Oleh:
RIZALDY MUHAMMAD MILAD
101610011
LEMBAR PEGESAHAN
JUDUL : MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR PADA
PEMELIHARAAN LARVA UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei) DI DESA PANYURAN KEC
PALANG KAB TUBAN
Nama Mahasiswa : RIZALDY MUHAMMAD MILAD
NIM : 101610011
Fakultas : PERIKANAN
Program Studi : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Disetujuhi oleh
Pembimbing Koordinator PKL
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah
yang berjudul “Menejemen Pengelolaan Kualitas Air Pada Larva Udang Vananmei
(backyard) di UD. Alamsyah Jaya Ds. Panyuran Kec. Palang Kab. Tuban.” dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana. Semoga ada guna dan manfaatnya. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para
Pengajuan laporan ini sangat penting bagi penulis khususnya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan serta sebagai tugas perkuliahan dan tuntutan akademik
berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Untuk itu, penulis ucapkan
2. Bapak Mukti Ali, S.Pi.,MP selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang tidak kenal lelah membimbing penulis hingga selesainya peyusunan laporan
ini.
3. Bapak. Zain selaku pengelola UD.Alamyah Jaya Ds. Panyuran Kec. Palang Kab.
4. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan ijin dan restu serta do’a sehingga
5. Semua teman-teman dan semua pihak yang terkait dan ikut membantu dan
memberikan semangat, atas do'a serta pemikiran yang tidak bisa kami sebutkan.
Akhirnya dengan segala keterbatasan dan kelebihannya, mohon kritik dan saran
dari semua fihak akan sangat berguna untuk penyempurnaan penulisan laporan ini dan
semoga penelitian ini masih memberikan manfaat terutama bagi pengembangan ilmu
dan dunia perikanan kita, khususnya Fakultas Perikanan Universitas Lamongan, Amin
Yarabbal Alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
negeri untuk udang yang terus meningkat. Sumber daya perikanan indonesia yang
yang dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei ini berasal dari amerika tengah.
volume ekspor udang indonesia pada tahun 2011 sebesar 228.870 ton dengan nilai
budidaya. Menurut data dari kementrian dan perikanan, dalam lima tahun terakhir
Tingkat permintaan udang vannamei yang unggul dan tahan penyakit saat
ini semakin tinggi dipasar. Solusi permasalahan diatas yaitu dengan menerapakan
pola usaha pembenihan yang ramah lingkungan (Kordi, 2007), pada kenyataan di
negara Indonesia walaupun udang vannamei lebih diunggulkan dari pada udang
windu saat ini juga sering mengalami kegagalan karena adanya virus, kebanyakan
virus yang dihasilkan tidak pada proses budidaya kadang ada pada indukan udang
vannamei yang terpapar lingkungan sekitar karena pengelolaan kulitas air yang
dilakukan masih belum Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), maka dari itu
perlu diadakannya praktek kerja lapangan tentang Pengelolaan Kualitas Air Pada
Tuban.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
lulus.
(Litopenaeus vannamei).
1.4. Kegunaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Phylum : Arthopoda
Subphylum : Crutacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobranchiata
Famaily : penaeidae
Genus : Litopenaeus
Gambar 1.
Morfologi udang vannamei
5
2.1.2. Morfologi
Tubuh udang vannamei dibagi menjadi dua bagian besar yaitu bagian
chepalothorax yang terdiri dari kepala dan dada serta abdomen yang terdiri dari
atas perut dan ekor. Chepalothorax dilindungi oleh kulit chitin yang tebal atau
disebut juga karapas. Bagian chepalothirax ini terdiri atas lima ruas kepala dan lima
ruas dada sementara tubuhnya / abdomen terdiri atas enam ruas dan satu ekor
(telson).
memanjang dengan bagian pinggir bergerigi yang disebut juga dengan rostrum
(Amri dan Kanna,2008). Rostrum L.vannamie terletak pada bagian dorsal terdapat
2-4 atau 5-8 gigi pada ventral yang cukup panjang. Gigi tersebut menjadi lebih
pendek ketika udang menjadi dewasa. Biasanya gigi tersebut mencapai sampai
bagian tengah dari segmen antenula kedua. Secara morfologi tubuh udang terdiri
dari tiga bagian tengah dari segmen antelula kedua secara morfologi tubuh udang
terdiri dari tiga bagian yaitu: kepala, dada dan perut (Haliaman dan Adijaya, 2005).
a. Sifat Nokturnal
Salah satu sifat yang perlu diketahui pada udang vannamei ialah bersifat
nocturnal yaitu sifat aktif mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang udang
vannamei lebih suka beristirahat baik membenamkan diri didalam lumpur maupun
menempel pada benda. Dalam keadaan normal udang vannamei jarang sekali
b. Sifat Kanibalisme
Mujiaman dan Suyanto (1989), menyatakan bahwa sifat lain dari udang
vannamei yang sehat dengan memangsa udang vannamei yang sedang ganti kulit.
Dalam keadaan kekurangan pakan, sifat kanibalisme akan tampak lebih nyata. Sifat
dan diganti dengan yang baru ciri udang yang akan berganti kulit yaitu warna kulit
udang terlihat agak buram nafsu makan menurun dan aktifitas gerak menurun. Pada
proses pembentukan kulit kalsium (ca) sangat diperlukan (Mudjiman dan Suyanto,
1987).
Makanan utama larva udang vannamei adalah plankton, baik phytoplankton seperti
organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini berpusat
pada ujung anterior antermula, bagian mulut, capit, antenna, dan maxilipped. Sinyal
tersebut akan ditangkap dan direspon oleh udang untuk mendekati sumber pakan
(Tricahyono, 1995).
Siklus hidup udang vannamei yaitu stadia naupli, satadia zoea satadia
Mysis, dan stadia post larva pada stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm,
7
sistem pencernaan belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa
kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva tebar pada bak pemeliharaan sekitar
15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benur
mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini benur sudah bisa diberi pakan yang
berupa artemia. Stadia Mysis, benur udang sudah menyerupai bentuk udang yang
dicirikan dengan sudah terlihatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson).
Selanjutnya udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai
udang dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari pada stadia
ini udang sudah mulai bergerak aktif (Adiwijaya dan Erik, 2007).
larva. Sampai pendederan benih. Satuan dari pembenihan adalah jumlah (ekor),
perkainan alami dengan inseminasi buatan pada udang betina sekali bertelur lebih
kegiatan yang menjadi input bagi kegiatan budidya kegitatan pembenigan meliputi
harus memenuhi persyaratan untuk memilih lokasi yang paling sesuai, yang terbagi
dalam dua kriteria teknis dan keriteria non teknis. Sedangkan beberapa aspek yang
b. Aspek non teknis persyaratan non teknis yang harus di penuhi dalam pemilihan
lokasi:
lokasi.
yang berdinding beton dengan tujuan agar air dalam bak tidak bocor dan tahan dalam
jangka waktu cukup lama. Pada pra reproduksi dilakukan pengecetan bak berwarna
biru hal ini dimaksutkan agar menyerupai habitat asli udang vannamei. Lalu dilakukan
pencucian bak dengan air tawar supaya penyakit atau virus tidak ada. Setelah itu di isi
air laut yang sudah di netralisir oleh bak penampungan setinggi 70-80 cm. (Fabricius,
1998).
Sebelum digunakan air laut di treatment degan kaporit atau klorin, guna
disucihamakan dengan cara merendam dengan larutan kaporit. Wadah dan selang
9
aerasi direndam dalam larutan kaporit degan dosis 10 mg/l -20 mg/l atau setara
Penebaraan naupli dialakukan pada pagi atau malam hari dengan tujuan
untuk menghindari perubahan suhu yang terlalu tinngi yang dapat mempengaruhi
aklimatisasi. Naupli yang ditebar adalah naupli muda yaitu stadia 4-5 karena
Hal ini dilakukan untuk mengurangi mortalitas pada proses pemindahan naupli
ke bak larva dan juga untuk memindahkan ganguan proses moulting dari stadia naupli
ke stadia zoea. Elovaara (2001) dalam Subaidah dkk. (2006), menyatakan bahwa pada
pemeliharaan larva udang vannamei sering terjadi zoea syndrome atau zoea lemah.
Pada fase ini larva kelihatan lemah dan tubuh kotor yang dapat memyebabkan
kematian 90%.
diaklimatisasi terlebih dahulu pada bak pemeliharaan larva sel;am ±15 menit.
Aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas pelu dilakukan sebelum nauplius ditebar
pemeliharaan larva harus bersih, terbebas dari organisme yang ditidak diinginkan
baik menempel di dinding maupun didasar bak. Selanjutnya, menurut Subaidah dkk
10
(2006), pencucian bak mengunakan kaporit 60 % dengan dosis sebanyak 100 ppm
yang dicampur dengan detergen 5 ppm dan dilarutkan dengan air tawar.
Persyaratan air yang digunakan dalam proses produksi benih harus layak
dan sesuai dengan kebutuhan hidup dan pertumbuhan udang vannamei yang
dipelihara. Kualitas dan kuantitas air akan berdampak langsung terhadap mutu
benih dan keberlanjutan perbenihan. Air yang digunakan untuk proses produksi
benih harus bebas dari mikroorganisme pathogen, bahan anorganic dan bahan
kimia. Bagi unit pembenihan yang memeperoleh air yang keruh dari sumber
perlu disaraing dengan ukuran minimal 100 mikron untuk menghindari adanya
diketahui oleh pembudidaya. Kualitas air dapat dilihat dari beberapa parameter-
parameter budidaya udang vannamei adalah karateristik fiisik dan kimia air.
Karakteristik fisik dan kimia air ini sangat prinsipil karena sangat berpengaruh
Usaha yang dapat dilakukan selama proses ini antara lain sistem persiapan
air yang steril pengaturan ketingian air, sirkulasi, pengelolaan pakan yang tepat
sangat mempengaruhi metabolisme tubuh udang vannamei dan kadar oksigen yang
vannamei bahwa kadar oksigen yang dapat menunjang kehidupan pasca larva
digunakan Subaidah dkk. (2006), menyatakan bahwa upaya pencegahan yang dapat
agar tidak timbul penyakit yaitu pencegahan. Aktifitas pencegahan penyakit hanya
lingkungan budidaya yang baik dan memberikan nutrisi yang cukup kualitas dan
BAB III
Metode Deskriptif
metode ini pengambilan data meliputi analisis dan pembahasan tentang data
tersebut metode ini bertujuan memberikan gambaran secara umum sistematis aktual
Observasi
secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu
dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang
khusus diadakan.
Interview
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh dua orang yang saling
Sampling
kegiatan yang dilakukan selama PKL yang berkaitan dengan objek PKL. Dan
sebagai data penunjang kami meminta data –data yang terkait dengan objek PKL
BAB IV
UD Alamsyah Jaya teletak di daerah pesisir pantai utara jawa tepatnya Desa
backyard dengan skala rumah tangga yang berdiri pada tanggal 21 maret 2009
ALAMSYAH JAYA. Produksi awal yaitu udang windu yang pada saat itu sangat
karena banyaknya penyakit dan virus sehinnga beralih menjadi udang vannamei
Produksi pada tahun 2010 mencapai 70.000.000 ekor dalam satu tahun (10
siklus) 2011 membuka tempat baru atau menyewa lahan produksi di karenakan
bayaknya permintaan pembeli atau petani tambak, ditahun yang sama minat beli
larva udanag vannamei dari noply (telur) samapai post larva 6-9, dengan pangsa
pasar yang sudah meluas hingga kirim ke luar pulau jawa permintaan yang sangat
besar dari daerah kendari dan juga Kalimantan serta sebagian pulau Sumatra
4.2.1. Sarana
15
nauplius samapai PL dan siap jual. Berjumlah 40 bak berukuran 8 m2 yang terbuat
dari beton atau jenis kolam permanen. Setiap kolam dilengkapi saluran inlet dan
outlet yang digunakan sebagai saluran penyaluran air kedalam bak dan juga
pembuangan air di bak backyard udang vannamei, Saluran inlet dan outlet dapat
Gambar 2 Gambar 3
Saluran inlet Saluran outlet
kolam kultur pakan alami berjumlah 5 bak dengan luasan 2 m2 untuk setiap
kolam. Kolam kultur ini merupakan kolam untuk menghasilkan pakan alami bagi
backyard benih udang vannamei. Pada setiap hari dilakukan kultur yang bertujuan
4.2.2. Prasarana
yang digunakan untuk suplay oksigen (blower), lampu penerangan dan pompa air
juga genset manual berdaya 26 HP sebagai cadangan energi ketika listrik utama
padam. Nantinya blower tersebut dialirkan melalui pipa yang sudah terintegrasi di
setiap bak backyard sebagai aerasi. Sedangkan pompa air berfungsi sebagai
STRUKTUR ORGANISASI
UD ALAMSYAH JAYA
Ds Panyuran Kec Palang Kab Tuban`
CP: 081229174222 FB @zenalamsyah 62391
PENDIRI
H. GHOFUR
KEPALA UD
ALAMSYAH JAYA
ZEN ALAMSYAH
BENDAHARA SEKRETARIS
mandarak
ANGGOTA
H. GHOFUR
ZAINAL
ADI MARSHA
KASRUN
Gambar 4.
Struktur Organisasi
18
yang berdinding beton dengan tujuan agar air dalam bak tidak bocor dan tahan
dalam jangka waktu cukup lama. Pada pra reproduksi dilakukan pengecetan bak
berwarna biru hal ini dimaksutkan agar menyerupai habitat asli udang vannamei.
Lalu dilakukan pencucian bak dengan air tawar supaya penyakit atau virus tidak
ada. Setelah itu di isi air laut yang sudah di netralisir oleh bak penampungan
setinggi 70-80 cm. Kemudian pemasanngan selang aerasi yang bertujuan sebagai
suplai oksigen.
larva udang vannamei. Hal yang harus diperhatikan mengenai air yaitu kecukupan
kualitas dan kuantitas agar organisme yang dipeliara dapat hidup dan tumbuh
dengan baik.
Di UD Alamyah Jaya proses pengairan dari air laut yang sudah mengalami
liter air laut yang sudah dipompa ketandon setelah masuk ke filter air yang sudah
siap akan dimasukan kedalam kolam atau bak pembenihan dengan ketingian 65-
terdapat 2 kali filterisasi diantaranya filter pertama yaitu pasir dan selanjutnya ke
ijuk serabut kelapa serta pembalut kapas yang terdapat pada saaat pengisian kolam
Peneberaan naupli dilakukan pada pagi atau malam hari dengan tujuan
untuk menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi yang dapat mempengaruhi
Naupli yang ditebar adalah naupli muda yaitu stadia 4-5 karena dianggap kuat untuk
dipindahkan.
naupli ke bak larva dan juga untuk memindahkan ganguan proses moulting dari
stadia naupli ke stadia zoea. Elovaara (2001) dalam Subaidah dkk. (2006)
menyatakan bahwa pada pemeliharaan larva udang vannamei sering terjadi zoea
syndrome atau zoea lemah. Pada fase ini larva kelihatan lemah dan tubuh kotor
diaklimatisasi terlebih dahulu pada bak pemeliharaan larva sel;am ±15 menit.
Aklimatisasi terhadap suhu dan salinitas pelu dilakukan sebelum nauplius ditebar
Jenis pakan yang di berikan pada larva udang vannamei terdiri dari pakan
alami dan buatan. Pakan alami yang digunakan adalah Skeletonema dan Artemia.
Rotofier dan Brine Shrim Flakes. Hal ini sesuai pendapat Wardinigsih ( 1999) yang
menyatakan bahwa, secara umum pakan yang di berikan pada larfa udang vanami
selama proses pemeliharaan ada dua yaitu pakan alami ( Phythoplankton dan
Kali sehari. Dosis pemberian pakan alami dan buatan pada larva udang vannamei
Gambar 5
Pemberian pakan
a. Suhu
yang optimal dapat membuat pemeliharaan benur udang vannamei menjadi optimal
karena suhu sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup benih udang
oksigen dalam penrairan serta menyebabkan interaksi berbagai factor lain dalam
parameter kualitas air. Suhu juga memepengaruhi proses fisiologis seperti respirasi,
nafsu makan, pertumbuhan, tingkah laku dan reproduksi udang vannamei. Pada
pengukuran sushu dilakukan 3 kali pengukuran dalam satu hari dengan rentangan
pengukuran suhu dilakukan agar bisa mengetahu besaran fluktuasi suhu yang ada
di dalam kolam atau bak pembenihan. Rata-rata suhu dan grafik pengamatan suhu
SUHU
pagi siang sore
40
35
30
NILAI SUHU (OC)
25
20
15
10
0
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Grafik 1
Pengamatan suhu
Suhu rata-rata
33
32
31
30
suhu
29
28
27
26
06,00 12,00 04,00
Grafik 2
Rata rata suhu
22
Hal ini menjukkan bahwa suhu didalam bak pembenihan tetap hangatdan
(1993) temperature yang cocok untuk pertumbuahan larva uadang vannamei Antara
25oc - 32 0c. pendapat ini juga didukung Purba (2012), bahwa suhu pada kisaran
b. Salinitas
pertumbuhan benur udang vannamei salinitas air berhubungan erat dengan proses
merupakan jenis udang dengan toleransi salinitas rendah (stehohalin) pada salinitas
suhu perairan tinggi maka salinitasnya dapat meningkat karena terjadi penguapan.
Rata-rata salinitas dan grafik pegamatan harian salinitas dapat dilihat pada grafik 3
dan 4.
23
Salinitas
35
30
25
20
15
10
0
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Grafik 3
Pengamatan salinitas
Salininitas
33
32
31
30
Salinitas
29
28
27
26
PAGI SIANG SORE
Grafik 4
Rata- Rata salinitas
24
Antara 28-32 ppt. elovaraa (2001) menyatakan bahwa salinitas berada pada kisaran
0,5 ppt-35 ppt., jika terlu asin maka energy lebih banyak terserap untuk proses
Amri dan Kanna (2008), yakni kisaran salinitas yang baik bagi pembenihan udang
nauplius setiap hari udang dikontroli dengan rutin. Monitoring ini bertujuhan untuk:
Monitoring ini dilakukan dengan mengambil sempel dari beberapa titik. Tetapi
titik yang paling sering diambil pada bagian pojok bak. Karena larva cendrung pada
pengambilan sampel ini dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Pengamatan ini
a) Larva yang memasuki stadia zoea ditandai dengan adanya kotoran yang selalu
c) Larva memasuki stadia PL, apabila sudah tampak seperti udang dewasa yaitu
larva berenangnya seperti udang pada umumnya bentuk tubuhnya dan alat
Larva udang vannamei ini jika diamati dengan beker glass pada stdia zoea-
Mysis akan melayang –layang diair bila stdia PL larva terlihat aktif bergerak kalau
sudah PL tidak menggunakan beker glass tetapi menggunakan timba wakul karena
Hama dan Penyakit pada larva udang sering dijumpai pada udang berusia
muda, baik periode larva maupun post larva proses timbulnya suatu penyakit
adalah yang disebabkan oleh virus bakteri, jamur dan parasit (subaidah dan
pembeihan udang vannamei adalah White Spot Syndrome virus (WSSV) red tail
disaese yang disebabkan oleh taura Syndrome Virus (TSV) dan runt Defomity
4.4.8. Pemanenan
Pada tahap akhir dilakukan pemanenan pada stadia post larva (PL) sesuai
pemesanan. Panen optimal di lakukan pada post larva PL 5-7 meskipun ukuranyya
terbilang kecil namun memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sat tebar ditambak
secra berkala. Hal ini dkarenenakan waktu penebaran naupli udang vannamei yang
dimana pada lubang outlet telah disiapakan jaring khusus untuk menampung benur
yang keluara dari saluran outlet .setelah benur di dapatkan segera dipindahkan ke
tidak menimbulkan
27
menyerang
biasanya dilakukan di
merupakan proses
alami.
karena memacu
pertumbuhan udang.
28
memerlukan tingkat
mortalitas
dikarenakan pecahnya
nopli ke zoeya
perlu dilakukan
pengecekan
10 11-11-2018 Pengisian air tandon laut ke bak Pengisian air tendon laut
akan memperkaya
berkurang
perkembangan sangat
sehingga dilakukan
pemanenan
karena pengamatan
telanjang.
timmbulnya penyakit
papaya
kanibal
BAB V
5.3. Kesimpulan
secara massal. Naupli yang ditebar sebanyak 2.000.000 ekor dengan hasil panen
rata-rata mencapai 400.000 ekor atau 25 % dari larva yang ditebar. Dalam
perkembangannya naupli akan melalui stadia zoea selama 4-5 hari selanjutnya
berkembang ke stadia Mysis kurang lebih selama 3-4 hari hingga stadia post larva
Jenis pakan alami yaitu plankton jenis skletonema dan artemia dan juga
pakan buatan yang berbeda disetiap stadia. Pengecekan kualitas air sangatlah
penting bagi kelangsungan hidup dan perkembangan larva atau benur. Suhu dalam
dengan cara pemberian treflan, iodin atau EDTA serta growup dan juga pembukaan
5.4. Saran
dilakukan hanya sebatas ala kadarnya, seharunya teratur dan kualitas perairan harus
selalu dalam kondisi optimal dalam artian suhu harus sekitar 28-30 dan DO harus
berkisar 4-8 salinitas dalam kisaran 24-28 ppt dan pakan sebisa mungkin habis
termakan.
33
Naupli yang ingin dibudidayakan sebaiknya tidak berasal dari indukan hasil
persilangan sehingga benur yang dihasilnya nanti berkualitas dan tahan terhadap
penyakit. Disamping itu ukuran dan umur naupli harus seragam agar resiko
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
penetral pH