
80
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
7.6 PENUTUP
7.6.1 Temuan
7.6.2 Simpulan
7.6.3 Saran
81
Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. A., Wilkinson, G. and Gaus. P. L.. 1995. Basic Inorganic Chemistry.
Third Edition, New York: John wiley & Son, Inc.
Dwipayana, I Putu. 2007. Studi Mikrostruktur Tulang Sapi (Bufallo sp) dan
Hidroksiapatit Hasil Isolasi dengan Metode Scaning Elektron Microscopy
(SEM). Skripsi. (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Undiksha Singaraja.
Gould, Edwin S. 1995. Inorganic Reaction and structure. New York : Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Greenwood, N. N and A. Earnshaw. 1997. Chemistry of the Elements 2nd Edition.
Greet Bretonian : Elseuies Utd.
Hiskia Achmad. 1990. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: Jurusan
Kimia, FMIPA, ITB.
Jander, G. und Blasius, E. 1990. Einfuehrung in das anorganish-chemische
Praktikum. 13. Bearbeitung von Joachim Straehle und Eberhard Schweda,
Stuttgart: S. Hirzel Verlag.
Karyasa, I W. 2000. Solid State NMR Spectroscopy of Synthesised Zeolit A and
Y. Aneka Widya No.3 Th. XXXIII. Singaraja: STKIP Singaraja.
Karyasa, I. W. 2009. Pengembangan Material Anorganik Terbarukan: Pembuatan
Ultra Fine Amorphous Silica (UFAS) dari Jerami dan Sekam Padi. Laporan
Penelitian Lanjut. DIPA Undiksha 2009. Singaraja: Undiksha
Karyasa, I. W. Vivi Oviantari, M., dan Artawan, I K. 2010. Pengembangan
teknologi Pembuatan Bata Merah Unggul Tahan Lumut Berbantukan Silika
dari Abu Sekam Padi dan Pigmen Anorganik Alami. Laporan Penelitian.
Hibah Bdersaing DP2M DIKTI. Singaraja: Undiksha.
Mahardika, I K.S. 2007 Isolasi dan Karakteristik Hidroksiapatit dari Limbah
Tulang Sapi. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Undiksha Singaraja.
West, A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Applications. Singapore: John
Wiley & Son.
82
Penulis lahir di Gianyar tanggal 31 Desember 1969,
telah menamatkan sekolah dasar di SDN 6 Kedewatan,
sekolah menengah di SMPN 1 Ubud dan SMAN Ubud.
Pendidikan tinggi yang telah dilalui penulis berturut-
turut adalah Diploma 3 Pendidikan Kimia tahun 1991
dan Sarjana Pendidikan Kimia (S.Pd.) tahun 1993 di
FKIP Universitas Udayana, Program Postgraduate
Chemistry of Advanced Materials (M.Sc.) tahun 1998 di
the Department of Chemistry, University of Manchester
Institute of Science and Technology (Inggris), dan
Program Doktor (Dr.rer.nat) bidang kimia anorganik
khususnya Festkoerperchemie tahun 2004 di Institut
fuer Chemie, der Technischen Universitaet Berlin
(Jerman).
Penulis bekerja sebagai dosen pegawai negeri sipil di Jurusan/Program Studi
Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA) sejak tahun 1994 dimana universitas negeri ini masih bernama
STKIP Singaraja yang beralih status menjadi IKIP Negeri Singaraja tahun 1997
dan menjadi UNDIKSHA tahun 2006 .
Dharma pendidikan dan pengajaran yang penulis geluti adalah mengampu
matakuliah lingkup kimia anorganik di Program Sarjana (S-1) yaitu Kimia
Anorganik I, Kimia Anorganik II, Kimia Anorganik Fisik atau Kimia Anoganik
Lanjut, dan Praktikum Kimia Anorganik, selain matakuliah lainnya seperti
English for Chemistry, Kimia Terapan Tekstil dan Kapita Selekta Kimia.
Sedangkan untuk program magister (S-2), penulis mengampu matakuliah Kimia
Anorganik Lanjut, Filsafat Ilmu dan English for Scientific Purposes.
Dharma penelitian yang telah dan terus penulis tekuni adalah berkaitan dengan
kimia anorganik khususnya kimia material anorganik padatan dengan terapannya
yang berfokus pada pengembangan material anorganik yang terbarukan berbasis
silikon, karbon, dan fosfor; (2) pigmen anorganik alami, dan (3) teknologi tepat
guna berbasis kimia anorganik.
Sedangkan dalam dharma pengabdian kepada masyarakat, penulis banyak terlibat
aktif dalam penerapan Ipteks bagi masyarakat, penerapan Ipteks bagi
pengembangan wilayah serta Ipteks bagi inovasi dan kreatifitas kampus sebagai
wujud pengembangan jiwa entrepreneurship di kalangan akademisi kampus.
Kimiawan dan para penggiat kimia termasuk para
pelajar kimia disinyalir berkontribusi besar dalam
kerusakan lingkungan hidup karena mereka
menghasilkan dan menggunakan berbagai zat-zat
kimia.
Buku Ajar Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan
Lingkungan ini memuat beberapa percobaan kimia
yang bersiklus dan berwawasan lingkungan. Bersiklus
berarti menggunakan zat tertentu untuk menghasilkan
berbagai zat lain yang dituntut sesuai tujuan
praktikum dan berakhir dengan menghasilkan zat
awal atau turunannya yang lebih sederhana.
Berwawasan lingkungan yang dimaksud adalah dalam
setiap mata acara praktikum, praktikan menggunakan
zat-zat seefisien dan seefektif mungkin, menangani
zat-zat pereaksi dan hasil reaksi secara aman terhadap
praktikan dan lingkungan, dan membuang zat-zat sisa
praktikum yang telah ditangani sedemikian rupa
sehingga tidak membahayakan lingkungan. Beberapa
percobaan dalam praktikum ini menggunakan zat-zat
yang diambil bahan alam di lingkungan sekitar.
Topik-topik praktikum dalam buku ajar ini
diharapkan dapat menginspirasi para pengguna untuk
berkontribusi dalam Green Chemistry dan Go Global
Green.