TUGAS AKHIR
OLEH
HASPIKA
1422030457
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyeselesaikan penulisan tugas
akhir ini dengan judul “Penerapan Sanitasi Dan Higienen pada Pengolahan Udang
windu (panaeus monodon) Peeled Devine Tail on jenis Shutter Pack”. Salawat
serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW, serta para keluarga dan sahabatnaya yang telah membawa kita dari alam
kegelapan, menuju alam yang terang menderang seperti yang kita rasakan pada saat
sekarang ini. Tugas akhir ini di susun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua serta segenap
keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun material. Penulis
juga mengucapkan kepada Bapak Dr. Arham Rusli,S.PI.M.Si sebagai pembimbing
I dan Ibu Rahmawati Saleh,S.Si,M.Si sebagai pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing dalam penyusunan
laporan tugas akhir ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri serta menjadi sumber
informasi bagi pembaca. Amin yaa rabbal alamin
Pangkep, 27 Agustus2017
Penulis
DAFTAR ISI
TEKS HALAMAN
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... i
RINGKASAN.............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix
BAB I :PENDAHULUAN........................................................................... 1
5.1.Kesimpulan.................................................................................. 58
5.2 Saran ............................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 59
LAMPIRAN................................................................................................ 54
No Teks Halaman
3. Pre-washing.......................................................................................... 31
9. Pengiriman Produk............................................................................... 47
No Teks Halaman
Udang merupakan salah satu produk hasil perikanan yang menjadi primadona
ekspor Indonesia pada saat ini. Namun udang termasuk bahan pangan yang mudah
rusak (parishable food), dan merupakan produk yang relatif beresiko terhadap
keamanan pangan (food safety). Salah satu kegiatan pengolahan udang yaitu
dalam setiap tahapan proses produksi, agar dihasilkan produk udang beku yang
aman dan sehat untuk dikonsumsi tanpa mengurangi nilai gizi udang dan memenuhi
mengahsilkan produk udang beku yang berkualitas dan sesuai dengan standar mutu
Sanitasi dan higiene dalam industri perikanan dapat diartikan sebagai upaya
dan pathogen dalam hasil perikanan, peralatan dan bangunan, yang dapat merusak
41/Kpts/lk.210/2/98)
Hal-hal yang sangat diperhatikan pada penerapan sanitasi dan higiene pada
proses pembekuan udang secara umum antara lain, penyediaan air bersih/air
minum, menjaga kebersihan dan kesehatan karyawan atau pekerja karena sangat
berpengaruh terhadap produk akhir, bahan baku juga memegang peranan penting
dalam pengolahan hasil perikanan oleh sebab itu persyaratan bahan baku tidak
berasal dari perairan tercemar bebas dari bau yang menandakan pembusukan, bahan
merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan udang beku yang
PT. Bogatama Marinusa adalah salah satu perusahaan pengolahan udang beku
yang sangat memperhatikan keamanan dan mutu produk. Berbagai upaya yang
kerja, masker, penutup kepala, sepatu boot, pemeriksaan kuku, pencucian tangan
dengan sabun. Demi menjaga keamanan dan privasi perusahaan PT. Bogatama
diruangan produksi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Tugas akhir ini “menganalisis proses
produksi dan penerapan sanitasi dan higiene pada proses pembekuan udang windu
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis proses produksi dan
penerapan sanitasi dan higiene pada proses pembekuan udang windu pealed devine
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Crustaceae
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Ditinjau dari morfologinya, tubuh udang windu terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang
sebenarnya terdiri dari 2 bagian yaitu kepala dan dada yang menyatu. Oleh karena
(segmen ). Kepala dada terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya sendiri ruas dan dada
terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya sendiri 5 ruas dan dadanya 8 ruas. Sedangkan
bagian perut terdiri dari 6 ruas. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota
Udang windu bersifat kanibal, yang menjadi sasaran utama adalah udang
yang sedang mengalami pergantiang kulit. Kulit udang windu tidak elastis dan
selalu berganti kulit selama pertumbuhan. Semakin cepat udang berganti kulit maka
tinggi. Komposisi kimia dari jenis udang sangat penting artinya, dilihat dari segi
vitamin, dan mineral lainnya (Hadiwiyoto, 1993). Komposisi kimia dan nilai gizi
1. Air % 78,2
2. Protein % 18
3. Lemak % 0,8
4. Karbohidrat - -
5. Garam % 1,4
6. Mineral mg/gr 145-320
7. Kalsium mg/gr 40-105
8. Magnesium mg/gr 270-250
9. Fosfor mg/gr 1,6
10. Zat besi mg/gr 140
11. Natrium mg/gr 220
12. Kalium % 0,80
Senyawa
Nitrogen
Non protein
Sumber : L.A. Shelef And J.M. Jay, 1971 (Dalam Hadiwiyoto, 1993).
terhadap mutu produk. Mutu produk yang prima adalah cermin dan jaminan
menyatakan bahwa “dari bahan baku yang baik belum tentu akan dihasilkan produk
yang baik jika cara pengolahannya tidak memadai, dan sebalilknya, dari bahan baku
yang jelek, sebaik apapun cara pengolahannya tidak akan dapat diperoleh produk
dilindungi terhadap cahaya matahari dan angin yang mengeringkan, karena udang
segar atau masak/rebus cepat menurun mutunya. Hanya udang segar yang terbaik
yang boleh dibekukan. Udang segar beku setelah dilelehkan, rupa, cita rasa dan
teksturnya harus seperti yang dimiliki udang baru ditangkap (Ilyas, 1983).
Udang beku merupakan produk hasil perikanan dengan bahan baku udang
Persyaratan mutu udang segar yang harus dipenuhi sesuai dengan SNI 01-
Udang segar adalah udang yang baru ditangkap. Ciri-ciri udang segar adalah
berikut(Purwaningsih, 1995) :
1. Rupa dan warna : kemerahan atau kusam, sambungan antara ruas longgar,
Udang beku merupakan produk yang ditujukan untuk ekspor sehingga harus
2006 persyaratan mutu produk udang beku dapat dilihat pada Tabel 3.
c. Cemaran kimia*
- Kloramfenikol µg/kg Maks 0
- Nitrofuran µg/kg Maks 0
- Tetrasiklin µg/kg Maks 100
d. Fisika :
Suhu pusat, maks. ºC Maks -18
berasal dari badan udang itu sendiri dan faktor lingkungan. Penurunan mutu ini
Penurunan secara autolisi adalah suatu proses penurunan mutu yang terjadi
karena kegiatan enzim dalam tubuh udang yang tidak terkendali sehingga senyawa
kimia pada jaringan tubuh yang telah mati terurai secara kimi. Penurunan mutu
yang terjadi karena adanya kegiatan bakteri yang berasal dari selaput lendir dari
Penurunan mutu secara oksidasi biasanya terjadi pada udang yang kandungan
lemaknya tinggi. Lemak udang akan oksidasi oleh oksigen uang berada di udara
dan susunan tubuhnya. Sebagai produk biologis, udang termasuk bahan makanan
yang mudah bususk bila dibandingkan dengan ikan. Oleh karena itu, penanganan
Bagian kepala merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap daya simpan
dan bahan mentahnya masih segar, maka dapat dihasilkan udangbeku yang bila
Aktivitas enzimatis
kegiatanenzim dalam tubuh udang dan tidak terkendali sehingga senyawa pada
tetapi setelah udang mati enzim masih terusmenguraikan jaringan tubuh, sementara
pemasukan makanan dari luar terhenti, akibatnya jaringan tubuh menjadi lembek.
Selain itu, terjadi pula penguraian protein menjadi asam amino dan perubahan-
perubahan terhadap komponen flavor, warna (diskolorasi) dari warna asli mejadi
warna coklat atau hitam (black spot) yang disebabkan oleh reaksi enzimatis.
Oksidasi
Aktivitas mikroorganisme
Proses penurunan mutu secara mokrobiologis adalah suatu prosespenurunan
mutu yang terjadi karena adanya kegiatan bakteri yang berasal dariselaput lender,
jaringan tubuh udang (ph dan suhu) yang belumsesuai untuk aktivitas dan
Secara garis besar yang dimaksud pembekuan adalah suatu cara pengambilan
panas dari suatu produk yang akan dibekukan hingga mencapai batas titik beku dari
produk tersebut, sehingga sebagian besar air yang ada pada produk baik itu yang
berupa air bebas (free water) maupun air terikat (bound water) menjadi beku.
Sementara itu menurut Ilyas (1983), yang dimaksud dengan pembekuan adalah
pengenyahan panas dari ikan atau udang segar agar suhu ikan menurun sampai -400
C atau -500 C.
terjadinya proses penurunan mutu, baik secara autolisis, bakteriologis atau oksidasi
serta memperlambat reaksi kimia dan aktivitas enzim, pembekuan bukanlah cara
untuk mensterilkan udang. Oleh karena itu, sesudah udang dibekukan dan disimpan
dalam cold stotrage (ruang beku), tidak akan lepas begitu saja dari proses
waktu yang pendek. Pembekuan cepat akan menghasilkan kristal es yang berukuran
shock) pada mikroorganisme dan tidak terjadi tahap adaptasi mikroorganisme dapat
(Purwaningsih,1995).
a. Jenis Frezeer
digunakan adalah pembekuan cepat (Hadiwiyoto, 1993). Hal ini disebabkan karena
besar tersebut akan merusak susunan jaringan daging dan ketika dicairkan kembali
tekstur daging menjadi kurang baik. Selain itu pembekuan lambat juga
menyebabkan pengumpulan dari garam dan enzim di dalam sel daging dalam
bentuk larutan, menyebabkan enzim menjadi lebih aktif dan membuat perubahan
b. Kecepatan udara
Ada beberapa jenis alat pembeku yang menggunakan aliran udara dingin
untuk membekukan produk, salah satunya adalah air blast frezeer. Di dalam air
blast frezeer, waktu pembekuan akan berkurang jika kecepatan udara ditingkatkan.
c. Suhu produk
Produk yang hendak dibekukan harus diperhatikan suhu awalnya. Hal ini
sebelum dibekukan haruslah rendah, karena semakin rendah suhu produk maka
kandungan lemak produk maka semakin rendah kandungan airnya. Sebagian besar
panas yang keluar dari ikan pada proses pembekuan adalah untuk membekukan air,
jika airnya sedikit berarti sedikit pula panas yang diambil untuk membekukan
produk.
e. Tebal produk
ketebalan produk tersebut. Semakin tebal sebuah produk maka proses pembekuan
akan berlangsung semakin lambat, karena semakin banyak juga bagian yang harus
f. Bentuk produk
Produk yang dikemas terlebih dahulu sebelum dibekukan, akan memiliki waktu
pembekuan yang lebih lama jika dibandingkan dengan produk yang tidak dikemas,
tetapi dari segi mutu akan lebih baik jika produk dikemas terlebih dahulu sebelum
dibekukan.
Di dalam plate frezeer persinggungan yang buruk antara produk dengan pelat
pemindahan panas yang lebih besar dari bahan pengemas itu sendiri.
1) Sharp Freezing
berlangsung lambat. Kecepatan pembekuan antara lain ditentukan oleh suhu pipa
Alat pendingin bertipe “air blast”. Alat pendingin ini menggunakan prinsip
dijepit diantara dua plat atau lempengan logam yang di dalamnya dialiri bahan
pendingin. Pembekuan berlangsung cepat (1,5-3 jam) dan efesien, khususnya untuk
produk-produk yang dikemas. Suhu di dalam frezeer dapat mencapai -450C atau
4) Immersion freezing
berlangsung cepat dan sering diterapkan di kapal penangkap udang dan tuna.
5) Cryogenic freezing
nilai tambah sehingga mampu meningkatkan daya saing mutu produk dan harga
berbagai macam produk beku yang dapat diterima oleh konsumen dari luar negeri,
seperti :
a. Heaad on (HO) yaitu udang yang dibekukan dalam keadaan utuh tanpa dikuliti
b. Head less (HL) yaitu udang yang di bekukan sesudah dipisahkan kepalanya,
Adalah produk udang beku tanpa kepala dan kulit dikupas mulai ruas pertama
Produk ini menyerupai PTO, tetapi pada bagian punggung udang kotoran
perut dibuang dengan cara mencungkit menggunakan cungkit mulai dari ruas
Produk peeled and devained (PND) adalah produk udang yang seluruh kulit
Adalah produk yang dikupas seluruh kulit dan ekor seperti pada produk PND
5. Butterfly
Adalah produk udang beku yang hampir sama dengan PDTO, kulit udang
dikupas mulai dari ruas pertama hingga ruas kelima, sedangkan ruas terakhir
1. Keamanan air
kontaminasi
higiene adalah berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha yang
Menurut Sandra (2015), Teknik sanitasi dan higiene adalah segala kegiatan
yang berkaitan dengan upaya pemeliharaan kebersihan dan kesehatan dalam proses
produksi. Persyaratan sanitasi adalah standar kebersihan dan kesehatan yang harus
renik pembusuk lainnya agar hasil olahan perikanan yang dihasilkan dan
insekta, tikus, dan pertikel-pertikel asing seperti, rambut, pecahan gelas, dan lain-
lain. Tetapi yang penting dari semua itu adalah kontaminasi mikroba (Winarno
2004).
1. Membersihkan
pengolahan makanan.
meliputi persiapan, pengolahan dan penyajian makanan. Oleh karena itu, sanitasi
dalam proses pengolahan pangan dilakukan sejak proses penanganan bahan mentah
sangat besar, penerapan sanitasi pada personil yang terlibat didalamnya perlu
mendapatkan perhatian, karena manusia juga berpotensi menjadi salah satu mata
melalui makanan.
1) Penyediaan air bersih/air minum (water supply), meliputi hal-hal sebagai berikut:
b) Pemanfaatan air
d) Cara pengolahan
e) Cara pemeliharaan
2) Pengolahan sampah (refuse disposal), meliputi hal-hal berikut :
a) Cara/system pembuangan
pemeliharaannya
c) Pengolahan produk.
d) Pengangkutan produk
e) Penyimpanan produk
f) Penyajian produk
a) Tempat/ruang kerja
b) Pekerjaan
c) Cara kerja
d) Tenaga kerja/pekerja
2) Hygiene Produk
3) Hygiene Lingkungan
menunjang untuk menghasilkan produk yang baik, bersihjuga aman untuk dimakan.
pengolahan.
a. Lantai
Lantai ditempat pengolahan yang sifatnya untuk pekerjaan basah atau tempat
bahan baku diterima, diolah, dan dikemas harus cukup kemiringannya, permukaan
lantai rata, padat, terbuat dari bahan yang kedap air, tahan lama dan pertemuan
antara lantai dan dinding dibuat melengkung dan tidak bersudut untuk memudahkan
pembersihan.
Sebaiknya lantai yang digunakan adalah keramik berwarna putih, kedap air,
dan tidak licin. Untuk menghindari adanya genangan air kemiringan dibuat 3̊C,
minimal sebelum dan sesudah kegiatan proses pengolahan agar bebas dari kuman
dan penyakit.
b. Dinding
Permukaan dinding bagian dalam sifatnya pekerjaan basah atau tempat basah
atau tempat bahan baku diterima, disimpan dan diolah harus kedap air, permukaan
rata serta berwarna terang. Selain itu bagian dinding sampai ketinggian 2 meter dari
lantai harus dapat dicuci dan tahan bahan kimia serta pada bagian tersebut tidak
Perdagangan, 1997 ).
c. Langit-langit
tidak retak, tidak bercelah, tidak terdapat tonjolan dan sambungan tidak terbuka,
kedap air dan tidak berwarna terang, hal ini dilakukan utuk mencegah dan
d. Pintu
Permukaan pintu pengolahan harus halus tahan karat air dan mudah
dibersihkan.
e. Ventilasi
merata. Lampu harus diberi diberi pelindung untuk menghindari kontak langsung
dengan produk apabila ada yang jatuh selalu dibersihkan debu dan kotornya.
g. Saluran Pembuangan
Saluran pembuangan harus berukuran cukup dan dapat mengalirkan air atau
kotoran dengan lancar. Lubang saluran dinding ruang pengolahan harus dilengkapi
h. Toilet
Unit pengolaha harus mempunyai kamar kecil atau toilet dengan jumlah dan
kebersihan yang memadai untuk kebutuhan staf dan karyawan. Toilet harus terpisah
dengan ruang pengolahan, dibersihkan dalam interval waktu yang teratur dan
dilengkapi dengan fasilitas air bersih dan desinfektan, seperti sabun dan chlorine.
juga disediakan air dingin, sabun, tissue paper atau lap sekali pakai dan tempat
kamar mandi
dan thinner)
ataumenghilangkan kotoran berupa debu, lemak, sisa makanan dan bercak makanan
2) Ember (bucket)
3) Sapu (broom)
6) Sikat
7) Rapes
8) Kuas
cara Produksi Makanan yang baik merupakan syarat minimun sanitasi dan
aman. Yang diutamakan dari GMP adalah agar tidak terjadi kontaminasi terhadap
global melalui produk/kemasan yang bebas bahan beracun (kimia, fisika, dan
biologi).
produk.
9. Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu.
pangan hingga titik akhir dikonsumsi oleh konsumen (Nurlaili dkk, 2015).
melengkapi elemen utama ISO 9001 dan HACCP dalam hal penyediaan suatu
Organisasi Sepanjang Rantai Pasokan. Pada sistem ini menyatakan bahwa bahaya
keamanan pangan dapat muncul pada semua tahap rantai makanan, sehingga
HACCP merupakan suatu sistem mutu yang menjamin mutu dan keamanan
kerja praktek mahasiswa (PKPM) pada PT. Bogatama Marinusa yang telah
Metode penulisan yang diterapkan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
langsung kegiatan penerimaan bahan baku sampai dengan siap ekspor serta ikut
berperan aktif selama proses produksi, data primer juga diperoleh melalui tanya
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terkait dengan bidang
sanitasi dan higiene pada PT. Bogatama Marinusa dan dibandingkan dengan
penerapan sanitasi dan higiene pada industri pembekuan udang secara umum atau
sesuai standar.
3.4 Alat dan Bahan Pengambilan Data
Alat dan bahan yang digunakan pada saat pengambilan data yaitu dengan
sampai dengan siap ekspor serta ikut berperan aktif selama proses produksi.