Anda di halaman 1dari 18

Peran Mading bagi Pembelajaran Dunia Jurnalistik

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun ajaran 2013-2014

Oleh :
AyuShandra Putri Hapsari (121310061)
Kelas : XI IPA 3

SEKOLAH MENENGAH ATAS BPI 1


BANDUNG
2013-2014
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat dan karuniaNya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peran Mading

bagi Pembelajaran Dunia Jurnalistik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth. Ibu Rita Purwati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesa;
2. Yth. Orang tua; dan
3. Yth. Rekan-rekan khususnya Farhanah Fitria Mustari.

Karya ilmiah ini mengenai peran mading bagi pembelajaran dalam dunia

jurnalistik. Karya ilmiah ini disusun supaya pembaca mampu menambah wawasan

serta memperluas ilmu pengetahuan dalam dunia jurnalistik yang disalurkan melalui

mading.

Penulis memyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis

harapkan. Penulis mengucapkan minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan

karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna. Akhir kata, penulis berharap

makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pembaca yang budiman.

Bandung, Maret 2014

Penulis
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah.................................................................. 2
1.4 Manfaat Masalah................................................................ 2

Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Mading dan Jurnalistik................................... 3
2.2 Jenis-jenis Prosa Fiksi dan Non Fiksi.............................. 3
2.3 Manfaat Penulis............................................................... 4
2.4 Konten di dalam Mading................................................. 5
2.5 Pengamatan mengenai Mading SMA BPI 1.................... 6
2.6 Solusi untuk Mading

Isi
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Menulis merupakan sarana komunikasi. Menulis bertujuan untuk


menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Jari-jemari kita dilatih untuk menyusun
huruf-huruf menjadi kata, lalu menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan
paragraf menjadi karangan. Gerakan tangan saat menulis berbeda dengan mulut saat
berbicara. Huruf-huruf perlu dituliskan satu per satu. Hal ini membutuhkan
kemampuan verbal tulisan. Bukan berarti untuk bisa menulis memerlukan keahlian
khusus. Hal yang perlu dikembangkan saat ini adalah motivasi untuk menulis.

Menulis bagi kalangan siswa SMA jarang diminati dikarenakan banyak faktor
yang menyebabkan hal tersebut diantaranya perasaan malas, dan teknologi yang
sudah menguasai keseharian para siswa sehingga siswa cenderung menyalurkan
perasaan mereka melalui sosial media. Sebenarnya ada cara yang lebih efisien untuk
menyalurkan bakat mereka yaitu melalui mading sekolah. Kenyataan yang dihadapi
sekarang bahwa mading sekolah jarang dimanfaatkan oleh siswa dengan berbagai
alasan yang menyebabkan peran mading menjadi pasif.

Dalam era yang serba canggih seperti halnya saat ini, bentuk-bentuk energi
masif pengarang dapat dirasakan langsung secara konkret. Inilah yang menandai
adanya pergerseran orientasi pemikiran pegarang yang sebelumnya hampa
dokumentasi fisik (Riswandi,2013: 3). Dokumentasi fisik itu sendiri berupa mading
sekolah. Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti tentang peran mading bagi
pembelajaran dunia jurnalistik.

Menulislah, maka orang lain akan tahu siapa kita. Ungkapan itu menyiratkan
bahwa dengan menulis orang lain mengetahui siapa yang menulis dan apa yang ia
tulis. Dengan sebuah tulisan biasa mengubah keadaan dunia.
Think first, then write!. Sebuah istilah jurnalistik yang senada dengan ujaran
rene descartes seorang filsuf perancis Cogito Ergo Sum, aku berfikir maka aku ada.
Manusia ada untuk sesamanya, salah satu caranya ialah dengan menjadi penyedia
informasi untuk sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peran mading bagi pembelajaran dunia jurnalistik ?
Mengapa siswa mengalami kesulitan dalam dunia jurnalistik ?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui seberapa banyak siswa yang berminat dalam
menuangkan pikirannya untuk menulis pada mading. Sehingga
penulis mengadakan penelitian contohnya kuisioner.
Agar mading tidak hanya digunakan oleh organisasi yang penting
saja tapi juga bisa digunakan oleh semua siswa SMA BPI 1 untuk
meyalurkan kemampuannya menulis baik itu menulis prosa fiksi
atau menulis karya ilmiah maupun adanya acara-acara yang tidak
hanya diadakan oleh sekolah tersebut

1.4 Manfaat Penelitian


Untuk membangun kembali citra mading SMA BPI 1 yang
awalnya pasif menjadi masif.
Mading dapat dimanfaatkan oleh semua siswa SMA BPI 1 .
Untuk menyalurkan kembali aspirasi siswa SMA BPI 1 melalui
mading.
Meningkatkan motivasi dan gairah menulis bagi siswa SMA BPI 1.
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Mading dan Jurnalistik


Majalah dinding atau lebih dikenal dengan singkatan MADING yaitu salah
satu jenis media atau sarana penyampaian informasi dan penyaluran minat dan bakat
yang dikerjakan dan dikelola oleh kelompok tertentu serta diperuntukkan untuk
kalangan tertentu pula. Mading sekolah adalah mading yang dikelola oleh suatu
sekolah tertentu baik siswa maupun guru dan biasanya disajikan agar dapat dibaca
oleh warga sekolah tersebut. Mading sekolah selain sebagai media untuk
menyampaikan informasi (pengumuman atau berita) juga dapat dijadikan ajang atau
sarana pengembangan minat dan bakat baik siswa maupun guru dalam bidang tulis
menulis (http://madingsmanegeri1semendawaibarat.blogspot.com, 15.30, 18-03-
2014).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jurnalisme yaitu "pekerjaan


mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita, surat kabar dsb;
kewartawanan" dan jurnalistik artinya "yang menyangkut kewartawanan dan
persuratkabaran".

2.2 Jenis-jenis Prosa Fiksi dan Non Fiksi


Karya tulis yang dapat ditempel di mading dapat berupa prosa fiksi dan non-
fiksi. Prosa fiksi adalah karya tulis yang bisa ditempel di mading dapat berupa prosa
fiksi dan non-fiksi. Prosa fiksi adalah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan
pengarangnya.(http://infoter-baru.blogspot.com/2013/07/pengertian-prosa-fiksi-
bentuk-dan-contoh.html, 21:53, 18-03-2014). Prosa fiksi contohnya adalah cerpen,
puisi, fabel, legenda, hikayat. Prosa nonfiksi / karya ilmiah adalah karangan yang
berisi hal-hal yang bersifat faktual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan si
pengarang. Prosa non-fiksi / karya ilmiah contohnya adalah karangan argumentasi,
persuasif dan eksposisi. (http://vikryuniversity.blogspot.com, 22:01, 18-03-2014).
2.3 Manfaat Menulis

Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi 1996:3-4, yaitu:

1. Kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat
mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.

2. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.

3. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan


menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki.

4. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang.

5. Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan


beberapa masalah sekaligus.

6. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk
menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Menulis merupakan suatu kepandaian yang amat berguna bagi setiap orang.
Dengan memiliki kepandaian itu, seseorang akan mengungkapkan berbagai gagasan
untuk dibaca oleh peminat yang luas. Dari pendapat tersebut, kegiatan menulis dapat
bermanfaat bagi seseorang untuk mengungkapkan gagasan agar dibaca dan dipahami
oleh pembaca (Gie (2002:21). Menulis mempunyai beberapa manfaat yaitu: dapat
menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, membantu mendapatkan dan mengingat
informasi baru, membatu memecahkan masalah, dan juga dapat membantu ketika
terpaksa harus menulis (Komaidi 2008:14) (http://odazzander.blogspot.com, 22:31,
18-03-2014)

Roland E. Wolseley dalam bukunya UndeJurnalistik adalah pengumpulan,


penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat
pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan
pada SK, majalah dan disiarkan stasiun siaran. Astrid Susanto dalam
bukunya: ,Komunikasi massa, terbitan tahun 1986, menyebutkan: Dalam Jurnalistik
adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kegiatan
sehari-hari. (http://jendelakomunikasi.wordpress.com, 22:30, 18-03-2014)

2.4 Konten di dalam Mading

Konten di dalam mading itu sendiri itu sendiri bisa berupa prosa fiksi dan karya
tulis baik itu berupa karangan argumentasi, eksposisi, dan persuasif. Untuk prosa
fiksi, penulis membagi beberapa hal seperti :
1. Cerpen
Cerpen adalah karangan fiktif yang berisi sebagian kehidupan seseorang atau
kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh.
Cerpen adalah yang pelaksanaannya tidak memerlukan tempat yang terlalu khusus,
artinya untuk pertunjukkan ini tidak diperlukan pentas yang ditata seperti untuk
keperluan pementasan drama. Sehingga cerpen adalah konten yang paling mudah
ditempel dalam mading.
2. Hikayat
Hikayat merupakan jenis prosa yang isinya menceritakan kehidupan dewa-
dewa dan raja-raja yang penuh dengan riwayat kejadian yang gaib-gaib. Hikayat
cocok sekali ditempel di mading karena hikayat ada dalam salah satu pembelajaran
bahasa indonesia mungkin tidak semua orang yang bisa menulis hikayat, namun
mensosialisasikan hikayat menjadi umum adalah hal yang penting.
3. Fabel
Fabel merupakan jenis prosa yang bercerita tentang dunia hewan, sebagai
perlambangan sifat manusia yang pandai berkata-kata, berbuat, dan berpikir. Fabel
bisa ditempel di dalam mading dikarenakan cerita-cerita fabel itu sendiri memiliki
nilai-nilai yang sangat baik dan tinggi yang dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Suatu hal yang bagus jika ada siswa/siswi yang masih tertarik
menulis cerita fabel karena sekarang siswa/siswi cenderung menulis yang tidak jauh
dengan tema percintaan.
4. Legenda
Legenda merupakan jenis prosa yang bercerita tentang keadaan atau kejadian
alam. Legenda dapat dijadikan konten di mading dikarenakan legenda sangat jarang
diketahui oleh siswa/siswi. Berbicara mengenai legenda, legenda itu sendiri termasuk
ke dalam salah satu yang harus dilestarikan. Hampir di setiap kota memiliki
legendanya masing-masing, namun yang diketahui oleh pelajar hanyalah hitungan
jari. Oleh sebab itu, mading dapat menjadi sarana untuk mensosialisasikan legenda
tersebut.

Untuk konten selain prosa fiksi itu bisa di isi dengan konten karya ilmiah
sebagai berikut:
1. Karangan Argumentasi
Argumentasi berasal dari kata argumen. Jadi paragraf argumentasi adalah
paragraf yang isinya disertai alasan-alasan, contoh-contoh dan bukti-bukti yang
meyakinkan sehingga pembaca akan membenarkan isi paragraf tersebut.
Contoh karangan Argumentasi adalah opini siswa mengenai isu-isu sosial terkini
ataupun siswa dapat memberikan opini mereka terhadap kebijakan yang dibuat oleh
sekolah atau pemerintah daerah. Dengan adanya karangan argumentasi siswa dilatih
untuk berpikir kritis dan memiliki jiwa demokratis namun tetap pada prinsip yang
bertanggung jawab.
2. Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah karangan yang mempunyai tujuan untuk
memberikan informasi tentang sesuatu sehingga bisa memperluas pengetahuan
pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah/ nonfiksi. Sumber karangan eksposisi ini
bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman. Karangan Eksposisi
pantas dimuat didalam mading dikarenakan siswa dapat melatih cara berfikir yang
ilmiah sehingga jika siswa menulis karangan eksposisi dapat memberikan informasi-
informasi bagi kalangan yang ada di SMA BPI 1.
3. Karangan Persuasi
Karangan Persuasi adalah jenis karangan yang di samping mengandung
alasan-alasan dan bukti atau fakta, juga mengandung ajakan atau imbauan agar
pembaca mau menerima dan mengakui pendapat atau kemauan penulis. Contohnya
berkonten acara-acara yang ada di SMA BPI 1 yang menyuarakan mengajak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Dengan demikian, didalam mading itu sendiri bisa berisikan beberapa hal
yang dapat menunjang proses pembelajaran dalam dunia jurnalistik itu sendiri.
2.5 Pengamatan mengenai Mading SMA BPI 1

Penulis berkesempatan untuk melakukan pengamatan secara singkat mengenai


permasalahan yang diangkat dalam makalah ini. Pengamatan yang dilakukan oleh
penulis adalah dengan memberikan interview terhadap rekan-rekan di SMA BPI 1 dan
pengamatan kinerja mading di SMA lain. Pertanyaan yang diajukan oleh penulis
terhadap rekan-rekan SMA BPI 1 adalah sebagai berikut ;
1. Apakah mading di sekolah SMA BPI 1 itu sudah berguna? Berikan alasan!
2. Apakah kamu suka menulis ? Berikan alasan!
3. Jika mading sekolah diaktifkan secara maksimal untuk kegiatan jurnalistik
siswa SMA BPI 1, apakah Anda akan berpartisipasi dalam menghidupkan
fungsi mading?
Dari berbagai pertanyaan yang telah penulis ajukan terhadap rekan-rekan di BPI 1,
maka penulis telah merangkum berbagai opini dari narasumber yang berpartisipasi
dalam interview ini.
Menurut saudari Ulfah Avita pada tanggal 20 Maret 2014 memberikan opini
bahwa, Mading di sekolah belum sepenuhnya berjalan dengan optimal dikarenakan
beberapa faktor diantaranya masih kurangnya partisipasi dari siswa sendiri untuk
kegiatan tersebut, sehingga mading di SMA BPI 1 terlihat redup.
Tidak jauh berbeda dengan dengan opini yang dikatakan oleh saudari Nadila
Aulia pada waktu dan tanggal yang sama, mengatakan bahwa, Mading di SMA BPI
1 itu belum begitu berguna karena mading di sekolah masih dipenuhi oleh hal-hal dari
kegiatan luar sekolah dan sering kali dirusak oleh muridnya sendiri. Sungguh sangat
miris sekali.
Bahkan, Ketua SMA BPI 1 yang bernama Mugiyan Septa mengatakan bahwa,
Mading di SMA BPI 1 belum berguna dikarenakan informasi sekarang lebih banyak
disampaikan melalui pengumuman dan surat pemberitahuan tidak ditempel di Mading
sekolah.
Beberapa siswa SMA BPI 1 yang lainnya mengatakan hal yang serupa bahwa
Mading di sekolah belum berguna dan optimal untuk dimanfaatkan. Hanya segelintir
orang saja yang mengatakan bahwa mading di sekolah sudah berguna. Narasumber
yang mengatakan bahwa mading di sekolah sudah berguna adalah saudara Insan
Lutfiana. Saudara Insan mengatakan bahwa. Mading di SMA BPI 1 sudah berguna
dikarenakan banyak gambar-gambar menarik yang eye catching yang dapat
menjadikan nilai estetika sekolah bertambah. Narasumber lain yang sependapat
dengan saudara Insan Lutfiana adalah saudari Rd. Fatma Tiara. Saudari Fatma
mengatakan bahwa Mading di SMA BPI 1 sudah berguna karena banyak informasi-
informasi yang didapat.
Dari pengamatan penulis, bahwa mading di SMA BPI 1 belum mampu
dioptimalkan secara maksimal dikarenakan beberapa faktor yaitu ;
1. Kurangnya antusias siswa dalam melihat bahkan berpartisipasi mading di
SMA BPI 1.
2. Konten dari mading itu sendiri, berisikan iklan-iklan dari luar sekolah yang
kadang tidak begitu mencuri perhatian siswa, sehigga konten dari dalam
sekolah itu tersapu oleh banyaknya iklan/brosur/poster dari luar sekolah.
3. Pesatnya teknologi di era globalisasi ini yang menyebabkan banyaknya siswa
yang lebih memilih mencari informasi atau menuangkan gagasan di social
media ataupun mediator lainnya di internet.
4. Informasi mengenai sekolah lebih dominan diumumkan melalui surat
pemberitahuan dan jarkom(jaringan komunikasi) daripada di tempel di
mading.
Mading apabila dioptimalkan secara maksimal akan memberikan berbagai kegunaan,
seperti halnya sebagai berikut ;
1. Sebagai media informasi.
Mading dapat dijadikan sebagai sarana media informasi bagi para siswa/siswi,
selain itu infomasi lewat mading mudah dilakukan dan tidak memakan banyak
biaya.
2. Sebagai wadah kreativitas siswa/siswi.
3. Sebagai penumbuh minat para siswa/siswi dalam berkreatifitas.
4. Sebagai media pendorong siswa/siswi untuk membaca, menulis, menilai dan
menanggapi.
Penulis juga berkesempatan untuk melakukan wawancara singkat dengan rekan di
SMAN 5 Bandung yaitu saudari Farhanah Fitria Mustari. Saudari Farhanah
menambahkan bahwa fungsi mading tidak hanya sebatas ke-4 itu saja, namun mading
juga memberikan fungsi sebagai ajang eksplorasi siswa untuk memiliki jiwa sosial
dan eksplorasi dalam berargumentasi. Dengan mading dapat mencegah fenomena
seperti plagiarisme, dikarenakan dengan adanya mading siswa dituntut untuk
membuat karyanya sendiri dan tidak ada lagi metode dengan istilah copy paste.
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan mengenai fungsi mading bahwa
salah satunya sebagai media pendorong siswa/siswi untuk menulis. Ada satu
ungkapan yang menyiratkan bahwa dengan menulis orang lain mengetahui siapa yang
menulis dan apa yang ia tulis. Dengan sebuah tulisan bisa mengubah keadaan dunia.
Sebuah istilah jurnalistik yang senada dengan ujaran Rene Descartes, seorang filsuf
prancis Cogito ergo sum, aku berfikir maka aku ada. Manusia ada untuk
sesamanya. Salah satu caranya ialah dengan menjadi penyeda informasi untuk
sekitarnya melalui menulis (Majalah Literat, 2012: 1). Realita sosial yang dihadapi
sekarang bahwa banyak sekali siswa/siswi yang tidak menyukai menulis. Sepeti
narasumber yaitu Fatma Tiara yang tidak suka menulis dikarenakan kurangnya rasa
minat. Serupa tapi tak sama, jawaban saudari Nadila Aulia adalah tidak suka
dikarenakan menyukai membaca dan mendengarkan musik. Secara mayoritas,
siswa/siswi di SMA BPI 1 tidak menyukai dunia tulis-menulis dikarenakan beberapa
faktor sebagai berikut ;
1. Faktor lingkungan yang menyebabkan mereka malas untuk menulis.
2. Kurangnya antusias atau motivasi dalam diri siswa/siwi.
3. Kurangnya perantara buat menyalurkan aspirasi menulis mereka.
Sebagaimana pendapat Richard A. Green (1992) dalam bukunya Leader of Authority,
di zaman kompetitif ini, seorang intelektual sekalipun, akan cenderung memaksakan
segala cara ketika diberikan perintah meskipun keadaannya belum siap. Jika kita
analisis secara konkret bahwa kenyataan sekarang siswa/siwi yang cerdas sekalipun
enggan untuk menulis, padahal dia memeiliki kemampuan. Sehingga, kemampuan
menulis mereka tidak terasah, padahal banyak sekali manfaat ketika kita melakukan
kegiatan menulis. Apabila siswa/siswi tidak dididik untuk melatih kemampuan
menulisnya, maka siswa/siswi cenderung melakukan metode copy paste dan akhirnya
akan menjadi plagiarisme yang menjadikan bukti betapa orang meniscayakan segala
cara demi meraih hasil semata. Sebuah praktik kotor yang lahir dari konstruksi logika
kekuasaan seseorang.

Memang tidak semua siswa/siswi yang tidak suka menulis ada beberapa
siswa/siswi yang menyukai tulis-menulis seperti saudari Selly Maulana yang
mengatakan bahwa, Menulis itu adalah suatu hal yang menyenangkan dikarenakan
menulis dapat meningkatkan mood seseorang. Sama halnya dengan saudara Agung
Azhari, Saya menyukai menulis dikarenakan kemampuan menulis itu dibutuhkan
dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, ketika kita sudah kuliah kita dituntut
untuk membuat skripsi, jurnal, laporan dan sebagainya, kemampuan menulis itu
sendiri jika dilatih dari sekarang akan berguna saat kita kuliah nanti. Oleh karena itu,
saya mencoba melatih kemampuan menulis ini sejak saya SMA.
Dengan demikian, hanya beberapa persen saja siswa/siswi yang menyukai dunia tulis
menulis. Padahal, kegiatan menulis itu adalah kegiatan yang paling murah
dikarenakan tidak membutuhkan biaya yang banyak dan memiliki jutaan manfaat.
Kegiatan menulis itu sendiri dapat disalurkan melalui mading sekolah. Jika berbicara
mengenai fakta sejarah, R.A Kartini saja mampu menajadi pelopor emansipasi wanita
dengan dimulai dari kegiatan menulis yaitu dengan menulis surat terhadap rekan-
rekannya di Belanda. Mulai sekarang, penting sekali siswa/siswi untuk memiliki
kemampuan menulis.

Berbicara kembali mengenai mading, tujuan penulis membuat makalah ini


adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa/siswi dalam mading sekolah. Seperti
yang dikatakan saudari Nadila Aulia bahwa, Saya akan ikut berpartisipasi dalam
mading karena saya dapat memberikan wawasan lebih kepada teman-teman melalui
mading tersebut. Saudari Mahesza mengatakan bahwa, Sudah seharusnya peserta
didik di SMA BPI 1 harus ikut serta mendukung dan menghidupkan mading karena
dari hal tersebut kita dapat meningkatkan kekreatifan dan kerjasama anak-anak di
lingkungan tersebut.
Ketua OSIS SMA BPI 1 yaitu saudara Mugiyan Septa mengatakan bahwa,
berpartisipasi dalam mading akan saya lakukan asalkan saya mendapatkan nilai.
Rekan penulis yang berasal dari SMK 6 Bandung yang bernama saudara Najib
Abdullah memberikan argumen bahwa ia akan berpartisipasi terhadap mading di
sekolahnya, asalkan ada apresiasi dari seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis
mengamati bahwa rekan-rekan penulis mayoritas akan berpartisipasi namun ada rasa
pamrih. Misalnya, ada tambahan nilai, apresiasi yang lebih, hingga tujuan
mengeksiskan diri. Padahal, seperti yang diutarakan oleh penulis pada Bab 1 bahwa
mading memiliki banyak fungsi kegunaan, sehingga berbicara mengenai partisipasi
haruslah dibutuhkan. Bangsa Indonesia ini memerlukan generasi muda yang memiliki
jiwa kooperatif dan partisipatif dalam hal yang positif. Dengan berpartisipatif dalam
mading secara tidak langsung akan menimbulkan jiwa sosial mereka.
2.6 Solusi untuk Mading SMA BPI 1

Berdasarkan pengamatan penulis, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa


mading itu akan berjalan optimal jika ada beberapa solusi yang ditawarkan seperti
berikut ini:
1. Kerjasama dengan berbagai pihak.
Misalnya dari pihak guru bahwa mading dapat berjalan dengan optimal apabila
siswa/siswi ikut berpartisipasi dalam menghidupkan mading tersebut sehingga fungsi
mading dapat berjalan secara maksimal. Dari pihak Ketua Osis yang mengatakan
bahwa diadakannya penyaluran kreatifitas siswa/siswi antar kelas untuk ditempel
dalam mading. Juga dari pihak ketua kelas bahwa mading dapat berjalan optimal
dengan cara informasi-informasi yang terdapat dalam mading lebih diperbanyak yang
tidak hanya melalui siswa/siswi tersebut tapi juga dari pihak guru-guru. Kemudian
dari pihak siswa/siswi yang mengatakan bahwa mading dapat berjalan optimal apabila
siswa/siswi mau menyalurkan kreatifitasnya sendiri.
2. Mengadakan kompetisi menulis siswa/siswi antar kelas.
3. Membuat Komunitas Mading
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini, penulis menyimpulkan bahwa mading sekolah SMA BPI 1
tersebut sudah ada sejak lama. Namun, dari penuturannya, mading tersebut
belum dimaksimalkan sesuai dengan fungsinya. Alasannya, minimnya
pengetahuan siswa-siswi terkait hal apa saja yang harus disiapkan dan
dilakukan untuk menghidupkan kembali majalah dinding yang telah mati
menjadi penyebabnya. Di samping itu, masih minimnya motivasi dari guru
terkait hal tersebut. Padahal, mading memiliki banyak fungsinya. Contohnya
mading adalah sebagai tempat penyalur kreatifitas siswa/siswi, mading
adalah tempat informasi dimana siswa/siswi yang asalnya tidak mengetahui
informasi tersebut menjadi tahu, mading juga dapat menjadi alat untuk
menambah nilai siswa/siswi dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

3.2 Saran
Saran dari penulis adalah agar pembaca ikut berpartisipasi dalam
menghidupkan mading sekolah bahwa mading itu hanya berisi iklan-iklan
atau brosur-brosur kegiatan dari luar akan tetapi dapat diisi dengan hasil
karya siswa/siswi sekolah tersebut. Dan juga agar pembaca banyak
mendapat informasi-informasi penting mau itu informasi tentang ilmu
pengetahuan maupun informasi tentang kebutuhan.

Daftar Pustaka
Riswandi,2013: 3
http://madingsmanegeri1semendawaibarat.blogspot.com
http://infoter-baru.blogspot.com/2013/07/pengertian-prosa-fiksi-bentuk-dan-
contoh.html
http://vikryuniversity.blogspot.com
http://odazzander.blogspot.com
http://jendelakomunikasi.wordpress.com
Majalah Literat, 2012: 1

Anda mungkin juga menyukai