Oleh :
AWALUDIN RISYADI
NIM. 145080301111021
i
PROSES PEMBUATAN KERUPUK KULIT DAN TAHU BAKSO IKAN LELE
(Clarias sp.) DI PUSAT PELATIHAN MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN
(P2MKP) FISH BOSTER CENTRE, KOTA SIDOARJO,
PROVINSI JAWA TIMUR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
AWALUDIN RISYADI
NIM. 145080301111021
Oleh :
AWALUDIN RISYADI
NIM. 145080301111021
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan ucapan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah
usulan proposal Praktik Kerja Magang (PKM) ini. Dalam penyusunannya, penulis
banyak mengambil literatur - literatur yang bersumber dari buku, artikel, jurnal,
tentunya ada kekurangan, maka diharapkan kritik dan saran sehingga dapat
menjadi lebih sempurna. Semoga usulan Praktik Kerja Magang (PKM) ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya
terutama para Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................... 3
1.3 Kegunaan .............................................................................................. 3
1.4 Tempat dan Waktu ................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3. Garam ........................................................................................................... 10
4. . Bawang Putih............................................................................................... 11
8. Air Es ............................................................................................................. 17
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
viii
1. PENDAHULUAN
Lele merupakan jenis ikan konsumsi yang telah dikenal secara luas.
sebagai lauk. Kandungan gizinya yang tinggi terutama protein, dagingnya yang
halus, durinya teratur, dapat disajikan dalam berbagai olahan, rendah kolesterol
dan harganya yang murah menjadikan lele favorit dikalangan masyarakat dari
18,3% per tahun yaitu dari 24.991 ton pada tahun 1999 menjadi 57.740 ton pada
tahun 2003. Revitalisasi ikan lele sampai dengan akhir tahun 2009 ditargetkan
mencapai produksi 175.000 ton per tahun (Jatnika, et al. 2014). Hal ini
menjadikan ikan lele menjadi salah satu komoditas ikan tawar yang telah menjadi
Pengolahan daging ikan lele untuk dijadikan olahan yang memiliki cita
rasa dan kandungan gizi yang tinggi menjadi salah satu upaya dalam
meningkatkan daya saing dan jual olahan lele di pasaran. Inovasi pada bisnis lele
akan mampu menepis anggapan rendah pada ikan lele. Dengan mengolah ikan
lele menjadi hasil olahan makanan yang enak, unik, serta kemasan yang
menarik, mampu meningkatkan nilai jual ikan lele di masyarakat. Maka tak heran
jika saat ini keadaannya terbalik, produk olahan ikan lele digemari semua
kalangan masyarakat. Dari yang awalnya tidak suka dengan ikan lele, kini
mencari produk abon lele, keripik tulang lele, kerupuk lele, dendeng lele, es krim
lele, nugget lele, hingga mangut lele kaleng untuk dijadikan sebagai oleh – oleh
1
Diversifikasi dapat diartikan sebagai pengembangan suatu produk untuk
memperoleh bentuk baru dengan nilai ekonomis tinggi dan melebihi dari harga
menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengkonsumsi ikan dan hasil
perikanan lainya serta diharapkan dapat terciptanya produk baru yang sehat,
contoh produk diversifikasi pengolahan hasil perikanan adalah kerupuk kulit dan
ringan yang popoler di masyarakat. Rasanya yang khas serta gurih membuat
kerupuk kulit banyak diminati. Menurut SNI (1996) Kerupuk kulit berasal dari kulit
hewan yang telah di bersihkan, diberi bumbu serta digoreng sebelum dikonsumsi
oleh konsumen.
penambahan adonan bakso kedalam tahu. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
produk baru yang memiliki cita rasa dan keunikan. Kelebihan dari diversifikasi
produk tahu bakso inilah yang menjadi salah satu peluang yang dilihat oleh para
produsen untuk bersaing. Menurut penelitian Agustini, et al. 2016, nilai gizi tahu
untuk mengetahui pembuatan kerupuk kulit dan tahu bakso ikan lele di salah satu
2
secara langsung melalui praktik kerja magang. Selain itu, untuk mendapatkan
Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan ini dipilih karena merupakan perusahaan yang
Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk
proses pembuatan kerupuk kulit dan tahu bakso ikan lele (Clarias sp.) di Pusat
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk
mempelajari dan mempraktikkan proses pembuatan kerupuk kulit dan tahu bakso
ikan lele (Clarias sp.) di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan perikanan
1.3 Kegunaan
dan pengalaman yang praktis dan dapat mengaplikasikan teori yang telah
lebih jauh penerapan ilmu pengolahan hasil perikanan dalam dunia kerja.
3
1.3.2 Bagi Perusahaan
Praktik Kerja Magang untuk mahasiswa adalah sebagai sarana alih informasi
perusahaan kepada khalayak luas. Selain itu, Praktik Kerja Magang merupakan
Universitas Brawijaya Malang untuk bekerja sama lebih lanjut baik yang sifatnya
Gedangan G37, Kota Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur Praktik Kerja Magang
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
yang enak. Kebutuhan gizi harian yang harus terpenuhi menuntut masyarakat
protein hewani alternatif yang harganya murah dan mudah diolah. Ikan lele juga
Kandungan protein yang terdapat pada ikan lele cukup tinggi untuk
kebutuhan gizi tubuh perhari. Menurut Depkes RI (1991), ikan lele mengandung
protein (17%). Harga yang terjangkau dan kandungan gizi yang tinggi inilah yang
2.1.1 Klasifikasi
Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C.
batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama kali
masuk Indonesia pada tahun 1985. Klasifikasi ikan lele dumbo (C. gariepinis)
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysoidei
Subordo : Silaroidae
Genus : Clarias
5
Gambar 1. Ikan Lele (Clarias gariepinus)
(Sumber : Google Image, 2017)
2.1.2 Morfologi
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak
bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang
terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang
pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan
mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang
sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap.
Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insangnya. Terdapat sepasang patil yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip
pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua
buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua buah.
b. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, ikan lele juga
mandibular.
c. Sirip dada ikan lele dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun.
6
2.1.3 Habitat
Habitat ikan lele adalah di perairan dengan arus air yang tenang. Semua
perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo misalnya
waduk, bendungan, danau, dan rawa. Di alam bebas, lele dumbo ini memang
lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Aliran air
Perairan yang ideal untuk ikan lele dumbo adalah air yang memiliki pH
6,5 – 9 dan bersuhu 24 – 26oC. Suhu pada perairan dapat mempengaruhi laju
yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi serta harganya
murah. Komposisi kimia ikan lele (Clarias sp.), menurut Djarijah (2004), dapat
Air 76,0 g
Protein 17,0 g
Lemak 4,5 g
Kalsium 20 mg
Fosfor 200 mg
Besi 1,0 mg
Vitamin A (IU) 150
Vitamin B1 0,05
Sumber : Djarijah 2004
7
Selain itu jika dibandingkan dengan bahan pangan dari daging merah (red
meat) seperti daging sapi dan ayam, kandungan gizi dalam ikan lele lebih sehat
karena selain berprotein tinggi juga rendah akan lemak dan kolesterol. Komposisi
kandungan lemaknya hanya 2 gram, jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi
sebesar 14 gram apalagi daging ayam 25 gram (Warta Pasar Ikan, 2009).
2.2 Kerupuk
0272-90, sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung tapioka
makanan lainnya yang diizinkan, harus disiapkan dengan cara menggoreng atau
Kerupuk Kulit (rambak) adalah produk makan ringan yang dibuat dari kulit
sapi atau kerbau melalui beberapa tahap hingga siap dikonsumsi (SNI, 1996).
memanfaatkan kulit ikan. Hal ini dimungkinkan, karena menurut Nasution (2006),
kerupuk dapat dibuat tanpa penggunaan tepung tapioca, yakni kerupuk rambak
yang terbuat dari kulit kelinci, ayam, atau ikan yang telah dikeringkan. Adapun
gambar kerupuk kulit dapat dilihat pada gambar 2 dan mutu kerupuk kulit dapat
8
Tabel 2. Persyaratan Mutu Kerupuk Kulit (SNI 01-4308-1996)
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mentah Siap dikonsumsi
1 Keadaan
Bau Normal Normal
Rasa Khas Khas
Warna Normal Normal
Tekstur Renyah Renyah
2 Keutuhan %b/b Min 95 Min 90
3 Air %b/b Maks 8 Maks 6
4 Abu tanpa garam %b/b Maks 1 Maks 1
5 Asam lemak bebas %b/b Maks 1 Maks 0.5
Sumber : BSN(1996)
Pembuatan kerupuk kulit ikan menggunakan bahan baku kulit ikan dan
garam. Kulit segar yang hendak dibuat kerupuk kulit sebaiknya memepunyai
ketebalan yang cukup serta sudah dipisahkan dari lemak serta dagingnya.
Garam yang digunakan bisa sebagai penambah cita rasa dan pengawet produk
(Wiriano, 1984). Hal ini bertujuan agar kualitas yang dihasilkan tidak menurun
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Suwarastuti dan
Dwiloka (1989) yakni pada umumnya kulit yang digunakan adalah kulit kering,
meskipun terkadang ada yang menggunakan kulit segar. Hal ini disebabkan kulit
segar yang dibuat kerupuk jumlahnya sedikit. Kulit segar yang memiliki kualitas
baik jarang digunakan dalam industry pangan, terlebih untuk pembuatan kerupuk
kulit. Kulit dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam industri penyamakan.
9
2.2.3 Bahan Tambahan Pembuatan Kerupuk Kulit Ikan Lele
dan pelarut seperti garam, bawang putih, minyak dan air kapur sirih .
A. Garam
Pemakaian garam biasanya lebih banyak diatur oleh rasa, kebiasaan dan
tradisi daripada keperluan. Selain itu garam sendiri mempunyai sifat untuk
mampu menarik air bebas dan air terikat pada suatu sel maupun senyawa yang
larut dalam air. Fungsi dari garam menurut Wibowo (2006), sebagai pemberi rasa
(>80%) serta senyawa lainnya. Sumber garam yang didapat di alam berasal
dari air laut, dan sumber air dalam tanah (Burhanuddin, 2001). Konsumsi
garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 –15 (Winarno, 1995).
Gambar 3. Garam
(Sumber : Google Image, 2017)
10
B. Bawang Putih
Bawang putih termasuk salah satu familia Liliaceae yang populer di dunia
ini dengan nama ilmiahnya Allium sativum Linn. Kandungan bawang putih antara
lain air mencapai 60,9-67,8%, protein 3,5-7%, lemak 0,3%, karbohidrat 24,0-
27,4 % dan serat 0,7 %, juga mengandung mineral penting dan beberapa vitamin
dalam jumlah tidak besar (Wibowo, 1999). Bawang putih telah dikenal sebagai
bumbu dan obat-obatan tradisional. Selain itu bawang putih mempunyai kasiat
khusus dalam hal pangan yaitu mampu memberikan cita rasa gurih pada
makanan. Dan kelebihan dari bawang putih ini ialah kandungan dari bawang
masakan memiliki aroma yang pedas dan harum karena mengandung methyl
allyl disulfide yang membuat masakan lebih enak. Allicin yang memiliki rumus
kimia C6H10OS2 dapat terbentuk dengan cara menumbuk bawang putih karena
allicin tidak dapat ditemukan dalam bawang putih segar ,dan senyawa ini juga
bertanggung jawab atas aroma khas bawang putih (Samadi, 2000). Adapun
11
C. Air Kapur Sirih
Air kapur dibutuhkan untuk merendam kulit yang akan diproses menjadi
rambak. Pembuatan air kapur sirih yakni dengan melarutkan kapur sirih atau batu
gamping dalam air selama 7 hari hingga menjadi bubur kapur yang lembut. Air
kapur sirih digunakan untuk meningkatkan kualitas kulit yang digunakan agar
menjadi kaku dan renyah saat menjadi kerupuk kulit. Proses perendaman
(1997), yakni proses pengapuran merupakan salah satu tahap dalam pembuatan
kerupuk rambak yang akan mempengaruhi kualitas kimia, terutama kadar air dan
kadar protein kerupuk. Kulit yang mengalami pengapuran akan memiliki kadar air
yang rendah, karena adanya ion Ca++ yang masuk dalam jaringan sehingga
dinding sel menjadi kokoh dan air dapat tertarik keluar jaringan sel. Secara tidak
langsung hal ini akan memperpanjang masa simpan serta kualitas dari kerupuk
kulit yang akan diproduksi. Adapun gambar air kapur sirih dapat dilihat pada
gambar 5.
12
2.2.4 Proses Pembuatan Kerupuk Kulit Ikan Lele
bahan pengeras dan bahan baku. Kulit ikan sebagai bahan baku dibersihkan dari
sisa kotoran dan daging yang masih tersisa. Proses pembersihan dilakukan
dengan perendaman dan dibilas dengan air beberapa kali. Selanjutnya kulit ikan
0,2596(b/v) selama 1 menit. Lalu dibersihkan dengan air hingga bau klor dari
air kapur sirih selama 1-2 jam agar memiliki tekstur kaku dan renyah. Langkah
selanjutnya mencuci dengan air hingga bau kapur hilang dan ditiriskan. Setelah
itu kulit ikan direndam kedalam bumbu selama 5-10 menit dan ditiriskan. Tahap
kedua adalah penjemuran kulit ikan hingga kering. Tahap ketiga adalah
pengolahan, yakni kulit ikan yang sudah kering dipotong sesuai ukurang yang
diinginkan. Kemudian. Digoreng. Tahap akhir kerupuk ikan yang sudah matang
kulit di cuci kemudian direbus dalam air mendidih dengan penambahan garam
5% selama 10 menit. Setelah itu ditiriskan dan dibersihkan dari daging yang
3 cm2 atau 4 x 5 cm2. Tahap ketiga menjemur kulit dibawah sinar matahari
dilakukan dua kali, yakni dengan suhu 90 – 95oC pada penggorengan pertama
dan menggunakan suhu 120 – 130oC selama beberapa menit. Tahap terakhir,
13
2.3 Tahu Bakso Ikan Lele
ditambahkan dengan adonan bakso ikan. Kombinasi tahu dan bakso menjadikan
produk tahu bakso disukai dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Semarang.
Tahu bakso menjadi salah satu alternatif sumber protein nabati dan juga hewani
mengingat keduanya dibuat dari tahu yang merupakan sumber protein nabati dan
Kualitas dari produk tahu bakso dapat bersaing dipasar konsumen. Hal ini
protein (7%), lemak (4,6%), dan karbohidrat (1,6%) akan di tambahkan dengan
kandungan gizi dari adonan bakso menurut SNI (1995) mengandung kadar
protein (9%) dan lemak(1%). Adapun persyaratan mutu bakso ikan dapat dilihat
pada tabel 2 dan gambar tahu bakso ikan lele dapat dilihat pada gambar 6.
14
2.3.1 Bahan Baku Pembuatan Tahu Bakso Ikan Lele
substitusi tahu pada produknya. Bahan baku utama yang digunakan dalam
adonan bakso menurut Astawan (2004), yakni daging. Perbandingan daging dan
Selain adonan bakso, bahan utama lainnya adalah tahu. Tahu merupakan
produk yang berasal dari kedelai. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang
Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tahu bakso ikan lele
penambahan penyedap rasa dan bahan pembuatan adonan bakso ikan lele,
seperti, gula, air es, tepung kedelai dan bahan yang sama seperti pembuatan
A. Gula
menjadi asam dan alkohol. Timbulnya asam dan alkohol diharapkan akan dapat
Selain sebagai penambah cita rasa dalam produk, gula memiliki peran
lain yakni mengikat kadar air. Gula (sukrosa) memiliki sifat higroskopis, artinya
memiliki kemampuan dalam mengikat air. Semakin banyak konsentrasi gula yang
digunakan maka semakin banyak air yang diikat dan menyebabkan kadar air
15
Adapun gambar gula dapat dilihat pada gambar 7.
B. Air Es
Bahan penting lainnya dalam pembuatan bakso adalah es atau air es.
Dengan adanya es, suhu dapat dipertahankan tetap rendah sehingga protein
daging tidak terdenaturasi akibat gerakan mesin penggiling dan ekstraksi protein
berjalan dengan baik. Untuk itu, dalam adonan bakso, dapat ditambahkan es
sebanyak 15-20% atau bahkan 30% dari berat daging (Wibowo 2006).
Salah satu tujuan penambahan air dan es pada produk emulsi daging
pembentukan emulsi, dan mempertahankan suhu adonan agar tetap rendah. Jika
panas ini berlebih maka emulsi akan pecah, karena panas yang terlalu tinggi
bersatu selama pemasakan (Aberle, et al. 2001). Adapun gambar air es dapat
16
Gambar 8. Air Es
(Sumber : Google image, 2017)
C. Monosodium Glutamate
glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia
yang diolah. Bahan ini juga bisa menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu
bahan makanan. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa adalah bahan
rasa dan aroma. Penyedap rasa dan aroma digolongkan sebagai bahan alam
dan sintetik (Winarno, 1994). Adapun gambar Monosodium glutamat dapat dilihat
pada gambar 9.
17
D. Isolated Soy Protein
menstabilkan emulsi lemak dan membuat ikatan disulfida. Hal ini berkaitan
dengan kuantitas air yang terikat bersama dengan protein dalam emulsi produk.
Jumlah protein yang ditambahkan akan berdampak pada jumlah air yang terikat
dalam matriks protein-air atau matriks emulsi. Hal ini terindikasi dengan
sejalan dengan penambahan protein yang diberikan (Bahlol dan El-Aleem, 2004).
sedangkan sifat hidrofilik dapat digunakan dalam mengikat air pada produk
makanan akhir. Kedua sifat hidropobik dan hidrofilik protein kedelai dapat
18
2.3.3 Proses Pembuatan Tahu Bakso Ikan Lele
Prinsip dasar dari pemuatan tahu ikan lele tidak jauh berbeda dengan
baku berupa tahu yang diisi dengan adonan bakso lalu proses pemasakannya
empat tahap yaitu : (1) penghancuran daging; (2) pembuatan adonan; (3)
pencetakan bakso; dan (4) pemasakan. Pada proses penggilingan daging harus
diperhatikan kenaikan suhu akibat panas saat proses penggilingan karena suhu
Pemasakan bakso setelah dicetak dilakukan dengan cara perebusan dalam air
Hal ini juga dilakukan oleh Pandisurya (1983) dalam Nurhayati (2009),
pembuatan tahu bakso pada prinsipnya terdiri dari empat tahap. Tahap pertama
19
3. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG
Metode yang digunakan dalam praktik kerja magang ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-
studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisa tingkah laku, dan analisa
sanitasi dan hygiene tempat PKM. Jadwal Rencana Pelaksanaan PKM dapat
Dengan cara ini, data yang diperoleh merupakan data primer dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan kita, tetapi cara ini membutuhkan tenaga, waktu,
dan biaya yang cukup besar. Pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan
wawancara telepon, survei surat kabar atau majalah. Setiap teknik harus
20
dilakukan sedemikian rupa sehingga gangguan yang ditimbulkan pada subjek
dengan mengambil dua macam data yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer menurut Siburian (2013) adalah data yang dikumpulkan dan
Data primer yang diambil dalam Praktik Kerja Magang ini meliputi sejarah
dan perkembangan perusahaan, jumlah dan jenis peralatan serta cara kerja
A. Observasi
metode lain. Observasi dilakukan secara sistematis dan terarah (Mania, 2008).
dengan mengamati proses pembuatan produk kerupuk kulit dan tahu bakso ikan
lele dengan pengamatan proses awal produksi hingga akhir proses produksi,
sarana produksi yang digunakan, dan peralatan yang digunakan dalam produksi.
21
B. Interview/Wawancara
langsung melalui pembimbing magang dan para pekerja yang ada di lokasi baik
hygiene yang diterapkan selama proses produksi. Daftar Pertanyaan dapat dilihat
Lampiran 1.
C. Dokumentasi
tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data
harian, biografi, simbol, artefak, foto, sketsa dan data lainnya yang tersimpan.
Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data
22
D. Partisipasi Aktif
Partisipatoris adalah model pendekatan pembangunan bottom-up yang
dapat mengikuti proses yang telah ada (Arifin, 2007). Partisipasi aktif dalam
mulai dari penerimaan bahan baku sampai ke produksi akhir kerupuk kulit dan
dikumpulkan tidak untuk kepentingan studi yang sedang dijalani saat ini tetapi
untuk beberapa tujuan lain. Data sekunder dapat diperoleh dengan studi
sumber pustaka.
Data sekunder dapat diperoleh dari laporan-laporan pustaka dan juga dari kantor
23
4. KEADAAN UMUM UNIT USAHA
baku ikan lele (Clarias sp.). Budidaya ikan lele yang dilakukan di Farm Fish
mempunyai Middle Outlet di dasar tengah kolam (Central Drain) dan padat tebar
Farm Fish Boster Centre didirikan pada bulan Febuari tahun 2013 yang
merupakan salah satu unit milik PT. Indosco Dwijaya Sakti. PT. Indosco Dwijaya
dan obat-obatan untuk berbagai jenis ikan. Letak Farm Fish Boster Centre
dengan PT. Indosco Dwijaya Sakti sekitar ± 3 km. Pada awalnya pemilik usaha
bernama Eka Jaya Tjioe membangun sebuah usaha yang bergerak pada pakan
Latar belakang dari berdirinya farm ini adalah untuk research aplikasi
produk suplemen ikan yang kemudian dikembangkan dengan sistem boster. Kini
Farm Fish Boster Centre juga menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan
Perikanan (P2MKP). Tujuan dari dibentuknya Farm Fish Boster Centre ini adalah
usaha memilih budidaya ikan lele adalah karena ikan lele merupakan ikan
konsumsi yang diminati mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Selain
24
itu budidaya ikan lele juga tidak sulit dan siklus produksinya singkat. Sistem
budidaya boster ini merupakan salah satu sistem yang menjujung tinggi kualitas
dari sebuah ikan lele, dengan sistem boster tebat padar dan panen tinggi hingga
boster ini. Kelebihan dari sistem boster ini yaitu tidak berbau amis, daging kenyal,
rasa lebih gurih, warna daging putih bersih, lendir tidak banyak dan tidak banyak
kandungan airnya. Untuk meningkatkan nilai tambah dari lele tersebut, muncullah
sebagai bahan baku produk olahannya. Hal ini dimaksudkan agar kualitas bahan
Apabila di lokasi budidaya bahan baku belum tersedia, Farm Fish Boster Centre
Sidoarjo, Surabaya, Banyuwangi, dan daerah lain. Saat ini, olahan yang
diproduksi oleh perusahaan ini antara lain fillet, siomay, bakso, keripik sirip lele,
nugget, risoles, donat, otek-otak, dan surimi lele. Produk Farm Fish Boster
skala nasional sudah mencapai daerah Jakarta, Surabaya, Bali, Sidoarjo, dan
Bandung. Produk fillet lele juga sudah mulai di ekspor ke Singapura dan Jepang.
25
menuju ke lokasi ini mudah ditempuh, karena dekat dengan pusat transportasi
yang berada di ibukota Provinsi Jawa Timur, yaitu ± 6 km dari Bandara Juanda
dan ± 10 km dari Terminal Bus Bungurasih. Jarak lokasi dengan jalan raya
adalah sekitar 1 km. Luas area tanah pabrik adalah sebesar 1800 m2 dengan
luas bangunan 1200 m2. Denah lokasi Farm Fish Boster Centre dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Proses pengolahan produk ikan lele hanya berpusat pada satu ruangan
berbeda-beda. Bagian tersebut antara lain ada ruang pengolahan, ruang produk,
ruang kelas, mess 1, mess 2, tempat mencuci, tempat masak, kamar mandi,
ruang tamu, dan ruang kantor. Ruang pengolahan merupakan tempat untuk
mixer, meat grinder, dan mesin pencetak bakso. Ruang produk merupakan
tempat istirahat yang memiliki fasilitas kasur dan AC (air conditioner). Tempat
mencuci dan tempat masak ditutupi dengan sekat berbahan triplek. Kamar mandi
kamar tidur karyawan, dapur, musholla, dan kamar mandi luar. Hatchery
menyimpan alat-alat. Lahan budidaya terdapat kolam dari fiber glass dan kolam
beton untuk pembesaran ikan lele. Kamar tidur karyawan terdapat 2 ruang
26
4.3 Struktur Organisasi
antara pimpinan dan staff dengan bidang kerja yang jelas kedudukan,
Dedy Hermansyah
Manager
27
Berikut ini merupakan tugas dan tanggung jawab pimpinan dan staff di
1. Pimpinan Perusahaan
perusahaan
2. Advisor
3. Manager
Membentuk tim yang terdiri dari orang yang bertanggung jawab untuk
berbagi tugas
4. Teknisi Pembenihan
5. Teknisi Pembesaran
6. Bagian Pengolahan
lele.
7. Bagian Marketing
28
4.4 Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
Karyawan yang bekerja di Farm Fish Boster Centre berasal dari berbagai
daerah seperti Medan, Riau, Jember, dan Kediri. Hanya sebagian kecil saja yang
berasal dari daerah Sidoarjo. Karyawan di Farm Fish Boster Centre dibagi
dan mendapatkan gaji setiap satu bulan sekali. Karyawan ini biasanya
berasal dari karyawan lama yang sudah lama bekerja di PT. Indosco
Dwijaya Sakti atau sudah ada sejak Farm Fish Boster Centre dibangun.
terikat pada hubungan kerja atas dasar perjanjian kontrak harian. Jumlah
ketika bahan baku dan permintaan tinggi, serta jika sedang mengadakan
29
Tabel 4. Status dan Tingkat Pendidikan Karyawan Farm Fish Boster Centre
Tingkat Pendidikan
SMK
Pimpinan Perusahaan - - - - - 1
Advisor - - - - √ 1
Manager - - - √ - 1
Teknisi Pembenihan - - - √ - 1
Teknisi Pembesaran - - √ - - 1
Bagian Pengolahan - - √ - - 1
Bagian Marketing - - - √ - 1
Jumlah 13
Jam kerja di Farm Fish Boster Centre adalah dari hari Senin sampai
Sabtu, namun terkadang pada hari Minggu dan hari besar para karyawan juga
bekerja. Hal ini tergantung pada bahan baku yang tersedia. Jam kerjanya adalah
Upah bulanan diberikan kepada tenaga kerja tetap tiap bulan dan besarnya
tergantung jabatan dalam pekerjaannya. Selain itu, terdapat bonus bulanan dan
tahunan. Bonus bulanan diberikan apabila bahan baku tersedia dalam jumlah
banyak dan pekerja harus bekerja lembur. Bonus tahunan diberikan ketika akhir
tahun.
30
4.4.4 Kesejahteraan
diberi tunjangan, baik itu berupa uang atau dalam bentuk lain diluar gaji pokok. Di
4.4.5 Fasilitas
permanen. Dinding gedung terbuat dari tembok bata dengan cat berwarna putih
dan atap terbuat dari asbes. Di dalam gedung terdapat sekat yang mengelilingi
ruang masak dan tempat pencucian. Jumlah lampu yang ada di ruangan utama
lahan budidaya terdapat 20 kolam beton dan kolam fiberglass sebanyak 15 unit
Peralatan
31
Tabel 5. Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi
No Nama Alat Ukuran Bahan Kapasitas
1. Pisau 15 cm Stainless Steel -
2. Talenan 30 x 20 cm Plastik -
60 kg
Processor
Sealer
- Transportasi
bahan baku yang diperlukan dan mendistribusikan produk hasil olahan yang siap
dipasarkan. Alat transportasi yang digunakan oleh Farm Fish Boster Centre
belakang digunakan untuk menyimpan produk. Untuk produk yang dikirim keluar
32
4.4.5.2 Prasarana Produksi
- Suplai Air
pengolahan. Fungsi air dalam perusahaan ini adalah sebagai media budidaya
ikan lele, untuk mencuci, dan mandi. Fasilitas penyediaan air di Farm Fish Boster
Centre yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari berasal dari sumur bor. Air
kemudian disalurkan dengan tenaga pompa air dan ditampung di bak besar
- Suplai Listrik
Sumber listrik yang digunakan di Farm Fish Boster Centre berasal dari
PLN, dengan asumsi bahwa listrik dari PLN lebih efektif dan efisien. Listrik
- Gedung
Demi kelancaran kegiatan budidaya dan produksi ikan lele di Farm Fish
- Kolam Budidaya
Kolam budidaya terdiri dari fiberglass dan bak beton yang bagian atapnya
dilindungi dengan paranet. Kolam budidaya ini berisi lele hasil budidaya Farm
Fish Boster Centre. Gambar kolah dapat dilihat pada gambar 12.
Ruang pengolahan terdapat etalase yang berisi peralatan dan bahan-bahan yang
digunakan ketika proses produksi. Alat-alat seperti meat grinder dan dough mixer
Meja Fillet digunakan untuk tempat melakukan pemfilletan ikan lele. Meja
fillet terbuat dari keramik putih yang panjangnya sekitar 3 x 0,5 meter. Jarak
antara lantai dengan bagian atas meja fillet sekitar 75 cm. Gambar meja fillet
34
- Dapur
Dapur terdiri dari meja panjang yang terbuat dari keramik dan terdapat
kompor yang digunakan untuk memasak dan mengukus olahan. Kompor yang
digunakan adalah kompor LPG dan jumlahnya sebanyak 2 buah. Gambar dapur
- Tempat Pencucian
tambahan, maupun alat yang telah digunakan dalam proses pengolahan. Tempat
air serta 1 selang berukuran 2 meter. Tempat pencucian juga terdapat bak plastik
dan sabun untuk mencuci piring. Gambar tempat pencucian dapat dilihat pada
gambar 16.
35
- Mess
pembesaran, dan pengolahan di Farm Fish Boster Centre juga disediakan mess
seluruh kegiatan lebih terjamin dan terlaksana dengan baik. Di dalam mess ini
terdapat beberapa kasur busa, AC, lemari serta kipas angin. Gambar mess dapat
- Hatchery
dalam hatchery terdapat beberapa kolam beton yang dilengkapi dengan aerasi.
Ikan lele yang sudah cukup besar dipindah ke kolam budidaya untuk dilakukan
36
Gambar 18. Hatchery
khusus, hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko multivitamin dan obat-obatan
Farm Fish Boster Centre juga terdapat kegiatan pengolahan lele menjadi produk
37
5. PROSES PEMBUATAN PRODUK
Kerupuk kulit dan tahu bakso ikan lele yang diproduksi di Farm Fish
Boster Centre merupakan salah satu produk diversifikasi yang dilakukan untuk
menciptakan fariasi olahan dari ikan lele. Produksi kedua olahan tersebut
diproduksi hanya 1 atau 2 kali dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan bahan baku
kulit ikan lele harus melalui proses yang panjang, serta jumlahnya yang terbatas.
Sedangkan bahan baku tahu bakso yakni daging ikan lele, lebih dimanfaatkan
untuk membuat oalahan lain yang lebih digemari masyarakat sekitar, yakni
olahan lele crispy. Formulasi bahan baku kerupuk kulit dan tahu bakso dapat
Bahan baku dalam pembuatan kerupuk kulit ikan lele (Clarias sp) di Farm
Fish Boster Centre adalah kulit kering ikan lele. Bahan baku ini didapatkan dari
hasil samping pengolahan fillet ikan lele dan dikeringkan. Sebelum dikeringkan
kulit segar dibersihkan dan direndam dengan air kapur sirih, selanjutnya
baku kulit kering. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari produk
kerupuk kulit yang dihasilkan. Penggunaan kulit kering dapat membuat produk
akhir memiliki kriterian organoleptik yang disukai oleh masyaratakat dari segi
38
5.1.2 Tahu Bakso
Bahan baku dalam pembuatan tahu bakso ikan lele (Clarias sp) di Farm
Fish Boster Centre adalah tahu dan daging. Bahan baku daging digunakan
sebagai bahan pembuatan adonan bakso yang akan dimasukan kedalam tahu
digunakan dalam pembuatan adonan bakso adalah daging. Bahan baku lainnya
yakni tahu digunakan untuk membuat hasil akhir lebih baih dari segi gizi, rasa,
Pembuatan kerupuk kulit ikan lele (Clarias sp) di Farm Fish Boster Centre
dan air kapur sirih. Bahan tambahan ini digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembuatan kerupuk kulit ikan yang memiliki ciri khas, enak, dan gurih
kulit ikan yang lembek, bumbu untuk menciptakan ciri khas, serta minyak untuk
Pembuatan tahu bakso ikan lele lele (Clarias sp) di Farm Fish Boster
Centre menggunakan beberapa bahan tambahan seperti gula, air es, tepung
kedelai, garam dan bawang putih. Menurut Astuti, et al. (2014), dalam
39
berupa penyedap rasa, air es, serta tepung kedelai. Komposisi bahan tambahan
yang digunakan harus sesuai untuk membuat produk akhir yang sesuai standar
pengemasan. Proses pembuatan olahan tahu bakso dan kerupuk kulit ikan lele
Surimi
Pembuatan Adonan
Pengukusan
Pengemasan
40
Persiapan Bahan Baku
Pencucian I
Pencucian II
Pemberian bumbu
Penjemuran
Penggorengan
Pengemasan
41
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, H.B., J.C. Forrest, E.D. Hendrik, M.D. Judge dan R.A. Merkel. 2001.
Principle of Meat Science. 4th edit. Kenda/Hunt Publishing. Iowa.
Agustini, T.W., Y.S. Darmono, I. Wijayanti, dan P.H. Riyadi. 2016. Pengaruh
Perbedaan Konsentrasi Daging Terhadap Struktur, Nutrisi, dan Sensory
Tahu Bakso Ikan Nila. JPHPI. 19 (3): 214-221.
_________. 2010. Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Kelas Induk
Pokok (Parent Stock). SNI No 01-6484.1-2000.. Badan Standar Nasional.
Jakarta.
Arrohmah, L. 2011. Karya Ilmiah Peluang Bisnis Olahan Ikan Lele. Sekolah
Tinggi Menejemen Informatika Komputer. Amikom Yogyakarta.
Astawan, M. 2004. Ikan yang Sedap dan Bergizi. Tia Serangkai. Solo.
Hardyanti, N dan N.D. Fitri. 2006. Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Bersih
Untuk Kebutuhan Domestik dan Non-Domestik (Studi Kasus Perusahaan
Tekstil Bawen Kabupaten Semarang). Jurnal Presipitasi. 1 (1) ISSN 1907-
187X.
42
Jatnika, D. Komar S. dan Nora H. P. 2014. Pengembangan Usaha Budidaya
Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Manajemen IKM. 9 (1): 96-
105.
Mania, S. 2008. Observasi Sebagai Alat Evaluasi dalam Dunia Pendidikan dan
Pengajaran. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lentera Pendidikan 11 (2)
: 220-233.
Nurhayati E. 2009. Sifat fisik dan organoleptik bakso daging domba pada lama
postmortem dan taraf penambahan tepung tapioka yang berbeda [skripsi].
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Penerbit :
Kanisius. Yogyakarta.
Siburian, Cempaka Kezia. 2013. Pengaruh Produk, Harga, Lokasi, Dan, Promosi
Wisata Terhadap Minat Berkunjung Kembali Ke Tempat Wisata Draco
Waterpark Hermes Medan. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
43
Suwarastuti, A dan B. Dwiloka. 1989. Dasar-dasar Teknologi Hasil Ikutan Ternak.
Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Wahyudi, D., E. Sayamar, dan Eliza. Analisa Usaha Agroindustri Kerupuk Kulit
Sapi di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jom
Faperta Ur. 3 (2): 1-10.
Warta Pasar Ikan. 2009. Edisi Juli 2009 Volume 71. Jakarta: Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Wibowo, S. 1999. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta: PT
Penebar Swadaya.
44
Lampiran 1. Daftar pertanyaan Praktik Kerja Magang
JUDUL :
“Proses Pembuatan Kerupuk kulit dan Tahu bakso Ikan Lele Di Pusat Pelatihan
45
2.3. Susunan Organisasi
- Berapa Jumlah Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap di Fish Boster
Centre?
- Berapa lama waktu kerja dan waktu istirahat di Fish Boster Centre?
- Apa saja Fasilitas yang didapat oleh pekerja di Fish Boster Centre?
Centre?
3. Proses pengolahan
46
3.2. Proses Pembuatan
- Apa saja peralatan dan mesin yang digunakan dalam produksi tahu
3.3. Pengemasan
3.4. Pemasaran
4. Analisis Proksimat
47
5.2 Sanitasi ruang produksi
bahan?
produksi?
kaki pekerja?
48
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Magang
magang mengenai proses pembuatan kerupuk kulit dan tahu bakso ikan lele
(Clarias sp.) di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan perikanan (P2MKP) Fish
49