Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS KESEHATAN

MASYARAKAT VETERINER
PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK) PADA SAPI DI KOTA DENPASAR
TAHUN 2022

OLEH :
I KADEK YOGI PERNANDA PUTRA S.KH
2109612017
20E

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Penyakit Mulut dan Kuku pada
Sapi di Kota Denpasar Tahun 2022”. Tujuan penulisan laporan ini untuk melengkapi salah satu
syarat yang harus dipenuhi dalam mengikuti Program Profesi Dokter Hewan (PPDH) di
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Penulis menyadari keberhasilan penulisan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan
seluruf staf dosen. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana.
2. Prof. Dr. drh. I Made Dwinata, M.Kes., selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Dokter
Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
3. Dr. drh. Ida Bagus Ngurah Swacita, M.P., selaku Dosen Koordinator PPDH Blok/Stase
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
4. Prof. Dr. drh. I Wayan Suardana, M.Si., drh. I Made Sukada, M.Si., drh. I Ketut Suada, M.Si,
M.S., drh. Rommy MDM, M.Si., drh. Kadek Karang Agustina, M.P., dan drh. I Wayan Masa
Tanaya, M.Sc, PhD selaku Dosen PPDH Blok/Stase Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
5. Semua pihak yang telah membantu selama kegiatan koasistensi berlangsung. Serta semua pihak
yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan koasistensi Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Veteriner.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala
bentuk kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap agar laporan
ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada pembaca khususnya dibidang
Kedokteran Hewan. Terakhir jika ada kesalahan dan kurang berkenan, baik sengaja maupun tidak
sengaja, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Terimakasih, selamat membaca.

Denpasar, 28 agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1 Kota Denpasar ...................................................................................................... 4
2.2 Penyakit Hewan Menular Strategis ...................................................................... 5
2.3. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Sapi ...................................................... 6
2.3.1 Etiologi ......................................................................................................... 6
2.3.2. Epidemiologi ................................................................................................ 7
2.3.4. Gejala klinis ................................................................................................. 8
2.3.6. Pencegahan dan pengobatan ........................................................................ 9
BAB III MATERI DAN METODE ........................................................................... 10
3.1 Metode Penulisan ................................................................................................. 10
3.2 Analisi Data ......................................................................................................... 10
3.3 Lokasi Dan Waktu Pengambilan Data ................................................................. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 11
4.1 Hasil ..................................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan .......................................................................................................... 12
BAB V SIMPULAN .................................................................................................... 14
5.1 Simpulan .............................................................................................................. 14
5.2 Saran .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15

ii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.2 Daftar Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) ........................................5
TABEL 4.1 Data Populasi Sapi di Kota Denpasar dari Tahun 2022 ...................................11
TABEL 4.2 Data kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sapi Bali diwilayah
Padangsambian Kelod, kota Denpasar 2022………………………………….11

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayah Kota Denpasar Sumber: RTRW Kota Denpasar
Tahun 2022 ................................................................................................. …...4
Gambar 2 virus PMK pada sapi…………………………………………………………….6

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sapi bali adalah sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia.
Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng). Sapi bali memiliki
banyak keunggulan dibandingkan sapi lainnya seperti sapi bali memiliki daya adaptasi
terhadap lingkungan yang sangat tinggi, misalnya dapat bertahan hidup dalam cuaca yang
kurang baik, dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas yang rendah dan tahan terhadap
parasit external maupun internal (Handiwirawan,2004). Sapi asli Indonesia ini sudah lama
didomestikasi dipulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah dan mendominasi
spesies sapi di Indonesia Timur. Sapi bali merupakan sapi lokal yang sangat berpotensi
dikembangkan di Indonesia, sapi bali telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di
wilayah Indonesia (Bamualim dan Wirdahayati, 2003).
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan
sangat menular pada hewan berkuku genap/belah. Penyakit ini ditandai dengan adanya
pembentukan vesikel/lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar
kuku. pMK dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar akibat menurunnya produksi
dan menjadi hambatan dalam perdagangan hewan dan produlnya. Nama lain penyakit ini
antara lain Aphthae Epizootica (AE), Aphthous fever, Foot And Mouth Disease (FMD).
Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan vesikel atau lepuh dan erosi di mulut, lidah,
gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku (Ditjen PKH, 2019).
Saat ini di Indonesia telah ditetapkan wabah pMK dengan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 500. 1/KPTS/pK.300/M/06/2022, tentang penetapan Daerah wabah PMK sebagaimana
diubah dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor S13/KPTS/PK.300/M/06/2022 rentang
perubahan Atas Keputusan Menteri pertanian Nomor 500.1/KPTS/PK.300/M/06/2022 tentang
Penetapan Daerah wabah pMK dan telah ditetapkan status keadaan tertentu darurat PMK
dengan Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 47 Tahun 2022
tentang penetapan status Keadaan Tertentu Darurat PMK.
Salah satu strategi penanganan pMK melalui vaksinasi terhadap hewan target agar
meningkatkan kekebalan hewan target yang pelaksanaannya sesuai Keputusan Menteri
pertanian Nomor 510/KPTS/PK.300/M/6/2022 tentang vaksinasi Dalam Rangka

1
penanggulangan penyalit Mului dan Kuku sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menleri pertanian Nomor 517/KPTS/PK.300/M/6/2022 tentang perubahan Atas Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 510/KPTS/PK.300/M/6/2022 tentang vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan penyakit Mulut dan Kuku dilakukan dengan vaksinasi Darurat (Emergencg
vaccination) yaitu kegiatan vaksinasi yang dilakukan secara serentak dan bersifat darurat
digunakan dalam jumlah terbatas, diperoleh melalui prosedur khusus dan pada situasi wabah
Penyakit Mulut dan Kuku (pMK) di suatu wilayah administratif atau kawasan dan vaksinasi
Selimut (Blanket vaccinationl yaitu kegiatan vaksinasi yang dilaksanakan secara serentak
menyasar pada semua populasi hewan rentan PMK dengan pengaplikasian sesuai dengan jenis
dan petunjuk pemakaian yang dianjurkan dari setiap jenis vaksin.
Indonesia telah dinyatakan bebas Penyakit PMK sejak tahun 1986, dan diakui oleh
Organisasi Kesehatan Hewan Internasional (OIE) pada tahun 1990 (Ditkeswan, 2009).
Penularan penyakit PMK melalui pernafasan, dapat tersebar melalui angin, lalu-lintas bahan-
bahan makanan, ternak, vaksin yang tercemar virus PMK, dan melalui reproduksi. Gejala
klinis yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung galur virus PMK yang menyerang, jumlah
virus, umur dan jenis breed hewan, host dan derajat kekebalan dari host. Gejala bervariasi dari
yang ringan sampai yang tidak tampak (subklinis) dan bahkan sampai berat. Pada sapi terjadi
demam (pyrexia), tidak mau makan (anoreksia), gemetar, pengurangan produksi susu selama
2-3 hari, terjadi lepuh-lepuh yang terbentuk di dalam mulut. Menurut Harada et al. (2007),
PMK sangat menularke hewan berkuku belah,transmisi dilaporkan terjadi melalui kontak
langsung dengan hewan terinfeksi, aerosol, semen, produk makanan, dan vomites. Morbiditas
penyakit ini sangat tinggi tetapi mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular(highly
contagious) (Rushton dan Knight-Jones, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan kajian mengenai penyakit Mulut dan Kuku di
Kota Denpasar berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota
Denpasar untuk mengetahui kejadian dan prevalensi penyakti PMK yang sedang dalam fase
zona merah terutama diBali.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah Populasi sapi dan kasus penyakit PMK di Kota Denpasar pada tahun 2022?
2. Berapa prevalensi kasus penyakit PMK pada sapi bali di Kota Denpasar pada tahun 2022?

2
3. Bagaimana tindakan pencegahan dan vaksinasi yang dilakukan pemerintah daerah terhadap
penyebaran penyakit PMK ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jumlah populasi sapi bali dan kasus penyakit PMK di Kota Denpasar pada
tahun 2022?
2. Untuk mengetahui prevalensi kasus penyakit PMK pada sapi bali di Kota Denpasar pada tahun
2022?
3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan vaksinasi yang dilakukan pemerintah daerah
terhadap penyebaran penyakit PMK ?
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh yaitu mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit penyakit
hewan yang merugikan peternak di wilayah kota Denpasar khususnya penyakit Mulut dan Kuku
(PMK) pada sapi, selain itu dengan mengetahui penyebab PMK yang menimbulkan masalah
pada sapi maka dapat melakukan pencegahanvaksinasi pada penyakit PMK.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kota Denpasar
Kota Denpasar merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi Bali, Indonesia. Denpasar
diubah dari kota administratif menjadi kota pada tanggal 15 Januari 1992, berdasarkan Undang-
Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Denpasar dan diresmikan oleh
Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Februari 1992. Denpasar merupakan kota terbesar di
Kepulauan Nusa Tenggara dan kota terbesar kedua di wilayah Indonesia Timur setelah Kota
Makassar. Kota Denpasar berada pada ketinggian 0-75 m dari permukaan laut, terletak pada
posisi 8°35’31” sampai 8°44’49” Lintang Selatan dan 115°00’23” sampai 115°16’27” Bujur
Timur. Sementara luas wilayah Kota Denpasar 127,78 km² atau 2,18% dari luas wilayah
Provinsi Bali.

Gambar 2.1 Peta wilayah Kota Denpasar


Sumber: www.denpasarkota.go.id
Dari penggunaan lahan tersebut, 2.768 hektar merupakan lahan sawah, 10.001 hektar
merupakan lahan kering, dan sisanya 9 hektar merupakan lahan lainnya. Curah hujan rata-rata
adalah 244 mm per bulan, dan ada curah hujan yang cukup besar pada bulan Desember. Suhu rata-
rata sekitar 29,8°C, tetapi rata-rata terendah sekitar 24,3°C. Sungai Badung merupakan salah satu
sungai yang membelah Kota Denpasar yang bermuara ke Teluk Benoa. Secara administratif
pemerintahan kota ini terdiri dari 4 kecamatan, 43 kelurahan dengan 209 dusun, dan 27 desa. Pada
tahun 2017 jumlah penduduknya mencapai 638.548 jiwa dengan luas wilayah 127,78 km2 dengan
sebaran penduduk 4.997 jiwa/km2 .

4
2.2 Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS)
Penyakit hewan menular strategis (PHMS) adalah penyakit hewan yang dapat menginfeksi
manusia dan dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi, kematian ternak, kerugian finansial dan
kerawanan masyarakat. Istilah PHMS muncul dalam UU Peternakan dan Kesehatan Hewan, UU
No. 18 Tahun 2009 dan perubahannya, UU No. 41 Tahun 2014. Penetapan Jenis Penyakit
Hewan Menular Strategis berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor
4026/Kpts/OT.140/4/2013 memutuskan jenis PHMS yang sudah ada di Indonesia berjumlah 22
dari 25 penyakit hewan dari daftar tersebut merupakan penyakit hewan yang sudah ada di
Indonesia. 25 Daftar PHMS ditetapkan oleh Menteri Pertanian karena termasuk penyakit hewan
yang dapat menimbulkan angka kematian dan atau angka kesakitan yang tinggi pada hewan,
dampak kerugian ekonomi, keresahan masyarakat dan atau bersifat zoonosis. Sesuai amanat
peraturan perundangan, setelah ditetapkan, PHMS harus dikendalikan dan ditanggulangi.
Pengendalian dan Penanggulangan PHMS ini dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Dibawah ini daftar PHMS dan penjelasan singkat setiap penyakit sebagai berikut yaitu :
Tabel 2.1 Daftar PHMS
NO Nama Penyakit Keberadaan di Indinesia
1 Antrax (radang limpa) Ada
2 Rabies (anjing gila) Ada
3 Penyakit Mulut dan Kuku Ada
4 Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) Ada
5 Salmonellosis Ada
6 Rift Valley Fever Ada
7 Brucellosis (Brucella Abortus) Ada
8 Highly Pathogenic Avian Influenza dan Low Pathogenic Ada
Avian Influenza
9 Porcine Reproductive and Respiratory Syndrome Ada
10 Helminthiasis Ada
11 Haemorrhagic Septicaemia/Septicaemia Epizootic (SE) Ada
12 Nipah Virus Encephalitis Ada
13 Infectius Bovine Rhinotracheitis Ada
14 Bovine Tuberculosis Ada
15 Leptospirosis Ada
16 Brucella Suis (Keluron menular pada babi) Ada
17 Jembrana Disease Ada
18 Surra (Penyakit mubeng) Ada
19 Paratuberculosis Ada
20 Paratuberculosis Ada

5
21 Classical swine fever (Kolera babi) Ada
22 Swine Influenza Novel (H1N1) Ada
23 Campylobacteriosis Ada
24 Cysticercosis Ada
25 Q Fever Ada

2.3. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Sapi


2.3.1 Etiologi
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Aphthae epizooticae, Foot and mouth disease
(FMD) adalah salah satu penyakit menular pada sapi, kerbau, babi, kambing, rusa,domba dan
hewan berkuku genap lainnya seperti gajah, mencit, tikus, dan babi hutan. Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK) merupakan salah satu penyakit eksotik di Indonesia (Kementerian Pertanian 2013).
Penyakit ini disebabkan oleh picorna virus dari genus Aphthovirus yang merupakan virus yang
tersebar di sebagian besar belahan dunia, seringkali menyebabkan epidemi yang luas pada sapi
dan babi piaraan (Grubman & Baxt 2004). PMK disebabkan oleh Apthovirus, keluarga
picornaviridae. Terdapat 7 serotipe PMK yang telah diidentifikasi yaitu tipe Oise (O); Allemagne
(A); German Strain (C); South African territories 1 (SAT 1); SAT 2; SAT 3; dan Asia 1. Tipe O,
A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1 tersebut yang secara imunologis berbeda satu sama lain.
Penyebab wabah PMK di Indonesia pada tahun 1983 hanya disebabkan oleh satu serotipe, yaitu
serotipe O

Gambar 2.2. virus PMK Sapi


Sumber: www.cfsph.iastate.edu/DiseaseInfo/ppt/FootMoutDisease

2.3.2. Epidemiologi
Indonesia telah dinyatakan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak tahun 1986
(Ditkeswan, 2009). Beberapa faktor penting terkait epidemiologi PMK yaitu, Virus PMK sangat
infeksius dan cepat tumbuh pada sel hewan rentan, Penyakit PMK sangat menular, dapat mudah

6
menyebar melalui kontak langsung dan aerosol, lalu lintas hewan, produk hewan, benda dan orang
yang terkontaminasi virus PMK, Sejumlah besar virus dieksresikan oleh hewan tertular sebelum
hewan tersebut menunjukkan gejala klinis, Babi biasanya tertular melalui pakan yang mengandung
virus, Babi mengeksresikan sejumlah besar virus melalui pernafasan (aerosol) dan merupakan
hewan amplifyer. Babi mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran PMK, Sapi
biasanya tertular melalui jalur pernafasan karena menginhalasi udara/aerosol yang mengandung
virus PMK, Kambing dan domba yang tertular PMK akan menunjukkan gejala klinis yang sangat
ringan atau tidak tampak, sehingga hewan ini berperan penting dalam mempertahankan dan
penyebaran PMK, Penyebaran virus melalui angin dengan kandungan virus PMK dimungkinkan
terjadi apabila kondisi lingkungan dan cuaca mendukung; dan Sapi, kerbau, domba dan kambing
yang sembuh dari PMK dapat berperan sebagai carrier (sapi biasa terus mengeluarkan virus dari
faring sampai lebih dari 2 tahun dan kambing bisa sampai 9 bulan)

2.3.3 Patogenesis
Masuknya virus PMK umum nya pada sapi dan babi terjadi melalui jalur pernapasan akibat
adanya kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, kontak dengan peralatan yang telah
terkontaminasi (seperti pakaian, sepatu dan kendaraan), transmisi melalui produk daging yang
terkontaminasi (umumnya pada babi), ingesti susu yang terkontaminasi (oleh sapi), Inseminasi
buatan menggunakan semen yang terkontaminasi dan transmisi melalui udara terutama pada
daerah beriklim sedang, dengan jangkauan sampai 60 km di darat dan 300 km di laut. (OIE, 2013).
Beberapa penelitian menjelaskan faring dan paru-paru merupakan tempat replikasi awal virus
setelah itu virus akan bermigrasi menuju ke epitel rongga mulut. Penelitian lainnya menunjukkan
replikasi primer PMKV dapat dideteksi dalam cairan orofaring (OP) dalam waktu 2 - 6 jam dari
deposisi intranasal tergantung pada jenis virus dan dosis yang diberikan. Setelah terjadi replikasi
di faring, maka viremia terjadi melalui sistem limfatik, akan tetapi setelah dilakukan eksperimen
inokulasi secara aerosol maka ditetapkan bahwa viremia terjadi melalui paru-paru (McVicar et al.,
1970; Sutmoller and McVicar, 1976). Melalui paru-paru, PMKV akan memiliki kemungkinan
tinggi untuk mendapatkan akses ke pembuluh darah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
PMKV positif dekat von wilebrand faktor (endotel pembuluh darah) dan lamina propria (Artz et
al., 2010).

7
2.3.4. Gejala klinis
PMK pada sapi ditandai dengan gejala yang sangat jelas, yaitu sapi menderita sakit dan
adanya hipersalivasi dan kepincangan. Kelenjar submandibular terlihat jelas membengkak, hewan
tertular bisanya lebih sering berbaring . Selanjutnya tampak gejala kelesuan dan menurunnya nafsu
makan. Jika diperiksa lebih dekat, maka terdapat lesi berupa vesikel/lepuh atau erosi pada daerah
mulut (lidah, gusi, langit-langit dan selaput lendir pipi) dan teracak kaki (bagian korona, diantara
teracak). Suhu tubuh sekitar 40-41o C. Pada sapi perah produksi susu menurun secara drastis.
Vesikel/lepuh terlihat di mulut, lidah, gusi, bibir dan nostril. Pada awalnya lepuh berukuran kecil
berwarna putih dan berisi cairan, tetapi kemudian berkembang sangat cepat sampai mencapai
ukuran (diameter) sekitar 3 cm. Vesikel-vesikel ini kemudian akan bergabung menjadi satu
sehingga membentuk lepuh yang cukup besar. Lepuh ini biasanya akan pecah dan sel epithel
terkelupas meninggalkan bekas berupa tukak/erosi dengan dasar merah. Pada lidah lesi akibat
pecahnya lepuh ini akan terlihat dalam jangka waktu cukup lama, sampai sekitar satu bulan.
Vesikel juga terbentuk pada sel epithel diantara teracak/kuku dan di sepanjang lingkaran kuku (
coronary band). Vesikel ini tampak jelas, kecuali jika tertutup oleh lumpur. Akibat adanya vesikel
ini, sapi kadang menunjukkan rasa sakit ditandai dengan kepincangan dan malas berdiri/lebih suka
berbaring. Pada saat sembuh terkadang kuku dapat terkelupas dan bias menyebabkan kepincangan
yang kronis. Vesikel juga dapat ditemukan di puting dan ambing. Pada sapi betina sedang produksi
terjadi penurunan laktasi, mastitis, dan aborsi umum dapat juga ditemukan. Morbiditas biasanya
tinggi mencapai 100%, namun mortalitas/tingkat kematian untuk hewan dewasa biasanya sangat
rendah, akan tetapi pada hewan muda bisa mencapai 50%.
2.3.5. Diagnosa
Diagnosis PMK adalah dengan isolasi virus atau dengan deteksi antigen virus PMK,
deteksi asam nukleat dalam sampel jaringan atau cairan, deteksi antibodi spesifik virus juga dapat
digunakan untuk diagnosis, seperti deteksi antibodi terhadap protein non struktural virus (NSP)
yang digunakan sebagai indikator infeksi, terlepas dari status vaksinasi ternak (OIE, 2021). Karena
sifat virus sangat menular dan terkait dengan kepentingan ekonomi, diagnosis laboratorium dan
identifikasi serotipe virus harus dilakukan di laboratorium dengan tingkat biokontainmen yang
sesuai, hal tersebut ditentukan dengan analisis risiko, keamanan hayati, standar pengelolaan risiko
biologis di laboratorium veteriner dan fasilitas hewan.

8
2.3.6. Pencegahan dan pengobatan
Bagi ternak yang telah terinfeksi virus, maka ada beberapa metode alternative pengobatan dan
pengendalian dengan cara berikut:
a. Pengobatan pada sapi yang terinfeksi
✓ Melakukan pemotongan jaringan tubuh hewan yang terinfeksi.
✓ Kaki yang sudah terinfeksi bisa diterapi dengan chloramphenicol atau larutan cuprisulfat.
✓ Melakukan Injeksi intravena preparat sulfadimidine
✓ Hewan yang terserang penyakit harus karantina yakni dipisahkan dari hewan yang sehat
selama masa pengobatan
b. Pencegahan pada sapi yang sehat
✓ Hewan yang tidak terinfeksi harus ditempatkan dalam kandang yang kering dan dibiarkan
bebas jalan-jalan.
✓ Berikan pakan yang cukup untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh hewan yang sehat
✓ Pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi larutan Cuprisulfat 5% setiap hari selama satu
minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali sebagai cara yang efektif
untuk pencegahan PMK pada ternak sapi.
✓ Melakukan vaksinasi pada anak sapi dan indukan sapi yang masih sehat secara merata
disetiap daerah Denpasar.

9
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metodologi Kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan referensi
dari jurnal, dan internet yang berhubungan dengan topik bahasan, yaitu mengenai penyakit Mulut
dan Kuku (PMK) pada sapi di kota Denpasar. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan,
disusun dalam bentuk tabel dan dilakukan perhitungan terhadap jumlah kasus PMK pada sapi
diwilayah Denpasar, untuk mengetahui persentase. Data yang digunakan dalam membuat laporan
ini diperoleh dari Dinas Pertanian Kota Denpasar, Provinsi Bali tahun 2022.
3.2 Analisis Data
Data yang diperoleh berupa jumlah populasi dan jumlah kasus PMK yang terdapat pada
Kota Denpasar, Provinsi Bali. Selanjutnya dihitung prevalensi PMK dengan menggunakan rumus:

Prevalensi (%= Jumlah hewan yang sakit pada periode tertentu x 100%
Jumlah individu populasi yang beresiko pada periode tertentu

3.3 Lokasi dan Waktu Pengambilan


Pengambilan data kejadian penyakit strategis dilakukan di kantor Dinas Pertanian Kota
Denpasar pada tanggal 15-19 Agustus 2022. Data yang diambil berasal dari laporan tahunan Dinas
Pertanian Kota Denpasar dari tahun 2022.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Data jumlah populasi sapi bali di kota Denpasar, Provinsi Bali dari tahun 2017-2022
berdasarkan hasil Dinas Pertanian Kota Denpasar sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Populasi Sapi di Kota Denpasar, Provinsi Bali dari Tahun 2017-2022
Jumlah Tahun
Ternak 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Sapi (ekor) 7.396 6.323 6.258 6.216 3.555 2.859
(Sumber: Dinas Pertanian Kota Denpasar).

Tabel 4.2 Data kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sapi Bali diwilayah Padangsambian Kelod,
kota Denpasar 2022
Bulan Total Kasus Jumlah Populasi Diwilayah Tahun Prevalensi Wilayah

Juli,2022 65 Kasus 82 Ekor 2022 79,2%

(Sumber: Dinas Pertanian Kota Denpasar).

4.2 Pembahasan
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit mamalia yang paling menular dan
memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang parah pada
peternak. PMK tidak dapat dibedakan secara klinis dari penyakit vesikular lainnya, seperti
penyakit vesikular babi, stomatitis vesikular, dan eksantema vesikular, oleh karena itu pengujian
laboratorium pada kasus suspek PMK menjadi hal utama dalam peneguhan diagnosa. Pada tabel
4.1 data populasi sapi di kota denpasar pada tahun 2017 sampai 2022 mengalami penurunan
populasi sapi bali dan pada tahun 2022 populasi sapi bali di kota denpasar mengalami penurunan
yaitu sekitar 2,859 ekor sapi. Pada tabel 4.2 data kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi bali
diwilayah padangsambian kelod, kota denpasar dimana PMK masuk ke kota denpasar bulan juli
2022 diwilayah padangsambian kelod dengan jumlah populasi sapi 82 ekor dan yang terinfeksi
kasus PMK yaitu 65 kasus sehingga prevalensi kasus PMK di padangsambian kelod, denpasar
yaitu 79,2%.
Risiko terbesar masuknya PMK ke Indonesia atau di Bali terutama di kota denpasar
adalah melalui masuknya daging dan produk susu secara illegal. Virus PMK dapat bertahan untuk

11
periode yang cukup lama pada daging segar, daging asap dan juga pada produk susu yang
dipasteurisasi tapi tidak sempurna. Produk-produk ini bisa masuk melalui penyelundupan ataupun
dibawa oleh penumpang yang berasal dari daerah tertular. Masalah besar lainnya yaitu terkait
dengan sisa makanan dari pesawat dan juga kapal laut. Risiko ini kemudian dikaitkan dengan
praktek pemberian makanan sisa (swill feeding) terutama pada babi yang belum diatur oleh
pemerintah. Selain itu risiko besar lainnya adalah kemungkinan masuknya hewan rentan PMK dari
negara tetangga yang masih berstatus belum bebas PMK. PMK mempunyai potensi untuk terjadi
dan menyebar ke populasi hewan rentan di Indonesia. Penyebaran yang terjadi kemungkinan akan
disebabkan oleh adanya lalu lintas hewan dan produknya, kendaraan dan benda yang
terkontaminasi virus PMK. Untuk mengurangi dampak dan meminimalkan penyebaran PMK,
maka pelaporan adanya dugaan kasus yang cepat yang ditindak lanjuti dengan deteksi secara dini
serta diagnosa PMK yang cepat dan tepat sangat diperlukan.
Penularan penyakit PMK melalui pernafasan, dapat tersebar melalui angin, lalu-lintas
bahanbahan makanan, ternak, vaksin yang tercemar virus PMK, dan melalui reproduksi. Gejala
klinis yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung galur virus PMK yang menyerang, jumlah
virus, umur dan jenis breed hewan, host dan derajat kekebalan dari host. Gejala bervariasi dari
yang ringan sampai yang tidak tampak (subklinis) dan bahkan sampai berat. Pada sapi terjadi
demam (pyrexia), tidak mau makan (anoreksia), gemetar, pengurangan produksi susu selama 2-3
hari, terjadi lepuh-lepuh yang terbentuk di dalam mulut. Menurut Harada et al. (2007), PMK sangat
menular ke hewan berkuku belah,transmisi dilaporkan terjadi melalui kontak langsung dengan
hewan terinfeksi, aerosol, semen, produk makanan, dan vomites. Morbiditas penyakit ini sangat
tinggi tetapi mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular(highly contagious) (Rushton dan
Knight-Jones, 2013). PMK tidak dapat dibedakan secara klinis dari penyakit vesikular lainnya,
seperti penyakit vesikular babi, stomatitis vesikular, dan eksantema vesikular.
Kota Denpasar Dalam upaya pencegahan wabah PMK ( penyakit mulut dan kuku )
terhadap hewan sapi yang terjadi akhir-akhir ini, Satgas PMK Kota Denpasar gencar melakukan
vaksinasi terhadap hewan sapi. Kali ini vaksinasi dilakukan di Desa Padang Sambian Klod melalui
Dinas Pertanian Kota Denpasar. Disamping vaksinasi juga dilakukan penyemprotan disinfektan
terhadap hewan dan kandang Sapi. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus
PMK tersebut. Selain itu juga memberikan rasa aman nyaman kepada warga masyarakat. Dinas
Pertanian Kota Denpasar memberikan layanan vaksin secara door to door ke kelompok peternak.

12
Namun sebelum vaksin diberikan pihaknya telah melakukan sosialisasi sehingga mengetahui
tempat dan jumlah vaksin yang disiapkan. Dengan langkah tersebut secara cepat kegiatan ini
dilakukan dan dapat menyasar seluruh peternak di Desa Padangsambian Kelod. Dengan langkah
yang di dilakukan berharap tidak ada ternak sapi warga yang kena virus tersebut. Masyarakat pun
merasa nyaman dan tenang.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa prevalensi kasus
penyakit mulut dan kuku (PMK) untuk di denpasar pada tahun 2022 penyakit mulut dan kuku
(PMK) muncul di bali pada bulan juli 2022 terutama di wilayah padangsambian kelod sebanyak
65 ekor sapi bali yang sudah terinfeksi dan merugikan peternak terutama masalah pada ekonomi
peternak. Peran Dinas kota Denpasar dalam upaya pencegahan penyakit PMK di denpasar telah
efektif melihat adanya tindakan vaksinasi secara cepat dan merata diwilayah padangsambian kelod
kota denpasar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dari data Dinas Pertanian kota Denpasar disarankan kepada
Dinas untuk selalu melakukan pendataan penyakit PMK dan memberikan pengobatan dan
pengendalian sapi bali sudah terinfeksi atau yang belum terinfeksi PMK.

14
DAFTAR PUSTAKA
Arzt, J., Pacheco, J. M. and Rodriguez, L. L. 2010, The Early Pathogenesis of Foot-and Mouth
Disease in Cattle after Aerosol Inoculation: identification of the Nasopharynx as the Primary
Site of Infection, Vet Path, 47:1048-1063
Bamualim, A. and R. B. Wirdayati 2003. Nutrition and sanagement strategies to improve Bali
cattle productivity in Nusa Tenggara ACIAR proceesdings, 17-22.
Brown, C.C., Piccone, M.E., Mason, P.W., McKenna, T.S., Grubman, M.J. 1996 Pathogenesis of
Wild Type and Leaderless Foot and Mouth Disease Virus in Cattle. J Virol, 70:5638-5641.
Burrows, R., Mann, J.A., Garland, A.J., Greig, A., Goodridge, D. 1981, The Pathogenesis of
Natural and Simulated Natural Foot and Mouth Disease Infection in Cattle. J Comp Pathol,
91:599-609
Handiwirawan, E. dan Subandriyo. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Bali.
Wartazoa. Vol. 14 (3). hal. 107-117.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2017). statistik peternakan dan kesehatan
hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian
Pertanian RI
Direktorat kesehatan hewan .Direktorat jenderal peternakan , Dapertemen Pertanian. (2009)
Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia. Seri: Penyakit Mulut dan Kuku (Kiat Vetindo
PMK). Edisi 2.2. Jakarta (ID): Ditkeswan
Grubman MJ, Baxt B. 2004. Foot-and-mouth disease. Clin Microbiol Rev. 17:465-493
Harada ,Y, Lekcharoensuk P, Furuta T, and Taniguchi T. (2015) Inactivation of foot-and-mouth
disease virus by commercially available disinfectants and cleaners. Biocon. Sci. 20(3):205-
208.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
McVicar, J.W., Graves, J.H., Sutmoller, P. 1970, Growth of Foot and Mouth Disease Virus in the
Bovine Pharynx. In: Proceedings of the 74th Annual Meeting of the United States Animal
Health Association, pp. 230–234. United States Animal Health Association, St. Joseph, MO
OIE] Office International Des Epizooties. 2013.Foot and Mouth Diseas, http://rr
asia.oie.int/disease-info/foot-and-mouth-disease/ (diakses 21 November 2018)

15
Reid S. M., Grierson S.S., Ferris N.P., Hutchings G H. and Alexandersen S. 2003, Evaluation of
Automated RT-PCR to Accelerate the Laboratory Diagnosis of Foot-and-Mouth Disease
Virus. J. Virol, 107(2):129-139.
Rushton J, and Knight-Jones T.J.D. (2013) The impact of foot-mouth-disease.
5HYVFLWHFK2IILQW(SL]. 1:1-27.
Stenfeld, C., Segundo, F.D., Santos, T., Rodrigues, L.L. and Artz, J. 2016, The Pathogenesis of
Foot and Mouth Disease in Pigs, Frontiers in Veterinary Sciene, 3:1-12
Sutmoller, P. and McVicar, J.W. 1976, Pathogenesis of Foot and Mouth Disease: the Lung as an
Additional Portal of Entry of the Virus. J Hyg Lond, 77:235–243.

16
P E N YA K I T H E WA N M E N U L A R S T R AT E G I S P E N YA K I T
M U L U T D A N K U K U ( P M K ) PA D A S A P I D I K O TA
D E N PA S A R TA H U N 2 0 2 2

I KADEK YOGI PERNANDA PUTRA

2109612017

20E
➢ Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng). Sapi bali memiliki
banyak keunggulan dibandingkan sapi lainnya seperti sapi bali memiliki daya adaptasi
terhadap lingkungan yang sangat tinggi, misalnya dapat bertahan hidup dalam cuaca
yang kurang baik, dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas yang rendah dan tahan
terhadap parasit external maupun internal

➢ Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat
Latar Belakang menular pada hewan berkuku genap/belah. Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan
vesikel/lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku.

➢ Gejala klinis yang ditimbulkan dapat bervariasi, Gejala bervariasi dari yang ringan
sampai yang tidak tampak (subklinis) dan bahkan sampai berat. Pada sapi terjadi
demam (pyrexia), tidak mau makan (anoreksia), gemetar, pengurangan produksi susu
selama 2-3 hari, terjadi lepuh-lepuh yang terbentuk di dalam mulut.
➢ Berapa jumlah kasus penyakit PMK pada sapi bali di Kota Denpasar pada tahun 2022
Rumusan Masalah ➢ Berapa prevalensi kasus penyakit PMK pada sapi bali di Kota Denpasar pada tahun 2022
➢ Bagaimana tindakan pencegahan dan vaksinasi yang dilakukan pemerintah daerah terhadap
penyebaran penyakit PMK

➢ Untuk mengetahui jumlah kasus penyakit PMK pada sapi bali di Kota Denpasar pada
tahun 2022
Tujuan Penulisan ➢ Untuk mengetahui prevalensi kasus penyakit PMK pada sapi bali di Kota Denpasar pada
tahun 2022
➢ ntuk mengetahui tindakan pencegahan dan vaksinasi yang dilakukan pemerintah daerah
terhadap penyebaran penyakit PMK

Manfaat yang diperoleh yaitu mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit penyakit
hewan yang merugikan peternak di wilayah kota Denpasar khususnya penyakit Mulut dan
Manfaat Penulisan Kuku (PMK) pada sapi, selain itu dengan mengetahui penyebab PMK yang menimbulkan
masalah pada sapi maka dapat melakukan pencegahan atau vaksinasi pada penyakit tersebut
Kota Denpasar
➢ Denpasar merupakan kota terbesar di Kepulauan Nusa Tenggara dan kota
terbesar kedua di wilayah Indonesia Timur setelah Kota Makassar. Kota
Denpasar berada pada ketinggian 0-75 m dari permukaan laut, terletak pada
posisi 8°35’31” sampai 8°44’49” Lintang Selatan dan 115°00’23” sampai
115°16’27” Bujur Timur. Sementara luas wilayah Kota Denpasar 127,78
km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS)
➢Penyakit hewan menular strategis (PHMS) adalah penyakit hewan yang
dapat menginfeksi manusia dan dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi,
kematian ternak, kerugian finansial dan kerawanan masyarakat
➢Istilah PHMS muncul dalam UU Peternakan dan Kesehatan Hewan, UU
No. 18 Tahun 2009 dan perubahannya, UU No. 41 Tahun 2014
Metodologi Kepustakaan
Metode kepustakaan merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan referensi
dari, jurnal, dan internet yang berhubungan dengan topik bahasan, yaitu mengenai penyakit
Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi

Analisis Data
Data yang diperoleh berupa jumlah populasi dan jumlah kasus PMK kemudian dibuat
prevalensi
METODOLOGI
Prevalensi (%= Jumlah hewan yang sakit pada periode tertentu x 100%
Jumlah individu populasi yang beresiko pada periode tertentu

Lokasi dan Waktu Pengambilan


Pengambilan data kejadian penyakit strategis dilakukan di kantor Dinas Pertanian Kota
Denpasar pada tanggal 15-19 Agustus 2022. Data yang diambil berasal dari laporan tahunan
Dinas Pertanian Kota Denpasar dari tahun 2022.
HASIL

Jumlah Tahun
Ternak 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Sapi (ekor) 7.396 6.323 6.258 6.216 3.555 2.859
Tabel 4.1 Data Populasi Sapi di Kota Denpasar, Provinsi Bali dari Tahun 2017-2022

HASIL Bulan Total Kasus Jumlah Populasi Diwilayah Tahun Prevalensi Wilayah

Juli,2022 65 Kasus 82 Ekor 2022 79,2%

Tabel 4.2 Data kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sapi Bali diwilayah Padangsambian
Kelod, kota Denpasar 2022
➢Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit mamalia yang paling menular
dan memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak
sosial yang parah pada peternak.
➢Risiko terbesar masuknya PMK ke Indonesia atau di Bali terutama di kota
denpasar adalah melalui masuknya daging dan produk susu secara illegal. Virus
PMK dapat bertahan untuk periode yang cukup lama pada daging segar, daging
asap dan juga pada produk susu yang dipasteurisasi tapi tidak sempurna.
Produk-produk ini bisa masuk melalui penyelundupan ataupun dibawa oleh
penumpang yang berasal dari daerah tertular. Masalah besar lainnya yaitu terkait
dengan sisa makanan dari pesawat dan juga kapal laut.
➢ Penularan penyakit PMK melalui pernafasan, dapat tersebar melalui angin,
PEMBAHASAN lalu-lintas bahanbahan makanan, ternak, vaksin yang tercemar virus PMK, dan
melalui reproduksi. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat bervariasi tergantung
galur virus PMK yang menyerang, jumlah virus, umur dan jenis breed hewan,
host dan derajat kekebalan dari host.
➢Kota Denpasar Dalam upaya pencegahan wabah PMK ( penyakit mulut dan
kuku ) terhadap hewan sapi yang terjadi akhir-akhir ini, Satgas PMK Kota
Denpasar gencar melakukan vaksinasi terhadap hewan sapi. Kali ini vaksinasi
dilakukan di Desa Padang Sambian Klod melalui Dinas Pertanian Kota
Denpasar. Disamping vaksinasi juga dilakukan penyemprotan disinfektan
terhadap hewan dan kandang Sapi
Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa


prevalensi kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) untuk di denpasar
pada tahun 2022 penyakit mulut dan kuku (PMK) muncul di bali
pada bulan juli 2022 terutama di wilayah padangsambian kelod
sebanyak 65 ekor sapi bali yang sudah terinfeksi dan merugikan
peternak terutama masalah pada ekonomi peternak. Peran Dinas kota
Denpasar dalam upaya pencegahan penyakit PMK di denpasar telah
efektif melihat adanya tindakan vaksinasi secara cepat dan merata
PENUTUP diwilayah padangsambian kelod kota denpasar.

Saran

Berdasarkan hasil analisa dari data Dinas Pertanian kota


Denpasar disarankan kepada Dinas untuk selalu melakukan
pendataan penyakit PMK dan memberikan pengobatan dan
pengendalian sapi bali sudah terinfeksi atau yang belum terinfeksi
PMK.
MATUR SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai