Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK PEMEBESARAN IKAN LELE(CLARIAS SP) CV PERIKANAN DARAT

TELAGA MANDIRI MAUMERE FLOSES TIMUR

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN III

PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

Oleh

Ummu Khairul Nisa


17.3.06.072

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN

POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KUPANG

2019

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Teknik Pembesaran Ikan Lele(Clarias sp) di Cv Perikanana darat Telaga Mandiri flores
timur

Nama : Ummu Khairul Nisa

NIT : 17.3.06.069

Program Studi : Teknik Budidaya Perikanan


Laporan Ini Disusun Sebagai Pertanggung jawaban

Atas Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang III

Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Tahun Akademik 2018/2019

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

Dr. Suseno,M.P

NIP. 196210041990031002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan

Riris Yuli Valentine.S Pi M P

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena penulis dapat menyelesaikan
LaporanPraktek Kerja Lapang II ini tepat pada waktunya. Penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapang II ini dapat dilaksanakan dengan baik, karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr suseno,M.P selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan kesempatan


kepada kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapang III.
2. Bapak Dr.Ir.Suseno,Mp. selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang
yang telah memberikan arahan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapang III.
3. Ibu Yuli Valentine.S.Pi M P selaku Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan,
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun Laporan Praktek Kerja
Lapang III.
4. Pimpinan Unit Balai Perikanan Budidaya Air Payau BPBAP beserta staff Lapangan III.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih belum sempurna, untuk itu
segala kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan.

Kupang, 05 April 2019

Ummu Khairul Nisa

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................I

KATA PENGANTAR.................................................................................................................II

DAFTAR ISI................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................IV

I . PENDAHULAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Tujuan..................................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3

2.1 Biologi Ikan Lele.................................................................................................3

2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele...................................................................................3

2.1.2 Morfologi....................................................................................................4

2.1.3 Habitat.......................................................................................................4

2.1.4 Tingka Laku...............................................................................................4

2.1.5 Makan Dan Kebiasaan..............................................................................5

2.2 Persiapan Tambak.............................................................................................5

2.2.1 Pengeringan Lahan...................................................................................5

2.2.2 Pengapuran...............................................................................................5

2.2.3 Pemupukan...............................................................................................7

2.2.4 Pengisian Air.............................................................................................7

2.3 Kegiatan Pembesaran.......................................................................................10

2.3.1 Wadah dan Media....................................................................................10

2.3.2 Penebaran Benih......................................................................................10

2.3.3 Pemeliharaan...........................................................................................10

2.3.4 Pemberian Pakan.....................................................................................12

2.3.5 Kualitas Air...............................................................................................12

2.3.6 Pengendalian Hama Dan Penyakit..........................................................15

2.3.7 Pemanenan..............................................................................................17

2.3.8 Pemasaran...............................................................................................17

2.3.9 Analisa Usaha..........................................................................................19


.III METODOLOGI..........................................................................................................21

3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................................21

3.2 Metode peraktek kerja lapagan III..........................................................................21

3.3 Sumber data.......................................................................................................21

3.4 Teknik pengumpulan data..................................................................................21

3.5 Metode pengelolaan dan analisa data...............................................................21

BAB I

. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin.
Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang),
ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali
(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang
(Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan
lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air
yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu
aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan
berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ikan lele
banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan
Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam)
produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/

Ikan lele (Claias sp) atau di sebut Walking Fish karena dapat berjalan di darat termasuk
dalam famili Clariidae, merupakan ikan yang habitat hidupnya di sungai, rawa-rawa, waduk,
parit atau genangan air lainnya

Ikan lele mempunyai ketahanan hidup yang tinggi, sehingga dapat hidup di air yang
tenang, bahkan pada air yang kotor sekalipun asal tidak mengandung racun, ikan lele dapat
mempertahankan hidupnya.

Budidaya ikan lele sampai saat ini sudah banyak berkembang di masyarakat dan sudah
di kenal oleh masyarakat luas sebagai ikan konsumsi yang lezat rasa dagingnya. Halini terbukti
dengan munculnya rumah makan dan restauran yang menyajikan masakan dari ikan lele.
Bahkan yang dulu di kenal sebagai ikan yang hanya yang di konsumsi ole golongan masyarakat
berpenghasilan rendah, akhir-akhir ini semakin di sukai oleh masyarakat kelas menengah ke
atas.

Namun demikian teknologi budidaya ikan lele yang tersebar ke masyarakat sangat
terbatas, sehingga di perlukan informasi teknologi yang dapat diaplikasikan kepada petani
nelayan

Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan lele,peluang bisnis budidayanya


semakin terbuka. Budidaya ikan lele,baik pembenihan maupun pembesaran dapat di jalankan
dengan modal besar, tetapi dengan jumlah modal terbatas pun masih dapat dilakukan. Kini,
budidaya lele umumnya di kelola secara intensif. Budidaya lele pun sebagai ranta awal bisnis
lele mempunyai peluang yang cukup besar untuk mendukung permintaan dalam program
membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Secara ekonomis, usaha budidaya lele sangat menguntungkan karena ikan lele memiliki
nilai ekonomi yang tinggi,tidak memerlukan perawatan yang rumit asalkan airnya cukup dan
layak , penghasilan protein yang tinggi sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi masyarakat,
serta muda di dapat di masyarakat.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan ialah untuk mengenal dan mempelajari
tekinik-teknik dalam melakukan pembudidayaan ikan lele dan untuk mengetahui berapa jumlah
biaya produksi yang dikeluarkan dan berapa jumlah output yang dihasilkan dalam melakukan
pembudidayaan ikan Lele. Serta dapat dijadikan motivasi untuk dapat mencoba dan
mengembangkan pembudidayaan ikan lele tersebut agar hasil produksinya menjadi lebih baik
dan maksimal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi ikan lele

Penyebutan nama ikan lele di berbagai negara berbeda-beda. Ikan lele ada yang di
kenal dengan sebutan keli(Malaysia),Plamod(Thailand), catetrang (Jepang),mali (Afrika), gura
mangura (Srilangka),dan catfish(Inggris) Di berbagai daerah do Indonesia, lele di sebut
ikankeliatau keeling(Makasar/Sulawesi),lele (Pulau Jawa), pintet(Kalimantan).Disebut catfis
karena ikan ini mempunyaibkumis seperti kucing. Istilah ini juga berlaku bagi jenis ikan lain
yang juga berkumis,seperti patin dan baung. Berapa spesis ikan lele yang ada di indonesia di
antaranya; claria melanoderma, clarias nieuhofii, clarias teijsmanii, clarias macrochepalus,
clarias batrachus dan clarias leiacanthus

2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele

Ikan lele tergolong kedalam Famili Clariidae dengan Klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub - kingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Sub – phyllum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub – Class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub – Ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias Sp

2.1.2 Morfologi

Secara umumnya ikan lele tidak memiliki sisik di bagian tubuh, memiliki kumis di bagian
depan, dan patil di samping. Ikan lele juga berbentuk bulat dan memanjang, kulitnya licin,
berlendir dan memiliki warna bervariasi tergantung variates ada hitam, kekuningan, dan
kecoklatan hitam. Selain itu, ikan lele juga memiliki sirip yang tunggal di bagian punggung dan
juga ekor.

Mulut terletak pada ujung moncong (terminal)dengan di lengkapi 4buah sungut


(kumis).Mulut lele di lengkapi gigi atau hanya berupa permukaankasar di mulut bagian depan.
Di dekat sungut,terdapat alat olafaktori yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta
penglihatan yang kurang berfungsi dengan baik.Lele memiliki tiga buah sirip tunggal,yakni sirip
punggung(dorsal),sirip ekor(caudal),dan sirip dubur(anal). Sirip punggung dan sirip dubur
tersebut berfungsiuntuk menjaga keseimbagan sirip dadanya di lengkapi dengan sirip yang
keras dan runcing yang di sebut patil.
Gambar 1 Morfologi ikan lele

2.1.3 Habitat

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele banyak di temukan d perairan tawar,di dataran
rendah hingga sedikit payau. Di alam,ikan lele hidup di sungai-sungai yang arusnya mengalir
secara perlahan atau lambat,kolam,danau,waduk,rawa,serta genagan air tawar lainnya. Ikan ini
lebih menyukai perairanyang tenangterpian dangkat dan terlindungi, ikan lele memliki
kebiasaaan membuat atau menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam.

2.1.4 Tingka Laku

Ikan lele bersifat noctural yitu aktuf bergerak mencari makan pada malam hari.pada
siang hari biasanya berdiam diri berlindung di tempat-tempat gelap.Ikan lele dilengkapi
pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya dan bernafas dengan bantuan
labirin yang berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya, fungsinya sebagai penyerap
oksigen yang berasal dari udara sekitarnya.Maka dalam keadaan tertentu ikan lele dapat
beberapa jam berdiam diri di permukaan tanah yang lembab dan sedikit kadar oksigennya.

2.1.5 Makan dan Kebiasaan makan

Makanan diperlukan ikan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kondisi tubuh. Makanan
ikan dapat berupa makanan alami yakni makanan yang tersedia di kolam seperti tanaman air,
plankton, dan benthin.
Hasil penelitian ini perut 20 ekor ikan lele berukuran panjang 111-331 mm yang terdapat
di Rawa Pening, makanan utamanya adalah serangga dan udang, tapi yang paling utama
adalah serangga.

2.2 persiapan tambak

2.2.1 Pengerigan Lahan

Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya ikan dimulai. Caranya
dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam. Penjemuran berlangsung selama
3-7 hari tergantung cuaca dan jenis tanah.

Sebagai patokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak-retak.


Penjemuran yang terlalu lama akan menyebabkan tanah membatu. Sebaiknya jangan sampai
seperti itu. Untuk mengukurnya, injak dasar kolam. Bila telapak kaki kita hanya meninggalkan
jejak sedalam kurang lebih 1 cm, pengeringan sudah dianggap cukup. Bila jejak yang
ditinggalkan masih dalam, penjemuran belum maksimal.

Pengeringan dasar kolam tanah dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan
penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Sebagian besar
mikroorganisme patogen akan mati dengan sinar matahari kekeringan. Selain itu, penjemuran
juga membantu menghilangkan gas-gas beracun yang terperangkap di dasar kolam.

2.2.2 Pengapuran

Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya meningkat
(pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan kapur pertanian atau
dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat
keasaman tanah kurang dari itu perlu pengapuran.

Jumlah kapur yang diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Namun jumlah
pastinya harus disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis tanah liat berlumpur,
takaran pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah sebagai berikut:

pH kurang dari 4,0 jumlah kapur 4 ton/ha

pH 4,0 – 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha

pH 4,5 – 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha

pH 5,1 – 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha

pH 5,6 – 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha

Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat. Sedangkan
untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Kapur diaduk dengan
tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur hingga kedalaman 10
cm. Setelah itu, kolam didiamkan selama 2-3 hari.

2.2.3 Pemupukan

Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan. Sebaiknya


gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk
kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organik mutlak diperlukan untuk mengembalikan
kesuburan tan\ah.

Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang kaya
bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk berkembang biak.
Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan alami ikan.

Jenis pupuk organik yang digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Dosisnya
sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan dasar kolam. Bila
dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang sering dipakai untuk dasar
kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam dibiarkan selama 1-2 minggu.Selanjutnya,
kolam siap untuk diisi air.

2.2.4 Pengisian Air

Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap, taburkan pupuk kandang
seperti kotoran ayam atu kambing sebanyak 500 g/m2. Tujuan diberiakn pupuk kandang adlah
untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami untuk ikan. Setelah kolam terisi air, kolam
didiamkan selama beberapa hari agar terjadi proses penguraian atau dekomposisi. dalam
pengisisn air perlu diperhatiakan kehadiran anak katak, burunyak mujai, atau lele yang
seringkali terbawa oleh air, jika itu dibiarkan maka akan menggangu pertumbuhan beni nantinya
setelah disi. Untunk mengatasinya taburkan saponin sebanyak 5-10 kg atau denagan
pemberian daun lampesan secukupnya. Saponin bisa mematikan hewan-hewan berdarah
merah. Hewan yang sudah mati karena di saponin maka dibuang agar tidak membusuk
dikolam. Beberapa hari k\emudian air akan berubah menjadi hijau tanda plankton sudah
tumbuh. Masukkan air secara bertahap hingga mencapai tinggi 60-80 cm. Pupuk buatan,
seperti SP-36 sebanyak 20 g/m2 dapat diberikan untuk mempercepat pertumbuhan pakan
alami. Diamkan 5-7 hari sampai warna berubah menjadi hiau segar. Saat itu benih sudah siap
ditebar.

2.3 Kegiatan pembesaran

2.3.1 Wadah dan media

Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele.
Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi
usaha budidaya. Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi
lingkungan, ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah,
kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel ini kita akan
membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling banyak digunakan oleh para peternak
ikan. Sebagai pengetahuan tambahan, silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang
harus dilakukan dalam

2.3.2 Penebaran Benih

Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih disucihamakan dulu dengan merendamnya


didalam larutan air garam dengan dosis 2-5ppm selama 5-10 menit Penebaran benih
hendaknya di lakukan pada pagi/sore hari. Pada kedua kondisi ini umumnya perbedaan nilai
suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar.Jika perbedaan suhu air wadah
benih air kolam tebar cukup signifikan,maka perlu di lakukan upaya penyamaan suhu air wadah
benih secara bertahap terlebih dahulu agar benih tidak stres saat ditebar.

Kedalaman kolam air tebar pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dengan ukuran
benih. Sedapat mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara
langsung.Sebaiknya benih ikan tidak ditebar langsung dari wadah ke kolam. Cara yang sering
dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan benih ikan ke dalam kolam tebar
secara hati-hati,perlahan dan bertahap. Benih ikan akan mendapat kesempatan
beradaptasi(walau sebentar) dengan lingkungan air kolam sedini mungkin meskipun masih
berada dalam wadahnya.Kemudian benih ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya dari wadah
secara bertahap menuju lingkungan air kolam tebar.

2.3.3 pemeliharaan

Kolam terpal yang sudah tersedia, kemudian diisi dengan air yang tidak terlalu dalam
terlebih dahulu. Untuk bibit ikan lele yang berukuran 5-7 cm bisi diisi dengan air 40 cm. Hal ini
dilakukan agar anakan ikan tidak merasa capek naik turun dari dasar kolam untuk mengambil
oksigen. Seiring dengan pertambahan usia dan juga ukuran tubuh ikan lele, maka kedalaman
air kolam juga bisa dilakukan. Perlu disediakan pula rumpon atau pelindu untuk lele. Karena lele
merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup.

Pemberian pakan pelet dilakukan 2 kali sehari. Lebih bagus dilakukan pemberian
makanan lebih dari dua kali sehari, tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit. Bila lingkungan
tersedia pakan alami seperti bekicot, kerang, keoang emas, rayap dan lain-lain, dapat dilakukan
untuk menambah makanan alami untuk lele. Makanan alami ini selain menghemat pengeluaran
juga bisa memberi kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele akan lebih cepat.

Penggantian air kolam terpal juga perlu dilakukan 10-30 persen setiap minggu. Meski
ikan lele dianggap tahan terhadap kondisi air, tetapi bila air kolam terpal tidak diganti akan
membuat kondisi air menjadi bau. Dengan kondisi air yang berbau akan membuat ikan lele
mudah diserang penyakit.

2.3.4 pemberian Pakan


Pemberian pakan harus sesuai aturan supaya pertumbuhan dan perkembangan lele
optimal.Seringkali kasus yang dijumpaipada peternak pemula yaitupemberian pakan yang
berlebihan. Lele memang bersifat rakus sehingga bawaannya igin makan terus-menerus.
Peternak pemula biasanya masing senang-senangnya memeberi makan ke lele.Akibat selain
ikan kekenyangan kualitas air menjadi buruk. Pakan yang berlebihan akibat tak termakan akan
terurai menjadi amonia. Kadar amonia yang tinggi bisa mengakibatkan kematianbenih
mencapai 20%.

Dalam tata cara pemberian pakan lele, mengetahui waktu pemberian pakan merupakan
hal yang sangat penting, selain harus mengatur waktu pemberian pakan lele sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan, baik yang menggunakan tiga kali sehari atau lima sampai dengan
enam kali sehari (Setiap 3 jam). Yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah pemberian
pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi, atau lebih jelasnya, jangan memberikan pakan pada
lele sebelum jam sembilan pagi. Kenapa demikian? Berdasarkan penelitian pada waktu pagi
sebelum jam sembilan, permukaan air kolam masih tercemar oleh zat-zat yang merugikan yang
dibawa oleh udara, jadi jika kita memberikan pakan pada saat yang terlalu pagi, maka pakan
akan bercampur dengan zat-zat tersebut sehingga menjadi racun dan berbahaya bagi
kesehatan ikan. Dengan menunggu hingga jam sembilan, diharapkan sudah cukup waktu untuk
zat-zat tersebut menguap karena disinari oleh matahari. Adapun penyakit yang bisa ditimbulkan
dari kebiasaan memberikan pakan yang terlalu pagi adalah radang insang, diakibatkan oleh
parasit karena ikan memakan pakan yang telah tercemar oleh zat-zat yang merugikan.

2.3.5 Kualitas Air

Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan lele,
variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia, dan biologi air. Sifat fisika air meliputi suhu,
kekeruhan dan warna air sedangkan sifat kimia air itu seperti kandungan oksigen,
karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas. Sifat biologi meliputi jenis dan jumlah binatang air,
seperti plangkton yang hidup suatu perairan.

Kuantitas air adalah jumlah air yang tersedia yang berasal dari sumbernya, seperti
sungai atau saluran irigasi untuk mengisi dan mengairi kolam. Jumlah air yang di butuhkan atau
air yang mengairi kolam tersebut dikenal dengan istilah debit air. Debit air yang dibutuhkan
untuk budidaya ikan lele adalah 10 liter per menit.

 Parameter lingkungan fisik yang menjadi pertimbangan perairan air tawar adalah :

suhu

kecerahan

kekeruhan

kedalaman

debit air

 Faktor kimia meliputi:


pH

BOD

COD

Oksigen terlarut

Amoniak

Nitrit

Nitrat

Pospat

Karbondioksida

Alkalinitas

H2S

Logam berat

 Sedangkan faktor biologi lingkungan yang menjadi pertimbangan pada kegiatan


budidaya air tawar adalah

Kepadatan dan keragaman plankton (fitoplankton dan zooplankton), mikro dan


makrobenthos.

Upaya pengelolaan lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mendukung


kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan cara diantaranya melakukan kegiatan pemantauan
kualitas air atau pengelolaan kualitas air dan kesehatan ikan secara bersama-sama

Pengelolaan kualitas air yang kontinyu merupakan faktor eksternal lain yang
menentukan keberhasilan usaha budidaya, karena berkaitan yang erat antara lingkungan
perairan dengan berkembangnya hama dan penyakit pada organisme air tawar yang dipelihara.
Dengan demikian pengelolaan lingkungan budidaya akan menentukan keberhasilan dan
keberlanjutan usaha budidaya.

Lingkungan perairan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan


fisiologis dari alat-alat tubuh ikan, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan. Bila
terjadi perubahan/ketidakseimbangan dapat menimbulkan penyakit.

Lele dikenal mampu hidup dalam air yang kualitasnya rendah, namun budidaya lele
lebih berhasil apabila kualitas air kolam juga baik. Kondisi yang ideal bagi kehidupan lele adalah
air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–26°C. Kandungan O2 yang terlalu tinggi akan
menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya
penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematian.
2.3.6 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit ikan lele banyak ragamnya, beternak lele tanpa memperhitungkan
resiko serangan hama dan penyakit akan membawa malapetaka.

Serangan hama dan penyakit ikan lele bisa dihindari dengan memperbaiki manajemen
budidaya. Namun meskipun begitu, tetap saja masih ada faktor eksternal yang tidak bisa
dielakkan 100 persen. Banyak hal-hal tidak terduga yang bisa terjadi ketika kita
membudidayakan ikan lele.

Sumber hama dan penyakit ikan lele dari faktor internal, antara lain pengaturan pakan
yang tidak tepat, benih yang membawa bibit penyakit, sampai pengaturan air yang buruk.
Sedangkan dari faktor eksternal antara lain iklim, cuaca, sumber air, serangan wabah regional
dan lain sebagainya.

 Pengendalian hama ikan lele

Dalam beternak lele, hama merupakan gangguan yang bersumber dari organisme besar
baik yang sifatnya predator, penggangu dan pesaing. Hama ikan lele yang bersifat predator
adalah musang, linsang, dan ular. Di daerah perkotaan kucing pun kadangkala menjadi hama
yang perlu di waspadai. Selain itu, ada juga katak yang merupakan predator bagi benih lele
yang masih kecil.

Hama yang dikategorikan pengganggu adalah belut, terutama untuk yang beternak lele
di kolam tanah. Binatang ini seringkali membuat lubang di pematang sehingga kolam bocor.
Hama yang dikategorikan pesaing adalah Ikan gabus atau mujair, karena ikan ini bisa
berkembang biak dalam kolam melalui saluran masuk atau keluar air.

Penanggulangan dari serangan hama bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti
memagari pinggiran kolam, menyaring jalan masuk dan keluar air, sampai menutup kolam
dengan paranet. Apabila kita beternak lele secara intensif, biasanya gangguan hama jarang
terjadi karena kolam relatif terawasi terus menerus.

 Pengendalian penyakit ikan lele

Penyakit ikan lele hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan tawar lainnya.
Penyakit yang biasa menyerang terdiri dari penyakit infeksi yang disebabkan jamur, protozoa,
bakteri dan virus. Berikut beberapa penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi:

Penyakit bintik putih (white spot), penyebabnya adalah protozoa dari jenis
Ichthyphyhirius multifillis. Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar. Pada ikan
lele banyak menyerang benih. Bintik-bintik putih tumbuh pada permukaan kulit dan insang. Bila
terkena ikan akan mengosok-gosokkan badannya ke dinding atau dasar kolam. Peyakit ikan
lele ini dipicu oleh kualitas air yang buruk, suhu air terlalu dingin dan kepadatan tebar ikan yang
tinggi. Untuk mencegah agar ikan tidak terkena white spot, pertahankan suhu air pada kisaran
28oC dan gunakan air yang baik kualitasnya. Pengobatan untuk jenis penyakit ikan lele ini
antara lain dengan cara merendam ikan dalam larutan formalin 25 cc per meter kubik air
ditambah dengan malacit green 0,15 gram per meter kubik air selama 24 jam. Pada ikan lele
yang sudah besar, penyakit ini juga bisa dihilangkan dengan memindahkan ikan ke kolam
dengan suhu 28oC.

Penyakit gatal (Trichodiniasis) disebabkan oleh protozoa jenis Trichodina sp. Gejala
penyakit ikan lele Trichodiniasis adalah ikan terlihat lemas, warna tubuh kusam dan sering
menggosok-gosokan badannya ke dinding dan dasar kolam. Penyakit ikan lele ini menular
karena kontak langsung dan juga lewat perantara air. Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dan
kekurangan oksigen disinyalir memicu perkembangannya. Penyakit ikan lele ini bisa dicegah
dengan mengatur kepadatan tebar dan menjaga kualitas air. Penyakit ini bisa dihilangkan
dengan merendam ikan dalam larutan formalin 40 ppm selama 12-24 jam.

Serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Penyakit ikan lele yang ditimbulkan bakter ini
menyebabkan perut ikan menggembung berisi cairan getah bening, terjadi pembengkakan pada
pangkal sirip dan luka-luka disekujur tubuh ikan. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah
penumpukan sisa pakan yang membusuk di dasar kolam. Untuk mencegahnya, upayakan
pemberian pakan yang lebih tepat dan pertahankan suhu air 28oC. Pengobatan yang paling
umum pada ikan benih adalah pemberian antibiotik Oksitetrasiklin (OTC). Caranya dengan
mencampurkan OTC dengan pakan, takarannya 50 mg per kg pakan. Berikan selama 7-10 hari.
Apabila penyakit ikan lele ini menyerang kolam pembesaran, gantilah air kolam dua kali sehari.
Pada saat penggantian air, tambahkan garam dapur dengan takaran 100-200 gram per meter
kubik.

Penyakit Cotton wall disease, penyebabnya bakteri Flexibacter Columnaris. Bakteri ini
menyerang organ dalam seperti insang. Gejala yang ditimbulkannya adalah terjadi luka atau
lecet-lecet pada permukaan tubuh, ada lapisan putih atau bintik putih, gerakan renang lambat
dan ikan banyak mengambang. Faktor pemicunya adalah pembusukan sisa pakan didasar
kolam dan suhu air yang naik terlalu tinggi. Pencegahannya dengan mengontrol pemberian
pakan dan mempertahankan suhu air pada 28oC. Apabila ada anggaran lebih, berikan vaksin
pada benih ikan. Utuk mengobati penyakit ikan lele adalah dengan memberikan OTC 50 mg per
kg pakan yang diberikan 7-10 hari. Cara lainnya, rendam ikan dalam larutan OTC dengan dosis
3-5 ppm selama 12-24 jam. Ikan lele yang diberi antibiotik baru bisa dikonsumsi setelah dua
minggu.

Penyakit karena serangan Channel catfish virus (CCV). Virus ini tergolong kedalam virus
herpes. Ikan yang terinfeksi tampak lemah, berenang berputar-putar, sering tegak vertikal di
permukaan, dan pendarahan dibagian sirip dan perut. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini
adalah fluktuasi suhu air, penurunan kualitas air dan kepadatan tebar yang tinggi. Untuk
mencegah serangan virus ini adalah dengan cara memperbaiki manajemen budidaya, menjaga
kebersihan kolam dan pemberian pakan yang berkualitas. Pengobatan ikan yang telah
terinfeksi jenis virus ini belum diketahui. Namun penyakit ikan lele ini bisa pulih dengan
meningkatkan kebersihan kolam seperti mengganti air kolam hingga ikan terlihat pulih.

Selain penyakit ikan lele di atas, terdapat juga sejumlah penyakit yang bukan
disebabkan oleh infeksi melainkan disebabkan oleh kondisi lingkungan, seperti keracunan dan
lain sebagainya. Berikut beberapa penyakit non-infeksi yang penting diketahui dalam beternak
lele:

Penyakit kuning (Jaundice), penyakit ini akibat dari kesalahan nutrisi pakan.
Penyebabnya antara lain kualitas pakan yang buruk, seperti telah kadaluarsa atau pakan
disimpan di tempat lembab sehingga pakan rusak. Beberapa keterangan mengatakan jaundice
bisa disebabkan oleh pemberian jeroan atau ikan rucah secara kontinyu. Keterangan lain
mengatakan serangan jaundice bisa datang apabila dalam air kolam banyak terdapat alga
merah.

Pecah usus atau Reptured Intestine Syndrom (RIS). Penyakit ikan lele ini terlihat dari
gejalanya yang khas yaitu pecahnya usus. Penyebabnya adalah pemberian pakan yang
berlebihan. Ikan lele merupakan ikan yang rakus, berapapun pakan yang kita berikan akan
disantapnya sehingga akan memecahkan usus bagian tengah atau belakang. Untuk
menghindarinya, lakukan pengaturan pemberian pakan yang efektif. Kebutuhan pakan ikan lele
per hari adalah 3-6% dari berat tubuhnya dan harus diberikan secara bertahap, pagi, siang,
sore atau malam hari.

Kekurangan vitamin, kasus kekurangan vitamin yang paling sering pada ikan lele adalah
kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan tubuh ikan bengkok dan
tulang kepala retak-retak. Apabila terlihat penyakit ikan seperti ini, berikan vitamin mix yang
banyak dijual di pasar. Dosisinya 1 gram per kg pakan lele diberikan selama 5-7 hari.

Penyakit keracunan, penyakit ini ditimbulkan karena faktor lingkungan seperti air yang
tercemar pestisida, atau akibat kimia industri lainnya. Untuk menanggulanginnya, usahakan
penggantian air kolam minimal sebanyak 20% setiap dua kali sehari

2.3.7 Pemanenan

Panen ikan lele di kolam terpal dapat di lakukan dengan cara panen sortin atau dengan
panen sekaligus. Panen sortil adalah dengan memilih ikan yang sudah layak untuk di
konsumsi/sesuai dengan keinginan pasar,kemudian ukuran yang kecil di pelihara
kembali.Panensekaligus biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan dapat di panen
semua dengan ukuran yang sesuai keiginan pasar

2.3.8 Pemasaran

Masih membahas seputar Ikan berkumis tipis si Lele, hehe. Banyaknya orang yang cinta
terhadap makanan bergizi nan lezat yang satu ini membuat permintaan terhadap ikan lele tidak
pernah sepi, malah justru cenderung meningkat dari bulan ke bulan sobat. Justru dapat
dikatakan, sumber produksi yang tersedia saat ini masih belum bisa memenuhi permintaan
pasar yang ada. Dari info yang dapat dipercaya yang sudah melakukan survey di daerah Jawa
Barat, di sana perharinya permintaan pasar mencapai 77 ton ikan lele siap konsumsi. Untuk
konsumsi ikan lele se-nasional pada tahun 2003 meningkat sampai 19,1%, yakni sekitar kurang
lebih 58.325 ton per tahunnya dan di prekdisikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Wihh?? Jadi dapat sobat bayangkan betapa banyaknya kebutuhan dan permintaan ikan lele
disekitar lingkungan sobat, baik itu untuk konsumsi daerah domestik ataupun masalah ekspor
ke luar. Apa yang ada dikepala sobat sekarang ini?? Bisnis?? Yup, ini adalah peluang bisnis
yang menjanjikan dan bisa sobat jalankan sekarang juga :)

2.3.9 Analisa usaha

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktek kerja lapangan III yang akan di laksanakan pada tanggal 05 april 2019 sampai
25 april 2019 di Pt Telaga Mandiri maumere

3.2. Metode Praktek Kerja Lapang II

Metode yang digunakan dalam PKL II ini adalah metode pengamatan dan praktek
langsung di lapangan dengan pola magang. Dalam PKL ini pengamatan dan praktek langsung
di lapangan dengan pola magang dilakukan dengan mengamati kegiatan yang dilaksanakan di
lokasi praktek kemudian melakukan praktek langsung dengan pola magang atau mengikuti
kegiatan budidaya yang sedang berlangsung. Kegiatan pengamatan dan magang yang
dilaksanakan di lokasi PKL dimulai dengan mencari tahu letak dan keadaan geografis lahan
budidaya, sarana dan prasarana yang digunakan dalam teknik pembesaran kakap putih
meliputi persiapan lokasi yang meliputi Rakit, Waring, Perahu, Penebaran Benih, Kualitas air
dari fisik, kimia, biologi, pengendalian ham dan penyakit, hingga panen.

3.3. Sumber Data

Sumber data yang diambil meliputi data primer dan dat sekunder MennurutSubagyo
(1991), data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang
dilakukan melalui wawancara langsung pada responden, observasi ataupun ikut terjun di
dalamnya. Data primer yang dimaksud meliputi : persiapan rakit, kualitas air proses penebaran
benur, ciri-ciri benur yang baik, sarana dan prasarana yang tersedia, pengelolaan pakan,
pemanenan dan paska panen. Sedangkan data sekunder adalah data atau informasi yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, bisa dan literature. Data sekunder yang akan
dicari meliputi : keadaan lokasi usaha secara geografis, struktur organisasi, keadaan penduduk
sekitar usaha, penggunaan SDM sebagai tenaga kerja

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Narbuko dan Achmadi (2001), teknik pengumpulan data yang digunakan
meliputi observasi dan wawancara
 Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistimatis gejala-gejala yang diamati jenis observasi partisipasi dimana penulis
yang melakukan observasi. Adapun jenis data yang diambil dengan cara observasi yaitu seperti
keadaan lingkungan sekitar lokasi. Kontruksi sarana budidaya, persiapan lokasi di laut
penebaran benur, pemeliharaan benur, pengelilaan pakan, data kualitas air (dengan parameter
Ph, Suhu, Salinitas,) pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan paska panen.

 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data yang belum didapatkan dari


kegiatan observasi dan partisipasi dengan mengajukan pertanyaan kepada responden atau
pengumpulan data dengan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait. Kekurangan
data ini dimungkinkan karena keterbatasan waktu selama praktek berlangsung. Wawancara ini
dilakukan dengan teknisi di keramba jaring apung.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang diperoleh diolah melalui editing dan tabulating. Menurut Narbuko
dan Ahmadi (2001), editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
pengumpul data atau pengecekan data atas kekeliruan, kelengkapan, maupun kekurangan
kemudian diadakan pemeriksaan kembali. Sedangkan tabulating. Adalah menyajikan data
dalam bentuk tabel sehingga mempermudah dalam pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai