Anda di halaman 1dari 10

1.

Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan
lingkungannya maupun sesama makhluk hidupnya. Oleh karena itu, didalam
ekosistem pasti terjadi hubungan saling ketergantungan antara komponen satu
dengan yang lain. Saling ketergantungan itu mencakup berbagai kebutuhan untuk
bereproduksi, makanan, energi, air, mineral dan udara. Adanya saling ketergantungan
menyebabkan di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, jaring-jaring makanan,
aliran energi dan siklus biogeokimia (Resosoedarmo, 1986).
Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati tersusun
oleh materi. Materi ini tersusun atas unsur-unsur kimia antara lain karbon (C),
Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia
tersebut atau yang umum disebut materi dimanfaatkan produsen untuk membentuk
bahan organik dengan bantuan matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia.
Bahan organik yang dihasilkan merupakan sumber energi bagi organisme. Dalam
suatu aliran energi ada 3 peran penting yang harus dimiliki meliputi produsen yang
berfungsi sebagai organisme yang membuat makanan sendiri (autotrof) peran ini
biasanya diambil oleh tumbuhan yang menghasilkan makanan melalui proses
fotosintesis, kemudian konsumen sebagai organisme yang tidak mampu membuat
makanan sendiri (heterotrof) sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, organisme ini
bergantung pada organisme lain. Terakhir yaitu dekomposer, merupakan organisme
yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati menjadi zat-zat organik
sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan kembali oleh produsen sebagai
bahan nutrisi untuk membuat makanannya (Resosoedarmo, 1986).

2. Hukum Termodinamika
Termodinamika merupakan studi yang mempelajari transformasi energi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip pertama dari hukum termodinamika adalah
hukum kekekalan energi, yang mengambil bentuk hukum kesetaraan panas dan kerja.
Sedangkan prinsip yang kedua adalah panas tidak dapat berpindah dari benda yang
lebih dingin ke benda yang lebih panas tanpa adanya perubahan diantara kedua
benda tersebut. Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi dasar
transformasi bentuk energi. Berikut hukum termodinamika, antara lain:
1. Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika berbunyi, Although energy assumes many forms, the
total quantity of energy is constant, and when energy disappears in one form it
appears simultaneously in other forms(Smith, 2001). Dengan kata lain, energi tidak
dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi hanya akan dapat berubah bentuk,
namun jumlahnya di dalam alam ini adalah tetap. Biasanya kalimat pernyataan
hukum I termodinamika sering juga disebut sebagai hukum kekekalan energi atau
hukum konservasi energi. Energi pada aplikasi hukum I termodinamika meliputi
energi yang terdapat pada sistem dan energi yang terdapat pada lingkungan.
Kedua aspek lingkup energi pada hukum I termodinamika ini kemudian dapat
terjabarkan dalam persamaan:
+ =0 ... (1)
Tanda pada persamaan (1) merupakan tanda yang mewakili selisih nilai dari
harga karakteristik yang dikhususkan pada masing-masing bentuk energi. Misalnya,
energi pada sistem, tanda akan meliputi jumlah dari seluruh perubahan energi
kinetik yang terdapat pada sistem ketika sistem itu bergerak pada perubahan
kecepatan tertentu. Demikian pula, tanda akan meliputi jumlah dari seluruh
perubahan energi potensial yang terdapat pada sistem ketika sistem itu berada pada
perbedaan ketinggian tertentu bahkan, hal yang sama pun akan terjadi apabila kedua
bentuk energi tersebut dapat ditemukan dalam sistem tersebut.
2. Hukum II Termodinamika
Pernyataan hukum II termodinamika merupakan observasi lebih lanjut terhadap
proses yang terjadi dalam hukum I termodinamika. Hukum II termodinamika dapat
diekspresikan dalam dua pernyataan berikut:
a. Statement I: tidak ada instrumentasi yang mampu bekerja sedemikian rupa
hanya untuk mengubah panas yang terserap oleh sistem seluruhnya menjadi
kerja yang dilakukan oleh sistem.

b. Statement II: tidak ada proses yang mungkin terjadi hanya terdiri dari
perpindahan panas dari level temperatur yang satu menuju level yang lebih
tinggi.
Pada Statement I, tidak disebutkan bahwa panas tidak dapat dirubah menjadi
kerja, namun proses yang terjadi tidak dapat meninggalkan sistem atau lingkungan
begitu saja, keduanya harus diperhatikan. Sebagai contoh, ketika sebuah gas
menyerap panas dari lingkungannya, akan menghasilkan kerja yang sama nilainya
dengan dikerjakannya pada lingkungan. Pada awalnya mungkin agak berkontradiksi
dengan Statement I, namun bahwa proses yang terjadi tidak hanya meliputi sistem,
tapi juga lingkungan. Dengan demikian, ketika gas akan kembali ke kondisinya
semula, ia akan memerlukan kerja yang digunakannya untuk rekompresi kembali ke
tekanan awalnya. Kerja ini memiliki nilai minimal yang sama ketika gas mengalami
ekspansi akibat panas yang diserapnya dari lingkungan. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa tidak ada kerja yang dihasilkan sehingga Statement I dapat
dimodifikasi menjadi: Statement II: it is impossible by cyclic process to convert the
heat absorbed by a system completely into work done by the system (Smith, 2001).
Kata siklik diperlukan karena sistem secara periodik akan kembali pada
kondisinya semula. Pada kasus gas tadi, proses ekspansi dan rekompresi menuju
kondisi awalnya merupakan satu kesatuan siklus. Jika proses ini berlanjut, maka
proses ini akan membentuk siklus. Secara garis besar, hukum II termodinamika
bukanlah menentang produksi dari kerja yang diperoleh dari panas. Namun,
memberikan batasan yang jelas akan berapa banyaknya panas yang diterima oleh
sistem yang kemudian dapat dikonversikan menjadi kerja yang dilakukan oleh proses
tersebut.

3. Proses Aliran Energi Pada Rantai Makanan


Fotosintesis dan produksi primer bersih menyediakan energi bagi komunitas.
Herbivora makan tumbuhan, karnivora makan herbivora, dan seterusnya karnivora
dimakan oleh karnivora lainnya hingga terbentuk rantai makanan. Masing-masing
tahap dalam rantai makanan merupakan tingkat trofik. Hubungan makan-memakan
pada organisme dalam struktur trofik dalam komunitas memungkinkan terjadinya
aliran energi.
Interaksi antara organisme dengan lingkungan dapat terjadi karena adanya
aliran energi. Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu
ekosistem. Proses aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya proses
makan dan dimakan. Proses makan dan dimakan terjadi antara satu
kelompok organisme dengan kelompok organisme lainnya (Endah, 2000).
Dalam proses makan dan dimakan terjadi proses perpindahan ataupun aliran
energi. Pada awalnya energi matahari mengalir ke tumbuhan hijau dan digunakan
untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis disimpan sebagai cadangan makanan dan
dimakan oleh konsumen. Energi akan berpindah dari konsumen yang satu dengan
yang lainnya, jika konsumen puncak mati maka akan diuraikan oleh bakteri dan
jamur menjadi unsur mineral yang diserap oleh tumbuhan tersebut kembali. Pada
proses perpindahan energi dari satu trofik ke trofik lainnya selalu ada energi yang
hilang, sehingga dapat dikatakan bahwa aliran energi merupakan rangkaian urutan
perpindahan energi satu ke bentuk energi lain dimulai dari sinar matahari lalu ke
produsen, konsumen, sampai ke pengurai di dalam tanah. Organisme memerlukan
energi untuk mendukung kelangsungan hidupnya, antara lain untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, bergerak, dan metabolisme yang ada
dalam tubuh (Beny, 2001).
Rata-rata sekitar 10% dari produksi energi bersih pada satu tingkat trofik
diteruskan ke tingkat berikutnya. Proses pengurangan energi yang ditransfer antara
tingkat trofik termasuk respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, buang air besar,
dan kematian non predator (organisme yang mati tetapi tidak dimakan oleh
konsumen). Kualitas gizi bahan yang dikonsumsu juga mempengaruhi seberapa
efisien energi ditransfer, karena konsumen dapat mengkonversi sumber makanan
berkualitas tinggi ke jaringan hidup baru yang lebih efisien daripada sumber
makanan berkualitas rendah. Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik
membuat pengurai umumnya lebih penting daripada produsen dalam hal aliran
energi.
Dekomposer memproses sejumlah besar bahan organik dan mengembalikan
nutrisi ke ekosistem dalam bentuk anorganik yang kemudian diambil lagi oleh
produsen primer. Energi tidak didaur ulang selama proses dekomposisi, melainkan
dilepaskan, sebagian besar sebagai panas (Beny, 2001).
Gambar 2.5. Aliran Energi
Sumber: Anonim, 2014
Gambar . menunjukkan aliran energi melalui ekosistem dengan sebagian energi
yang dilepaskan dalam bentuk panas. Pada setiap tingkat trofik, emergi yang
dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk panas dapat mencapai 90%. Jadi hanya 10%
dari energi itu yang digunakan untuk kegiatan hidupnya. Oleh karena itu, semakin
jauh energi itu dari sumbernya akan semakin kecil alirannya. Hal ini disebabkan
karena adanya energi yang beralih dalam bentuk panas tubuh seperti diuraikan tadi.
Di dalam ekosistem terjadi pemborosan energi juga tampak bahwa energi itu
mengalir dari luar (matahari) ke dalam ekosistem dalam satu alur. Energi tidak dapat
berdaur ulang dan tidak dapat kembali lagi ke matahari. Salah satu sifat yang penting
adalah energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain sesuai hukum
Termodinamika I. Perubahan bentuk energi itu dikenal sebagai transformasi energi.
Makhluk hidup mampu melakukan transformasi energi. Misalnya dari energi gula
diubah menjadi lemak dan protein kemudian disimpan di dalam jaringan tubuh atau
diubah menjadi energi gerak (Soerya, 1994).
4. Jaring makanan
Dalam lingkungan alam atau ekosistem, ada hubungan antara rantai makanan
yang saling terkait. Hubungan ini sangat kompleks, dengan salah satu organisme
dapat menjadi bagian dari beberapa rantai makanan. Oleh karena itu, sebuah struktur
seperti jaring yang terbentuk di tempat rantai makanan linear. struktur seperti Jaring
jika dibentuk dengan rantai makanan yang saling terkait dan matriks tersebut yang
saling berhubungan dikenal sebagai jaring makanan.
Jaring makanan merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem; jaring
makanan ini memungkinkan organisme untuk memperoleh makanan lebih dari dari
satu jenis organisme tingkat trofik yang lebih rendah. Setiap makhluk hidup
bertanggung jawab dan merupakan bagian dari beberapa rantai makanan dalam
ekosistem tertentu. Hal ini juga disebut sebagai sistem sumber daya konsumen.
Seorang pelopor ekologi hewan Charles Elton (1927) memperkenalkan konsep jaring
makanan yang di disebut sebagai siklus makanan. Charles Elton menjelaskan konsep
jaring makanan: Hewan-hewan karnivora memangsa herbivora. Herbivora ini
mendapatkan energi dari cahaya matahari. Karnivora kemudian juga dapat dimangsa
oleh karnivora lain. Sampai jangkauan di mana binatang tidak memiliki musuh itu
membentuk ujung siklus makanan ini. Ada rantai hewan yang dihubungkan oleh
makanan, dan semua tergantung pada tanaman dalam jangka panjang. Hal ini disebut
sebagai rantai makanan dan semua rantai makanan dalam suatu komunitas yang
dikenal sebagai siklus makanan.
Sebuah jaring makanan adalah penggambaran grafis dari hubungan makan
antara spesies dari komunitas ekologi. Jaring makanan terdiri dari rantai makanan
dari ekosistem tertentu. Jaring makanan adalah ilustrasi berbagai metode makan yang
menghubungkan ekosistem. Jaring makanan juga mendefinisikan aliran energi
melalui komunitas spesies sebagai akibat dari hubungan makan mereka. Semua
rantai makanan yang saling berhubungan dan saling tumpang tindih dalam suatu
ekosistem dan mereka membuat sebuah jaring makanan.
Jaring makanan memiliki tingkat trofik dan posisi trofik. Spesies tanaman
membentuk spesies basal tingkat pertama. Spesies basal juga dikenal sebagai
produsen; ini adalah sumber daya spesies di mana konsumen utama atau predator
utama memakan pada jaring ini. Predator utama tidak memakan makhluk hidup lain
selain produsen utama dalam jaring makanan. Spesies basal dapat baik terdiri dari
autotrof atau detritivor yang juga mencakup bahan organik yang membusuk dan
mikroorganisme terkait dan bahan tanaman. Autotrof menangkap bentuk energi
cahaya matahari dan menghasilkan energi melalui proses fotosintesis. Yang lainnya
mendapatkan energi dari oksidasi kimia senyawa anorganik.

jaring makanan pada perairan

Pada tingkat atas adalah predator apex atau predator sekunder, spesies ini tidak
secara langsung dibunuh untuk sumber daya makanan. Tingkat trofik menengah
dipenuhi dengan spesies omnivora yang memakan lebih dari satu tingkat trofik dan
mereka menyebabkan aliran energi melalui berbagai jalur makanan dari spesies
basal. Skema dari tingkat tropik adalah sedemikian rupa sehingga tingkat trofik
pertama terdiri tanaman (tingkat 1) dan kemudian konsumen primer atau herbivora
(tingkat 2) dan kemudian karnivora atau konsumen sekunder (tingkat 3). Para
detritivor dianggap pada tingkat nol dari rantai makanan.
Pada bagan di atas, sumber energy utama adalah cahaya matahari yang
digunakan organism autotrop seperti lamun dan fitoplankton sebagai produsen untuk
berfotosintesis. selanjutnya rantai makanan terbagi ke dalam dua, yaitu rantai
makanan detritus dan rantai makanan merumput.
Pada rantai makanan detritus, guguran daun adalah sumber nutrient yang diurai
oleh bakteri (detrivor). yang kemudian detritus tersebut dimakan oleh cacing,
kepiting dan meiofauna lainnya sebagai konsumen tingkat pertama. kemudian
konsumen tingkat pertama ini dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat
kedua, dan konsumen tingkat kedua dimakan oleh ikan besar sebagai konsumen
tingkat ketiga dan oleh burung laut sebagai predator. kemudian konsumen tingkat
tiga dimakan oleh ikan hiu sebagai predator yang menduduki tingkatan tropok paling
tinggi. Ketika predator tersebut mati maka jasadnya diurai oleh bakteri sebagai
detrivor yang menguraikan materi dari bangkai tersebut supaya dapat digunakan lagi
oleh konsumen tingkat pertama.
Sedangkan pada rantai makanan merumput, sumber nutriennya secara langsung
adalah tumbuhan lamun itu sendiri yang daunnya dimakan oleh konsumen tingkat
pertama yaitu dugong, penyu, ikan beronang dan bulu babi. kemudian konsumen
tingkat pertama ini dimakan oleh predator kecuali bulu babi, ia dimakan oleh ikan
buntal sebagai konsumen kedua.
Adapun guguran daun tidak seluruhnya menjadi detritus, tetapi ada juga yang
menjadi bahan organic terlarut yang kemudian dimanfaatkan oleh fitoplankton. peran
fitoplankton disini sebagai produsen. kemudian fitoplankton tersebut dimakan oleh
zooplankton sebagai konsumen tingkat pertama yang selanjutnya dimakan oleh ikan
anakan kecil sebagai konsumen kedua. ikan kecin ini akan kembali dimakan oleh
ikan sedang dan pada akhirnya transport energy dan materi akan masuk ke dalam
rantai makanan detritus. pasokan bahan organic tidak seluruhnya berasal dari dalam
ekosistem tetapi ada juga yang dari luar ekosistem seperti dari ekosistem mangrove,
terumbu karang, dan dari aliran sungai.
Kerusakan pada tingkatan trofik ataupun produsen akan memutus rantai
makanan dan menyebabkan keseimbangan terganggu dan pada akhirnya kerusakan
tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab terhadap
lingkungan.

5. Hubungan Produktivitas Primer dan Sekunder Dalam Ekosistem


Tumbuhan berklorofil mampu menangkap energi cahaya dan mengolah serta
menyimpan energi tersebut menjadi energi kimia, yaitu berupa bahan organik. Energi
kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat tropik melalui jalur
rantai makanan. Energi kimia tersebut digunakan organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kemampuan organisme-organisme dalam ekosistem untuk menerima
dan menyimpan energi dinamakan produktivitas ekosistem. Produktivitas ekosistem
terdiri dari produktivitas primer dan produktivitas sekunder.
1. Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai produsen
mengubah energi cahaya Matahari menjadi energi kimia dalam bentuk bahan
organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh produsen.
Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem, yang terbesar ada pada
ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan bakau. Produktifitas primer dibagi
menjadi dua yaitu produktivitas primer kotor (PPk) dan produktivitas primer bersih
(PPB).
a. Produktivitas primer kotor (PPk) adalah seluruh bahan organik yang
dihasilkan dari proses fotosintesis pada organisme fotoautotrof. Lebih
kurang 20% dari PPK digunakan oleh organisme fotoautotrof untuk
respirasi, tumbuh dan berkembang.
b. Produktivitas primer bersih (PPB) adalah sisa energi produktifitas primer
kotor yang baru disimpan. Biomassa organisme autotrof (produsen)
diperkirakan mencapai 50%-90% dari seluruh bahan organik hasil
fotosintesis. Hal ini menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat
ditransfer ke trofik selanjutnya melalui hubungan makan dimakan dalam
ekosistem.
2. Produktivitas Sekunder
Produktivitas sekunder (PS) adalah kecepatan organisme heterotrof mengubah
energi kimia dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan energi kimia baru
di dalam tubuhnya. Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen
ke organisme heterotrof (konsumen primer) dipergunakan untuk aktivitas hidup dan
hanya sebagian yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam
tubuhnya sebagai produktivitas bersih.
Demikian juga perpindahan energi ke konsumen sekunder dan tersier akan
selalu menjadi berkurang. Pergerakan energi melalui komunitas bergantung dengan
efisiensi, yang organisme mengkonsumsi sumber makanan dan mengubahnya ke
dalam biomassa. Efisiensi ini berkaitan dengan rantai makanan. Perbandingan
produktivitas bersih antara trofik dengan trofik-trofik di atasnya dinamakan efisiensi
ekologi. Efisiensi ekologi bergantung kepada efisiensi dari tiga tahap utama dalam
aliran energi, yaitu eksploitasi, asimilasi, dan produksi bersih.
Jumlah total energi kimia berupa bahan organik yang dibentuk oleh tumbuhan
per satuan luas waktu yang disebut produksi primer. Kecepatan penyimpanan energi
kimia oleh produsen dalam bentuk senyawa organik sebagai bahan makanan disebut
produksi primer bersih (PBB). Produksi bersih inilah yang berguna untuk manusia
dan binatang (organisme) heterotrof. Organisme heterotrof dapat mensintesis
kembali energi yang diperolehnya dan disimpan dalam jaringan yang disebut
produksi sekunder (Sasongko, 2001).

6. Sumber

Sasongko, Agus. 2001. Biologi. Surakarta: Pabelan

Soerya. 1994. Piramida Ekologi. Bandung: Gerda perkasa

Beny, D. 2001. Aliran Energi dan Daur Biogeokimia I. Jakarta: Gramedia

Endah, Lestari. 2000. Energi Dalam Ekosistem. Jakarta: UI Press

Silvitiani, Kaulina. 2010. Ekosistem Mangrove Di Taman Nasional Ujung Kulon


Jawa Barat. Online, (https://ulincool.wordpress.com/category/marine-ecology/)
diakses pada tanggal 22 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai