Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

PENGARUH PEMBERIAN MACAM JENIS PESTISIDA NABATI


TERHADAP WAKTU KEMATIAN HAMA KEONG EMAS
(Pomacea canaliculata) DAN SIPUT (Gastropoda)

Dosen Pengampu:
Retno Sulistyowati, Sp.,Mp

Disusun oleh:
Muhammad Fathkur Rizal (201410005)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul “Pembuatan Pestisida
Nabati Dari Biji Sirsak” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Retno Sulistyowati, Sp., Mp. pada Mata Kuliah Biopestisida . Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pembuatan pestisida nabati dari biji sirsak bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Retno Sulistyowati Sp., Mp. selaku Dosen
Mata Kuliah Biopestisida yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Probolinggo, 06 Juni 2022


Penulis
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan........................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 4
A. Klasifikasi Tanaman Sirsak.......................................................................................... 4
B. Kandungan Tanaman Sirsak......................................................................................... 4
C. Cara Kerja Sirsak Pada Pengendalian OPT.................................................................. 7
D. Sasaran Hama Pesnab Biji Sirsak................................................................................. 8
E. Keuntungan Pesnab Biji Sirsak.................................................................................... 8
F. Kelemahanan Pesnab Biji Sirsak.................................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................... 10
A. Waktu dan Tempat Pengamatan................................................................................... 10
B. Alat dan Bahan............................................................................................................. 10
C. Cara Kerja..................................................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................. 11
BAB V PENUTUP................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan................................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok
tanam ,meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan ataueksploitasi hutan.

Dalam budidaya tanaman pastilah terdapat hama yang dapat menganggu tanaman
budidaya. Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak terganggu oleh hama maka hal
yang perlu dilakukan adalah dengan cara menggunakan pestisida. Pestisida yang sering
digunakan oleh petani adalah pestisida kimia yang dapat dibeli di pasaran. Penggunaan
pestisida kimia yang tidak berwawasan lingkungan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan manusia. Selain menggunakan pestisida
kimia, pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati .

Tanpa disadari konsumen, produk pertanian yang ditawarkan pada masyarakat


mengandung berbagai bahan berbahaya (misalnya residu pestisida sintetik) yang terikutkan
dalam produk pertanian yang dapat mengancam kesehatan masyarakat apabila dikonsumsi
dalam jangka panjang.

Untuk itu, penting kesadaran stakeholder (pengambil kebijakan) mengantisipasi


teknologi produksi dengan muatan lokal yang lebih akrab lingkungan dan menjamin
kesehatan jangka panjang bagi masyarakat.

Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan


keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah
lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan serta dapat dilaksanakan dengan
menggunakan bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa
meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan. Salah satunya adalah teknologi
Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan menggunakan Pestisida Nabati.

Secara umum pestisida nabati (PESNAB) dapat diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang
berkhasiat mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman. pestisida nabati
digolongkan menjadi pestisida alami yang bahan bakunya mudah diperoleh di sekitar kita.
Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida nabati ada pada tanaman-tanaman
famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae,
Labiateaedan Canellaceae.

Tanaman sirsak (Annona muricata L.) mengandung zat toksik bagi serangga. Serangga
yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah
laku akibat bahan aktif yang terkandung pada biji sirsak. Disamping itu dapat juga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan serangga, pengurangan produksi telur dan
sebagai penolak (repellen). Buah yang mentah, biji, daun dan akar sirsak mengandung
anonian 2 dan resin dapat bekerja sebagai racun perut dan racun kontak serangga. Ekstrak
biji sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama lainnya.
Selain itu daun dan bijinya dapat berperan sebagai penolak serangga dan penghambat
makan (antifeedant) bagi serangga (Moniharapon dkk, 2015).

Pestisida nabati adalah pestisida yang berbahan dasar alami yakni berasal dari
tumbuhan. Pestisida nabati memiliki keuntungan apabila digunakan, yakni bahan dasarnya
alami, mudah didapat di lingkungan sekitar, harga terjangkau, dan tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan. Berdasarkan laporan Balai Penelitian 2 Tanaman Pangan (2011),
pestisida nabati memiliki kelebihan yaitu mudah terdegradasi oleh air dan matahari, tidak
menyebabkan penumpukan residu kimia, tidak membahayakan mahluk hidup lain, tidak
mencemari lingkungan karena bahan dasarnya berasal dari alam, bisa dibuat sendiri dan
bahan yang diguanakan tidak sulit dijumpai,. Pestisida nabati dapat digunakan untuk
membasmi hama seperti ulat grayak, walang sangi, kutu persik, dan keong mas.
Selain itu penggunaan pestisida nabati dinilai sangat ekonomis karena bahan yang
digunakan dalam pembuatan pestisida nabati mudah diperoleh dan biaya yang dibutuhkan
relatif murah, sehingga petani dapat menekan biaya produksi. Beberapa spesies tanaman
famili Annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.
Annonaceae umum dijumpai di Indonesia. Salah satu tanaman yang memiliki senyawa
untuk digunakan sebagai insektisida nabati yaitu daun sirsak.

Organisme penggangu tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penghambat


dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman. Penggunaan pestisida kimia telah
banyak memberikan dampak negatif pada lingkungan, sehingga diperlukan penggunaan
pestisida nabati untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan. Di desa ditemui banyak
bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida hayati, maka dari itu penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian macam jenis pestisida nabati terhadap
waktu kematian hama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi dan klasifikasi siput dan keong mas?
2. Bagaimana pengaruh pemberian macam jenis pestisida nabati terhadap waktu
kematian pada hama keong mas dan siput.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi siput dan keong mas
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian macam jenis pestisida terhadap waktu
kematian pada hama keong mas dan siput.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Siput

Klasifikasikan menurut Hegneret,al (1968):

Kerajaan (Kingdom) : Animalia

Filum (Phylum) : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Bangsa (Ordo) : Pulmonata

Suku (Familia) : Achatinidae

Subgenus : Lissachatina

Marga (Genus) : Achatina

Jenis (Spesies) : Achatina fulic

Siput sering ditemukan pada tanaman baik tanaman pertanian, tanaman


pekaranganmaupun rumput, disamping itu juga sering ditemukan dalam bahan-bahan
busukdiantaranya pada timbunan sampah. Menurut Handojo (1989), bekicot
menyukaitempat yang berhawa dingin atau daerah yang lembab, tetapi tidak becek atau
berairsebagai habitatnya. Makin rendah temperaturmaka makin baik bagi kehidupan
siput.

Siput juga tidak menyukai tempat yang terang atau tempat-tempat yangkena sinar
matahari secara langsung, aktif mencari makan pada malam hari sedangkansiang hari
lebih banyak istirahat. Siput mulai bertelur sekitar berumur 5 – 6 bulan.Jumlah telur yang
dihasilkan seekor siput setiap bertelur sekitar 100 – 300 butir, dengan tiga sampai empat
kali bertelur dalam satu tahun(Santoso,1989). Proses penetasan tidak dierami tetapi
menetas secara alamiah setelah 7 – 9 hari keluardari tubuh induknya dan berkembang
menjadi siput muda.

.Klasifikasi Keong Mas:

Kingdom ;Animalia

Filum ;Mollusca,

Kelas ;Gastropoda

Ordo ;Mesogastropoda,

Famili ;Ampullariidae,

Genus ;Pomacea,

Spesies ;Pomacea canaliculata Lamarck

Keong mas pertama kali diintroduksi dari Argentina ke Taiwan pada tahun 1981,
kemudian terus menyebar ke berbagai negara Asia termasuk Indonesia (Indrawan et al.,
2007). Hewan ini masuk ke Indonesia melalui Yogyakarta sebagai fauna akuarium.
Tahun 1985-1987 keong mas menyebar dengan cepat dan populer di Indonesia
(Sulistiono, 2007), kemudian masyarakat tertarik untuk membudidayakan tanpa
mengetahui potensinya sebagai hama. Cara budidaya yang dilakukan di alam bebas
(kolam-kolam ikan atau balong) diduga sebagai penyebab utama menyebarnya keong ini
secara luas, terutama di Pulau Jawa yang umumnya masyarakat memiliki kolam ikan
berdekatan dengan persawahan.

Banyak faktor yang terkait dengan habitat, diantaranya adalah sumber pakan, substrat
untuk melekatkan telur, dan tempat berlindung dari predator bagi keong dewasa dan
anakan-anakannya. Predator utama keong mas adalah burung air, itik, ikan, kepiting dan
primata (Marwoto et al., 2011). Biasa hidup pada kisaran suhu air antara 10°C-35°C dan
menyukai lingkungan yang jernih. Ini berarti keong mas potensial untuk menyerang
persawahan baik yang berada di daerah pegunungan maupun pantai (Susanto, 1995).
Keong mas akan aktif bergerak bahkan akan tumbuh lebih cepat pada temperatur tinggi
(Memon et al., 2011). Hewan ini sangat toleran terhadap air yang terpolusi, dan dapat
bertahan hidup pada kondisi oksigen yang rendah (Li-na et al., 2007). Keong mas bersifat
amfibi karena mempunyai insang dan paru-paru. Paru- paru adalah organ penting untuk
hidup pada kondisi yang berat. Paru-paru tertutup jika sedang tenggelam dan terbuka
setelah keluar dari air. Fungsi paru-paru bukan saja untuk bernafas tetapi juga untuk
mengatur pengapungan. Gabungan operculum dan paru-paru merupakan daya adaptasi
untuk menghadapi kekeringan (Suharto & Kurniawati, 2009). Keong mas mampu
menyusup ke dalam tanah sedalam 30 cm dan melakukan puasa (diapause) hingga jangka
waktu 6 bulan saat sawah kering (kemarau). Jika musim hujan tiba atau pada saat sawah
tersebut

B. Pengaruh pemberian macam jenis pestisida nabati terhadap waktu kematian pada hama
keong mas dan siput

Zat-zat yang terdapat dalam biji sirsak masuk kedalam pencernaan melalui makanan dan
diserap oleh dinding usus, sehingga senyawa aktif dari ekstrak daun sirsak yaitu tanin dan
acetogenin mulai bekerja ketika sampai . Biji Sirsak usus. Selain itu, daun, biji, akar dan buahnya
yang mentah juga mengandung senyawa kimia annonain. Tanin menghambat aktivitas enzim
pada saluran pencernaan serangga sedangkan senyawa acetogenin meracuni sel-sel saluran
pencernaan akhirnya serangga uji mengalami kematian (Tenrirawe, 2011).

Menurut Mulyaman, dkk (2000), biji sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain
asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki
keistimewaan sebagai antifeedant, sedangkan pada konsentrasi rendah dapat bersifat racun perut
pada serangga. Dalam hal ini, serangga tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya.
Acetogenin pada larutan biji sirsak juga bertindak sebagai insektisida, acaricide, antiparasit,
bakterisida, penolak serangga (repellent) dan anti-feedant dengan cara masuk sebagai racun
kontak dan racun perut (lambung).

Penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama.


Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai
di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping (Kardinan 2002). Maryani (1995)
mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan
penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung
senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga
(repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut (Kardinan
2002).

A. Sasaran Hama yang dapat dibasmi pestisida nabati biji sirsak 


 Macam-macam aphis
· Wereng coklat (  Nilaparvata)
· Wereng hijau ( Nephotettix virescenns)
· Wereng punggung putih (Sogatella furcifera)
· Kutu sisik hijau (Coccus viridis)
 Macam-macam ulat
· Ulat tritip ( Plutella xylostella)
· Lalat buah (Ceratitis capitata)
· Kumbang labu merah ( Aulachopora foveicollis)
· Kepik hijau
· Hama kapas ( Dysdercus koeniglii)
 
B. Keuntungan Pestisida Nabati Biji Sirsak 
Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak keuntungan atau
keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci diuraikan berikut
ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati
mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:
a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,
b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,
c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,
d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,
e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan,
f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia, dan
g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan karena
daya racun rendah,
h) Tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,
i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha
tani skala kecil. Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak
mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik,residu lebih pendek dan kemungkinan
berkembangnya resistensi lebih kecil.
C. Kelemahan Pestisida Nabati Biji Sirsak 
Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan
terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada beberapa
kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam pemakaiannya. Menurut Martono
(1997) kelemahan pestisida nabati yang perlu kitaketahui antara lain :
a) Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun
biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang
lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek
kepraktisannya
b) Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu
diperlukan bahan pengemulsi
c) Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai
efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak
d) Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada
usaha pengadaaan produk pertanian massa
e) Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul
secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala
pengembangannya lebih lanjut
f) Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan
untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan
sebelumnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pertanian Universitas Pancamarga
Probolinggo Yang dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2022.

B. Alat dan Bahan


Alat :
Blender
2 Botol Mineral 1,5 liter
Saringan halus
Ember
Sendok
Timbangan
Kantong Plastik bening

Bahan :
300 Gram serbuk biji sirsak
3 Liter Air

C. Cara Kerja
1. Menyiapkan semua bahan dan alat
2. Siapkan 3 liter air didalam ember
3. Letakkan serbuk biji sirsak di dalam ember lalu aduk hingga tercampur rata
4. Tutup ember dengan plastik yang di ikat dengan tali rafia, diamkan selama 24 jam
hingga Homogen
5. Setelah 24 jam, buka penutup ember tersebut lalu saring bahan biopes yang sudah kita
diamkan selama 24 jam lalu kita masukkan ke dalam botol 1,5 L yang telah
disediakan
6. Setelah itu biopestisida siap digunakan dan di uji

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pelaksanaan praktikum ini, usahakan biji dalam keadaan kering atau jemur terlebih
dahulu. Hal ini supaya kandungan air yang terdapat dalam biji berkurang. Biji kering ini
bertujuan untuk memudahkan dalam proses penghalusan atau penumbukan biji yang digunakan
sebagai serbuk atau ekstrak biji sirsak. Jika biji dalam keadaan basah, maka biji tersebut sulit
untuk dihaluskan, karena tekstur biji sirsak keras. Selain itu, serbuk biji dalam keadaan kering
juga lebih mudah tercampur dengan air. Biji yang dalam keadaan basah cenderung lebih sulit
tercampur dengan air, karena cenderung menggumpal.

Pada pembuatan pestisida nabati, biji sirsak dihaluskan dengan menggunakan belender.
Hal ini bertujuan untuk mengambil kandungan yang ada pada biji sirsak yang dimanfaatkan
sebagai pembasmi hama dan penyakit. Penghalusan biji tersebut berubah menjadi serbuk yang
disebut dengan ekstrak biji sirsat. Ekstrak biji sirsat mengandung kandungan yang sangat
bermanfaat untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Proses fermentasi biopes dilakukan selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan
densitas. semakin tinggi konsentrasi dan waktu fermentasi maka akan menghasilkan densitas
yang tinggi. Semakin lama waktu fermentasi akan menurunkan tingkat keasamannya. Oleh
karena itu larutan pestisida cair dan semakin basa, maka semakin cepat mematikan ulat daun.
Jika fermentasi kurang dari 24 jam, maka kemungkinan mematikan ulat daun semakin sedikit.
Sedangkan jika fermentasi lebih dari 24 jam, maka kemungkinan mematikan ulat daun semakin
besar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data diatas, dapat disimpulkan :

1. Pestisida nabati merupakan cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama tanpa
bahan kimia yang bertujuan untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang
dapat merusak lingkungan.
2. Pada pelaksanaan praktikum, biji harus dalam keadaan kering agar memudahkan
dalam proses penumpukan atau penghalusan.
3. Tujuan penghalusan biji yaitu sebagai serbuk atau ekstrak biji yang memiliki
kandungan yang sangat penting dalam pembasmian hama
4. Proses Fermentasi dilakukan minimal 24 jam. Karena semakin lama waktu fermentasi
akan menurunkan tingkat keasamannya. Oleh karena itu larutan pestisida cair dan
semakin basa, maka semakin cepat mematikan ulat daun.

B. Saran
Sebaiknya pada pelaksanaan praktikum, mahasiswa harus mampu memahami
petunjuk praktikum dan materi tentang pestisida nabati. Hal ini bertujuan agar mahasiswa
lebih mudah dalam pemaparan laprak dan lebih teliti pada saat praktikum berlangsung
sehingga dapat tumbuhnya rasa pengetahuan dan paham dalam kegiatan saat praktikum
berlangsung
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan.2021.Pemanfaatan Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama dan Penyakit yang


Ramah Lingkungan
https://fp.unila.ac.id/faperta-berkarya-pemanfaatan-pestisida-nabati-untuk-pengendalian-hama-
dan-penyakit-yang-ramah-lingkungan/#:~:text=Secara%20umum%20pestisida%20nabati
%20(PESNAB,serangan%20hama%20dan%20penyakit%20tanaman. Diunduh pada tanggal 01
Juni 2022

Handayani.2015. Klasifikasi Tanaman Sirsak


http://eprints.undip.ac.id. Diunduh pada tanggal 28 Mei 2022

Hambali.2018. Uji Bioaktivitas Ekstrak Daun Dan Biji Sirsak (Annona Muricata L.) Terhadap
Hama Kepik Polong (Riptortus Linearis F.) Di Laboratorium
http://repository.ub.ac.id. Diunduh pada tanggal 28 Mei 2022

Dhio.2020. Manfaat Biji Sirsak Sebagai Pestisida Nabati


https://academia.edu.ac.id. Diunduh pada tanggal 29 Mei 2022

Sadiyah.2019.Efektifitas Interval Dan Lama Fermentasi Pestisida Nabati Paitan (Tithonia


Diversifolia) Sebagai Pengendali Hama Pada Tanaman Kacang Hijau
https:// http://repository.unmuhjember.ac.id. Diunduh pada tanggal 29 Mei 2022
BAB I

PENDAHULUAN

D. Latar Belakang

Pestisida nabati merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan pestisida nabati juga digunakan
untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Pestisida
nabati adalah pestisida yang berbahan dasar alami yakni berasal dari tumbuhan. Pestisida
nabati memiliki keuntungan apabila digunakan, yakni bahan dasarnya alami, mudah
didapat di lingkungan sekitar, harga terjangkau, dan tidak menyebabkan pencemaran
lingkungan. Berdasarkan laporan Balai Penelitian 2 Tanaman Pangan (2011), pestisida
nabati memiliki kelebihan yaitu mudah terdegradasi oleh air dan matahari, tidak
menyebabkan penumpukan residu kimia, tidak membahayakan mahluk hidup lain, tidak
mencemari lingkungan karena bahan dasarnya berasal dari alam, bisa dibuat sendiri dan
bahan yang diguanakan tidak sulit dijumpai.

Untuk menghasilkan produk pertanian yang mencukupi maka setiap gangguan hama
dan penyakit (OPT = Organisma Pengganggu Tanaman) harus dilakukan secara
bijaksana, apalagi pada era pertanian yang sehat (back to nature) yang lebih
mementingkan produk berkualitas dan bebas dari cemaran, baik hayati maupun kimia.
Syakir, 2011 menjelaskan bahwa produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan
sudah merupakan tuntunan pasar global (AFTA, APEC, dan WTO), dengan label ramah
lingkungan (eco-labeling attributes), bernutrisi tinggi (nutritional attributes), dan aman
dikonsumsi (food safety attributes).Organisme penggangu tanaman (OPT) merupakan
salah satu faktor penghambat dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman.

Penggunaan pestisida kimia telah banyak memberikan dampak negatif pada


lingkungan, sehingga diperlukan penggunaan pestisida nabati untuk menuju pertanian yang
ramah lingkungan. Di desa ditemui banyak bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida
hayati, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
macam jenis pestisida nabati terhadap waktu kematian hama.
E. Rumusan Masalah
3. Bagaimana morfologi dan klasifikasi siput dan keong mas?
4. Bagaimana pengaruh pemberian macam jenis pestisida nabati terhadap waktu
kematian pada hama keong mas dan siput.
F. Tujuan
3. Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi siput dan keong mas
4. Untuk mengetahui pengaruh pemberian macam jenis pestisida terhadap waktu
kematian pada hama keong mas dan siput.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. Klasifikasi Siput
Klasifikasikan menurut Hegneret,al (1968):

Kerajaan (Kingdom) : Animalia

Filum (Phylum) : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Bangsa (Ordo) : Pulmonata

Suku (Familia) : Achatinidae

Subgenus : Lissachatina

Marga (Genus) : Achatina

Jenis (Spesies) : Achatina fulic

Siput sering ditemukan pada tanaman baik tanaman pertanian, tanaman


pekaranganmaupun rumput, disamping itu juga sering ditemukan dalam bahan-bahan
busukdiantaranya pada timbunan sampah. Menurut Handojo (1989), bekicot menyukaitempat
yang berhawa dingin atau daerah yang lembab, tetapi tidak becek atau berairsebagai habitatnya.
Makin rendah temperaturmaka makin baik bagi kehidupan siput.

Siput juga tidak menyukai tempat yang terang atau tempat-tempat yangkena sinar
matahari secara langsung, aktif mencari makan pada malam hari sedangkansiang hari lebih
banyak istirahat. Siput mulai bertelur sekitar berumur 5 – 6 bulan.Jumlah telur yang dihasilkan
seekor siput setiap bertelur sekitar 100 – 300 butir, dengan tiga sampai empat kali bertelur dalam
satu tahun(Santoso,1989). Proses penetasan tidak dierami tetapi menetas secara alamiah setelah 7
– 9 hari keluardari tubuh induknya dan berkembang menjadi siput muda.
D. Klasifikasi Keong Emas
Menurut Lamarck (1819); Hyman (1967); dan Pennak (1978) dan klasifikasi keong
murbei (Pomacea canaliculata) adalah sebagai berikut :

Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Prosobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Superfamily : Cyclophoracea/Architaenioglossa
Family : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata

Mollusca merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan hewan setelah filum
Arthropoda. Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Filum Mollusca, terdiri atas
kurang lebih 80.000 jenis dimana sekitar 1.500 jenis diantaranya terdapat di Indonesia
dan sekitarnya. (Nontji, 2002). Lebih lanjut disebutkan bahwa kelas Gastropoda memiliki
keanekaragaman habitat yang sangat luas. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam
habitat menunjukkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara
kelas yang lain. Gastropoda dapat ditemukan di darat, laut dan air tawar.
Gastropoda yang hidup di air tawar bisa menempati habitat danau, sungai, selokan
kecil dan juga habitat sawah. Gastropoda yang hidup di sawah, salah satunya adalah
keong mas Pomacea canaliculata (Dharma 1992). Keong mas dapat dikonsumsi dan dapat
diolah menjadi ZPT (Zat Perangsang Tumbuh) organik (Ameliawati, 2013) sedangkan
kerugian yang diakibatkannya yaitu dapat menimbulkan kerusakan hingga 10-40% dari
keseluruhan areal pertanaman padi di Indonesia yakni di Jawa, Sumatra, Kalimantan,
NTB dan Bali (Budiyono, 2006). Mengacu pada Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan (2008), dinyatakan bahwa pada habitat sawah, perkembangan keong mas
meningkat relatif cepat sehingga cepat juga merusak tanaman padi. Berdasarkan hasil
penelitian (Wiresyamsi dan Haryanto, 2008), besarnya intensitas serangan hama keong
mas mempengaruhi jumlah rumpun tanaman padi.
BAB III

METODE PENELITIAN

D. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2022 di Laboratorium Pertanian
Universitas Pancamarga.
E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Gelas plastik
2. Ember

Bahan :

1. Siput
2. Keong
3. Daun padi
4. Pestisida nabati
F. Cara kerja
7. Menyiapkan semua bahan dan alat
8. Pisahkan siput dan keong, kemudian dimasukkan ke dalam ember.
9. Ambil gelas plastik sebanyak 2 gelas, kemudian masing-masing gelas plastik diisi
dengan siput 2 buah, lalu tutup dengan penutup gelas, satu gelas untuk sistem kontak
dan satu lagi untuk sistemik
10. Gelas yng sistem kontak, siput yang ada didalam gelas tersebut direndam dengan
pestisida nabati yang terbuat dari biji srikaya, kemunian masukkan daun padi dan
pastikan semua daun terendam
11. Rendam selama 10 menit
12. Setelah direndam 10 menit, pestisida yang digunakan pada kontak dibuan dan diambil
daun padinya.
13. Daun yang sudah direndam tersebut, dipindakan kedalam gelas lain yang sudah diisi
siput untuk pengujian sistem sistemik.
14. Tunggu sampai hama mengalami kematian
15. Lakukan cara yang sama juga untuk hama keong.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Waktu kematian siput dan keong mas akibat perlakuan pestisida nabati

waktu kematian (menit)


No pestisida nabati Siput keong mas
Sistemik Kontak Sistemik kontak
1 Daun trenggulun 0 0 3260 1500
2 Kulit Durian 0 0 6210 7410
3 Biji mahoni 4740 4380 3120 0
4 Biji papaya 4,560 10 1510 2,340
5 Biji sirsak 0 1316 1716 1327
6 patah tulang 3360 2760 5970 5940
7 daun tembakau 300 240 1080 1020
8 biji srikaya 1406 206 2740 3351
9 biji jarak 399 0 1590 1530

B. Pembahasan
Banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati, dalam penelitian ini
digunakan daun trenggulun, kulit durian, biji mahoni, biji pepaya, biji sirsak, patah tulang, daun
tembakau, biji srikaya, dan biji jarak. Dari data diatas, penggunaan pestisida nabati pada siput
sistemik paling cepat membunuh yaitu menggunakan pestisida nabati daun tembakau
Dari data yang sudah diperolah pada tabel diatas, diketahui penggunaan pestisida nabati
daun trenggulung pada siput sistemik dan kontak tidak mengalami kematian dengan artian
membunuh siput tidak di rekomendasikan menggunakan pestisida daun trenggulun.Sedangkan
penggunaan pestisida nabati daun trenggulun, keong mas sistemik mengalami kematian 3260
menit setelah perlakuan dan pada kontak keong mas mati 1500 setelah perlakuan. Kemudian,
pada siput kontak yang paling cepat membunuh yaitu menggunakan pestisida nabati biji pepaya
yaitu hanya dengan 10 mennit dapat membunuh siput dan penggunaan pesnab yang paling lama
membunuh siput yaitu menggunakan pesnab mahoni . Selanjutnya pada keong mas dengan
sistemik, pestisida yang paling cepat membunuh keong mas yaitu dengan menggunakan pestisida
nabati daun tembakau dengan waktu 1080 menit dan pesnab yang paling lama membunuh keong
mas yaitu menggunakan pesnab kulit durian. Yang terakhir yaitu pada keong mas sistemik,
menggunakan pestisida nabati daun tembakau dengan waktu 1020 menit dan paling lembat yaitu
menggunakan pesnab kulit durian. Kemudian pesnab yang digunakan pada keong mas kontak
mahoni sangat tidak direkomendasikan karena tidak berpengaruh terhadap keong mas
Dari data diatas, diketahui pestisida daun tembakau adalah pesnab yang cepat membunuh
siput dan keong mas secara sistematis ataupun kontak.
BAB V

PENUTUP

C. Kesimpulan
Dari data diatas, terdapat kesimpulan yaitu :
- Pestisida nabati merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan pestisida nabati juga digunakan
untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Pestisida nabati adalah pestisida yang berbahan dasar alami yakni berasal dari
tumbuhan
- Penggunaa pesnab yang direkomendasikan untuk membunuh jenis siput dengan
sistemik dan kontak yaitu menggunakan pesnab daun tembakau yaitu dengan waktu
300 dan 204 menit. karena di dalam tembakau memiki estrak bioaktifitas ini memiliki
fungsi sebagai bahan penolak (repellent), penghambat makan (antifeedant),
penghambat perkembangan serangga (insect growth regulator), dan penghambat
peneluran. . Pesnab yang sangat direkomendasikan untuk membunuh siput yaitu
pesnab daun trenggulun karena tidak berpengaruh terhadap siput.
- Pesnab yang cepat untuk membunuh keong mas yaitu menggunakan pesnab daun
tembakau. Dan yang paling lambat yaitu pesnab kulit durian dan patah tulang.

D. Saran
Sebaiknya pada pelaksanaan praktikum, mahasiswa harus mampu memahami
petunjuk praktikum dan materi tentang pestisida nabati bagi masing-masing tanaman
mahasiwa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa lebih mudah dalam pemaparan laprak dan
lebih teliti pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suarmustika, I. G., Suartini, N. M., & Subagio, J. N. (2018). VARIASI MORFOMETRI
DAN KARAKTER MORFOLOGI KEONG MAS (Pomacea canaliculata) PADA SAWAH DI
DESA ABIANSEMAL BADUNG-BALI. Simbiosis, 6(2), 60.
https://doi.org/10.24843/jsimbiosis.2018.v06.i02.p06
Djohar. (1986). Reproduksi Bekicot (Achatina fulica) dan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm. Diunduh pada 7
Juni 2022

Syakir, M., 2011. Status Penelitian Pestisida Nabati Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Perkebunan. Seminar Nasional Pestisida Nabati IV, Jakarta 15 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai