Oleh:
NASYA NURMALIA NADHIFAH
RATNA RIZQI ZAKIYAH
TASHA PUTRI BERLIAN
Oleh:
NASYA NURMALIA NADHIFAH (56203213090)
RATNA RIZQI ZAKIYAH (56203213100)
TASHA PUTRI BERLIAN (56203213113)
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Praktik Lapang I yang berjudul “Pengolahan Otak-Otak Ikan Kurisi
(Nemipterus nematophorus) di UMKM Monika Rasa Kabupaten Tegal-Jawa
Tengah”. Proposal Praktik Lapang I ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Praktik Lapang I pada Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Proposal Praktik Lapang I ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu: Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metode Praktik, dan Jadwal Kegiatan dan Biaya Praktik.
Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing bapak Dr.Aef Permadi,
M.Si. dalam mewujudkan sebuah proposal ini diharapkan bisa menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung Proposal Praktik
Lapang I, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
penulis untuk menyempurnakan proposal.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Otak-otak ikan merupakan produk gel dari daging ikan yang dicampur
dengan tapioka dan bumbu-bumbu seperti garam, gula, santan kentaldan lada.
Produk otak-otak ikan berasal dari daerah Sumatera, kemudian berkembang ke
daerah lain. Pembuatan otak-otak ikan tidak jauh berbeda dengan pembuatan
makanan yang berbahan dasar surimi, seperti bakso, nugget, sosis, empek-
empek, dan lain-lain (Putra et al., 2015).
UMKM Monika Rasa merupakan salah satu usaha mikro perikanan yang
bergerak dalam bidang pengolahan otak-otak ikan yang terletak di Kabupaten
Tegal-Jawa Tengah. Salah satu produknya yaitu otak-otak ikan kurisi yang mana
olahan produk ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan nilai tambah
pada produk ikan demi menghadapi persaingan pasar global.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktik Lapang I di UMKM Monika Rasa, adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui alur proses produksi mulai dari penerimaan bahan baku hingga
proses pemasaran pengolahan otak-otak ikan kurisi (Nemipterus
nematophorus).
2. Mengetahui suhu produk dan ruang pada setiap tahap proses pengolahan.
3. Mengetahui mutu bahan baku dan produk akhir otak-otak ikan kurisi
(Nemipterus nematophorus).
4. Mengetahui penerapan sanitasi dan hygiene.
5. Mengetahui aspek finansial pengolahan otak-otak ikan kurisi (Nemipterus
nematophorus).
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan Jumlah
Protein 15,6
Lemak 1,94
Karbohidrat 2,18
Air 69,9
Abu 10,36
5
Dari tabel data diatas dapat dilihat kandungan protein pada ikan kurisi
adalah 15,6% dan dibandingkan dengan ikan demersal lainnya kandungan
proteinnya tidak jauh berbeda. Bahkan jika dibandingkan dengan ikan kakap
merah dan ikan kerapu, ikan kurisi memiliki kandungan protein lebih tinggi.
ciri Otak-otak ikan yang berkualitas baik antara lain dapat dilihat dari
kenampakan, bau, rasa dan tekstur. Secara organoleptik bahan baku memiliki
karakteristik sebagai berikut:
Kenampakan : Bersih, bebas dari sisik, tulang dan duri.
Bau : Segar spesifik jenis.
Tekstur : Kompak.
Rupa dan warna : Bersih, warna daging spesifik jenis ikan kurisi.
Rasa : Netral agak manis.
Berdasarkan SNI SNI 2729:2013 (Persyaratan bahan baku ikan segar),
karakteristik ikan kurisi dinyatakan bahwa bahan baku ikan hidup dengan jenis
ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) yang berasal dari perairan yang tidak
tercemar yang secara organoleptik menunjukkan bahwa bahan baku mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Hidup dan reaktif terhadap sentuhan, gerakan lamban dan jinak.
2. Warna spesifik jenis dan cerah.
3. Tidak terdapat luka, cacat dan berjamur.
2.6 Rendemen
2.6.1 Definisi Rendemen
Rendemen adalah perhitungan yang diperoleh dari produk akhir dibagi
dengan mentah dikalikan seratus persen kemudian hasilnya dinyatakan dalam
bentuk % berat. Tujuan dilakukan perhitungan rendemen adalah untuk
mengetahui berat bersih dari ikan yang digunakan dalam optimalisasi produksi
dibandingkan berat kotor yang tidak terpakai. Semakin tinggi rendemen maka
akan semakin tinggi nilai ekonomis dari suatu produk dan semakin rendah nilai
rendemennya maka produk tersebut akan dianggap memiliki nilai ekonomis yang
rendah. Untuk uji rendemen otak-otak ikan dilakukan dengan cara menimbang
adonan otak-otak, kemudian setelah adonan dimasak menjadi otak-otak ikan lalu
tiriskan hingga dingin, setelah itu ditimbang kembali. Menurut Nurcahyono et al.,
(2015), rumus perhitungan rendemen adalah sebagai berikut:
Berat Akhir
Rendemen = x 100%
Berat Awal
4. Karyawan
Faktor keahlian pekerja juga mempengaruhi besar kecilnya persentase fillet
yang dihasilkan, karena masing-masing pekerja memiliki tingkat keahlian
yang berbeda-beda pada setiap tahapnya. Keterampilan karyawan dapat
terwujud apabila karyawan telah mempunyai pengalaman yang cukup,
ketekunan dan ketelitian bekerja, dimana pekerja yang ahli akan
menghasilkan rendemen yang lebih besar.
5. Peralatan
Peralatan yang digunakan dapat mempengaruhi perolehan rendemen pada
pembentukan fillet, bila pisau yang digunakan tidak tajam, maka akan
semakin banyak daging yang ikut terbuang dan rendemen yang diperoleh
akan semakin rendah.
4. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu indikator mutu produk yang berperan dalam
penerimaan suatu produk pangan. Keadaan tekstur sangat mempengaruhi
kesan pada suatu makanan. Terkadang, tekstur dapat menjadi lebih penting
daripada aroma, rasa, dan kenampakan. Tekstur merupakan salah satu
parameter yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan perasa. Tekstur
merupakan perpaduan dari beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran dan
bentuk suatu produk pangan. Berikut ini merupakan syarat mutu bahan baku
menurut SNI 7757:2013 yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Pelelehan
Sortasi
Pencucian 1
Penyiangan
Pencucian 2
Pengambilan daging
Pelumatan daging
Pencampuran
Pembentukan
Pemasakan
Pendinginan
Pembekuan
Pengemasan dan
penimbangan
Penyimpanan beku
11. Pencampuran
Lumatan daging dimasukkan ke dalam alat pencampur, ditambahkan garam
dan dicampur hingga mendapatkan adonan yang lengket (sticky).
Selanjutnya dilakukan penambahan bumbu lainnya, dicampur sampai
homogen, secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi suhu dingin.
12. Pembentukan
Adonan dibentuk dengan atau tanpa bungkus daun secara manual atau
dengan mesin pencetak sesuai spesifikasi, secara cepat, cermat dan saniter.
13. Pemasakan
Otak-otak ikan tanpa bungkus daun direbus, otak-otak ikan dengan bungkus
daun dikukus dan atau dipanggang sesuai spesifikasi.
14. Pendinginan
Otak-otak ikan didinginkan dengan cara ditiriskan atau dibantu dengan
blower atau kipas angin, secara cermat dan saniter.
15. Pembekuan
Otak-otak ikan tanpa bungkus daun disusun dalam pan sedemikian rupa di
dalam alat pembeku agar udara dingin tersebar merata, dilakukan secara
cermat dan saniter.
16. Pengemasan dan penimbangan
Otak-otak ikan dikemas dan ditimbang sesuai spesifikasi serta dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter.
17. Penyimpanan beku
Produk disimpan dalam suhu dan fluktuasi sesuai dengan spesifikasi.
18. Pemuat
Produk dalam kemasan dimuat dalam alat transportasi dan terhindar dari
penyebab yang dapat merusak atau menurunkan mutu produk.
i. Prinsip Pendinginan
Menurut Lailossa, (2009) bahwa pada dasarnya prinsip pendinginan adalah
proses pengambilan atau pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain dan
mempertahankan suhu pendinginan di ruang tersebut beserta isinya.
Mendinginkan ikan sampai suhu 0℃ maka dapat memperpanjang daya simpan
ikan hingga 12-18 hari sejak ikan dipanen dan mati. Pendinginan dapat
memperlambat aktivitas pertumbuhan bakteri dan proses enzimatis pada ikan
namun tidak dapat menonaktifkan bakteri dan kegiatan enzimatis tersebut.
Aktivitas bakteri pada tubuh ikan dapat dinonaktifkan bila suhu pada ikan
mencapai -12℃. Berikut ini merupakan metode pendinginan, sebagai berikut:
1. Pendinginan dengan es
Pada prinsipnya, es harus dicampurkan dengan ikan sedemikian rupa hingga
bersinggungan dengan es, maka pendinginan ikan akan berlangsung lebih
cepat sehingga pembususkan dapat segera dihambat. Cara ideal
mencampur ikan dengan es yaitu dengan membuat lapisan es pada dasar,
kemudian di atasnya selapis ikan, dilanjutkan dengan lapisan es lagi,
demikian seterusnya hingga bagian lapisan atas ditutup dengan es. Lapisan
bagian dasar atau bawah dan bagian atas harus diberi lapisan es yang tebal
sekitar 10-15 cm. Dalam menyusun ikan secara berlapis-lapis bergantian
dengan es, lapisan ikan sebaiknya tingginya tidak melebihi dari 12 cm.
2. Pendinginan dengan es kering
Es kering adalah berupa CO2 gas yang tidak berwarna, berasa asam dan
menghasilkan gas panas bertekanan tinggi. Gas panas tersebut didinginkan
hingga mengembun menjadi cairan CO2 yang bertekanan tinggi. Cairan
tersebut diturunkan tekanannya menjadi 1 atm melalui alat penyemprot
sehingga menghasilkan salju yang kemudian dipadatkan menjadi kristal-
kristal es kering yang siap dipakai. Suhu es kering memiliki suhu sekitar -
78℃. Suhu es kering yang sangat rendah menyebabkan ikan tidak boleh
menempel langsung dengan es kering karena dapat merusak kulit dan
daging ikan. Dalam pendinginan dengan es kering, maka ikan dipisahkan dari
es kering dengan menempatkannya di dalam suatu wadah yang berlubang
dari bahan sterofoam. Pada awalnya es kering akan mengeringkan udara
kemudian udara dingin tersebut akan mendinginkan ikan.
14
(Domili, 2017).
memperlihatkan nama bahan atau larutan, sifat bahan larutan dan instruksi
cara penggunaan secara benar. Bahan beracun harus disimpan di ruang
dengan akses terbatas dimana hanya karyawan berwenang yang boleh
memasuki ruangan penyimpanan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia
beracun, pembersih, dan sanitasi dalam industri pangan harus disesuaikan
dengan petunjuk dan persyaratan. Prosedur penggunaan bahan beracun
harus dapat mencegah pencemaran pada bahan pangan.
7. Kesehatan karyawan
Kondisi kesehatan setiap karyawan yang bekerja harus selalu dimonitor oleh
pihak perusahaan agar tidak menjadi sumber kontaminan bagi produk
pangan yang dihasilkan. Apabila terdapat karyawan yang menderita sakit dan
diduga dapat mencemari bahan atau produk pangan dilarang bekerja.
Kebersihan personal harus senantiasa diperhatikan fasilitas cuci pakaian
(laundry) sebaiknya disediakan oleh perusahaaan, terutama karyawan yang
kontak langsung dengan produk akhir.
8. Pengendalian pest
Pest atau hama harus dicegah agar tidak masuk ke unit penanganan atau
pengolahan. Hama juga dapat menjadi hewan perantara bagi mikroba
pencemar. Hama dapat menjadi penyebab foodborne illness. Beberapa hama
yang terdapat pada industri pangan dan memerlukan penanganan atau
pembasmian yaitu tikus, burung, serta berbagai macam serangga seperti
nyamuk, kecoa, semut, lalat, dan lebah.
2.11 Laba/Rugi
Menurut Kodong et al., (2019) Laba rugi adalah perbedaan antara
pendapatan dan biaya yang diperoleh oleh suatu perusahaan. Laba rugi
mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan
mengelola biaya. Laba rugi juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berikut ini
dilampirkan penjelasan dari beberapa point tersebut, yaitu:
1. Biaya tetap dan biaya variable
Biaya variabel adalah biaya yang berubah mengikuti aktivitas bisnis. Dengan
kata lain, biaya variabel artinya biaya yang besarannya naik turun tergantung
pada volume operasional perusahaan. Sedangkan biaya tetap adalah biaya
18
nilai pada lembar score sheet ikan segar. 2729-2013 dengan cara memberikan
nilai pada lembar score sheet ikan segar.
2. Sensori produk otak-otak ikan
Pengujian organoleptik produk otak-otak ikan dilakukan masih dalam keadaan
setelah digoreng. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil produk secara
acak. Pengujian dilakukan berdasarkan SNI 7757:2013 dengan cara memberikan
nilai pada lembar score sheet. Data yang diperoleh dari lembar penilaian
ditentukan nilai mutunya. Pengujian akan dilakukan sebanyak 5 (lima) kali
ulangan dengan 3 (tiga) kali pengukuran.
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓
𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
3.4.5 Laba/rugi
1. Pendapatan (penerimaan)
Penerimaan adalah perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan
harga jual produk. Menurut Soekartawi, (2005) menyatakan bahwa, total
penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi Secara
matematis jumlah penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = P.Q
18
.
2. Biaya variable (variabel cost)
Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya
produksi. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja dan
operasional. Biaya ini berbentuk tunai yang sesungguhnya dibayarkan.
3. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya tetap yang sifatnya tidak berubah-ubah karena
pengaruh besarnya produksi, Biaya tetap meliputi pajak/PBB, biaya penyusutan
peralatan dan sewa.
4. Biaya total (total cost)
Biaya total yaitu keseluruhan biaya uang dikeluarkan selama proses produksi
baik tetap maupun biaya variabel. Biaya total diperoleh dari penjumlahan total
biaya tetap dan total biaya variabel.
5. Pajak
Perhitungan tarif pajak adalah persentase yang digunakan sebagai dasar dalam
menghitung jumlah pajak yang harus disetor (Mansur et al., 2022). Pemerintah
membuat peraturan pada bulan Juli 2018 bahwa perhitungan tarif pajak pada
UMKM dikenakan PPh Final yaitu 0,5% dan perubahan tersebut diatur dan
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018.
6. Laba/rugi
Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang
diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya. Dapat dilihat pada
Tabel 4 mengenai penyusunan struktur laba/rugi. Menurut Adhawiyah et al.,
(2018) Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
π = TR – TC
19
Stuktur Laba/Rugi
I. Pendapatan
Penjualan produk otak-otak ikan xxx
Total penjualan xxx
II. Biaya
Biaya tetap
Biaya pajak xxx
Biaya penyusutan alat xxx
Biaya sewa xxx
Total biaya tetap xxx
Biaya variabel
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja xxx
Biaya operasional xxx
Total biaya variable xxx
III. Laba xxx
DAFTAR PUSTAKA
Adhawiyah, Robiah, Yuriko Boekoesoe, and Yanti Saleh. 2018. “Analisis Pemasaran
Cabai Rawit Di Kabupaten Boalemo.” Agrinesia 2(3): 165–75.
Afrianto, Eddy. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Asriani, Asriani et al. 2021. “Penentuan Umur Simpan Otak-Otak Ikan Umkm Bunga
Mawar Dengan Metode Extended Storage Studies (Ess).” Buletin Jalanidhitah
Sarva Jivitam 2(2): 101.
Domili, Rahyuni Syamsudin. 2017. “Sanitasi Dan Hygiene Pada Proses Pembuatan
Rambak Ikan Buntal Pisang (Tetraodon Lunaris) Di UKM JAYA UTAMA.” Jurnal
Aquabis 7(2): 1–5.
Eddy Afrianto, Dkk. 2008. Mutu Bahan / Produk.
ElHaweet, Alaa Eldin Ahmed. 2013. “Biological Studies of the Invasive Species
Nemipterus Japonicus (Bloch, 1791) as a Red Sea Immigrant into the
Mediterranean.” Egyptian Journal of Aquatic Research 39(4): 267–74.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ejar.2013.12.008.
Jumiati, Sri Rahmaningsih, and Achmad Sudianto. 2021. “Mutu Kerupuk Limbah
Insang Ikan Kurisi (Nemipterus Japonicus).” Jurnal Teknologi Pangan 15(1): 1–11.
Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investigasi. (2018). Data Rujukan
Wilayah Kelautan Indonesia tahun 2018. Jakarta. https://maritim.go.id.
[dikutip pada 20 januari 2023].
Kodong, Tessa Isabel, Harijanto Sabijono, and Meily Y.B. Kalalo. 2019. “Analisis
Pengakuan Pendapatan Dan Beban Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi Pada
PT Sederhana Karya Jaya.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi vol 7(3): 4397–4406.
Lailossa, Grasiano Warakano. 2009. “Studi Awal Design Model Sistem Rantai Dingin
(Cold Chain System) Komoditas Unggulan Ekspor Sektor Perikanan Maluku (Ikan
Beku/Frozen Fish).” Seminar Nasinaol Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan
Institut teknologi Sepuluh Nopember (December 2009): 103–10.
Mansur, Fitrini, Reka Maiyarni, Eko Prasetyo, and Riski Hernando. 2022. “Pengaruh
Pengetahuan Pajak, Kesadaran Pajak Dan Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan
Pajak Wajib Pajak UKM Kota Jambi.” e-Jurnal Perspektif Ekonomi dan
Pembangunan Daerah 11(1): 69–82.
Nico, Mohamad., Putut Har Riyadi, Ima Wijayanti. 2015. “Pengaruh Penambahan
Karagenan Terhadap Kualitas Sosis Ikan Kurisi (Nemipterus Sp.) Dan Sosis Ikan
Nila (Oreochromis Sp.).” Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
4(2012): 7–14.
Nurcahyono, Ilham Dwi, and Elok Zubaidah. 2015. “Pengaruh Konsentrasi
Carboxymethyl Cellulose Sebagai Edible Coating Dan Suhu Pengering Terhadap
Sifat Fisik Dan Kimia Wortel Kering Instan.” J. Pangan dan Agroindustri 3(3):
1192–1202.
Putra, Dimas Ahmad Priangga, Tri Winarni Agustini, and Ima Wijayanti. 2015. “The
Effect of Addition of Carrageenan as A Stabilizer to the Characteristic of Fish
‘Otak-Otak’ of Threadfin Bream (Nemipterus Nematophorus).” Jurnal Pengolahan
dan Bioteknologi Hasil Perikanan 4(2): 1–10.
27
LAMPIRAN
i
susu bergumpal