Lingkungan hidup yang ada di bumi mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Seiring dengan perubahan lingkungan tersebut, terjadilah pula perubahan pada makhluk
hidup. Perubahan–perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dari zaman ke zaman
dipelajari dalam suatu teori yang disebut teori evolusi.
Teori evolusi masih dipertentangkan hingga saat ini. Maka dari itu, pada materi kali
ini penulis akan membahas mengenai pandangan-pandangan para ilmuwan mengenai
kehidupan ini sendiri. Hal ini ditujukan untuk meluruskan ke salah pengertian mengenai
teori evolusi. Bahwa sebenarnya tidak ada pertentangan antara teori Evolusi dengan
agama. Yang terjadi pada masa lampau adalah ke salah pengertian karena ilmu
pengetahuan itu sendiri belum berkembang.
Teori evolusi terus mengalami perkembangan menurut bermacam- macam waktu
dan konsep-konsepnya. Dalam Kegiatan Belajar ini diterangkan prinsip-prinsip yang
berbeda-beda sesuai dengan masa teori tersebut. Kegiatan Belajar ini menjelaskan
mengapa teori evolusi ini tidak bertentangan dengan agama manapun di dunia. Dengan
teori evolusi modern akan dipelajari proses-proses yang terjadi pada masa lalu, atau
proses yang mungkin terjadi pada masa lalu, serta metodologi dan latar belakang
pemikiran, dan analisisnya (Gambar 1.1).
1. Masa Fiksisme
(Tokoh-tokohnya: Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon,
Hooke)
Para ahli hingga abad ke-18 beranggapan bahwa suatu organisme sesamanya
adalah identik sebagai ciptaan Tuhan (Fix = tetap, maksudnya tidak berubah).
Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antara
satu organisme dengan organisme yang lain. Semua kegiatan biologis dianggap
sesuai dengan semua ajaran yang sudah diturunkan dalam kitab-kitab melalui para
Nabi. Adanya kelainan atau cacat tubuh dianggap sebagai kutukan, sehingga
orang tersebut dikucilkan masyarakat. Kemiripan atau kesamaan antara dua jenis
organisme dianggap sebagai suatu kebetulan. Teori fiksisme dianggap sebagai
satu-satunya teori yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun juga.
Matahari dipercaya berotasi mengelilingi bumi, sehingga orang yang berpendapat
dan yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari langsung masuk
penjara karena dianggap menghujat Tuhan. Pada waktu itu Linnaeus (Carl von
Linné) mengemukakan pengelompokan organisme hidup dalam bukunya,
Sistema Naturae) yang didasarkan atas kesamaan alat reproduksi pada tanaman,
sedangkan pada hewan dikelompokkan berdasarkan kesamaannya. Meskipun tidak
mendapat tentangan, Linnaeus sudah mengelompokkan manusia bersama-sama
dengan kera (kera = primata tidak berekor; monyet = primata berekor), namun
tidak menimbulkan kontroversi pada waktu itu.
107 tahun atau dengan kata lain ada satu alel yang hilang setiap 107 tahun.
Mengingat bahwa jumlah asam amino yang di kode oleh DNA lebih dari
107, maka paling tidak ada satu mutasi asam amino per tahun dalam setiap
spesies. Apabila hal tersebut benar, maka setiap spesies harus berkembang
biak sangat cepat dan menghasilkan sebanyak-banyaknya anak, agar tidak ada
alel yang hilang. Karena hilangnya suatu keanekaragaman dapat
menyebabkan punahnya suatu spesies. Hal ini tidak mungkin terjadi. Oleh
karena itu, para ahli matematika yang dipelopori oleh Kimura menyatakan
bahwa suatu mutasi asam amino kebanyakan bersifat netral, jadi tidak terkena
seleksi. Apabila seleksi pada suatu mutasi tidak ada, maka suatu spesies tidak
akan dengan mudah punah, sehingga proses hilangnya suatu alel hanya
bergantung kepada arus genetik dan kecepatan mutasi. Argumentasi pemikiran
netralis didukung dari hasil analisis sejumlah spesies di dunia ternyata
sebagian besar gen yang diteliti memiliki puluhan alel. Contoh dari suatu gen
yang netral adalah kemampuan menggulung lidah. Kemampuan tersebut
dimiliki sekitar 50% dari populasi manusia, sedangkan 50% lainnya tidak
mampu menggulung lidah. Memang kemampuan menggulung lidah tidak
pernah menjadi parameter dalam menentukan pasangan.
WAKTU GEOLOGI
Sejarah muka bumi bersama dengan isinya merupakan hal yang menarik,
mengingat kita yang mempelajarinya akan dibawa kepada masa yang telah silam,
bahkan sampai kepada masa bumi belum berpenghuni sekalipun. Di dalam Kegiatan
Belajar ini, Anda akan melihat bahwa timbulnya kehidupan berlangsung sangat lama,
kira-kira 1500 juta tahun lamanya bumi belum berpenghuni, sedangkan munculnya
manusia baru berlangsung kurang dari lima juta tahun yang lalu.
Berdasarkan kejadian-kejadian signifikan yang terjadi selama sejarah bumi, maka
para ahli membagi sejarah bumi menjadi beberapa interval waktu. Skala waktu geologi
adalah sistem penanggalan bumi yang dipakai untuk menjelaskan waktu dan hubungan
antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah bumi. Skala waktu geologi digunakan oleh
para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa
yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit
menurut peristiwa yang terjadi pada tiap periode.
a. Herodotus ( 450 SM )
Herodotus (450 th sebelum Masehi) menulis bahwa patung Rameles II di
Memphis (lembah Sungai Nil) Umurnya lebih dari 3000 Tahun. Patung tersebut
sekarang tertimbun ± 10 cm diperlukan satu abad. Proses pengendapan sama
dengan kecepatan pengendapan. Tetapi akan sulit dan tidak tepat kalau hal
tersebut dipergunakan untuk menentukan menentukan umur karena faktor–faktor
kecepatan pengendapan disetiap tempat tidak sama, demikian pula faktor waktu
terjadinya sekarang dan dahulu tidak sama.
d. Cara radioaktif.
Asas keradioaktifan, bahwa beberapa unsur tertentu mengalami pemisahan
sehingga yang mempunyai berat atom tinggi berubah ke yang mempunyai berat
atom kecil dan akhirnya menjadi unsur yang mantap (misalnya timbal). Waktu
yang diperlukan dari unsur – unsur radioaktif dapat diketahui sehingga dapat
menghitung berdasarkan unsur yang sekarang ada dapat menentukan kapan
terbentuknya (menentukan waktu umur mutlak).
Penentuan umur dengan radiometri memberikan keuntungan kita dapat
menafsirkan umur suatu contoh batuan. Radiometri memberikan keterangan
dalam jutaan tahun. Penentuan umur dengan cara radiometri adalah mengamati
peluruhan atom-atom yang ada pada suatu batuan. Contohnya isotop dengan
nomor atom yang lebih besar, seperti mineral-mineral yang ada pada batuan beku.
Suatu atom lama-kelamaan akan mempengaruhi peluruhan atau pengurangan, tapi
peluruhan radioaktif adalah reaksi dimana jumlah atom yang terurai dalam suatu
waktu t adalah setara atau proporsional dengan jumlah yang ada. Perbandingan ini
digunakan untuk menentukan umur batuan.
Pada saat atom mengalami peluruhan waktunya tidak dapat diperkirakan tapi pada
nomor atom yang lebih besar hal itu mungkin dilakukan dengan perbandingan
waktu peluruhan yang dibutuhkan. Radioaktifitas proses statistik yang mengikuti
hukum probabilitas, mirip dengan melempar uang logam. Suatu isotop
mempunyai sifat yang khas yaitu waktu paruh, ia akan memberikan gambaran
statistik dari waktu yang diperlukan untuk peluruhannya. Waktu paruh
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk terurainya setengah dari atom
yang semula ada. Perbandingan ini digunakan untuk menentukan umur batuan.
Tabel 2.1. Data Fosil dari Sejumlah Kelompok Organisme dan Waktu Munculnya di
Permukaan Bumi
Berikut ini merupakan pembagian masing-masing zaman berdasarkan waktu geologis:
1. Eon Pra-Kambrium
Masa ini terbagi lagi menjadi beberapa era yaitu : era Azoikum, era Arkean dan era
Proterozoikum.
2. Eon Fanerozoikum
Pada masa ini terdiri dari 3 era yaitu Paleozoikum, Mesozoikum dan Kenozoikum.
a. Era Paleozoikum
Masa Kehidupan Tua (540 – 245 Juta tahun lalu). Pada era ini awal kehidupan
invertebrata bawah laut muncul. Kemudian pada era ini terbagi atas 6 periode
yaitu:
1) Periode Kambrium (540 – 510 Juta tahun lalu)
Merupakan masa perkembangan kehidupan dari organisme bersel tunggal
menjadi bersel banyak (Eukaryotes & Prokaryotes) seiring perkembangan
hidrosfer dan atmosfer.
Menjelang akhir masa ini: muncul organisme yang kompleks sejenis
invertebrata bertubuh lunak (ubur-ubur, cacing, koral) di laut dangkal. Fosil –
fosil yang mencirikan masa ini: Stromatolit, Cacing beruas, Cacing beludru,
Cacing gilig dan Ubur-ubur.
2) Periode Ordovisium(510-439 Juta tahun lalu)
Merupakan periode perkembangan hewan invertebrata dan pemunculan
Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (landak laut), Asteroid (bintanglaut), Krinoid
(lilia laut) dan Bryozoa. Koral dan Alga membentuk karang laut, graptolit dan
trilobit melimpah, ekinodermata dan brakiopoda mulai menyebar. Mulai
muncul ikan tanpa rahang.
3) Periode Silur (439-408 Juta tahun lalu)
Di periode ini mulai terjadi migrasi kehidupan dari air ke darat. Muncul
tumbuhan darat seperti Pteridofita (tumbuhan paku). Di dalam laut hidup
kalajengking raksasa (Eurypterid) dan ikan berahang serta ikan berperisai
tulang.
4) Periode Devon (408-362 Juta tahun lalu)
Merupakan periode perkembangan jenis ikan dan tumbuhan darat, ikan
berahang dan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di lautan, hewan amfibi
mulai berkembang dan beranjak ke daratan dan tumbuhan darat semakin
umum dan mulai muncul serangga.
5) Periode Karbon (362-290 Juta tahun lalu)
Merupakan periode perkembangan hewan amfibi dan tumbuhan hutan, muncul
pertama kali, hewan reptilia dan serangga raksasa dan pohon pertama yang
muncul adalah jenis jamur klab, tumbuhan fern dan paku ekor kuda yang
berkembang di rawa-rawa.
6) Periode Perem (290-245 Juta tahun lalu)
Merupakan periode perkembangan hewan reptilia yang mirip mamalia.
Munculnya serangga modern, tumbuhan konifer dan ginkgo primitif. Pada
akhir periode ini terjadi kepunahan masal jenis trilobit, koral, graptolit dan ikan
berperisai.
b. Era Mesozoikum
Masa Kehidupan Pertenganhan (245-65 juta tahun lalu). Pada era ini terbagi atas
3 periode yaitu:
1) Periode Trias (245-208 Juta tahun lalu)
Pada periode ini, Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya. Dinosaurus
dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman
ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont
mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada
banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura.
Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua
Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan
mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.
2) Periode Jura (208-145 Juta tahun lalu)
Pada periode ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat
jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam
lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam
ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan
banyak jenis banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi
umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini. Pangea
terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan
Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.
3) Periode Kapur (145-65 Juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada periode ini.
Mamalia berari-lari muncul pertama kalinya. Dinosaurus, Ichtiyosaurus,
Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan
tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang
berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju
Asia.
c. Era Kenozoikum
Kehidupan Baru (65 juta tahun lalu – saat ini). Pada era ini terbagi atas 2 periode
yaitu:
1) Periode Tersier (65 - 1.7 Juta tahun lalu)
Pada periode tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya
primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta,
sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip
dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada periode
Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak
belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Pada periode ini terdiri dari 5 kurun
yaitu:
Dalam Biologi, alam kehidupan di permukaan bumi ini bukan sesuatu yang selesai
dan sekali jadi, melainkan bertahap, berevolusi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,
evolusi juga dianggap sebagai sejarah biologis adanya makhluk hidup di bumi dari waktu
ke waktu. Dengan mempelajari evolusi kita memahami kehidupan dewasa ini tidak muncul
begitu saja, melainkan diawali dengan munculnya organisme-organisme tertentu yang
akan mengalami kepunahan ketika terjadi seleksi alam. Namun untuk individu yang dapat
bertahan ada yang tetap sama seperti semula dan ada yang mengalami evolusi sehingga
menjadi seperti makhluk hidup yang ada sekarang ini.
A. Pengertian Makroevolusi
Makroevolusi memiliki banyak definisi. Berikut ini beberapa definisi tentang
makroevolusi :
1. Menurut NABT (2006), makroevolusi merupakan studi evolusi dari waktu ke waktu
geologi(ribuan sampai jutaan tahun).
2. Menurut Carrol (2001), makroevolusi merupakan perubahan suatu spesies di tingkat
lebih atas dari spesies serta pembentukan spesies yang identik dengan morfologi
evolusi.
3. Menurut Levinton (2001), makroevolusi studi yang berkaitan ekologi dengan skala
waktu ekologi dan tersedia hanya penelitian paleontologi sejarah perubahan.
Makroevolusi adalah skala analisis evolusi yang dipisahkan dari lungkang gen (gen
pool). Dalam genetika populasi, suatu lungkang gen (atau gene pool) adalah populasi yang
menampung berbagai alel yang mungkin tersedia dalam suatu spesies. Populasi menjadi
lungkang gen apabila di dalamnya terdapat keunikan akibat proses saling kawin di
dalamnya terjadi secara tertutup (terisolasi), terpisah dari populasi lain.
Kajian makroevolusi berfokus pada perubahan evolusioner besar yang terjadi pada
tingkatan spesies atau populasi. Hal ini berbeda dengan mikroevolusi, yang merujuk pada
perubahan evolusi yang kecil (biasanya dideskripsikan sebagai perubahan pada frekuensi
gen atau kromosom) dalam suatu spesies ataupun populasi. Makroevolusi pertama-tama
menyangkut: Suatu penyimpangan adaptif/ pergeseran adaptif suatu spesies karena suatu
spesies turunan tersebut masuk ke dalam lingkungan dengan keadaan ekologi yang tidak
identik dengan lingkungan spesies induk. Agar suatu populasi dapat menjadi mantap di
dalam suatu lingkungan baru, maka harus ada keadaan yang menguntungkan terjadi
bersamaan.
Pertama, tidak akan ada pergeseran jika individu yang masuk dalam lingkungan baru
dapat hidup. Ini berarti bahwa perbedaan ekologi antara lingkungan leluhur dengan
lingkungan baru itu tidak boleh besar atau jika perbedaan itu besar seperti dalam transisi
dari air ke darat, hewan baru tersebut harus sudah mengembangkan ciri-ciri yang
diperlukan dalam habitat baru, seperti paru-paru pada vertebrata dalam transisi air-darat.
Hewan yang baru masuk tersebut memerlukan sedikit pre-adaptasi.
Kedua, pergeseran tidak akan berhasil, bahkan pada spesies yang sudah preadaptif,
jika habitat yang akan dihuni spesies baru tersebut tidak mempunyai makanan atau sumber
lain yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam periode ketika banyak spesies yang
hidup dalam habitat tersebut menjadi penuh
Jika perbedaan lingkungan itu besar, maka populasi yang tergeser harus mempunyai
pre-adaptasi dan habitat yang akan dihuni spesies baru juga harus mempunyai sumber-
sumber yang belum dimanfaatkan sebelumnya.
B. Pola-Pola Makroevolusi
Makroevolusi berfokus pada pembentukan kelompok-kelompok taksonomik baru
diatas tingkat spesies. Walaupun banyak mekanisme sama yang terlibat dalam spesiasi
bekerja juga dalam makroevolusi, rentang waktu yang diperlukan jauh lebih besar. Banyak
yang tidak mengetahui tren luas makroevolusi berasal dari rekaman fosil. Akan tetapi,
perubahan-perubahan dalam sebuah kelompok yang mengarah pada terjadinya modifikasi-
modifikasi yang tak seberapa drastis pada populasi atau bahkan pembentukan spesies baru
(mikroevolusi) dapat dipelajari melalui pengukuran frekuensi gen dalam populasi. Pola-
pola seleksi dalam makroevolusi mencakup :
1. Seleksi penstabilisasi, dengan ekstrem-ekstrem pada kedua ujung spektrum dideteksi
secara tak proporsional hingga populasi cenderung mengelompok disekitar rata-rata,
walaupun pada setiap dihasilkan variasi
2. Seleksi terarah (directional selection), dengan salah satu ekstrem lebih disukai
daripada ekstrem yang satu lagi, sehingga nilai rata-rata cenderung bergerak ke arah
ekstrem yang lebih disukai
3. Seleksi pendiversifikasi (seleksi disruptif), dengan dua atau lebih suptipe lebih
disukai dan populasi cenderung berevolusi menjadi sebuah subkelompok ataupun
spesies baru. Seleksi pendiversifikasi beroperasi sangat baik pada mikroevolusi
maupun makroevolusi, dan seleksi terarah mirip dengan proses makroevolusioner
yang dikenal sebagai perubahan filetik.
Pola-pola dasar perubahan luas pada makroevolusi yang ditunjukkan oleh rekaman
fosil adalah :
1. Perubahan filetik (anagenesis), perubahan bertahap pada satu garis keturunan
sehingga pada akhirnya keturunannya sangat berbeda dengan nenek moyangnya.
Anagenesis dapat disamakan dengan seleksi terarah dalam jangka waktu yang lama.
2. Kladogenesis, tren makroevolusioner dengan terjadinya percabangan. Sehingga satu
garis keturunan menghasilkan dua atau lebih garis keturunan. Populasi-populasi kecil
yang muncul dari garis keturunan itu dapat berada pada posisi yang sangat memadai
untuk menghasilkan kelompok-kelompok baru. Kladogenesis telah ditekankan
sebagai salah satu pola makroevolusiner utama oleh Ernst Mayr.
3. Radiasi adaptif, pembentukan secara relatif mendadak banyak kelompok baru, yang
mampu bergerak menuju lingkungan baru dan mengeksploitasinya. Diverifikasi yang
relatif cepat dari mamalia awal selama terjadi kepunahan dinosaurus merupakan
contoh yang baik dari diverifikasi semacam itu. Radiasi adaptif menggabungkan
sifat-sifat kladogenesis dan anagenesis, sebab garis-garis keturunan baru yang
terbentuk selama masa evolusioner yang berubah dengan cepat itu mungkin
mengalami transisi-transisi yang progresif.
4. Kepunahan, lebih dari 99,99 spesies yang pernah di evolusikan kini tak ada lagi.
Hilangnya keberagaman itu merupakan sifat tak terelakkan dari evolusi pada semua
kingdom. Lingkungan yang berubah membuat organisme yang kemarin fit, tak lagi
fit dan terancam kepunahan (Fried dan Hademenos, 2006).
b. Teori Vulkanisme
Mengingat contoh vulkanisme akan menimbulkan perubahan yang besar suatu
daerah. Letusan suatu gunung berapi dapat berlangsung berbulan-bulan dan
akibatnya paling tidak mempengaruhi sebagian muka bumi. Di Indonesia kita
mengenal beberapa kepunahan yang sangat besar dan garis tengahnya lebih dari
20 km, misalnay Danau Toba, Danau Tondano dan Daerah Dieng. Diperkirakan
bahwa letusan gunung tersebut beberapa ratus kali lebih dahsyat daripada letusan
Gunung Karakatau. Akibat letusan gunung Karakatau saja, banjir besar menimpa
daerah Negeri Belanda yang berjarak puluhan kilometer. Apabila ada sejumlah
besar gunung berapi sebesar gunung Karaukatau atau Tambora meletus, maka
akan timbul kegelapan selama berbuln-bulan. Hal ini akan menyebabkan
perubahan cuaca yang drastis. Pengaruh letusan gunung Galunggung saja telah
hampir memusnahkan beberapa spesies di Jawa. Di Pangandaran jumlah banteng
tinggal 3 ekor dari sekitar 35 ekor sebelumnya. Menurut hasil visum, kebanyakan
banteng mati karena ada deposit debu vulkanis di paru-paru, dan sejumlah besar
abu vulkanis di dalam lambung yang tidak dapat dikeluarkan dengan feces,
mungkin karena terlalu berat.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kematian masal sering terjadi dalam sejarah
kehidupan muka bumi, tetapi hanya kematian masal ada periode Kretasea,
Paleosen, Devonian, Karoboniferus II dan Permian-Triasik I, jumlah iridium jauh
di atas normal jadi kematian masal akibat meteorit hanya mungkin terjadi pada
dua peristiwa saja.
Adanya benturan meteorit dapat dibuktikan dengan adanya retakan pada sejumlah
besar yang ada. Retakan kristal yang dimaksudkan adalah suatu kristal yang
mempunyai banyak sekali retakan, meskipun tidak hancur. Salah satu bukti kuat
untuk menunjukkan adanya benturan meteorit adalah adanya kawah yang besar.
d. Teori Glasiasi
Turunnya hujan salju selama satu minggu di kota Roma menjadi berita utama di
tahun 1987. hal ini disebabkan karena kota Roma tidak setiap tahun kedatangan
salju. Biasanya hujan salju yang turun di sana hanya berlangsung beberapa menit
sampai satu jam dan kejadian semacam itu hanya sepuluh tahun sekali. Pada
tahun 1987, salju menumpuk sampai hampir 2 meter, lalu lintas terputus, listrik
banyak mengalami gangguan. Akibatnya puluhan orang meninggal dunia karena
kedinginan dan kelaparan. Gambaran peristiwa di atas dapat terjadi lebih parah
lagi di masa lalu. Apabila hal itu terjadi di kota, bagaimana pula keadaan alam
terbuka. Banyak satwa yang mati dan tanaman yang hancur. Adanya zaman es
yang menyebabkan cuaca bumi menurun secara drastis dan menimbulkan
kematian masal bagi organisme yang tidak teradaptasi. Menurunnya suhu bumi
sebanyak satu derajat saja sudah dapat memperluas lingkaran kutub menjadi
beberapa puluh ribu Km2, dan hal ini menyebabkan kematian sorganisme di
sekitar daerah tersebut.
Evolusi adalah proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung
sangat lambat dan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga merupakan perkembangan
makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama
dari bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan peran
isolasi dalam pembentukan spesies baru. Ada perjuangan untuk hidup yaitu antara
individu-individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan makanan, air, cahaya atau
faktor-faktor lain yang penting dalam lingkungan itu. Melalui peristiwa isolasi dapat
ditetapkan adanya perbedaan genetik. Organisme yang hidup di sekitar kita telah
mengalami tahap-tahap isolasi menuju pembentukan spesies baru. Bukti teori evolusi
adalah; adaptasi dan seleksi alam. Seleksi alam berlangsung secara mikro evolusi, dengan
hasil akhirnya adalah adaptasi. Dua unsur yang terdapat pada teori Evolusi Darwin, yaitu;
adaptasi dan pembentukan spesies baru. Terjadi adaptasi melalui proses mikro evolusi,
yakni perubahan pada individu dalam populasi secara bertahap untuk membentuk spesies
baru. Pembentukan-pembentukan spesies baru ini pada akhirnya akan berujung pada
keanekaragaman spesies.
1. Konsep Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat
mengenai proses spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya
terjadi pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan pendapat
lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini. Untuk memahami
proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi pada masa lampau tidak
sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang semula panas menjadi dingin, daratan
mulai terbentuk, dengan demikian terdapatlah habitat baru. Terbentuknya tumbuh-
tumbuhan, hutan, padang rumput secara tidak simultan, dan terjadi di sejumlah
tempat sehingga meyebabkan timbulnya habitat baru yang sebelumnya tidak ada.
Kondisi iklim pada masa lalu juga berubah-ubah.Peristiwa glasiasi, letusan gunung
berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi mengalami evolusi yang
besar (Waluyo, 2005). Evolusi molekuler meliputi: evolusi makromolekul dan 2)
rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme. Pada organisme tingkat tinggi,
kajian asal-usul organisme sangat diuntungkan oleh keberadaan mitokondria dan
kloroplas karenad alam kedua organela seluler tersebut diketahui adanya DNA yang
berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu telah terbukti bahwa DNA mitokondria
hanya berasal dari ibu.Untuk inilah telah asal-usul manusia, hewan dan tumbuhan
tingkat tinggi banyak dilakukan dengan melakukan analisis DNA mitokondria
dengan pendekatan secara molekuler. Spesiasi membahas tentang transisi
mikroevolusi ke makroevolusi. Proses mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu
seleksi alam, perubahan frekuensi gen, pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus
dari variasi gen, evolusi dari kelamin, sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi
seksual, dan konflik genetik. Jembatan antara mikro dan makroevolusi adalah
spesiasi, yang bertanggung jawab terhadap keanekaragaman kehidupan (Stearns and
Hoekstra, 2003). Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda
dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan natural dalam kerangka
evolusi Kehidupan terjadi di dalam kelompok. Para ahli taksonomi memakai segala
macam perbedaan, morfologi, tingkah laku dan genetik untuk mengidentifikasi
spesies. Mereka mempunyai masalah yang serius untuk memutuskan bagaimana
kelompok harus berbeda untuk mengklasifikasikannya ke dalam spesies yang
berbeda. Terkadang perbedaan ciri satu spesies dengan spesies lainnya dapat overlap.
1. Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan kejadian perpisahan garis keturunan yang menghasilkan dua
spesies berbeda yang mempunyai satu populasi leluhur bersama. Menurut Kimball
(1983), bahwa spesiasi adalah pembentukan satu atau lebih spesies turunan dari satu
spesies moyang. Spesiasi dianggap selesai, jika kedua spesies baru tersebut tidak
mampu lagi melakukan kawin silang, dan begitu seterusnya. Dapat diambil
kesimpulan bahwa semua makhluk hidup yang ada berasal dan berkembang dari
moyang yang sama, yaitu dari bentuk hidup tunggal yang pertama (bersel satu),
seperti: Virus/Bakteri ampai yang bersel banyak, seperti : ikan, amphibia, reptilia,
mamalia rendah, mamalia tinggi, dst.
Syarat terjadinya spesiasi yaitu :
a. Perubahan lingkungan
Perubahan-perubahan evolusi yang terjadi disebabkan oleh perubahan frekuensi
suatu alel tertentu karena adanya kondisi lingkungan tertentu. Adanya bencana
alam, misalnya glasisi, vulkanisme atau akibat pergeseran benua dan proses-
proses lainnya menyebabkan perubahan global yang menyebabkan timbulnya
kepunahan masal di muka bumi. Kepunahan masal akan menimbulkan relung-
relung tersebut baru terisi. Apabila tidak ada relung yang kosong, tidak ada
tempat bagi suatu spesies untuk mengalami proses spesiasi.
b. Adanya relung (niche) yang kosong
Relung adalah tempat hidup dan berinteraksinya suatu organisme. Suatu spesies
akan menempati relung tertentu. Suatu relung pada umumnya hanya dapat
ditempati satu jenis saja. Kalau relung tersebut kosong berarti relung tersebut
tidak ditempati oleh organisme. Oleh karena itu, banyak organisme akan berusaha
menempati relung tersebut.
c. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme
Akan selalu ada organisme yang mencoba untuk mengisi relung yang kosong.
Keberhasilan suatu organisme mengisi relung tersebut ditentukan oleh berapa
besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan persyaratan dari relung
yang kosong itu. Kalau ada suatu organisme yang memiliki keanekaragaman yang
tinggi, maka akan ada banyak sekali variasi anatr individu. Keanekaragaman yang
sebelumnya tidak dapat berkembang dengan baik karena adanya saingan atau
predator, kini merupakan peluang bagi organisme tersebut karena pesang atau
predator tersebut telah musnah. Dengan demikian, hanya ada organisme yang
cocok karena ada sejumlah individu mempunyai keanekaragamn yang sama
dengan relung yang ditinggalkan dapat mengisi relung tersebut.
2. Mekanisme Spesiasi
Mekanisme isolasi merupakan proses pembentukan individu baru dengan batasan-
batas tertentu. Faktor-faktor yang menjadi pembatas adalah habitat yang berbeda,
iklim yang berbeda, gunung yang tinggi, pematangan sel kelamin yang tidak
bersama.
Mekanisme isolasi sangat berperan dalam proses terjadinya suatu pembentukan
spesies baru (spesiasi). Hanya dengan mekanisme isolasi, maka proses seleksi
alamiah atau mungkin penyimpangan genetik dapat menghasilkan suatu pergeseran
yang jelas dari frekuensi gen tipe parental (Kimball, 1983).
Mekanisme isolasi yang mempengaruhi terjadinya suatu proses spesiasi antara lain :
a. Isolasi Geografi
Hampir semua para ahli biologi berpendapat bahwa sebagian besar faktor yang
mencegah persilangan adalah pemisahan secara geografis. Kalau sistem populasi
yang semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang menyebabkan
hambatan bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini tidak
mungkin memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka
selanjutnya akan terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem
populasi yang terpisah itu semakin berbeda sebab masing-masing menjalani
evolusi dengan caranya masing-masing. Isolasi geografi mempengaruhi terjadinya
spesiasi, yaitu :
1) Spesiasi simpatrik ialah suatu pembentukkan spesies baru pada daerah geografi
yang sama dengan spesies lain yang sekerabat.spesiasi terjadi karena aspek
genetik, morfologi, tingkah laku, fisiologi dan lain-lain. Contohnya populasi
Mus musculus domesticus (mencit) di Eropa Barat (terutama Swiss dan Italia)
memiliki sejumlah populasi kecil yang tidak interfertilisasi dengan populasi di
sebelahnya walaupun penyebarannya sangat luas di Eropa Barat.
Gambar 4.1. (a) Proses spesiasi simpatri yang terjadi dalam area
geografi yang sama, yaitu pada (b) Mus musculus domesticus.
2) Spesiasi tidak simpatrik ialah suatu pembentukkan spesies baru pada daerah
geografi yang berbeda dengan spesies lain yang sekerabat. Proses ini dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu spesiasi alopatrik, parapatrik, dan peripatrik.
Spesiasi alopatrik : Terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat atau migrasi. Seleksi di
bawah kondisi demikian dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat
pada penampilan dan perilaku organisme. Karena seleksi dan hanyutan
bekerja secara bebas pada populasi yang terisolasi, pemisahan pada
akhirnya akan menghasilkan organisme yang tidak akan dapat berkawin
campur (lihat gambar 4.2.). Contohnya monyet Sulawesi, Macaca
brunnescens (yang hidup di pulau Muna dan pulau Buton) dianggap jenis
berbeda dari Macaca ochreata (yang hidup di Sulawesi Tenggara) karena
terpisah secara geografi (lihat gambar 4.3.).
Spesiasi parapatrik : Spesiasi ini mirip dengan spesiasi peripatrik dalam hal
ukuran populasi kecil yang masuk ke habitat yang baru, namun berbeda
dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara dua populasi. Spesiasi
ini dihasilkan dari evolusi mekanisme yang mengurangi aliran genetika
antara dua populasi. Contoh Macaca nigra dengan M. nigrescens dianggap
sebagai 2 spesies berbeda karena keduanya terpisah oleh suatu zona hibrid
di Sulawesi Utara (lihat gambar 4.5.).
b. Isolasi Reproduksi
Mula mula, isolasi reproduksi hanyalah faktor geografis isolasi dengan pemisahan
secara fisik dan sebenarnya populasi ini masih mempunyai potensi untuk
mengadakan interbreeding. Menurut konsep spesies yang baru, mereka masih
termasuk dalam satu spesies. Kemudian mereka dapat menjadi begitu berbeda
secara genetik sehingga ”gene flow” yang efektif tidak dapat berlangsung lagi
seandainya mereka bercampur kembali. Kalau titik pemisahan itu telah tercapai,
maka kedua populasi itu telah menjadi dua spesies yang terpisah (Hamid, 2009).
Isolasi reproduksi terjadi karena perbedaan dalam keberhasilan terjadinya
pembuahan atau prakawin dan keberhasilan suatu perkawinan atau pascakawin.
C. Rekonstruksi Filogenetik
Ketika sejarah evolusi yang benar tidak diketahui, berbagai tes dapat digunakan
untuk menilai hasil dari metode rekonstruksi filogenetik. Semua metode rekonstruksi
filogenetik akan menampilkan sebuah pohon atau beberapa pohon pilih. Ada kemungkinan
bahwa pohon tersebut menunjukkan semua data yang mendasari sempurna, atau mereka
hanya bisa menjadi rata-rata beberapa dataset yang saling bertentangan. Pohon filogenetik
yang dihasilkan dari data tersebut mungkin tidak mewakili sejarah baik setengah kiri atau
kanan setengah baik. Pada bagian berikut kita akan membahas beberapa pendekatan umum
yang digunakan untuk menilai seberapa baik pohon-pohon tertentu mewakili data yang
mendasari. Diantaranya :
1. Bootstrap
Salah satu pendekatan untuk menilai seberapa baik sebuah pohon mewakili semua
data ini adalah untuk resample data berulang-ulang dan reperform analisis
filogenetik untuk melihat seberapa sering hasil yang sama diperoleh dari ini (dan
nonidentical). Data resampling menggunakan karakter (misalnya, kolom alignment)
adalah resampled dengan penggantian, atau dengan jackknifing yaitu karakter
resampled tanpa penggantian.
2. Metode Parsimoni
Metode parsimony adalah pendekatan untuk membandingkan pohon yang dihasilkan
berdasarkan semua karakter dengan pohon yang dihasilkan oleh analisis masing-
masing karakter secara terpisah.
3. Kongruensi
Untuk menilai kesimpulan filogenetik adalah yang satu dapat membandingkan
pohon-pohon yang dihasilkan dengan metode yang berbeda dan bertanya bagaimana
mereka serupa satu sama mereka lainnya (yaitu, satu dapat menguji kongruen).
Untuk mengukur kongruensi, orang bisa menentukan bagian mana dari pohon setuju
dengan satu sama lain dan bagian mana yang berbeda, atau orang bisa skor jumlah
perbedaan pohon percabangan.
Sebuah langkah kunci dalam rekonstruksi filogenetik adalah menentukan akar
pohon. Ini merupakan langkah penting karena berbagai alasan. Misalnya, untuk
menyimpulkan ciri-ciri leluhur untuk node pada pohon, penting untuk mengetahui
dimana akar pohon itu, yang pada gilirannya memungkinkan penilaian penuh arah
perubahan. Hal ini tidak mungkin dalam sebuah pohon cangkokan tanpa akar karena
node leluhur kemudian bisa ditempatkan di manapun di pohon. Rooting juga
memungkinkan seseorang untuk menentukan kelompok mana yang monofiletik
(yaitu, adalah terdiri dari nenek moyang terbaru dari semua anggota kelompok
ditambah semua keturunan dari nenek moyang, termasuk semua taksa lainnya).
D. Klasifikasi Dan Evolusi
Sistematika merupakan suatu pendekatan analisis terhadap keragaman makhluk hidup
dan hubungan evolusi antarorganisme. Adapun hubungan evolusi antarkelompok
organisme ini dikenal dengan filogeni. Sejak Darwin, sistematika memiliki tujuan selain
pengaturan kelompok makhluk hidup secara sederhana, yaitu untuk membuat klasifikasi
yang mencerminkan hubungan evolusi antarmakhluk hidup. Oleh karena itu, dibuat suatu
sistem klasifikasi yang memperlihatkan hubungan evolusi antarmakhluk hidup. Perhatikan
gambar hubungan evolusi dan klasifikasi berikut ini.
Klasifikasi tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan mulai dari penamaan
spesies, pengelompokkan genus, familia, filum, bahkan perubahan tingkat kingdom.
Selama beberapa tahun, banyak rancangan yang telah diajukan untuk mengklasifikasikan
makhluk hidup ke dalam kingdom. Mulai dari klasifikasi dua kingdom hingga klasifikasi
lima kingdom yang diajukan Robert H. hittaker pada 1969.
Para ilmuwan biasanya menggunakan pohon filogenetik untuk menggambarkan
hipotesis tentang sejarah evolusi spesies seperti Gambar diatas. Diagram bercabang ini
memperlihatkan hierarki klasifikasi kelompok makhluk hidup ke dalam kelompok yang
lebih kecil.
Perlu diingat bahwa pola klasifikasi yang dibuat bukanlah pengelompokkan secara
alami, melainkan buatan manusia. Klasifikasi dibuat manusia berdasarkan perbedaan dan
persamaan morfologi, fisiologi, cara reproduksi, dan ciri lainnya. Pada akhir abad ke-20,
perkembangan Biologi Molekular mencapai kemajuan yang cukup baik. Para ilmuwan
telah dapat membedakan dan membandingkan spesies serta kedekatan secara evolusi
melalui pendekatan molekular. Pada tingkat molekular, kedekatan antara dua spesies
sesuai dengan akumulasi perbedaan genom kedua spesies tersebut.
Semakin dekat kekerabatan antara dua spesies, semakin mirip urutan DNA yang
dimiliki keduanya sehingga biologi molekular dianggap sebagai alat yang tepat untuk
sistematika. Oleh karena itu, muncul sistematika molekular yang membandingkan asam
nukleat dan molekul lain untuk menduga kekerabatan dan sejarah evolusi.
Sistem klasifikasi lima kingdom merupakan salah satu usaha manusia untuk
mengelompokkan keanekaragaman makhluk hidup ke dalam sebuah pola yang baik dan
mencerminkan sejarah evolusi.
Pada akhir dekade, penelitian molekular menemukan berbagai kejanggalan dalam
sistem lima kingdom dan para ilmuwan telah mengajukan berbagai klasifikasi baru, mulai
dari klasifikasi 6 kingdom hingga belasan kingdom. Perdebatan terjadi hingga akhirnya
dicapai persetujuan bersama bahwa kingdom kehidupan dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok klasifikasi yang lebih tinggi, disebut domain (Campbell, 2006: 310).
Klasifikasi tiga domain diajukan oleh Carl oese pada 1990 yang menekankan
pembagian prokariot menjadi dua kelompok yang awalnya disebut Eubacteria dan
Archaebacteria. Bukti molekular dan seluler mengindikasikan bahwa dua keturunan
prokariot (Bacteria dan Archaebacteria) berevolusi secara terpisah pada awal evolusi
kehidupan. Bukti molekular juga mengindikasikan Archaebacteria memiliki kekerabatan
lebih dekat dengan eukariot.
Akhirnya, terbentuklah tiga domain kehidupan, yaitu Bacteria, Archaea, dan Eukarya,
perhatikan gambar berikut.
Gambar. 4.8. Klasifikasi 3 domain
Hingga kini, klasifikasi tiga domain sedang dikembangkan bersamasama oleh para
ilmuwan. Para ilmuwan bekerjasama mengidentifikasi setiap spesies melalui metode
molekular untuk mengungkap jejak sejarah Evolusi kehidupan.
ADAPTASI DAN SELEKSI ALAM
A. Seleksi Alam
a. Seleksi terarah
Jika kondisi lingkungan berubah, terjadi tekanan seleksi terhadap suatu jenis yang
menyebabkan spesies tersebut beradaptasi pada kondisi baru. Didalam populasi,
akan ada range atau rentang individu yang berdasarkan dengan salah satu
karakter.
Suatu populasi mungkin dapat berada dalam keadaan dimana individu-individu
yang menempati satu ekstrim dari kisaran fenotip lebih disukai daripada yang
lain-lain. Hal ini terjadi akibat perubahan pada lingkungan fisiknya. Polusi udara
yang disebabkan oleh revolusi industri di Britania Raya berakibat evolusi
populasi berwarna lebih gelap pada banyak sekali spesies ngengat-melanisme
industri. Pergeseran fenotip ini biasa disebut penggantian ciri. Ini adalah akibat
dari seleksi berarah. Jadi seleksi berarah adalah kekuatan dinamis yang
menyebabkan perubahan progressif dalm genotip dan oleh karena itu perubahan
evolusioner.
b. Seleksi Stabilisasi
Seleksi ini terjadi pada semua populasi dan cenderung memperkecil keekstriman
atau penonjolan didalam kelompok. Dalam hal ini, hal tersebut mengurangi
kemampuan menghasilkan variasi dalam suatu populasi, dengan demikian
mengurangi pula kesempatan mengalami perubahan evolusi.
Seleksi alamiah sering bekerja untuk menyingkirkan individu dari kedua fenotip
ekstrim tersebut,di samping meningkatkan keberhasilan reproduksi fenotip yang
mendekati nilai rata-rata. Dalam hal yang demikian, seleksi alamiah merupakan
kekuatan yang bekerja untuk memelihara suatu keadaan tetap pada saat tertentu.
Misalnya, ekor panjang dan ekor pendek itu keduanya tidak menguntungkan bagi
tikus. Faktor-faktor yang mungkin melibatkan seperti halnya daya tarik pada
lawan jenis, kemudahan gerak, kerugian karena pemangsa. Pada manusia
misalnya, insiden mortalitas bayi itu lebih tinggi baik pada bayi dengan bobot
sangat berat maupun dengan bobot yang sangat ringan. Jadi bayi dengan bobot
rata-rata pada waktu lahir terseleksi,dan yang bobotnya pada kedua ekstrim itu
tersingkir. Polimorfisme berimbang yang terjadi karena kemampuan superior
heterozigot merupakan contoh yang lain (Swara, 2013).
c. Seleksi Disruktif
Meskipun jenis seleksi ini kurang umum, namun bentuk seleksi ini penting dalam
mencapai perubahan evolusi. Seleksi distruktif dapat terjadi jika factor – factor
lingkungan mengambil sejumlah bentuk yang terpisah.
Tampaknya ada keadaan tertentu dimana individu pada kedua ekstrim dar kisaran
fenotipnya lebih sesuai dari pada yang terdapat di tengah-tengah. Hal ini
dinamakan seleksi disruptif atau seleksi terganggu. Arti penting evulisionermya
terdapat pada kenyataan bahwa seleksi disruptif itu dapat menimbulkan
terpecahnya lungkang (pool) gen tungal menjadi dua lungkang gen yang berbeda.
Hal ini dapat merupakan suatu cara pembentukan spesies baru.
Residu dari operasi pertambahan sering kali mengandung ion metal toksik dalam
konsentrasi sangat tinggi, sehingga sebagian besar tumbuhan tak dapat tumbuhan
ditempat tersebut. Akan tetapi, beberapa spesies yang kuat, misalnya rumput
tertentu, mampu mentebar dari tanah sekitarnya yang tak terkontaminasi sampai
diatas timbunan limbah tersebut. Pemeriksaan pada tumbuhan ini memperlihatkan
bahwa mereka telah mengembangkan daya tahan yang tinggi terhadap ion-ion
toksik, disamping itu pada saat yang sama mengembangkan pula
kekurangmampuan tumbuh pada tanah yang tak terkontaminasi. Karena
penyerbukan pada rumput terjadi oleh angin, maka terjadi persilangan antara
populasi yang resisten dan tak resisten, namun akhirnya terjadi seleksi disruptif.
Laju kematian yang lebih tinggi pada tumbuhan yang kurang resisten yang
tumbuh pada tanah yang terkontaminasi, dibandingkan dengan laju kematian yang
lebih tinggi pada tumbuhan yang lebih resisten yang tumbuh pada tanah yang tak
terkontaminasi, menyebabkan divergensi meningkat dan populasinya terbagi
menjadi dua sub populasi dengan perwujudan ekstrim sifat ini.
3. Variasi Populasi
Selain variasi dalam struktur internal, suatu populasi dapat pula mempunyai variasi.
Beberapa variasi yang umum kita kenal selain subspecies adalah ekotip, ekofenotip
dan interaksi.
a. Ekotip
Kata “Ekotipe” pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekolog bangsa Swedia
bersama Turesson (1922). Beliau mengadakan percobaan terhadap beberapa
spesies tanaman yang ditanam pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda.
Ternyata masing-masing spesies yang sama akan memperlihatkan sifat-sifat
morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya perbedaan lingkungan
(Wilsie, 1962).
Definisi lain dikemukakan oleh Sterbbins (cit. Odum, 1961; Wilsie, 1962) yang
menyatakan bahwa ekotipe adalah kumpulan organisme yang mempunyai
susunan genotipe sama, baik heterozygot maupun homozygot dan beradaptasi
pada niche tertentu.
Anggota suatu kelompok organisme dengan susunan genotipe yang sama dalam
pembicaraan ekologi disebut biotipe dan niche adalah tempat suatu organisme
berfungsi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Odum, 1961).
Sifat Karakteristik Ekotipe
Ekotipe spesies selalu interfertil
Dapat mempertahankan keistimewaan asalnya bila ditanam dalam habitat lain
Ekotipe didasarkan sifat-sifat genetis
Suatu spesies dengan ekologi yang luas dibedakan atas dasar sifat-sifat
morfologis, fisio-logis dalam habitat yang berbeda
Dapat terjadi dalam tipe habitat yang jelas
Ekotipe benar-benar mempunyai ciri khas dengan perbedaan sebagian ekotipe
yang lain
Macam-macam Ekotipe
Menurut macam-macam kondisi lingkungan, ekotipe dibagi:
1) Klimatik ekotipe yaitu ekotipe yang terjadi akibat pengaruh faktor-faktor iklim
seperti cahaya, temperatur, air dan angin. Turesson (1930) telah menyelidiki
klimatik ekotipe misalnya: Leontodon auntumnalis.
2) Edhaphik ekotipe ialah ekotipe yang terjadi akibat perbedaan tipe dan reaksi
tanah atau faktor-faktor tanah seperti kelembaban tanah, kelebihan atau
kekurangan nutrien dan sebagainya.
3) Klimatik adhapik ekotipe. Kadang-kadang ekotipe terjadi karena pengaruh
faktor iklim dan tanah disebut klimatik edhapik ekotipe. Pandey dan Jayan
(1970) mempelajari Cenchrus ciliaris.
4) Altitudinal dan latitudinal ekotipe adalah suatu eotipe yang terjadi akibat
perubahan tinggi tempat dan akibat perbedaan lintang seperti Cassia tora,
Anagalis arvensis, Pinusdan Gymnospermae lain.
5) Fisiologik ekotipe yaitu ekotipe yang terjadi akibat perubahan fisiologis seperti
penyinaran (photoperiode), absorbsi air, cyclus nutrien misalnya: Boutelona
curtipendula.
b. Ekofenotip
Ekofenotip suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh
lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah
populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Sintesis evolusioner
modern mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada
variasi genetika ini. Frekuensi alel tertentu akan berfluktuasi, menjadi lebih
umum atau kurang umum relatif terhadap bentuk lain gen itu. Gaya dorong
evolusioner bekerja dengan mendorong perubahan pada frekuensi alel ini ke satu
arah atau lainnya. Variasi menghilang ketika sebuah alel mencapai titik fiksasi,
yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia telah menggantikan
keseluruhan alel leluhur.
c. Interaksi
Pemikiran-pemikiran Geroge Herbert Mead mula-mula dipengaruhi oleh teori
evolusi Darwin yang menyatakan bahwa organisme terus-menerus terlibat dalam
usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. George Herbert Mead
berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang paling rasional dan
memiliki kesadaran akan dirinya. Di samping itu, George Herbert Mead juga
menerima pandangan Darwin yang menyatakan bahwa dorongan biologis
memberikan motivasi bagi perilaku atau tindakan manusia, dan dorongan-
dorongan tersebut mempunyai sifat sosial. Di samping itu, George Herbert Mead
juga sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa komunikasi adalah
merupakan ekspresi dari perasaan George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh
idealisme Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Sehubungan
dengan ini, George Herbert Mead berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan kemampuan tersebut
memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada
kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial munculnya reaksi secara
spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada
binatang.
Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol adalah merupakan isyarat yang
mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang memiliki ide
yang sama dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol akan terjadi pemikiran.
Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap
individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
1) Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama
yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2) Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan
ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya,
predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa
dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
3) Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah
satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan
benalu dengan pohon inang.
4) Komensalisme
Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda
spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan;
salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya
anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5) Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang
saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteriRhizobium yang
hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara
langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi
adalah sebagai berikut. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi
yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.
Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain
karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme
istilah alelopati dikenal sebagaianabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat
menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang
diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di
padang rumput.
B. Adaptasi
Salah satu ciri makhluk hidup adalah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya disebut adaptasi. Adaptasi ini bertujuan untuk mempertahankan hidupnya.
Tiap jenis makhluk hidup memiliki cara-cara adaptasi yang berbeda terhadap
lingkungannya.
Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk :
Memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
Mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
Mempertahankan hidup dari musuh alaminya. bereproduksi.
Merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Ada beberapa jenis adaptasi makhluk hidup, antara lain sebagai berikut :
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuain pada organ tubuh yang desesuikan dengan
kebutuhan organism hidup. Misalnya seperti gigi singa yang runcing dan tajam untuk
mkan daging. Sedangkan gigi pada sapi sebagianya tidak runcing dan tajam karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.
a. Adaptasi morfologi pada hewan
Contohnya kita bisa lihat pada bentuk paruh burung, yang bermacam-macam
yang disesuikan dengan jenis makanannya. Misalnya paruh burung elang
berfungsi untuk mengoyak daging mangsanya, burung kolibri paruhnya sesuai
untuk mengisap madu. Adaptasi morfologi dapat dilhat dari bentuk kakinya.
b. Adaptasi morfologi pada tumbuhan
Berdasrakan tempat hidupnya, penggolongan tumbuhan sebgai berikut :
Xerofit, yaitu tumbuhan yang menyesuikan diri dengan lingkungannya yang
kering. Contoh: kaktus.
Hidrofit, yaitu tumbuhan yang menyesuikan diri dengan lingkungan air.
Contoh : teratai
Higrofit, yaitu tumbuhan yang menyesuikan diri dengan lingkungan lembab.
Contoh : tumbuhan paku dan lumut
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk memperthankan hidup
dengan baik.
a. Adaptasi fisiologi pada manusia :
Jumlah sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tinggal di dtaran rendah.
Ukuran jantung pada atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang
kebanyakan.
Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengelurakan urine.
b. Adaptasi fisiologi pada hewan
Berdasarkan jenis makannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivora
(pemakan daging), herbivore (pemakan tumbuhan), serta omnivore (pemakan
daging dan tumbuhan). Penyesuaian hewan-hewan terhadap jenis makannya
antara lain terdapat pada ukuran (pnjang) usus dan enzim pencernaan yang
berbeda. Unta mempunyai kantung air agar tahan tidak minum di padang pasir
dalam jangka waktu yang lama sedangkan anjing laut memiliki lapisan lemak
yang tebal untuk berthan di daerah dingin
c. Adaptasi fisiologi pada tumbuhan
Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga
yang berbau khas.
Tumbuhan tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat menghambat
pertumbuhan tumbuhan lain atau melindungi diri terhadapt herbivora.
A. Pengertian Spesies
Spesies atau jenis adalah satuan yang betul-betul ada, natural dan fundamental. Belum
ada kesepakatan yang relevan mengenai apa itu spesies. Perbedaan dalam mendefinisikan
spesies didasari atas perbedaan ‘interest’ serta adanya teori yang berbeda-beda dari para
ilmuwan, terutama teori mengenai asal mula biodiversitas itu sendiri.
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies merupakan unit
dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang
hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat
menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:
a. Konsep spesies Biologis, spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana
pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain
semacamnya. Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian
ciri reproduksi. Semua manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama.
Sebaliknya manusia dan simpanse tetap merupakan spesies biologis yang sangat
jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang sama karena kedua spesies itu
tidak dapat saling mengawini.
B. Asal-Usul Spesies
Dari segi asal-usul kita dapat pula menggolongkan proses spesiasi atas 2 macam
kategori yang berbeda. Kategori-kategori tersebut antara lain transformasi spesies dan
hibridisasi.
1. Transformasi Spesies
Dengan berjalannya waktu, maka akan ada seleksi alam terhadap keanekaragaman
suatu spesies. Dengan demikian akan terjadi perubahan dari waktu ke waktu. Suatu
spesies dapat mengalami perubahan secara gradual sehingga keadaan sekarang dapat
sangat berbeda sekarang kalau kita bandingkan dengan apa yang kita kenal ribuan
tahun yang lalu. Besarnya perbedaan tersebut menyebabkan organisme tersebut
diperlakukan sebagai dua spesies yang berbeda.
a. Anagenesis atau spesiasi gradual
Spesiasi gradual adalah suatu proses spesiasi yang umum dijumpai,meskipun
tidak selalu dapat disebut spesiasi. Spesiasi gradual merupakan ekspresi fenotip
dari keanekaragaman suatu spesies yang pada umumnya dikaitkan dengan tempat.
b. Kladogenesis atau kesetimbangan sesaat (equilibrium punctual)
Mekanisme ini menerangkan mengapa missing link (rantai yang hilang) tidak kita
jumpai. Menurut pengertian kladogenesis, proses spesiasi merupakan cabang
yang memisahkan suatu kelompok individu dengan jumlah yang sangat kecil
untuk kemudian berkembang menjadi spesies tersendiri. Selama dalam
proses,mekanisme ini tidak memberikan indikasi apa-apa. Baru setelah spesies
baru terbentuk,kita melihat adanya fenomena baru yaitu ada spesies lain.
Mekanisme kladogenesis digambarkan sebagai suatu alel jarang muncul akibat
adanya suatu mutasi.
2. Hibridsasi
Akibat hibridisasi,maka keturunan yang dihasilkan akan terisolasi reproduksi dari
kedua tetuanya. Hal ini disebabkan oleh jumlah kromosom menjadi lain,sehingga
kalau terjadi perkawinan, maka akan terjadi masalah dalam meiosis dan mitosis.
Akibat adanya persilangan antara dua spesies yang berkerabat, maka mungkin akan
dihasilkan suatu hibrid yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan tetuanya.
Karena perbedaannya cukup besar, maka mungkin sekali populasi hibrid tersebut
tidak berinteraksi dengan tetuanya sehingga sehingga terpisah secara reproduksi dan
membentuk jenis tersendiri. Biasanya ada sejumlah mekanisme yang menyebabkan
hibrid tersebut tidak dapat berinteraksi kembali dengan tetuanya,antara
lain,partenogenesis,sterilitas,poliploid dan lain-lain.
Makrogenesis adalah suatu proses perubahan spesies secara radikal dan melibatkan
banyak lokus gen yang mengalami mutasi sekaligus dalam satu atau dua generasi. Proses
makrogenesis dapat dikategorikan sebagai proses pemecahan spesies secara cepat.
BUKTI EVOLUSI
Evolusi dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan secara
menyeluruh dan lengkap, sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang suatu
kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Untuk menunjukkan
bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan pendekatan terhadap
kenyataan yang ada. Kenyataan-kenyataan yang ada terus diinterprestasikan oleh para ahli
dan dijadikan bahan bukti evolusi.
Para ahli menggunakan bukti-bukti sebagai petunjuk evolusi dengan tujuan akhir
ingin mencari jawaban tentang fenomena alam, sebagaimana yang terdapat dalam buku
“On The Origin Species” karya Charles Darwin. Sebenarnya rambu-rambu untuk mencari
bukti telah ada dalam buku Darwin, sedangkan petunjuk adalah rambu-rambu untuk
memperoleh bukti, dengan alasan bahwa pendekatan monodisipliner tidak dapat dijangkau
atau dilihat dan fosil bukti tidak dapat dipakai bukti dan kurang kuat. Hal ini karena fosil
merupakan benda mati yang sudah tidak utuh dan lengkap, sehingga interpretasi para ahli
sangat dituntut ketajamannya. Apalagi perilaku organisme yang telah memfosil sulit sekali
diinterpretasi.
Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di sekitar kita.
E. Rudimentasi
Rudimentasi diartikan sebagai organ atau bagian tubuh suatu organisme yang pada
awalnya ada tetapi semakin tidak ada fungsi karena perkembangan zaman dan proses
adaptasi.
Berikut beberapa contoh rudimentasi pada organisme :
Contoh sebelumnya menunjukan adanya celah insang pada semua Vertebrata darat.
Dengan berkembangnya embrio, maka celah insang akan berkembang menjadi
insang pada ikan dan katak, tetapi mengalami reduksi pada Vertebrata darat.
Umbai cacing merupakan contoh lain dari rudimentasi sebagian usus.
Tidak ada alasan bahwa manusia mempunyai tulang ekor, karena selama hidup
tulang ekor tidak berfungsi sama sekali.
Gambar 7.5. Usus buntu dari berbagai jenis hewan
F. Biogeografi
Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan hewan. Dengan
mempelajari biogeografi kita dapat menjelaskan mengapa spesies-spesies berdistribusi,
dan apa bentuk distribusi yang diperlihatkan mengenai habitat dan daerah asal mula
mereka. Dari perjalanan Darwin mengelilingi dunia dengan H.M.S. Beagle, ia menemukan
bahwa spesies tanaman dan hewan umumnya tidak berdistribusi jauh dari habitat yang
potensial. Studi-studi mengenai biogeografi sejak Darwin dibuktikan berulang-ulang oleh
para ilmuan.
G. Fosil
Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah
sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi
fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar
dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu
ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau
tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil
yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil
jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi,
yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.
Menurut Oxlay (2011), Adapun fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia
antara lain sebagai berikut:
1. Pithecanthropus erectus. Tempat penemuan di Desa Trinil di pinggir sungai
Bengawan Solo di dekat Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Orang yang menemukannya
adalah Dr. Eugene Dubois. Tahun penemuannya adalah pada tahun 1890. Fosil ini
dikenal juga dengan sebutan Manusia Jawa dan merupakan jenis manusia purba yang
pertama kali ditemukan di Indonesia.
2. Pithecanthropus mojokertensis. Tempat penemuannya adalah di daerah Perning,
Mojokerto, Jawa Timur. Nama penemunya adalah Duyfjes dan Von Koenigswald.
Tahun penemuannya adalah pada tahun 1936. Fosil ini berupa tengkorak anak-anak
yang berusia sekitar 6 tahun dan diperkirakan hidup sekitar 1,9 juta tahun yang lalu.
3. Meganthropus palaeojavanicus. Tempat penemuannya di Sangiran, daerah
Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Nama penemunya adalah Von Koenigswald. Tahun
penemuan fosil tersebut adalah antara tahun 1936 – 1941. Fosil ini lebih besar dan
lebih tegap daripada Pithecanthropus Erectus. Usianya diperkirakan paling tua di
antara jenis manusia purba yang lain di Indonesia.
H. Radiasi Adaptasi
Radiasi adptasi adalah suatu fakta mengenai timbulnya suatu kelompok organisme
pada suatu masa. Kemunculan kelompok organisme tersebut biasanya digambarkan
sebagai kemunculan yang tidak terlalu mendadak, tetapi pada umumnya melibatkan
banyak sekali anggotanya (Djoko T. Iskandar :2001).
Ahli biologi Charles Darwin mengunjungi Kepulauan Galapagos pada abad ke-19. Ia
menemukan kalau tiap pulau memiliki tipe finch nya sendiri-sendiri. Mereka teradaptasi
untuk makan makanan tertentu yang ada di pulaunya. Semua finch hanya berbeda sedikit
satu sama lain dan dari burung finch primitif yang ada di daratan Amerika Selatan.
I. Anatomi Koomparatif
Studi komparatif struktur tulang dan sistem tubuh hewan dari beragam filum
menunjukkan sejumlah besar kesamaan. Bukti yang lebih jelas terletak pada perbandingan
anatomi primitif dan modern. Karakter primitif adalah karakter yang ada sebelum karakter
modern. Primitif tidak harus lebih sederhana, karena hilangnya sebuah struktur atau
kerumitan juga termasuk perubahan. Primitif dan modern hanya dapat berguna saat kita
merujuk pada bagian tertentu karakter tersebut, dan sebuah karakter dapat primitif di satu
hal dan modern dalam hal lainnya.
Perkembangan kuda modern adalah salah satu bentuk yang paling lengkap dalam
fosil. Peningkatan ukuran tubuh terlihat jelas seiring berjalannya waktu saat bentuk
primitif memunculkan spesies modern yang lebih besar.
Saat ukuran tubuh meningkat dari Hyracotherium terkecil di zaman Eosen (sekitar 50
juta tahun lalu) hingga Equus yang terbesar (kuda modern), terdapat penurunan kerumitan
pada tulang kaki. Seluruh berat kuda sekarang bertopang pada jari ketiga, sementara jari
lainnya begitu kecil dan tidak banyak bermanfaat.
Gambar 7.7. Evolusi Kuda
J. Bukti Biokimiawi
Fakta menunjukan bahwa adanya suatu protein sering kali bersifat universal. Misalnya
enzim Laktat dehidroginase ditemukan pada semua vertebrata. Kesamaan tersebur bukan
saja dari fungsinya, tetapi juga bentuk proteinnya. Lebih dekat hubungan kekerabatan dua
organisme, lebih mirip pula struktur biokimiawinya. Kesamaan ini dapat pula ditelusuri
hingga pada DNAnya. Kalau kesamaan itu hanya diantara dua organisme berlainan jenis,
dapat dikatakan sebagai kebetulan. Tetapi kesamaan yang dapat ditemui adalah pada
semua organisme. Contoh lain adalah misalnya protein histon yang terdapat pada kacang
kapri dan sapi hanya berbeda dalam dua asama amino (Djoko T. Iskandar :2001).
K. Bukti Molekuler
Evolusi melekuler merupakan merupakan proses evolusi yang terjadi pada skala DNA,
RNA, dan protein. Secara garis besar, evolusi molekuler ini membahas mengenai RNA,
DNA, analisis filogenik, dan evolusi eukariot. Evolusi molekuler muncul sebagai bidang
ilmu pengetahuan pada tahun 1960-an ketika peneliti dari bidang biologi molekuler,
biologi evolusi, dan genetika populasi berusaha memahami stuktur dan fungsi asam
nukleat dan protein yang baru ditemukan. Evolusi molekuler pada dasarnya menjelaskan
dinamika perubahan evolusi pada tingkat molekuler, bahasan pada evolusi molekuler itu
meliputi perubahan materi genetik (urutan DNA atau RNA) dan produknya serta rata-rata
dan pola perubahannya serta mengkaji pula sejarah evolusi organisme dan makromolekul
yang didukung data-data molekuler (filogeni molekuler). (Eksakta, 2012)
Dalam tinjauan molekuler, evolusi merupakan perubahan susunan genetik pada
generasi yang berurutan. Untuk mengetahui evolusi, sangat baik untuk mengetahui
tentang genetika dari populasi (population genetic). Penelitian selama 30 tahun yang
dilakukan oleh R.A. Fisher di Inggris dan S. Wright di Amerika memperlihatkan bahwa
evolusi tidak mengenai sebuah gen atau suatu individu, tetapi melaui sekelompok gen atau
sekumpulan individu yang disebut populasi.
Genetika individu selalu menyangkut konsep genotipe yakni konstitusi genetika pada
individu. Dan jika kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan dalam komposisi genetis
dari populasi, maka yang diartikan adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di dalam
seluruh gen (termasuk plasmagen) yang dimiliki semua individu dalam populasi tersebut.
L. Bukti Sistematik
Data sistematik dapat memberikan gambaran yang nyata dari organisme yang paling
primitive kepada organisme yang lebih maju. Misalnya kalau kita memngambil contoh
vertebrata, maka kita akan melihat dengan jelas bagaimana antara ikan dengan reptile
terdapat katak. Katak merupakan hewan peralihan dari ikan ke reptile misalnya masih
mempunyai insang seperti ikan, tetapi berkaki empat seperti reptile. Kalu reptile berevolusi
dari ikan dan kemudian berevolusi ke amfibi, maka pada reptile, insang telah hilang, dan
harus kembali diciptakan untuk amfibi. Data fosilpun mendukung bahwa ikan ada sebelum
ada amfibi dan reptile, sedangkan amfibi ada sebelum reptile. Jadi data sistematik sudah
memberikan gambaran mengenai proses evolusi tanpa perlu diterangkan secara terperinci.