Oleh:
NURHIDAYAT NURDIN
Oleh:
NURHIDAYAT NURDIN
NRP:55193212633
Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan Sebagia Salah Satu syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan
Judul : Mutu Produk dan kelayakan Dasar Di Unit Pengolahan Abon Ikan
Tuna Di Kabupaten Sinjai-Sulawsi Selatan
Penyusun : Nurhidayat Nurdin
NRP : 55193212633
Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Praktik
Akhir (KIPA) yang berjudul “Mutu Produk Dan Kelayakan Dasar Di Unit Pengolahan
Abon Ikan Tuna Di Kabupaten Sinjai-Sulawesi Selatan”. Karya Ilmiah Prktik ini
disusun sebagai salah satu syarat unut mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikanan
(S.Tr.Pi.) pada Program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Ahli
Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metode, Praktik/ Metode Perancangan/Metode, Hasil dan
Pembahasan/Analisis Desain Rancangan Bangunan, serta Simpulan dan Saran.
Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing (Bapak Aef Permadi dan Ibu Nur
Hidayah) dalam mewujudkan sebuah karya ilmiah ini diharapkan bisa menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun penulis
menyadari masilh banyak kekukrangan dan kesalahan . oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk menyempurnakan karya
ilmiah ini.
Penulis
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan praktik Lapang
ll ini dengan judul “Penerapan mutu dan keamanan pangan di unit pengolahan abon
ikan tuna di kabupaten Sinjai-Sulawesi Selatan”.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dr. Aef Permadi, M.Si dan Nuh
Hidayah, M, Biotech. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan yang sangat berarti dalam penyusunan Proposal Praktik Akhir. Selain itu
penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Muhammad Hery Riyadi Alauddin., S.Pi., M.Si. selaku Direktur Politeknik Ahli
Usaha Perikanan;
2. Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi.,Pi.,M.Sc. selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan;
3. Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M.ST.Pi. selaku Sekretaris Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan;
4. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Proposal
Praktik Lapang ll ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Praktik Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan dan perbaikan proposal.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1) Mengetahui alur proses pengolahan abon ikan tuna;
2) Mengetahui penerapan kelayakan dasar pada UMKM Pengolahan
Abon Ikan Tuna di Kabupaten Sinjai;
3) Mengetahui mutu produk abon ikan tuna di Kabupaten Sinjai.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Morfoligi ikan tuna yaitu memiliki tubuh seperti toepedo dengan yang lancip.
Tubuhnya licin, sirip dada melengkung dan sirip ekor bercak dengan celah yang
lebar. Dibagian belakang sirip punggung dan sirip dubbur juga terdapat risip-sirip
tambahan yang kecil-kecil dan berpisah-pisah. Pada sirip punggung, dubar dan
dada pada pangkalannya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga dapat
memperkecil daya gesekan dengan air pada saat sedang berenang dengan
kecepatan penuh (Ghufron, 2020).
2.1.3 Kompisisi kimia ikan tuna
Ikan tuna merupakan jenis ikan banyak mengandung lemak rendah
(kurang dari 5%) dan protein tinggi (lebih dari 20%). Ikan juga tergantung kepada
spesies, umur jenis kelamin dan musim penangkapan serta ketersediaan pakan di
air, habitat dan kondisi.lingkungan. kandungan protein dan mineral daging ikan
relative konstan. Tetapi kadar air Komposisi gizi ikan tuna ini sangat berfluktuasi.
Jika kandungan lemak pada daging semakin besar, kandungan air akan semakin
kecil dan sebaliknya. Komposisi ikan tuna dapat dilihat pada Tabel 1.
Komposisi Jumlah
Kadar Air 68,1 %
Kadar Protein 20,9%
Kadar Lemak 9,4%
Vitamin A 25JU/g
Vitamin B 16000-42000 JU/g
Sumber : (Bustami, 2012)
2.2 Klasifikasi Abon Ikan Tuna
Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan yang diberi
bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. produk yang dihasilkan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bauk has dan mempunyai daya simpan
yang relative lama.
Formula pada pembuatan abon dapat menentukan aroma, cita rasa dan
daya awet dari abon yang dihasilkan. Bahan-bahan merupakan aroma pada
pembuatan abon yaitu bawang merah, bawang putih, jahe, serai, dan daun salam.
Aroma yang dihasilkan dipengaruhi oleh bumbu-bumbu yang memilki minyak yang
mudah menguap pada suhu ruangan sehingga pada saat diolah akan
mengeluarkan aroma yang khas.
2.2.1 Karakteristik Abon Ikan
Abon ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging
ikan, melalui kombinasi proses pengolahan yaitu proses penggilingan
penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap sehingga mudah dalam
pembuatannya. Pembuatan abon merupakan salah satu alternatif pengolahan
ikan untuk mengantisipasi kelimpahan bahan baku ataupun untuk
penganekaragaman produk perikanan. Karakteristik abon secara umum adalah
berwarna cokelat gelap, berserat, memiliki bau yang khas dan kering sehingga
memiliki umur simpan yang Panjang. Abon disebut dengan makanan pendamping
5
yang dapat dikonsumsi dengan menggunakan nasi, mie, dan lain-lain. Abon ikan
yang bermutu baik mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) Kenampakan : warna cokelat spesifikas jenis serta homogen, sangat
cemerlang
2) Bau : spesifikasi abon ikan sangat kuat
3) Rasa : spesifikasi abon ikan sangat kuat
4) Tekstur : kering, dan tidak menggumpal
11) Pengemasan
Abon ikan dikemas dengan cepat cermat dan saniter
12) Penyimpanan
Abon ikan di simpan dlam ruangan yang kering dan bebas dari binatang
pengganggu dengan sistem penyimpanan FIFO (First IN Firs Out).
c Cemaran logam
- Kadmium (Cd) Mg/kg Maks 0,1
- Timbal (Pb) Mg/kg Maks 0,3
- Merkuri ( Hg) Mg/kg Maks 0,5
- Arsen (As) Mg/kg Maks 1,0
- Timah (Sn) Mg/kg Maks 40,0
d Kimia
- Kadar air % Maks 15
- Kadar Protein % Min 30
CATATAN bila diperlukan
dapat mempengaruhi lokasi. Apabila lokasi unit pengolahan terletak pada tempat
yang tidak seharusnya maka akan sangat berbahaya bagi produk yang dihasilkan,
tenaga kerja bahkan penduduk sekitar yang dapat terkena dampak dari limbah unit
pengolahan.
2) Bangunan
Bangunan yang berbahaya ditata dan direncanakan dengan baik akan
mempermudah proses yang akan dilakukan. Sususnan bagian-bagiannya diatur
sesuai dengan urutaan proses produksi, sehingga tidak menimbulkan lalu kerja
yang simpang siur dan mengakibatkan pencemaran terhadap produk yang
diproduksi. Bangunan juga harus dirancang agar dapat menahan masuknya hama
dan memudahkan dalam Tindakan pembersihan sanitasi dan hygiene.
3) Lantai
Lantai yang berfungsi sebagi tempat pekerjaan yang bersifat basah harus
terbuat dari bahan yang kedap air, tahan lama dan mudah dibersihkan. Pertemuan
antara lantai dengan dinding harus melengkung dan kedap air. Lantai yang sesuai
untuk unit pengolahan terbuat dari batu, beton dan file keramik. Lantai yang dilapisi
dengan resin cukup bagus untuk pekerjaan basah, karena tidak licin dan mudah
dibersihkan. Permukaan lantai harus halus dan tidak kasar, berpori serta bergerigi,
agar mudah dibersihkan dan tidak merupakan sumber kontaminasi.
4) Dinding
Permukaan dinding bagian dalam ruangan apabila berfungsi untuk
pekerjaan basah maka harus terbuat dari bahan kedap air. Permukaan dinding
harus rata, halus dan berwarna terang untuk memudahkan dalam melakukan
sanitasi dan hygiene. Apabila bagian dinding dengan ketinggian 2 (dua) m dari
lantai maka harus dapat dicuci dan tahan lama terhadap bahan kimia karena pada
bagian tersebut tidak boleh ditempatkan sesuatu yang menggunakan operasi
saniter dan hygiene.
5) Langit-langit
Kondisi langit-langit tidak boleh retak, bercelah, memiliki tonjolan,
sambungannya terbuka dan memiliki pipa. Tinggi langit-langit untuk ruangan
pengolahan dan pengepakan minimum 3 (tiga) m. langit-langit sebaiknya di cat
anti jamur agar terhindar dari pertumbuhan jamur di permukaan langit-langit.
Pemasangan exhaust fan sangat diperlukan karena kondisi dan kebocoran dapat
terjadi pada permukaan langit-langit dapat menyebabkan kontaminasi terhadap
proses pengolahan. Penutup/pembungkus sebaiknya merupakan pembungkus
yang halus dan mudah dilepas untuk memudahkan dalam pelaksanaan sanitasi
dan hygiene.
6) Ventilasi
Untuk mencegah panas yang berlebih, menghilangkan aroma yang tidak
diinginkan, mencegah pertumbuhan jamur,kontaminasi debu dan gas. Ventilasi
juga memiliki yang mudah untuk dibersihkan. Udara kering yang masuk kedalam
padat mencegah terjadinya variasi suhu yang menyebabkan kondensai di langit-
langit, dinding dan permukaan produk.
7) Penerangan
Untuk menerangi seluruh ruangan secara merata untuk mempermudah
proses pengerjaan produk. Penerangan minimal diberikan untuk setiap ruangan
8
ialah 20 food canle. Atau 220 lux sedangkan ruangan yang digunakan untuk
pemeriksaan cahaya 50 candle atau lux, ruang lainnya memerlukan 10 foot candle
atau 110 lux. Pengukuran intentasitasi dilakukan dengan alat pengukuran cahaya
standar. Lampu harus dilindungi dengan penutup untuk mencegah terjadinya
kontaminsi terhadap produk apabila lampu pecah.
8) Pintu dan jendela
Pintu harus memiliki permukaan yang terbuat bahan yang permukaannya
halus, tahan karat, mudah dibersihkan dan kedap air jendela juga terbuat dari
bahan yang permukaannya halus, tahan mudah dibersihkan serta dan harus
dirancang sehingga bila dibuka dapat menahan debu kotoran dan serangga serta
mempunyai kemiringan 45°C. jendela harus sekecil mungin dan tingginya dari
lantai minimal satu setengah meter.
9) Saluran Pembuangan/Selokan
Salurana pembuangan/selokan harus memiliki ukuran yang cukup untuk
dapat mengalirkan air dan kotoran dengan lancer. Selokan terbuat dari bahan yang
kedap air, permukaannya halus dan rata serta tahan lama. Saluran pembuangan
harus harus dilengkapi dengan jeruji besi atau alat pelindung lainnya yang mudah
untuk dibersikan dan juga mencegah masuknya tikus atau binatang lain ke
ruangan pengolahan.
10) Fasilitas
Fasilitas-fasilitas yang pada umumnya terdaapat pada Unit Pengolahan
yang termasuk kedalam persyaratan fisik adalah sebagai berikut:
11) Ruang Istirahat
Ruangan istirahat berfungsi untuk para pekerja dapat melaksanakan
istirahat, ibadah, makan, menyimpan barang, kamar ganti dan lain-lain. Ruangan
ini harus terpisah dengam ruang pengolahan. Kondisi ruang istirahat harus tetap
terjaga kebersihannya. Fasilitas Wanita dan laki-laki pada umumnya terpisah,
seperti kamar mandi ganti pakaian dan loker. Sedangkan untuk ruang makan bisa
dipakai untuk Wanita dan laki-laki.
12) Toilet
Tolilet menjadi hal penting dalam setiap Unit Pengolahan. Letak dari toilet
sendiri harus terpisah dari ruang pengolahan agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Fasilitas toilet harus juga memisahkan antara toilet Wanita dan toilet laki-laki.
Penggunaan toilet yang baik adalah sesuai dengan ukuran jumlah pekerja. Toilet
wajib memiliki sabun cair dan alat pengering tangan (had dryer). Jumlah toilet yang
dipersyaratkan untuk unit pengolahan adalah sebagai berikut:
1-9 orang =1 toilet
10-24 orang = 2 toilet
25-49 orang = 3 toilet
50-100 orang = 4 toilet
Setiap penambahan 30 orang pekrja dari 100 orang ditambah 1 (satu) toilet.
Toilet harus dilengkapi ventilasi sebagai sirkulasi udara dan harus selalu
diperhatikan agar tetap dalam kondosi higienis. Dinding dan langit-langit terbuat
dari bahan yang permukaannya halus dilengkapi penerapan yang cukup.
9
3) Bahan kimia dan bahan tambahan pembantu, bahan penolong, dan ba,
dilakukan dalam ketentuan.
Bahan pembantu dan bahan tambahan adalah bahan penunjang yang
digunakan dalam proses pengolahan ikan harus memenuhi standar. Air yang
digunakan yaitu air tana/air sumur. Air sumur ini digunakan untuk mencuci bahan
baku dan alat produksi. Alat untuk penanganan dan pengolahan harus cukup
aman dan saniter, berasal dari sumber yang diizinkan. Air hendaknya memenuhi
persyaratan air minum dan diperiksa secara berkelanjutan ke laboratorium yang
telah teakreditasi. Es yang digunakan dapat dari agen es balok. Es harus dibuat
dari air yang bersih, yang memenuhi persyaratan air minum. penggunaan es harus
ditangani dan disimpan ditempat yang bersih agar terhindar dari penularan dan
kontaminasi dari luar. Air yang digunakan sebaiknya tidak berwarna untuk alasan
estetis dan untuk mencegah keracungan dan berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna (Gusril, 2016).
4) Pengemasan dan pelabelan
Semua tahapan proses pengemasan dilakukan dengan cepat, saniter dan
dalam kondisi higienis yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi pada hasil
perikanan. Kemasan harus disimpan dalam gudang tersendiri, terlindungi dari
debu dan kontaminasi, serta gudang dalam kondisi kering. Kemaan produk diberi
label atau keterangan yang menunjukkan ringkasan atau deskripsi produk, jenis
produk, tahun, bulan dan tanggal priduksi serda negara asal. Garuh luar dan tidak
menjadi sumber kontaminasi. Bahan kemasan yang digunakan harus tidak
mempengaruhi karakteristik produk, tidak digunakan ulang, bersih, dan saniter,
atau steril tidak membahayakan konsumen. Kemasan harus sesuai dengan tara
pangan (food grade) atau aman digunakan untuk pangan, bersih dan saniter atau
steril tidak membahayakan konsumen, kemasan diberi label atau keterangan yang
menunjukkan ringkasan atau deskripsi produk, jenis produk, tahun, bulan, tanggal
produksi, dan nama upi atau pelabelan sesuai dengan perundang-undangan, dan
kemasan harus disimpan dalam gudang tersendiri, terlindung dari debu dan
kontaminasi, serta gudang dalam kondisi kering (IR, 2021).
5) Penyimpanan
Suhu dan kondisi penyimpanan dipertahan sesuai dengan karakteristik
produk perikanan. Bahan dan hasil produksi disimpan secara terpisah, tempat atau
lokasi penyimpanan bersih, bebas dari serangga, bebas dari binatang pengerar,
dan bebas dari binatang lain. Prinsip penyimpanan first ini first out adalah produk
yang pertama disimpan menjadi produk yang pertama keluar. Tujuannya untuk
mengatur siklus penyimpanan. Untuk mendapatkan umur simpan yang lebih
panjang, teknik penyimpanan pada suhu rendah perlu dikombinasikan dengan
teknik pengawasan yang lainnya (Nurul Asiah, 2020).
6) Distribusi
Semua kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan bahan baku harus
mampu mempertahankan suhu dingin yang dibutuhkan untuk mengawetkan
produk beku. Akan lebih bila digunakan pintu dalam yang dapat menutup sendiri
dengan fleksible untuk mengurangi kehilangan udara dingin waktu pintu
kendaraan pengangkutan dibuka. Pengangkutan jarak jauh suhu harus selalu
dijaga -18 atau lebih rendah dan ini bisa dicapai dengan pendinginan mekanis,
11
pemakaian es kering, sirkulasi gas cair yang dingin. Unit refrigrasi dalam
kendaraan pengangkut harus sering diperiksa selama perjalanan. Kemampuan
kendaraan pengangkut dilengkapi dengan refrigrasi dan ketelitian dalam
pemuatan, operasi dan pemeliharaannya, sewaktu-waktu harus diperiksa dengan
mengukur suhu produk pada awal dan akhir perjalanan.
2.5.3 Penerapan SSOP (Sanitation Operating Procedure)
Hal penting dalam melengkapi kelayakan dasar unit pengolahan yaitu adalah
penerapan Standar Sanitation Operating Procedure (SSOP). SSOP merupakan
pedoman persyaratan persyaratan operasi sanitasi di Unit Pengilahan Ikan (UPI).
SSOP untuk menjamin bahwa prosedur dan proses sanitasi dapat secara efisien
mengendalikan bahaya keamanan pangan yang umum dijumpai dilingkungan
pengolahan dan operasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Standard
Sanitation Operating Procedur (SSOP) sesuai dengan peraturan Ditjen PDSKP
(2019) adalah:
1) Keamanan Air dan Es
Air yang digunakan tidak berabu, tidak berwarna dan tidak berasa serta dari
sumber yang tidak berbahaya. Saluran pipa air direncanakan agar tidak terjadi
kontaminasi dengan air kotor. Apabila menggunakan air laut harus sesuai
persyaratan. Es harus terbuat dari air laut yang memenuhi persyaratan atau
memenuhi SNI es dan dibuktikan dengan penggujian.
2) Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan bahan
pangan
Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang tahan karat, mudah
dibersihkan, tidak menyebabkan kontaminasi, dan dipisahkan antara pemakaian
untuk bahan dan produk, serta didesain sehingga air dapat mengalir dengan baik.
Ketersediaan peralatan pengolahan harus memadai dengan kondisi dengan
terawat, bersih dan saniter. Peralatan dan perlengkapan diberi tanda untuk setiap
area kerja yang berbeda yang berpotensi menimbulkan kontaminasi.
3) Pencegah kontaminasi silang
Kontruksi UPI desai sehingga mampu mencegah masuknya sumber
kontaminasi, binatang pengganggu dan akumulasi kotoran. Kontaminasi silang
adalah terjadinya tranfer kontaminasi biologi atau kimia terhadap produk perikanan
dari bahan baku, karyawan, peralatan, perlengkapan dan lingkungan produk.
Konstruksi UPI harus mampu mencegah masuknya binatang pengganggu agar
melindungi produk dari kontaminasi binatang pengganggu dan potensi
kontaminasi lainnya.
4) Menjaga fasilitas pencucian tangan, sanitasi dan toilet
Fasilitas pencuci tangan tersedia dalam jumlah yang memadai dan tidak
dioperasionalkan dengan tangan, air harus mengalir, dilengkapi dengan fasilitas
dengan fasilitas sanitasi, ditempatkan didekat pintu masuk dan tempat yang
diperlukan, serta selalu dijaga dalam kondisi bersih dan saniter dilengkapi dengan
fasilitas sanitasi seperti sabun antiseptic, disinfektan dan pengering tangan yang
hygienis. wastafel paling sedikit berjumlah 1 (satu) buah untuk 10 (sepuluh) orang
karyawan. Toilet tersedia dalam jumlah yang memadai, berfungsi baik, tidak
berhubungan langsung dengan ruangan penanganan dan pengolahan, dilegkapi
dengan fasilitas sanitasi, dan selalu dijaga dalam kondisi bersih dan saniter. Toilet
12
juga harus memiliki ventilasi yang memadai. Selanjutnya, jumlah toilet disesuaikan
dengan jumlah karyawan dan mempertimbangkan kebutuhan tiolet harus
berfungsi dengan baik.
5) Proteksi dan bahan-bahan kontaminan
Bahan kimia, pembersih, dan disinfektan yang digunakan adalah bahan-
bahan yang diizinkan, aman dan diperoleh dari pemasok yang bersertifikan untuk
produk pangan sesuai ketentuan. Selanjutnya bahan kimia, bahan pembersih, dan
disinfektan yang digunakan untuk pembersihan peralatan dan perlengkapan harus
aman dan harus diverivikasi dengan cara yang efektif. Bahan kimia, pembersih,
dan disinfektan diberi label dengan jelas dan disimpan diruang khusus dan
terpisah dengan penyimpanan produk olahan.
6) Pelabelan, penyimpanan dan penggunaak bahn toksin yang benar
Baha kimia berbahaya seperti disinfektan (klorin), insektidsida, rodentisida,
dan lain-lain hari disimpan ditepat penyimpanan bahan kimia yang memadai, dapat
berupa ruang khusus tau wadah khusu disertai tanda peringatan. Bahan kimia
yang digunakan harus yang diizinkan dan penggunaanya sesuai dengan
ketentuan yang dipersyaratkna. Perlu dilakukan pengawasan agar
penggunaannya tidak membahayakan dan mencemari bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong dan produk akhir.
7) Pengawasan kondi kesehatan personil
Karyawan yang kontak langsung dengan produk tidak sedang sakit atau
berpotensi menularkan penyakit. Jika ada karyawan yang sakit maka tidak
diperbolehkan masuk kerja sampai kondisi karyawan telah dinyatakan sehat
berdasarkan hasil pelaporan kondisi kesehatannya. UPI harus melakukan
pemeriksaan kesehatan karyawan secara periodik paling sedikit 1 (satu) kali dalam
setahun.
8) Pengendalian pest
Binatang penggagu tidak diperbolehkan ada dilingkungan sekitar UPI dan
didalam UPI. Untuk itu, UPI harus menyediakan fasilitas pencegah binatang
pengganggu untuk menghindari terjadinya kontaminasi produk. Eliminasi tempat
tersembunyi atau tempat yang menimbulkan daya tarik binatang pangganggu
sebagai upaya pencegahan masuknya binatang pengganggu ke dalam UPI
(semak, barang bekas, sampah, genangan air).
Klausal Keterangan
Layak Tidak ada penyimpangan mempengaruhi mutu dan keamanan
pangan
Tidak layak Ada penyimpangan yang mempengaruhi mutu dan keamanan
pangan
Minor Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau
dibiarkan secara terus menerus akan berpotensi mempengaruhi
mutu pangan
Mayor Penyimpanan yang apabila tidak dilakukan tinddakan koreksi
mempunyai potensi mempengaruhi keamanan pangan
Serius Penyimpangan yang apabila tidak dilakkan tindakan koreksi akan
segera mempengaruhi keamanan pangan
Kritis Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi
dapat mempengaruhi keamanan pengan.
14
15
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sampai Mei 2023 yang
bertempat di Kabupaten Sinjai-Sulawesi Selatan. UMKM ini merupakan
pengolahan hasil perikanan dengan salah satu memproduksi Abon ikan tuna.
Pengujian dilakukan di Laboratorium Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan (BPPMHP) Kota Makassar, Sulawesi selatan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah peralatan yang ada di UMKM dan alat yang
digunakan untuk melakukan survey langsung.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah bahan yang digunakan untuk membuat abon
ikan seperti bahan baku ikan tuna.
1 Organoleptik
Penerimaan Bahan baku
2 Mikrobiologi
3 Kimia
Pencucian l
Penyiangan
Pencucian ll
Perebuasan/pengukusan
Pengepresan
Pencabikan
Pencampuran
Pemasakan
Penirisan Minyak
Pengemasan
1 Organoleptik
2 Mikrobiologi
Penyimpanan
3 Kimia
Gambar 2 Proses pengolahan abon ikan
17
∑n
i=1 X1
χ =
n
∑n
i=1(χ1−χ)
2
S2 =
n
∑n
i=1(χ1−χ)
2
S =√
n
Keterangan:
n = Banyaknya panelis
S2 = Keragaman nilai mutu
1,96 = Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
2) Pengujian mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi dilakukan terhadap produk akhir pada pengolahan
abon ikan tuna yang meliputi pengujian ALT dan Escherichia coli. Pengujian
mikrobiologi akan dilakukan pada masing-masing UMKM yakni UMKM pengolahan
abon ikan tuna di Kabupaten Sinjai. Pengujian dilakukan 2 (dua) kali pengamatan
dengan 2 (dua) kali ulangan.
a) Angka Lempeng Total
Pengujian Angka Lempeng Total dilakukan 2 (dua) kali pengujian pada
bahan baku dan produk akhir (SNI 2332.3-2015). Pengujian mikrobiologi dilakukan
di Laboratorium Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPPMHP)
Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Prosedur pengujian ALT yaitu untuk contoh
berat labih kecil atau sama dengan 1 kg atau 1 L sampai dengan 4,5 kg atau 4,5
L timbangan contoh padat sebanyak 25 g atau contoh cair sebanyak 25 ml dari
contoh yang di uji, kemudian masukan dalam wadah atau plastik steril dan
tambahkan 450 ml larutan butterfieds Phosphate Buffered, homogenkan selama 2
menit pengenceran 10-1, dengan menggunakan pipet steril, amnil 10 ml homogent
diatas dan masukkan ke dalam 90 ml larutan butterfields Phosphate Buffered
untuk mendapatkan pengenceran 10 -2, siapkan pengenceran selanjutnya (10-3)
dan mengambil 10 ml contoh dari pengenceran 10 -2 ke da;am 90 ml butterfields
Phosphate Buffered pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan minimal 25
18
kali, selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 10 -4, 10-5 sesuai
dengan kondisi contoh.
Perhitungan :
Keterangan :
N = Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml atau koloni per g
∑C= Jumlah koloni pada semua cawan yang di hitung.
N1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung.
n2 = Jumlah koloni yang dapat dihitung pada pengenceran kedua.
d = Pengenceran pertama yang dapat dihitung.
b) Pengujian Escherichia coli
Pengujian Escherichia coli mengacu pada SNI 2332.1:2015 dengan 2 (dua)
kali pengujian. Prosedur pengujian ini untuk contohnya dengan berat kecil atau
sama dengan 1 kg atau 1 sampai dengan 4,5 L timbangan contoh padat sebanyak
25 g atau contoh cair sebanyak 25 mL dari contoh yang akan di uji, kemudian
masukkan dalam wadah atau plastik steril dan tambahkan 225 ml larutan
butterfields Phosphate Buffered, siapkan pengenceran 10-10 dengan cara
melakukan 1 ml larutan 10-1 ke dalam 9 ml larutan pengencer Butterfields
Phosphate Buffered. Lakukan pengenceran selanjutnya sesuai dengan
pendugaan kepadatan contoh. Pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan
minimal 25 kali. Pindahkan dengan menggunakan pipet steril, sebanyak 1 ml
larutan dari setiap pengenceran ke dalam 3 atau 5 tabung laury trptose broth (LTB)
yang berisi tabung durham. Inkubasi tabung-tabung tersebut pada suhu 30°c ±
0,5°c. perhatikan gas yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam ± jam 2 jam. Tabung
positif ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham. Inkubasi
kembali tabung-tabung negatif selama 24 jam dan catat hasilnya pada 48 jam ± 3
jam. Lakukan uji coliform untuk tabung-tabung positif.
3) Pengujian kimia
Pengujian kimia yang dilakukan pada produk akhir yaitu pengujian histamin.
a) Uji Kadar Air
Pengujian kadar air pada bahan baku dan produk akhir abon ikan tuna.
Pengujian yang dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pengamatan pada 3 (tiga) UMKM.
(SNI 2354.1:2010). Alur proses pengujian lumatkan dengan blender atau
sejenisnya sehingga partikelnya berukuran kecil mungkin sedemikian hingga
dapat bercampur hingga homogen, kondisi oven pada suhu 105C hingga stabil,
masukkan cawan kosong kedalam oven minimal 2 jam, pindahkan cawan kosong
kedalam desikator selama 30 menit sampai mencapai suhu dan timbangan bobot
cawan kosong (A), timbangan contoh uji telah dipreparasi sebanyak ± 2 g kedalam
oven tidak vakum pada suhu 105C selama 16 jam – 24 jam, pindahkan cawan
dengan menggunakan alat penjepit ke dalam desikator selama ± 30 menit
kemudian ditimbang, lakukan pengujian duplo.
19
B1−B2
%kadar air = X 100%
B
Keterangan:
B = Berat sampel (gram).
B1 = Berat (sampel+cawan) sebelum di keringkan.
B2 = Berat (sampel+cawan) setelah dikeringkan.
b) Uji Lemak
Pengujian lemak mengacu pada SNI 2354.3:2017 dengan 2 (dua) kali
pengujian pada 3 (tiga) unit UMKM. Prosedur pengujian kadar lemak yaitu timbang
saksama (1-3) g (A g) contoh dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml HCL
pekat dan 30 ml air serta beberapa butir batuh didih, tutup gelas piala dengan kava
arloci dan didihkan selama (15-20) menit, bilas kaca arloji dengan air panas,
siapkan denganair panas hingga Ph netral atau sama dengan Ph air pembilas,
keringkan kertas saring berikut isinya oven pada suhu (100-105)°C selama 10-15
menit cuci perhitungan:
%kadar lemak dihitung dengan rumus:
D = Gagal NA NA ≥5 1
21
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, L. O., Studi, P., Perairan, S., Pertanian, F., Buton, U. M., Tuna, I., &
Pendahuluan, A. (2020). Pendampingan Usaha Abon Ikan Tuna Ingkita Di
Desa. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Membangun Negeri, 4(2),
289–296.
Basri, B., & Yelofeva, A. (2022). Penerapan Good Manufacturing Practices (Gmp)
Dan Sanitation Standard Operating Procedure (Ssop) Pada Produk Bakso
Ikan SEMAH Jurnal Pengelolaan, 3(September), 694–702.
Bustami, G. (2012). Ikan Tuna Indonesia. Direktur Jenderal Pengembangan
Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 1–20.
Chatine, B. (2019). Tingkah-laku ikan tuna-termoklin. Stitek Balik Diwa, 3–16.
Ghufron, M. (2020). morfologi ikan tuna. Proses Pembekuan Produk Kiriotoshi Ikan
Tuna Sirip Kuning, 8(75), 147–154.
Hardityasari, A., Tawe, A., & Margin, P. (2023). Analisis Profitabilitas Usaha
Pembuatan Abon Ikan Tuna di Kabupaten Barru. Jurnal Of Art, Humanity &
Social Studies, 3(1), 182–188.
IR. (2021). menetapkan Peraturan Pemerintah. Tentang Penyelenggaraan Bidang
Kelautan Dan Perikanan, 086274.
KKP. (2017). Pertemuan The 24th Annual Meeting of The Commission for The
Conservation of Southern Bluefin Tuna (C.
Nomer17/PERMEN. (2019). PERMEN-KP/17/2019.
Nur, Y. (2016). Kajian Penerapan Gmp Dan Ssop Pada Pengolahan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Asap Di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam.
Jurnal Katalisator, 1(1), 10–19. https://doi.org/10.22216/jk.v1i1.929
Nurul Asiah. (2020). Dasar, Prinsip Pangan, Penyimpanan Suhu, Pada.
Rizki, S. R. (2019). Analisa Penerapan Good Manufacturing Practices (Gmp) Dan
Sanitation Standard Operating Procedures (Ssop) Produk Roti (Studi Kasus:
M Bakery and Cake). Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, 1–141.
Saanin. (2017). Pengolahan tuna.
Sayuti, J., & Limbong, M. (2019). Penerapan Standar Mutu Pada Penanganan Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) di PPP Pondokdadap Kabupaten Malang.
Jurnal Ilmiah Satya Minabahari, 5(1), 18–27.
https://doi.org/10.53676/jism.v5i1.74
SNI 2729: (2013). Badan Standardisasi Nasional. Dewan Jakarta., Standarisasi
Nasional Indonesia., 1–15.
SNI 2729:2013. (2013). Abon ikan Bagian 3: Penanganan dan pengolahan.
Penanganan Dan Pengplahan.
Tawali, A. B., Asfar, M., & Mahendradatta, M. (2018). Pendapatan Masyarakat Di
Kabupaten Sinjai. JJurnal Dinamika Pengabdian, 4((k)), 34–42.
Tren Sumber Daya Kelautan dan Pengelolaan. (2018). California Environmental
Associates, 1–147.
24
LAMPIRAN
25
2. Bau
- Spesifiki produk sangat kuat
9
3. Rasa
4. Tekstur
- Padat, kompak
9
No. Nilai
Pernyataan STS TS CS S SS
0 1 2 3 4
1 Mempunyai komitmen yang kuat untuk menerapkan
persyaratan dasar, memiliki dokumen panduan mutu dan
tim mutu dan tim mutu.
2 Memperhatikan area UMKM yang saniter dan higienis
meliputi lokasi UMKM.
3 Memperhatikan bangunan UMKM seperti pintu, lantai,
dinding dan langit-langit.
4 Memperhatikan penataan dan pemeliharaan alat produksi
seperti pembersihan alat terjadwal.
5 Memperhatikan bahan baku yang diterima, bahan
tambahan dan pengemas.
6 Memperhatikan penyimpanan produk sesuai dengan
perlakuan.
7 Saya memperhatikan pembuangan limbah.
8 Saya memperhatikan air dan es yang digunakan sesuai
persyaratan.
9 Saya memperhatikan peralatan dan perlengkapan yang
kontak dengan produk seperti tidak berkarat dan mudah
dibersihkan.
10 Saya memperhatikan fasilitas pencucian seperti desain
dan fasilitas pencucian.
11 Saya memperhatikan kontruksi dan tata letak alur proses.
12 Saya memperhatikan kebersihan ruangan dan peralatan
pengolahan.
13 Saya memperhatikan fasilitas karyawan seperti tempat
cuci tangan, toilet.
14 Saya memperhatikan penggunaan bahan kimia dan bahan
berbahaya.
15 Saya memperhatikan penanganan limbah padat dan
limbah lainnya.
16 Saya memperhatikan pengemasa dan pelabelan produk.
17 Saya memperhatikan kebersihan dan kesehatan
karyawan.
18 Saya memperhatikan peningkatan karyawan dengan
pelatihan.
19 Saya memperhatikan pengendalian binatang pengganggu.
29
Lampiran 4 SKP
Nama UP :
PROVINSI :
TANGGAL :
KUESIONER SUPERVISI
SERTIFIKAT KELAYAKAN PENGOLAHAN
UNIT PENGOLAHAN IKAN SKALA MIKRO KECIL
A. DATA UMUM
1 Nama UPI :
2 Alamat
Kantor Pusat :
UPI/Ruang Proses/Gudang :
3 Kategori UPI :a. √Unit b. Unit c. Unit Gudang d.Unit Penangan an e.Unit f. Kapal
Pengolah Penanganan Penyimpan Ikan Hidup Fortifika Pengolah
an Ikan Rumput Laut a n Ikan si Ikan an Ikan
Kering
4 Hasil Penjualan/Tahun a. b.
5 No.Telp/Fax/Email :
6 Contact Person UPI (Nama dan Nomor HP) :
7 Kelengkapan Dokumen :a. NIB b. SIUP/TDUP/ c. Panduan Mutu Penerapan d. Sertifikat Pengolah Ikan
IUI Cara Pengolahan Ikan yang (SPI)/Sertifikat Keterampilan
Baik dan pemenuhan dibidang keamanan pangan yang
persyaratanProsedur setara
Operasi Standar Sanitasi
8 Produk
No Jenis Produk Jenis Pengajuan Alur Proses Tujuan Total Realisasi Asal Bahan Baku/Produk
(Baru/Perpanjangan) Pemasaran % Produksi per Jenis Tangkap/ Wilayah/Negara
Dalam (ton/bln) Budidaya/Imp
Negeri/Luar or
Negeri
(wilayah/N
egara)
Terlampir DALAM NEGERI 0,3 TANGKAP Tanjung Jabung
Barat
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
31
14 Bahan Penolong/Tambahan : -
-
15 Jenis/Bahan Kemasan : a. Inner b. Master
32
KUESIONER SUPERVISI SERTIVIKAT KELAYAKAN PENGOLAHAN UNIT PENGOLAHAN IKAN SKALA MIRKO KECIL
B. KETETARANGAN
a. Kritis (Kr) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan segera mempengaruhi keamanan pangan
b. Serius (Sr) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat mempengaruhi keamanan pangan
c. Mayor (Mj) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan pangan
d. Minor (Mn) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus-menerus akan berpotensi mempengaruhi mutu pangan
II LINGKUNGAN a Lokasi Area UPI Lokasi area UPI saniter dan higienis, tidak menjadi
sumber kontaminan, serta terpisah dari tempat tinggal
III BANGUNAN UPI a Pintu Terbuat dari bahan yang halus dan kedap air
V BAHAN/T a Persyaratan dan Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan Sesuai standar
AMBAHA kesehatan dan keamanan
N/PENGE
MAS
b Penerimaan Bahan Baku Dilakukan dengan cepat, saniter, terlindung dan
mencegah kontaminasi, didokumentasikan dan dimonitor X
c Bahan Pengemas, Pembungkus, dan Label Food grade, melindungi produk,
higienis dan tidak mengkontaminasi produk X
VI PENYIMPANAN a Suhu Penanganan Produk Segar, Mentah dan Masak yang Didinginkan
PRODUK Memiliki tempat penyimpanan sesuai karakteristik produk X
(SESUAI
PERLAKUAN)
b Suhu Penyimpanan Produk Beku Memiliki tempat penyimpanan sesuai
karakteristik produk
c Suhu Penyimpanan Produk Sterilisasi
Memiliki tempat penyimpanan sesuai karakteristik produk
34
VII IPAL a Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Memiliki IPAL dengan X
treatment sederhana
VIII AIR DAN ES a Persyaratan Air*
Tersedia air bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (dilakukan
pengujian oleh laboratorium)
b Saluran Pipa Air
Dirancang agar tidak terjadi kontaminasi silang dengan air kotor
c Penggunaan Air Laut Sesuai
persyaratan
d Es*
Terbuat dari air yang bersih terlindung dari kontaminasi selama produksi,
penanganan dan penyimpanan, tidak digunakan ulang
dalam proses
VIII PERALATAN a Bahan dan Desain
DAN Tidak berkarat, mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi, X
PERLENGKAPA didesain agar air mudah mengalir
N YANG
KONTAK
DENGAN
PRODUK
b Tanda dan Penggunaan Alat
Peralatan diberi tanda untuk setiap area kerja yang berbeda, dan dipisahkan X
antara pemakaian untuk bahan baku dan produk
35
b Kesehatan Karyawan
Karyawan yang sakit dan berpotensi menularkan penyakit tidak diperbolehkan
masuk kerja
XVII PENINGKATAN a Program Peningkatan Kemampuan
KEMAMPUAN/ Ada program peningkatan kemampuan/keterampilan karyawan X
KETERAMPILAN
XVIII PENGENDALIAN a Fasilitas Pengendalian Binatang Pengganggu
BINATANG Tersedia fasilitas pengendalian serangga dan binatang pengganggu lainnya X
PENGGANGGU
Keterangan *= Krisis
38
D. HA SIL PENILAIAN
1. KETIDAKSESUAIAN
a. Kritis
b. Serius
c. Mayor
d. Minor
2. PERINGKAT SKP 1. A (Baik Sekali)
2. B (Baik)
3. C (Cukup)
Mengetahui
Penanggung Jawab UPI ........................., .....................
Ketua Tim Pembina Mutu
.......................................
………………………….
Keterangan :
JUMLAH PENYIMPANGAN
PERINGKAT MINO MAYOR SERIUS KRITIS
R
A = Baik sekali 0–6 0–5 0 0
B* = Baik ≥7 0 – 10 0–2 0
C = Cukup NA ≥ 11 3–4 0
Catatan :*) jumlah kombinasi penyimpangan serius dan mayor
Tidak lebih dari 10 NA=
39
RENCANA TINDAK
NO KLAUSUL SARAN
LANJUT
PERBAIKAN (Waktu/Tanggal
Penyelesaian)
Nama : …………………….
Alamat : ……………………..
Penanggung Jawab