Oleh
Rizal Manhadi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PALEMBANG
2022
i
STUDI POPULASI DAN PERILAKU AKTIVITAS HARIAN
SIAMANG SUMATERA (Symphalangus syndactylus) DI HUTAN
ADAT KECAMATAN SINDANG DANAU KABUPATEN
OGAN KOMERING ULU SELATAN
Oleh
Rizal Manhadi
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian
Pada
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PALEMBANG
2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
RIZAL MANHADI
452018029
Palembang, 2022
Disetujui oleh
Ketua
Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Palembang
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan proposal rencana penelitian ini dengan
judul “Studi Populasi dan Perilaku Aktivitas Harian Siamang Sumatera
(Symphalangus syndactylus) di Hutan Adat Kecamatan Sindang Danau
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan” yang merupakan salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Palembang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN ..................................................................................................... 28
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
BAB I. PENDAHULUAN
Perilaku adalah sesuatu yang berasal dari dorongan yang ada dalam diri
mahluk hidup, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang ada dalam diri mahluk hidup. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya
kebutuhan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan Behavior yang artinya perilaku,
kelakuan, tindak-tanduk. Perilaku terdiri dari dua kata peri dan laku, peri yang
artinya sekeliling, dekat, melingkupi dan laku artinya tingkah laku, perbuatan,
tindak tanduk. Perilaku yang dilakukan berulang dan berkala disebut aktivitas
Aktivitas harian pada satwa liar adalah refleksi fisiologis terhadap lingkungan
sekitarnya (Winarno, 2018).
1
Species of wild fauna and flora (CITES) dan dikategorikan status genting
(Endangared) berdasarkan International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources Red List (IUCN) 2016.
2
dari 7 desa. Kecamatan Sindang Danau merupakan daerah pertanian dan
perkebunan, yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani (Badan
Pusat Statistik Ogan Komering Ulu Selatan dalam Angka, 2021).
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai faktor
utama penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapakah populasi Siamang (Symphalangus syndactylus) di Hutan Adat
Kecamatan Sindang Danau Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan ?
2. Bagaimana aktivitas perilaku harian Siamang (Symphalangus syndactylus) di
Hutan Adat Kecamatan Sindang Danau Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan ?
3. Berapakah frekuensi dan durasi waktu aktivitas perilaku harian Siamang
(Symphalangus syndactylus) di Hutan Adat Kecamatan Sindang Danau
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan ?
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animallia
Sub Kingdom : Bilateria
Infra Kingdom : Deuterostomia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Infra Filum : Gnathostomata
Super Kelas : Tetrapoda
Klass : Mamalia Linnaeus
Sub Kelas : Theria Parker And Haswell
Infra Kelas : Eutheria Gill
Ordo : Primata
Sub Ordo : Haplorrhini Pocock
Infra Ordo : Simiiformes Haeckel
Super Famili : Hominoidaea Gray
Famili : Hylobatidae Gray
Genus : Symphalangus Gloger
Spesies : Symphalangus Syndactylus
Sub Spesies : Symphalangus Syndactylus Continentali,
Symphalangus Syndactylus
Sumber: www.iucnredlist.org
5
2.2. Morfologi Siamang (Symphalangus syndactylus)
6
opossum juga memiliki jempol berlawanan. Pada primata kombinasi dari ibu jari
berlawanan. Jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari panjang yang menutup ke
dalam adalah sebuah relik dari posisi jari moyangnya pada masa lalu yang
barangkali menghuni pohon (Ilham, 2019).
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik
maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat
hidup serta berkembangbiaknya satwa-satwa liar. Guna mendukung
keberlangsungan kehidupan Siamang (Symphalangus syndactylus) , diperlukan
satu kesatuan kawasan yang menjamin keberlangsungan hidupnya yaitu kawasan
yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan
satu kesatuan yang dipergunakan untuk tempat hidup dan berkembangbiak.
Habitat Siamang (Symphalangus syndactylus) dari hutan dataran rendah (> 300
mdpl) hingga hutan primer dataran tinggi 1.500 mdpl sampai 1828,8 mdpl
(Nijman et.,al, 2008) hingga 3.800 mdpl. Tiga jenis Hylobatidae tinggal di hutan
hujan tropis Sumatera, yaitu Siamang (Symphalangus syndactylus), Owa Tangan
Putih (H. lar), dan Ungko (H. agilis) (Mubarok, 2012). Di Provinsi Sumatera
Utara, siamang tercatat dapat ditemukan di Cagar Alam Dolok Sipirok, Taman
Nasional Gunung Leuser, kawasan hutan Batang Toru (Mubarok, 2012).
7
1. Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor penting keberlangsungan kehidupan
satwa liar. Kuantitas dan kualitas pakan berhubungan erat dengan tingkat
kesejahteraan satwa. Pakan merupakan sumber energi. Seperti manusia,
satwa liar juga memerlukan energi untuk proses metabolisme tubuh untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Rendahnya kuantitas dan kualitas pakan
akan berdampak negatif bagi satwa liar tersebut seperti menurunnya
kesehatan satwa, penurunan populasi akibat bahaya kelaparan dan pada
beberapa kejadian dapat menyebabkan satwa punah.
2. Ketersediaan Air
Air digunakan satwa liar untuk minum dan berkubang, air berperan dalam
metabolisme tubuh satwa. Jenis-jenis vertebrata liar mendapatkan air dari
berbagai sumber yaitu air bebas yang tersedia di danau, kolam, sungai dan
air yang terdapat pada parit-parit atau irigasi, bagian vegetasi yang
mengandung air, embun dan air yang dihasilkan dari proses-proses
metabolisme lemak maupun karbohidrat di dalam tubuh.
3. Cover
Kehadiran pelindung sangat diperlukan dan peranannya sangat penting
bagi proses kelestarian suatu populasi. Pelindung adalah struktur
lingkungan yang dapat melindungi kegiatan reproduksi dan berbagai
kegiatan satwa liar lainnya. Secara fisik berupa vegetasi, goa dan bentukan
alam lainnya.
4. Topografi
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi. Dalam pengertian
yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja,
tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan
bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Objek
topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk
pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan
8
secara vertikal. Kemiringan lahan adalah perbandingan antara beda tinggi
(jarak vertikal) suatu lahan dengan jarak mendatarnya.
1. Perilaku Istirahat
Saat istirahat Siamang (Symphalangus syndactylus) menghindari teriknya
sinar matahari dengan cara turun ke bagian tajuk yang paling rendah. Pada
periode istirahat terjadi interaksi sosial antara anggota kelompoknya melalui
kegiatan berkutu-kutuan dan duduk bersama dimana jantan dewasa
9
merupakan kegiatan pusatnya. Kegiatan istirahat akan meningkat sejalan
dengan penurunan intensitas makan selama aktivitas berlangsung (Chivers,
1972).
2. Perilaku Makan
Makan adalah aktivitas yang menghabiskan waktu paling besar setiap jam
dan setiap hari bila dibandingkan dengan bergerak dan hampir berimbang
dengan waktu istirahatnya. Pada saat memilih pakan, seekor hewan dengan
nalurinya akan memilih bahan pakan yang tinggi nilai gizinya, tidak
membahayakan kesehatan, dan mempunyai bau serta cita rasa yang sesuai
dengan seleranya (Suyanto, 2009). Siamang (Symphalangus syndactylus)
sangat selektif dalam memilih pakannya, hal tersebut berkaitan dengan
strategi makan dan ketersediaan pakan. Primata pada umumnya menyukai
pakan dengan rasa manis, Siamang (Symphalangus syndactylus) akan banyak
memakan buah ketika musim buah tiba, tapi ketika tidak ada akan lebih
banyak mengkonsumsi pucuk daun (Sharafina, 2017).
Siamang (Symphalangus syndactylus) dapat melakukan kegiatan
makan pada pohon yang sama untuk 2 sampai 3 hari berturut-turut dengan
sesekali melakukan penjelajahan dan biasanya tidur pada pohon yang
berdekatan dengan pohon sumber makanan tersebut. Lamanya kegiatan
makan di suatu pohon sangat bervariasi terutama ditentukan oleh jenis dan
kelimpahan makanan (Rasmada 2008). Penyebaran pakan sangat penting bagi
individu dengan status sosial yang rendah karena dapat mempermudah akses
ke sumber pakan dan mengurangi risiko adanya gangguan dari individu
dominan (Heulin et.,al. 2005). Kelompok Siamang (Symphalangus
syndactylus) ini memiliki insting yang cukup tinggi terhadap cuaca. Apabila
cuaca mulai mendung biasanya kelompok Siamang (Symphalangus
syndactylus) ini akan mempercepat aktivitasnya dan bergerak ke bagian
hutan yang lebih aman. Aktivitas makan juga tetap dilakukan oleh kelompok
Siamang (Symphalangus syndactylus) ini ketika sedang hujan dengan
memanfaatkan sumber makanan yang ada di pohon tempat Siamang
(Symphalangus syndactylus) berteduh, akan tetapi aktivitas makan ini lebih
10
sedikit dibandingkan saat cerah. Pergerakan Siamang (Symphalangus
syndactylus) setiap hari lebih banyak tujuannya untuk mencari makan.
3. Perilaku Bergerak
Betina lebih sering memimpin pada saat melakukan penjelajahan dalam
wilayahnya dari pada jantan. Seringkali betina jalan duluan dan kadang
menunggu untuk beberapa saat kemudian kembali ke belakang jika anggota
yang lain tidak mengikuti. Bismark (1984) mengatakan bahwa marga
Hylobatidae melakukan aktivitas bergerak atau berpindah dalam kaitannya
dengan pengontrolan wilayah dan aktivitas pencarian serta pemilihan pohon
pakan yang kesemuanya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya serta merupakan upaya kelompok untuk menghindari predator atau
bahaya. Siamang (Symphalangus syndactylus) adalah satwa arboreal, oleh
karena itu satwa ini sangat membutuhkan tumbuh-tumbuhan terutama pohon
sebagai tempat melakukan aktivitas hariannya. Aktivitas berpindah Siamang
(Symphalangus syndactylus) adalah suatu pergerakan Siamang
(Symphalangus syndactylus) untuk berpindah tempat untuk mencari sumber
pakan dan tempat bermain maupun untuk mencari pohon yang digunakan
untuk istirahat atau tidur. Aktivitas bergerak Siamang (Symphalangus
syndactylus) menggunakan pohon-pohon di strata menengah dengan tinggi
pohon 15−30 m seperti Damar (Shorea javanica) dan Bayur (Pterospermum
javanicum) (Yuliana, 2012).
11
ditambah satu sampai tiga individu muda dalam keluarga (Duma, 2007). Individu
pada jenis yang sama akan memiliki kebutuhan yang sama dan cara untuk
mendapatkan relatif sama, sehingga dalam memenuhi kebutuhan tersebut satu
individu memerlukan interaksi dengan individu lainnya sehingga terjadilah
hubungan dan berlanjut antar beberapa individu yang lebih banyak. Hubungan
tersebut akan menghasilkan suatu aturan sosial dan membentuk struktur sosial
dengan kebiasaan yang diterapkan dalam kelompok tersebut (Sultan, 2009).
1. Bayi (infant)
Individu Siamang (Symphalangus syndactylus) yang termasuk ke dalam
kelas umur ini adalah individu yang baru dilahirkan hingga umur 2 tahun
dengan ukuran badan yang sangat kecil. Bayi Siamang (Symphalangus
syndactylus) belum bisa beraktivitas dan selalu dalam gendongan induk
betinanya pada tahun pertama. Induk jantan selanjutnya akan mengambil alih
pengasuhan bayi pada tahun kedua (parental care).
12
2. Juvenile I (anak-anak)
Juvenile adalah individu yang berumur lebih dari 2 tahun hingga 4 tahun.
Badannya kecil namun relatif lebih besar dari bayi serta mampu beraktivitas
sendiri, namun cenderung lebih dekat dengan induknya.
3. Juvenil II (remaja besar)
Individu yang termasuk ke dalam kelas umur ini adalah individu-individu
yang berumur lebih dari 4 tahun sampai 6 tahun. Ukuran badannya sedang
dan sering melakukan aktivitas sendiri namun tidak dalam jarak yang sangat
jauh dari kelompoknya.
4. Sub-adult (pra-dewasa)
Umur lebih dari 6 tahun dan mulai memisahkan diri jauh dari kelompoknya,
namun masih dalam satu kesatuan kelompoknya. Belum matang secara
seksual dan badannya hampir sama dengan ukuran badan individu dewasa.
5. Adult (dewasa)
Secara seksual sudah matang dan telah memisahkan diri dari kelompoknya
dan ukuran badan telah maksimal.
13
penetapan Siamang (Symphalangus syndactylus) sebagai satwa yang dilindungi.
Salah satu pertimbangan dalam penetapan status dilindungi ini karena populasi
jenis satwa ini telah mengalami penurunan dan keberadaannya di alam terancam
punah. Populasi Siamang (Symphalangus syndactylus) cenderung tak terdata
secara spesifik. Meskipun tergolong hewan yang dilindungi dengan status
terancam punah, keberadaan primata yang habitatnya bisa ditemui di kawasan
Sumatera dan semenanjung Malaysia (Cristanti et.,al. 2012). Ancaman kepunahan
itu terjadi akibat maraknya perburuan liar, perambahan hutan, dan pembukaan
perkebunan sawit. Dampaknya akan terus mempengaruhi menurunnya populasi
Siamang (Symphalangus syndactylus) (Ardianto, 2008). Gambaran antara tahun
1995−2000, tidak kurang dari 40% habitat hutan rusak akibat pembalakan hutan,
kebakaran, penebangan liar, dan perubahan lahan menjadi area perkebunan dan
pertanian. Kebakaran hutan merupakan penyumbang cukup besar dalam konversi
hutan tersebut (WCS-IP, 2000). Hal tersebut merupakan ancaman
keberlangsungan keberadaan habitat Siamang (Symphalangus syndactylus) .
Siamang (Symphalangus syndactylus) penting dikonservasi untuk
mempertahankan fungsi hutan, sebab Siamang (Symphalangus syndactylus)
berperan membantu regenerasi hutan dengan cara mendistribusikan biji-bijian
(Sipayung, 2011).
Istilah hutan adat yang sudah baku dalam penyebutan untuk kawasan
hutan yang dikelola oleh masyarakat desa baik dalam undang-undang kehutanan
maupun dalam penggunaan oleh kalangan pengembang ternyata memiliki potensi
untuk mendorong munculnya masalah ke depan. Dalam undang-undang
kehutanan secara garis besarnya disebutkan bahwa hutan adat merupakan suatu
kawasan yang dikelola oleh masyarakat adat dengan berpedoman pada institusi
adat. Jika dicermati, dalam pengertian tersebut terkait di dalamnya masalah akses
dalam mengelola, artinya bahwa seluruh komponen masyarakat memiliki hak
dalam mengakses kawasan hutan dimaksud. Hutan adat adalah seluruh hutan
rimba yang bukan milik pribadi atau keluarga. Hutan adat berisi berbagai jenis
14
kayu, buah-buahan, akar dan rotan serta dihuni oleh berbagai jenis binatang.
Walaupun kebiasaan membuka lahan yang merupakan tradisi turun-temurun
namun masyarakat tidak diperkenankan untuk membuka lahan seluas-luasnya.
Sistem pengelompokan hutan dimaksudkan sebagai suatu upaya perlindungan,
sehingga jelas mana kawasan hutan yang dilindungi dan yang boleh diusahakan
(Prasetyo, 2006).
Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah adat yang
pengelolaannya diserahkan hukum adat (Pasal 1 UU No.41 tahun 1999).
Masyarakat hukum adat tidak diakui kepemilikannya terhadap hutan, tetapi dapat
memperoleh hak mengelola dan memanfaatkan sebagai hutan adat. Pada putusan
MK perkara no. 35/PUU-X/2012 pasal 1 angka 6, pengertian hutan adat
mengalami perubahan yakni hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat. Pemberian hak pengelolaan hanya dapat direalisasikan
apabila masyarakat hukum adat terbukti masih ada. Pemerintah merupakan pihak
yang berwenang memberikan hak tersebut. Kearifan lokal masyarakat dalam
mengelola hutan, sebenarnya telah dipraktekkan sejak lama dan menjadi tradisi
yang turun temurun. Pada beberapa kasus pengelolaan hutan oleh masyarakat
dapat dicermati bahwa kearifan masyarakat didalam pengelolaan hutan pada
kenyataannya telah membawa dampak yang positif bagi kelestarian hutan, karena
mereka mempunyai tingkat ketergantungan dari hutan itu, sehingga pola-pola
pemanfaatan lebih mengarah pada kelestarian.
15
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
16
3.3. Metode Penelitian
17
3.5. Jenis Pengumpulan Data
A. Pengumpulan Data Primer
1. Survei Pendahuluan
Survei adalah langkah awal untuk memulai penelitian, tujuan survei
pendahuluan agar peneliti mengetahui kondisi umum lokasi penelitian.
Kemudian dalam melakukan survei pendahuluan yang dapat dilakukan
adalah mencocokan peta kerja dengan kondisi di lapangan, menentukan
jalur dan lokasi pengamatan serta untuk mengetahui karakteristik habitat
Siamang (Symphalangus syndactylus).
2. Pengumpulan Data di Lapangan
Data yang dicatat selama penelitian adalah jumlah individu, struktur umur
dan rasio seksual dan aktivitas yang dilakukan oleh Siamang
(Symphalangus syndactylus). Metode yang digunakan adalah metode area
terkonsenterasi (concentration count method) dan focal animal sampling
(Bismark, 2011). Pengamatan dilaksanakan terkonsentrasi pada suatu titik
yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi.
Misalnya tempat tersediaanya pakan, air untuk minum dan lokasi pohon
tidurnya. Pengamatan dapat dilakukan pada tempat yang tersembunyi
sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa.
a. Populasi
Perhitungan jumlah individu, pengenalan struktur umur dan jenis
kelamin Siamang (Symphalangus syndactylus) di lapangan dilakukan
dengan cara perhitungan langsung dan dianalisis berdasarkan ciri-ciri
khusus pada kelompok yang diamati agar tidak terjadi perhitungan
ulang berdasarkan ciri-ciri khusus misalkan berdasarkan ukuran tubuh,
dan aktifitas Siamang (Symphalangus syndactylus)saat makan
(Nasrullah, 2009). Lembar kerja meliputi hari dan tanggal
pengamatan, waktu bertemu, lokasi bertemu, temuan di lapangan,
jumlah individu yang ditemui, jumlah total dan keterangan saat
dilapangan.
18
Tabel 2. Lembar Pengamatan Ukuran Kelompok Siamang
(Symphalangus syndactylus)
No. Waktu Jenis Individu Jumlah
A Muda Dewasa
J B TI J B TI
Jumlah Total
Keterangan:
A = Anakan
J = Jantan
B = Betina
TI = Tidak Teridentifikasi
b. Aktivitas Harian
Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung dengan
teknik Focal animal sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
berfokus pada satu individu atau unit misalnya 1 keluarga, 1 pasangan
atau sejumlah individu yang diamati untuk jangka waktu tertentu
dalam pengamatan tingkat laku. Hewan fokus (unit) dipilih secara
acak sebelum pengamatan atau dipilih berdasarkan alasan tertentu.
Pengamatan Siamang (Symphalangus syndactylus) dilakukan selama
15 hari di tiga lokasi (Desa Pematang Danau, Desa Tanjung harapan
dan Desa Watas) dimulai pada pukul 05.00 WIB sampai dengan 18.00
WIB. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu selama 60 menit.
19
3.6. Analisis Data
Analisis data dilakukan yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu
peneliti menguraikan, menjelaskan dan menggambarkan hasil data yang di dapat
di lapangan dan disusun dalam bentuk kalimat ilmiah secara sistematis.
A. Populasi Siamang
1. Ukuran Kelompok
Menurut Kwatrina (2013), ukuran kelompok merupakan jumlah
individu dalam kelompok. Data ukuran kelompok dikumpulkan dengan
mencatat jumlah individu, komposisi kelompok, dan lokasi sesuai
keberadaan kelompok primata yang ditemukan dengan menggunakan GPS
receiver. Ukuran kelompok Siamang (Symphalangus syndactylus) dapat
diketahui dengan menggunakan metode pengamatan terkonsentrasi
(concentration count). Jumlah individu terbesar yang ditemui dari seluruh
rangkaian pengamatan diasumsikan sebagi jumlah individu yang mewakili
satu kelompok. Apabila jumlah inidividu terkecil yang ditemui
diasumsikan bahwa individu yang lain tidak terlihat pada saat pengamatan
(Fachrul, 2007).
Pengamatan dilaksanakan terkonsentrasi pada suatu lokasi yang
diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi. Misalnya
tempat tersediaanya pakan, air untuk minum dan pohon tidurnya. Menurut
Iskandar (2007), jenis pohon yang digunakan sebagai pohon tempat tidur
primata adalah jenis pohon yang pada umumnya juga dimanfaatkan
sebagai pohon sumber pakan. Pengamatan dapat dilakukan pada tempat
yang tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa.
2. Penentuan Umur
Penentuan struktur umur Siamang (Symphalangus syndactylus) dapat
diketahui berdasarkan ukuran tubuh dan aktifitas simpai saat makan
(Nasrulla, 2009). Menurut Gittin et.,al, (1980), membagi kelas umur pada
Siamang (Symphalangus syndactylus) ke dalam lima kelas umur berbeda
20
berdasarkan ukuran badan dan tingkat perkembangan perilaku sebagai
berikut.
a. Bayi (infant)
Individu Siamang (Symphalangus syndactylus) yang termasuk ke
dalam kelas umur ini adalah individu yang baru dilahirkan hingga
umur 2 tahun dengan ukuran badan yang sangat kecil. Bayi Siamang
(Symphalangus syndactylus) belum bisa beraktivitas dan selalu dalam
gendongan induk betinanya pada tahun pertama. Induk jantan
selanjutnya akan mengambil alih pengasuhan bayi pada tahun kedua
(parental care).
b. Juvenile I (anak-anak)
Juvenile adalah individu yang berumur lebih dari 2 tahun hingga 4
tahun. Badannya kecil namun relatif lebih besar dari bayi serta mampu
beraktivitas sendiri, namun cenderung lebih dekat dengan induknya.
c. Juvenil II (remaja besar)
Individu yang termasuk ke dalam kelas umur ini adalah individu-
individu yang berumur lebih dari 4 tahun sampai 6 tahun. Ukuran
badannya sedang dan sering melakukan aktivitas sendiri namun tidak
dalam jarak yang sangat jauh dari kelompoknya.
d. Sub-adult (pra-dewasa)
Umur lebih dari 6 tahun dan mulai memisahkan diri jauh dari
kelompoknya, namun masih dalam satu kesatuan kelompoknya.
Belum matang secara seksual dan badannya hampir sama dengan
ukuran badan individu dewasa.
e. Adult (dewasa)
Secara seksual sudah matang dan telah memisahkan diri dari
kelompoknya dan ukuran badan telah maksimal.
21
3. Rasio Seksual
Nilai dugaan terhadap rasio seksual populasi Siamang (Symphalangus
syndactylus) ditentukan dengan persamaan yang menunjukan
perbandingan antara jumlah jantan dan betina (Alikodra, 2010).
S= J
B
Keterangan :
S = Seks ratio
J = Jumlah jantan
B = Jumlah betina
B. Aktivitas Harian
Hasil pengamatan prilaku aktivitas harian Siamang (Symphalangus
syndactylus) ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel yang selanjutnya
dianalisis secara deskriptif. Data yang diambil meliputi aktivitas Siamang
(Symphalangus syndactylus) yang terdiri dari beberapa aktivitas khusus
yaitu:
1. Makan terdiri dari aktivitas memasukkan makanan kemulut, minum,
defekasi dan urinasi
2. Istirahat terdiri dari aktivitas duduk, berbaring, dan tidur.
3. Aktivitas sosial terdiri dari kawin, bermain, bersuara, interaksi dan
grooming
C. Frekuensi Prilaku
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase prilaku aktivitas
harian Siamang (Symphalangus syndactylus) adalah sebagai berikut:
22
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, Hadi S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar Dalam Rangka Sains &
Entrepreneurship IV Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia.
Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Duma Y. 2007. Kajian Habitat, Tingkah Laku Dan Populasi Kwalet (Hylobates
Agilis Albibarbis) Di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah.
Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
23
Heulin CB, Cruz BM. 2005. Influence Of Food Dispersion On Feeding Activity
And Social Interactions In Captive Lophocebus Albigena And Cercocebus
Torquatus Torquatus. Primates 46: 77–90.
Koeswara, D.A., N.A. Gusnia, A.M. Saadudin, Dan P.B. Saputro. 2008. Model
Pengembangan Ecoedutourism Berbasis Satwa Endemik Sulawesi Selatan,
Monyet Hitam Dare (Macaca Maura). 1 Mei 2012. Http://Akademik.
Ipb.Ac.Id /Pkm_Penelitian_Ilmiah.
Mackinnon, K, G., Hatta, H., Halim., dan Mangalik., 2000. Seri Ekologi
Indonesia Buku III Ekologi Kalimantan. Prenhallindo. Jakarta.
24
Mubarok. (2012). Distribusi Dan Kepadatan Simpatrik Ungko (Hylobates Agilis)
Dan Siamang (Symphalangus Syndactylus) Di Kawasan Hutan Batang
Toru, Sumater Utara. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nijman, V., & Geissman. (2006). In-Situ And Ex-Situ Status Of The Javan Gibbon
And The Ole Of Zoos In Conservation Of The Species. Contributions To
Zoology, 75(3–4), 161– 168. Https://Doi.Org/10.1163/18759866-
0750304005.
Nijman, V., & Geissman. (2008). IUCN Red List Of Threatened Species. Choice
Reviews Online, 49, 49-6872-49–6872.
Https://Doi.Org/10.5860/Choice.49-6872.
Nurmansyah, Irvan. 2012. Struktur Dan Komposisi Jenis Vegetasi Pada Habitat
Ungko (Hylobates Agillis F. Cuvier 1821) Dan Siamang (Symphalangus
Syndactylus) (Symphalangus Syndactylus Gloger 1841) Di Stasiun
Penelitian Hutan Batang Toru Bagian Barat, Sumatera Utara.
Bogor:Institut Pertanian Bogor
Nursahid, R. 2011. Spesies Primata Indonesia Yang Nyaris Punah.10 Mei 2012.
Http://Sains.Kompas.Com/Read/2011/07/03/13373495/4.Speies_Primata_
Indonesia_Nyaris.Punah.
25
Rasmada, S. (2008). Analisis Kebutuhan Nutrien Dan Kecernaan Pakan Pada
Owa Jawa (Hylobates Moloch) Di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-
Ciawi Bogor. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ruswandi, D. 2007. 70% Spesies Primata Terancam Punah. 1 Mei 2012. Http://
Www.Okezone.Com/23/12/2007–70%/ Spesies_
Primata_Terancam_Punah.
Saputra, Alanindra, et al. 2015. Studi Aktivitas Monyet Ekor Panjang (Macaca
Fascicularis) Di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten
Karanganyar. Jurnal Bioeksperimen. 1 (1) ISSN 2460-1373.
Sultan, K., Mansjoer, S. S., & Bismark, M. (2009). Populasi Dan Distribusi
Ungko (Hylobates Agilis) Di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera
Utara. Jurnal Primatologi Indonesia, 6(1), 25–31.
26
Suyanto, A., M. H. Sinaga & A. Saim. 2009. Mammals Biodiversity In Tesso Nilo,
Riau Province, Indonesia. Jurnal Zoo Indonesia. 2:79 88.
Tiyawati. A., Harianto. S.P., & Widodo. Y.,2016. Kajian Aktivitas Dan Analisis
Kandungan Gizi Pakan Drop In Siamang (Symphalangus Syndactylus)
(Hylobates Syndactylus) Di Taman Argo Satwa Dan Wisata Bumi
Kedaton. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
WCS-IP. (2000). Siamang Lestari. Jakarta, Indonesia: Wildlife Conservation
Society Indonesia Program.
Wahono, Ratnasari. 2016. Peran Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah
Istimewa Yogyakarta (BKSDA DIY) Dalam Pengendalian Terhadap
Perdagangan Satwa Liar Dilindungi. Yogyakarta: Fakultas Hukum
Universitas Yogyakarta.
Yanuar. (2009). The Gibbons: New Perspectives On Small Ape Socioecology And
Population Biology. Choice Reviews Online, 47, 47-1422-47–1422.
Https://Doi.Org/ 10.5860/Choice.47-1422.
27
LAMPIRAN
28
Siamang (Symphalangus syndactylus)
Hari/Tanggal :
Jumlah Individu :
Lokasi :
No Waktu Aktivitas Posisi/ Keterangan
Ketinggian
Makan Bergerak Istirahat Sosial
Keterangan:
Jenis aktivitas Ketinggian Jenis Pakan
(meter)
Makan a. Makan A=0-1 a. Buah
b. Minum B = ≥ 1- 2 b. Daun
c. Defekasi C=≥2–3 c. Biji
d. Urinasi D=≥3 d. Bunga
Bergerak a. Jalan e. Serangga
b. Melompat f. Kulit kayu
c. Berayun
Istirahat a. Duduk
b. Berbaring
c. Tidur
Sosial a. Kawin
b. Bermain
c. Bersuara
d. Grooming
e. interaksi
29
Siamang (Symphalangus syndactylus)
Hari/Tanggal :
Jumlah Individu :
Lokasi :
Jumlah Total
Keterangan:
A = Anakan
J = Jantan
B = Betina
TI = Tidak Teridentifikasi
30