Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


yang dilaksanakan di
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN (BBKP)
SURABAYA

Oleh :
MIN ROHMATILLAH, S.KH
160130100111006

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN PPDH


ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
DI BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN (BBKP) SURABAYA

Surabaya, 10 - 16 Juli 2017

Oleh:
Min Rohmatillah, S.KH
160130100011006
Menyetujui,
Komisi Penguji

Koordinator Rotasi Kesmavet /Penguji 1 Penguji 2

Dr. drh. Masdiana C. Padaga, M.AppSc drh. Mira Fatmawati, M.Si


NIP. 19560210 198403 2 001 NIK. 201607 810510 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES


NIP. 19600903 198802 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) rotasi Kesehatan
Masyarakat Veteriner (Kesmavet) yang dilaksanakan di Balai Besar Karantina
Pertanian (BBKP) Surabaya. Laporan ini menjadi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya. Dengan penuh hormat dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima
kasih kepada beberapa pihak diantaranya :
1. Dr. drh. Masdiana C. Padaga, M.AppSc sebagai Koordinator PPDH Rotasi
Kesmavet di BBKP Surabaya atas segala kesempatan, bimbingan, nasehat
dan arahan yang tiada hentinya kepada penulis.
2. drh. Mira Famawati, M.Si sebagai Penguji PPDH Rotasi Kesmavet di BBKP
Surabaya atas segala kesempatan, bimbingan, nasehat dan arahan yang tiada
hentinya kepada penulis.
3. Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya yang selalu membantu penulis dalam mengarahkan,
memberi bimbingan, kesabaran, fasilitas dan waktu yang telah diberikan serta
dukungan kepada penulis dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan ini.
4. Keluarga besar BBKP Surabaya yang telah mengizinkan penulis untuk
menimba ilmu dan memberi fasilitas tempat, waktu, kesabaran dan bimbingan
kepada penulis selama kegiatan PPDH.
5. Ayahanda H.M. Sururi Djufri (Alm) dan ibunda Hj. Umi Muyasaroh serta
saudara saudaraku, Mbak Ifa, Mbak Anis, Mas Alim, Mas Ridwan, Mbak
Ainun, Mbak Uung, Mas Muhtar, Mbak Ummu, dan Adek Aini yang
senantiasa memberikan doa, dorongan, dan semangat yang tiada henti.
6. Sahabat CADOHE USIL, Rifa’i, Darmawan, Yudha, Artul, Noni, Afril,
Nailul, Fais, Putri, Bismi, dan Nur atas kerja sama, diskusi, semangat dan
dukungannya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini.

iii
7. Kolega PPDH Gelombang VII Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya yang selalu memberikan dorongan, semangat, inspirasi dan
keceriaan.
Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari
bahwa laporan PPDH Rotasi Kesmavet di BBKP Surabaya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik yang bersifat
membangun dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan penulisan
selanjutnya. Akhir kata, penulis menyampaikan mohon maaf apabila terdapat
banyak kesalahan dalam penulisan laporan ini.

Malang, Maret 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LAPORAN KEGIATAN PPDH ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 2
BAB 2 ANALISA SITUASI ............................................................................................. 3
2.1 Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya ............................................ 3
2.2 Tugas dan Fungsi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya .............. 5
2.3 Visi dan Misi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya .................... 6
2.4 Struktur Organisasi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya ........... 7
2.5 Bidang Karantina Hewan ...................................................................... 8
2.6 Penggolongan HPHK di BBKP Surabaya ............................................. 9
2.7 Alur Administrasi di BBKP Surabaya ................................................ 10
BAB 3 METODE KEGIATAN ...................................................................................... 13
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ............................................................... 13
3.2 Metode Kegiatan ................................................................................. 13
3.3 Peserta Kegiatan .................................................................................. 14
3.4 Jadwal Kegiatan .................................................................................. 14
3.5 Bentuk Kegiatan .................................................................................. 15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 17
4.1 Kegiatan Mahasiswa PPDH di BBKP Surabaya ................................ 17
4.1.1 Kegiatan di Unit Pelayanan II (Tanjung Perak) ................................. 17
4.1.2 Kegiatan di Unit Pelayanan Teknis III Kargo Juanda ........................ 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 20
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 20
5.2 Saran ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Struktur organisasi ................................................................................ 8
4.1 Pengambilan sampel darah .................................................................... 14

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Wilayah kerja dan kegiatan operasional karantina di Jawa Timur .......... 4
3.2 Dokumen karantina .................................................................................. 10
3.3 Jadwal kegiatan........................................................................................ 14

vii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdagangan merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian
suatu negara di dunia. Pada awalnya perdagangan hanya terbatas pada satu
wilayah saja, namun dengan perkembangan teknologi dan kerja sama antar negara
maka perdagangan saat ini semakin luas dan beragam. Keragaman ini disebabkan
karena perbedaan sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi
dan struktur sosial yang menyebabkan perbedaan komoditi yang dihasilkan. Salah
satu komoditi yang diperjual belikan adalah komoditi pertanian khususnya hewan
serta produk hewan seperti hewan ternak, susu, daging, kulit, sarang walet, vaksin,
serum dan lain-lain (Helwani dan Hendra, 2005).
Komoditi pertanian seperti hewan dan produk hewan yang
diperjualbelikan merupakan salah satu media yang rentan akan penularan penyakit
baik dari hewan ke hewan maupun dari hewan ke manusia. Hal ini tentunya
sangat berbahaya dan merupakan ancaman bagi suatu negara. Oleh karena itu
maka dibentuk badan yang berfungsi untuk mencegah penyebaran penyakit hewan
menular dari suatu wilayah ke wilayah lain. Badan tersebut merupakan barier
masuk dan keluarnya penyakit dari suatu wilayah. Badan ini di Indonesia dikenal
dengan karantina yang bertempat di pintu-pintu masuk dan keluar (entry and exit
point) daerah-daerah strategis lalu lintas seperti pelabuhan dan bandar udara
(Baraniah, 2009).
Peranan dan fungsi karantina dalam era globalisasi dan perdagangan bebas
saat ini dirasakan sangat penting khususnya peranan karantina di bidang veteriner
yaitu karantina hewan yang menangani hewan dan produk hewan. Karantina ini
dikhususkan untuk melindungi kehidupan dari ancaman bahaya masuknya
penyakit zoonosa atau bahan pangan yang tercemar mikroba dan residu
(antibiotika, logam berat, pertisida, dan bahan kimia lainnya) yang dapat berakibat
pada kematian atau gangguan kesehatan manusia atau kesehatan hewan serta
kelestarian sumber daya alam hayati dan lingkungan hidup (Baraniah, 2009).
Untuk mengetahui peranan karantina hewan lebih dalam utamanya dibidang
veteriner maka dilakukan koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya di BBKP Surabaya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran dan kewenangan dokter hewan terhadap prosedur


pelayanan administrasi lalu lintas hewan, bahan pangan asal hewan dan
hasil bahan asal hewan di BBKP Surabaya?
2. Bagaimana peran dan kewenangan dokter hewan dalam melakukan
tindakan karantina di BBKP Surabaya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui peran dan kewenangan dokter hewan terhadap prosedur


pelayanan administrasi lalu lintas hewan, bahan pangan asal hewan dan
hasil bahan asal hewan di BBKP Surabaya.
2. Mengetahui peran dan kewenangan dokter hewan dalam melakukan
tindakan karantina di BBKP Surabaya.

1.4 Manfaat

Manfaat dari koasistensi di BBKP Surabaya ini yaitu memberikan


pengetahuan pada mahasiswa koasistensi sehingga mampu memahami tugas
pokok, fungsi, sistem pelayanan serta peranan dan kewenangan dokter hewan di
karantina hewan.

2
BAB 2 ANALISA SITUASI

2.1 Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya

BBKP Surabaya merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT)


yang berada diruang lingkup Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian.
Kantor pusat Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya bertempat di Jalan Ir. H.
Juanda, Sidoarjo. BBKP Surabaya ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor: 22/Permentan/OT.140/4/2008 Tanggal 3 April 2008
mengenai Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
BBKP Surabaya terbagi menjadi tiga unit pelayanan yaitu unit pelayanan I yang
merupakan pelayanan karantina tumbuhan, unit pelayanan II yang berfungsi
sebagai pelayanan karantina hewan, dan unit pelayanan III yang melayani
karantina hewan dan tumbuhan.
BBKP Surabaya yang dibentuk sebagai UPT merupakan hasil
penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan
UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. UPT Balai Besar
Karantina Hewan Tanjung Perak sendiri pertama kali dibentuk pada tahun 1978
dengan nama Balai Karantina Kehewanan Wilayah III Surabaya, sedangkan
Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak dibentuk pada tahun 1980
dengan nama Karantina Tumbuhan Cabang Pelabuhan Tanjung Perak (Barantan,
2010).
BBKP Surabaya memiliki tugas dan fungsi sebagai karantina hewan dan
karantina tumbuhan sekaligus sebagai pelaksanaan pemberian pelayanan
operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian, Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008, Bidang
Karantina Hewan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pemberian
pelayanan operasional karantina hewan, pengawasan keamanan hayati hewani,
dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi. Bidang
karantina hewan dalam melaksanakan tugas serta fungsinya memfasilitasi
pelaksanaan tindakan karantina hewan dan pengawasan keamanan hayati hewani.
Pelaksaanaan kegiatan operasional tersebut dilakukan di tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran seperti bandar udara, pelabuhan serta kantor pos.

3
Adapun lokasi yang meliputi wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
44/Permentan/OT.140/3/2014, Tanggal 25 Maret 2014, dapat dilihat pada Tabel
2.1 :

Tabel 2.1 Wilayah kerja dan kegiatan operasional karantina hewan di Jawa
Timur
Tempat Pemasukan / Antar
No. Lokasi Impor Ekspor
Pengeluaran Area
1. Bandar Juanda Surabaya √ √ √
Udara Abdul Malang √ √ √
Rachman
Saleh
2. Kantor Surabaya Surabaya √ √ √
Pos Kediri Kediri √ √ √
Malang Malang √ √ √
3. Pelabuhan Tanjung Surabaya √ √ √
Perak
Gresik Gresik √ √ √
Tanjung Banyuwangi √ √ √
Wangi
Tanjung Probolinggo √ √ √
Tembaga
Katapang Banyuwangi - - √
Kalibuntu Probolinggo - - √
Kalbut Situbondo - - √
Jangkar Situbondo - - √
Sangkapura Bawean - - √
Sedayu Lamongan - - √
Lawas
Paciran Lamongan - - √

Kegiatan tindakan karantina hewan dilaksanakan di hampir


semua tempat pemasukan/pengeluaran seperti yang disebutkan pada Tabel
2.1, kecuali Kantor Pos Kediri dan Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo.
Kegiatan pelayanan sertifikasi pada Kantor Pos Surabaya digabung dengan
Bandara Juanda, Kantor Pos Malang tergabung dengan Bandara Abdul
Rahman Saleh, Pelabuhan Paciran tergabung dengan Pelabuhan Sedayu
Lawas, Pelabuhan Jangkar tergabung dengan Pelabuhan Kalbut di Situbondo,
dan Pelabuhan Tanjung Wangi kegiatannya tergabung dengan Pelabuhan
Ketapang dengan alasan efisiensi operasional. Kegiatan operasional meliputi

4
impor, ekspor dan antar area (masuk domestik dan keluar domestik), khusus
kegiatan impor dan ekspor terdapat pada Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara
Juanda dan Bandara Abdul Rahman Saleh yang melalui Kantor Pos Malang.
Bidang karantina hewan telah mengimplementasikan manejemen
mutu sesuai SNI ISO 9001: 2008 tentang Perbaikan Kualitas Pelayanan
Publik juga mengacu pada standar pelayanan publik diantaranya:
sarana Information and Communications Technology (ICT), kenyamanan ruang
pelayanan, katalog pelayanan, berbagai informasi tentang biaya atau
pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), persyaratan, mekanisme
pelayanan, jangka waktu layanan, fasilitas pengaduan, ruang laktasi dan
fasilitas bagi lansia. Pelayanan karantina hewan di BBKP Surabaya didukung
oleh laboratorium karantina hewan yang telah terakreditasi dan secara
konsisten menerapkan sistem manajemen mutu SNI ISO/IEC 17025:2008.

2.2 Tugas dan Fungsi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya

BBKP Surabaya merupakan garda terdepan untuk melindungi


kelangsungan sumber daya hayati hewani dan nabati. Pasal 3 UU Nomor 16
Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan, dan tumbuhan, menyebutkan
pemerintah memberi kepercayaan penuh kepada UPT karantina hewan di
setiap pintu masuk/keluar pada bandara/pelabuhan laut untuk :
1. Mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina dari luar negeri
ke wilayah negara RI.
2. Mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari suatu area
ke area lain di wilayah RI.
3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina tertentu dari
wilayah negara RI apabila negara tujuan menghendakinya.
BBKP Surabaya utamanya karantina hewan berfungsi sebagai badan
yang mempunyai wewenang mengawasi lalu lintas dan melakukan tindakan
karantina terhadap Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina
(MP-HPHK) baik ekspor, impor, pemasukan maupun pengeluaran antar area
atau domestik yang terdiri dari:
1. Semua jenis hewan.

5
2. Bahan Asal Hewan (BAH), yaitu bahan yang berasal dari hewan yang
dapat diolah lebih lanjut, seperti daging, telur, susu, jeroan, kulit hewan
mentah dan jadi, darah, tanduk, tulang, sarang burung walet, madu, embrio
beku, mani beku, hewan opset.
3. Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) adalah olahan bahan asal hewan seperti
sosis, bakso, tepung daging, tepung tulang, daging olah, dendeng,
abon,keju, krim, yoghurt, mentega, dan susu.
4. Benda lain adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan, BAH,
dan HBAH yang berpotensi menyebarkan hama dan penyakit berupa
bahan biologik, seperti vaksin, sera, hormon, obat hewan, dan bahan
diagnosis seperti antigen dan media pertumbuhan.
5. Media pembawa lain berupa sisa pakan hewan ternak, sisa pakan hewan
kesayangan, sisa makanan penumpang pesawat udara atau kapal laut,
kotoran ternak, sisa pakan dan bangkai hewan, serta barang atau
bahanyang pernah berhubungan dengan hewan yang diturunkan dari alat
angkut.

2.3 Visi dan Misi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya


Visi dari BBKP Surabaya yaitu menjadi garda terdepan pelayanan
karantina yang tangguh, profesional, modern dan terpercaya di Jawa Timur
pada tahun 2019, sedangkan misi BBKP Surabaya diantaranya adalah :
1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari
ancaman serangan hama dan HPHK serta Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu lintas komoditi
pertanian segar yang memenuhi standard keamanan pangan;
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan
tumbuhan;
3. Mewujudkan sistem manajeman mutu pelayanan dengan
mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2008 / SNI 19- 9001-
2008;

6
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing
Laboratory) dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO/EIC
17025:2008 serta Laboratorium Biosafety Level-2 (BSL-2);
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam akselerasi
ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu bersaing di pasar
internasional;
6. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan Jawa
Timur;
7. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur
(Barantan, 2014).

2.4 Struktur Organisasi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya

Struktur organisasi BBKP Surabaya terdiri atas bagian umum, bidang


karantina hewan, bidang karantina tumbuhan, bidang pengawasan dan
penindakan, serta kelompok jabatan fungsional yang keseluruhan bagian tersebut
dikepalai oleh Kepala Balai Karantina Hewan. Bagian umum terdiri dari tiga sub
bagian yaitu subbagian program dan evaluasi, subbagian kepegawaian dan tata
usaha, serta subbagian keuangan dan perlengkapan. Bidang karantina hewan
terdiri dari seksi pelayanan operasional karantina hewan dan seksi informasi dan
sarana teknik karantina hewan. Seksi pelayanan operasional karantina hewan
mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan
dan pengawasan keamanan hayati hewani, sedangkan seksi informasi dan sarana
teknik karantina hewan mempunyai tugas melakukan pengelolaan sistem
informasi dan dokumentasi, serta pemberian layanan sarana teknik karantina
hewan. Bidang karantina tumbuhan terdiri dari seksi pelayanan operasional
karantina tumbuhan, dan seksi informasi dan sarana teknik karantina tumbuhan.
Bidang pengawasan dan penindakan terdiri dari seksi pengawasan dan
penindakan karantina tumbuhan dan seksi pengawasan dan penindakan karantina.
Adapun susunan jabatan secara struktural dapat dilihat pada diagram berikut ini
(lihat Gambar 2.1).

7
KEPALA

BAGIAN UMUM

Sub bagian Sub bagian Sub bagian


program keuangan dan kepegawaian
dan evaluasi perlengkapan dan tata usaha

BIDANG BIDANG BIDANG


KARANTINA KARANTINA PENGAWASAN DAN
HEWAN PENINDAKAN
TUMBUHAN

seksi seksi seksi Seksi seksi seksi


pelyanan informasi pelayanan informasi pengawasan pengawasan
operasional dan sarana operasional dan sarana dan dan
karantina teknik karantina teknik penindakan penindakan
hewan karantin tumbuhan karantina karantina karantina
hewan tumbuhan tumbuhan hewan

Kelompok
jabatan
fungsional

Gambar 2.1 Struktur organisasi BBKP Surabaya.

2.5 Bidang Karantina Hewan

Surat Keputusan Menteri Pertanian Kpts/PD.140/12/2003 tentang


organisasi dan tata kerja Balai Besar Karantina Hewan, maka struktur organisasi
terdiri dari seksi operasional yang memiliki peran dalam menyelenggarakan
fungsi diantaranya yaitu:
a. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa organisme
pengganggu hewan karantina (HPHK) hewan budidaya.
b. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK hewan budidaya.
c. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK hewan budidaya.
d. Pengelolaan data, informasi dan dokumentasi kegiatan operasional
perkarantinaan hewan budidaya.
e. Pengelolaan laboratorium karantina hewan budidaya.
f. Pemberian pelayanan teknik kegiatan operasional perkarantinaan hewan

8
budidaya.
g. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-
undangan perkarantinaan hewan pada BBKH, dan koordinasi
penyelenggaraan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) karantina
hewan kepada balai dan stasiun karantina hewan.
h. Pemberian dukungan teknis pelaksanaan kegiatan operasional kepada balai
dan stasiun karantina hewan.
i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga BBKP Surabaya.

2.6 Penggolongan HPHK di BBKP Surabaya

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.3238/ KPTS/PD.630/9/2009


HPHK terdiri dari dua golongan yakni Golongan I dan Golongan II. HPHK
Golongan I yang mempunyai sifat dan penyebaran penyakit yang serius dan cepat,
belum diketahui cara penanganannya, dapat membahayakan kesehatan manusia,
dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat, serta dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi. Contoh dari HPHK Golongan I
antara lain: African Horse Sickness, African Swine Fever, Contagious Bovine
Pleuropneumonia, Foot and Mouth Disease, Highly Pathogenic Avian Influenza
(AI), Johne Disease, Peste des Petits Ruminants, Porcine Reproductive and
Respiratory, Rift Valley Fever, Rinderpest, Scrapie, Sheep and Goat Pox,
Strangles, Swine Vesicular Disease, dan Yersinia Pseudotuberculosis
Septicaemiae.
Kriteria untuk HPHK Golongan II adalah tidak mempunyai sifat dan
potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat, diketahui cara
penanganannya, tidak membahayakan kesehatan manusia, tidak menimbulkan
dampak sosial yang meresahkan masyarakat, tidak menimbulkan kerugian
ekonomi yang tinggi, dan atau sudah terdapat di suatu area dalam wilayah
Indonesia. Contoh dari HPHK Golongan II yaitu Anthrax, Avian Infectious
Bronchitis, Black Leg, Blue Tongue, Bovine Tubercullosis, Bovine Virral
Diarrheae, Brucellosis, Canine Parvovirus Infection, Enzootic Bovine Leucosis,
Infectious Bursal Disease, Japannese Enchepahalitis, Scabies, Lymphoid Leucosis
Compleks, Marek’s Disease, dan Malignant Catarrhal Fever.

9
2.7 Alur Administrasi di BBKP Surabaya

BBKP Surabaya melakukan proses administrasi kepada pengguna jasa


untuk mengetahui kelengkapan persyaratan karantina. Jenis pelayanan
administrasi yang dapat dilakukan oleh pihak karantina hewan meliputi
pembuatan sertifikat untuk pengiriman hewan, BAH, HBAH dan atau benda lain
baik dari kegiatan ekspor-impor maupun domestik. Berdasarkan PP Nomor 82
Tahun 2000 Bab II dijelaskan bahwa persyaratan dalam karantina yaitu:
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
di negara asal dan negara transit.
b. Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa
yang tergolong benda lain.
c. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan.
d. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat untuk
keperluan tindakan karantina.
Dalam memberikan suatu pelayanan, BBKP Surabaya menerapkan SPP
(Standar Pelayanan Publik) yang meliputi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis tentang tolak ukur layanan yang diberikan kepada pengguna
jasa. SPP wajib mempertimbangkan beberapa hal yaitu jenis pelayanan, bentuk
pelayanan, waktu pelayanan, sumber daya manusia (SDM) pelaksana dan sarana
pelayanan indikator pencapaian pelayanan. Dokter hewan karantina menjalankan
tugas sebagaimana perintah dari Kepala BBKP Surabaya untuk melakukan
tindakan karantina (8P) terhadap komoditas yang akan keluar dan masuk dari luar
negeri atau luar wilayah ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia atau antar
wilayah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.2/KPTS/OT.140/1/2007,
dokumen karantina terdiri dari 12 jenis yang tertera dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Dokumen karantina.


No Formulir Keterangan
1. KH 1 Formulir untuk permohonan
(Surat Permohonan Pemeriksaan pemeriksaan karantina terhadap
Karantina) media pembawa penyakit hewan
yang akan dilalulintaskan
(ekspor/impor/antar area).
2 KH 2 Pimpinan puncak atau wakil
(Surat Penugasan) manajemen mengeluarkan surat

10
No Formulir Keterangan
penugasan kepada medik dan
paramedik veteriner untuk
memberikan pelayanan tindakan
karantina sesuai ketentuan yang
dipersyaratkan terhadap komoditi
karantina sebagaimana diajukan
dalam KH 1.
3. KH 3 Surat keterangan yang dinyatakan
(Surat keterangan muatan hewan/ oleh penanggung jawab alat angkut
produknya) yang menerangkan :
 Ada tidaknya perubahan
jumlah/volume
 Perubahan hewan/produk
hewan diatas alat angkut
 Ada tidaknya terjangkit
penyakit hewan menular
selama dalam perjalanan di
atas alat angkut.
4. KH 4 Surat keterangan yang dikeluarkan
(Surat keterangan penolakan oleh medik veteriner, karena :
bongkar) sesudah melakukan pemeriksaan di
atas alat angkut, ditemukan adanya
penyakit hewan menular.
5. KH 5 Surat keterangan yang dikeluarkan
(Surat Persetujuan Bongkar) oleh medik veteriner karena:
 Diatas alat angkut tidak
ditemukan adanya penyakit
hewan menular utama.
 Berasal dari negara yang tidak
dilarang pemasukanya.
6. KH 6 Surat persetujuan muat dikeluarkan
(Surat persetujuan muat) oleh medik veteriner karena
hewan/prodak hewan di instalasi
karantina hewan ditemukan
sehat/memenuhi syarat sanitasi
yang ditentukan oleh negara/daerah
tujuan
7. KH 7 Surat perintah yang dikeluarkan
(Surat perintah masuk karantina) oleh medik veteriner untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,
setelah melakukan pemeriksaan
dokumen dan kesehatan/sanitasi
(fisik/klinis) diatas alat angkut
pelabuhan /tempat pemasukan.

8. KH 8a Berita acara yang dikeluarkan oleh


(Berita acara penahanan) pejabat yang ditunjuk oleh

11
No Formulir Keterangan
pimpinan puncak setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata :
Dokumen persyaratan karantina
belum lengkap/belum dipenuhi dan
diduga tidak berpotensi membawa
atau menyebarkan penyakit hewan.
KH 8b Berita acara yang dikeluarkan oleh
(Berita acara penolakan) pejabat yang ditunjuk oleh
pimpinan puncak setelah dilakukan
pemeriksaan:
 Hewan/produk hewan tertular
penyakit hewan karantina
golongan 1, busuk, rusak atau
jenis-jenis yang dilarang
pemasukanya.
 Tidak memenuhi persyaratan
karantina dalam batas waktu
tertentu.
 Setelah diberi perlakuan tidak
dapat disembuhkan.
KH 8c Berita acara yang dikeluarkan oleh
(Berita acara pemusnahan) pejabat yang ditunjuk oleh
pimpinan puncak setelah dilakukan
pemeriksaan:
 Tertular penyakit hewan
karantina golongan 1, busuk,
rusak atau jenis-jenis yang
dilarang pemasukanya.
 Tidak dibawa segera ke
area/wilayah pemasukan
setelah dilakukan penolakan.
 Tertular golongan 2 dan tidak
dapat disembukan.

9. KH 9 Sertifikat kesehatan hewan/ Animal


health certificate/ veterinary
certificate
10. KH 10 Sertifikat sanitasi produk hewan/
Sanitary certificate of animal
11. KH 11 Surat keterangan untuk benda
lain/Sertificate of other products
12. KH 12 Sertifikat pelepasan karantina/
Sertificate of relase

12
BAB 3 METODE KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan koasistensi PPDH rotasi Kesmavet akan dilakukan di BBKP


Surabaya pada tanggal 10 – 16 Juli 2017.

3.2 Metode Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mahasiswa berperan aktif dalam tata
laksana kegiatan di BBKP Surabaya. Metode kegiatan yang dipakai dalam
kegiatan koasistensi ini adalah metode survei dengan pengambilan data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer yang akan digunakan dalam
kegiatan ini melalui :

a. Observasi Partisipatori

Kegiatan observasi ini dilakukan secara langsung di lapangan. Hal-hal yang


diobservasi meliputi pemeriksaan hewan karantina, pengujian sampel hewan
karantina dan produk asal hewan, serta pengawasan hewan karantina.

b. Wawancara

Kegiatan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan


hal-hal yang akan diamati kepada pihak-pihak yang bekerja sesuai dengan
bidang pekerjaan masing-masing untuk melengkapi informasi dan data yang
dibutuhkan. Waktu wawancara dan diskusi dapat dilakukan secara mandiri (di
luar waktu koasistensi) maupun pada saat melaksanakan kegiatan proses praktek
di lapang.

c. Studi Dokumentasi

Dalam pengumpulan data dan informasi juga dilakukan studi dokumentasi


yang dilakukan oleh mahasiswa, baik dokumen dalam bentuk elektronik
maupun tulisan. Hasil dari pelaksanaan koasistensi ini akan dilaporkan secara
tertulis kepada pihak BBKP Surabaya dan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya.

13
3.3 Peserta Kegiatan

Peserta yang melaksanakan koasistensi rotasi kesmavet di BBKP Surabaya


dibawah bimbingan Dr. Drh. Masdiana C. Padaga, M. App Sc, adalah :
Nama : Min Rohmatillah, S.KH
NIM : 160130100111006
Alamat : Jl. Kertoraharjo Gg.1 No. 14
Email : minrahmavet@gmail.com
No. Hp : 082244893493

3.4 Jadwal Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan selama koasistensi PPDH di BBKP Surabaya


terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Jadwal kegiatan BBKP Surabaya.


Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Pelaksana
Senin, 10 Juli 1. Penerimaan mahasiswa PPDH 1. Pembimbing
2017 2. Briefing jadwal kegiatan lapang
3. Pemberian materi dan diskusi 2. Mahasiswa PPDH

Selasa, 11 Juli
1. Pengawasan lapang di Kargo 1. Pembimbing
2017 Juanda. lapang
2. Pemeriksaan hewan import, 2. Mahasiswa PPDH
bahan pangan asal hewan, dan
bahan pakan asal hewan (Meat
Bone Meal) serta media
pembawa yang bukan
tergolong hewan (obat hewan,
vaksin dan media biologis).
3. Melakukan kegiatan pengujian
di Laboratorium Virologi dan
Serologi BBKP Juanda.
4. Diskusi dengan pembimbing
lapang.
Rabu,12 Juli 1. Pengawasan dan pengecekan 1. Pembimbing
2017 kelengkapan surat di pos lapang
penjaga dan pelayanan 2. Mahasiswa PPDH
karantina hewan di terminal
pelabuhan
2. Melakukan kegiatan pengujian
di Laboratorium Uji Pakan di

14
Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Pelaksana
Unit Pelayanan II Tanjung
Perak dan Laboratorium
Virologi dan Serologi BBKP
Juanda
3. Diskusi dengan pembimbing
lapang.
Kamis, 13 1. Mengikuti kegiatan 1. Pembimbing
Juli 2017 pemeriksaan fisik di Kargo lapang
Juanda. 2. Mahasiswa PPDH
2. Melakukan pengambilan
sampel darah pada unggas di
karantina juanda.
3. Melakukan kegiatan pengujian
di Laboratorium Uji Pakan di
Unit Pelayanan II Tanjung
Perak dan Laboratorium
Virologi dan Serologi BBKP
Juanda.
4. Diskusi lapang.
Jumat, 14 Juli 1. Diskusi dan presentasi hasil 1. Pembimbing
2017 laporan lapang
2. Pelepasan mahasiswa PPDH 2. Mahasiswa PPDH

3.5 Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan selama koasistensi di BBKP Surabaya adalah:


1. Pembelajaran tentang administrasi karantina hewan, yaitu seperti informasi
persyaratan dan prosedur ekspor impor karantina hewan, cara mengajukan
dokumen ekspor impor, dan cara memverifikasi dokumen ekspor impor.
2. Pemeriksaan semua jenis hewan, bahan pangan asal hewan (daging, telur,
susu), hasil bahan pangan asal hewan (bakso, abon, keju), media pembawa
yang bukan tergolong hewan (obat hewan, vaksin dan bahan biologik), alat
angkut hewan dan produk yang berkaitan tentang hewan serta bahan pakan
asal hewan (Meat Bone Meal, pellet, pakan hewan kesayangan) di Tanjung
Perak dan Kargo Juanda.
3. Pemeriksaan uji kelayakan dan standarisasi alat angkut hewan dan media
pembawa hewan. Hal ini meliputi packaging hewan dengan memperhatikan
kesrawan dan prosedur keselamatan hewan serta penumpang.

15
4. Melakukan pengambilan sampel darah hewan, bahan pangan asal hewan, dan
hasil bahan pangan asal hewan dan benda lain tanpa terkecuali satupun.
Kemudian, dilakukan pengujian sampel dapat dilakukan di Laboratorium
Virologi dan Serologi BBKP Juanda dan Laboratorium Uji Pakan Unit
Pelayanan II Tanjung Perak.
5. Melakukan pengawasan dan pengecekan kelengkapan surat hewan karantina
dan produk-produk asal hewan yang akan masuk atau keluar di pos penjaga
dan pelayanan karantina hewan di terminal pelabuhan.

16
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Mahasiswa PPDH di BBKP Surabaya

Kegiatan mahasiswa PPDH di BBKP Surabaya diantaranya adalah


mengikuti kegiatan di Unit Pelayanan II (Tanjung Perak), Unit Pelayanan III
Kargo Juanda dan di Laboratorium Kantor Pusat BBKP Surabaya.

4.1.1 Kegiatan di Unit Pelayanan II (Tanjung Perak)

Kegiatan di Unit Pelayanan II (Tanjung Perak) diantaranya adalah


mengikuti kegiatan pemeriksaan barang dengan x-ray di Gapura Nusantara yang
merupakan gapura pemeriksaan penumpang yang akan berangkat menuju luar
daerah/pulau. Tujuan kegiatan di Gapura Nusantara adalah untuk mengantisipasi
penumpang yang menyelundupkan hewan, BAH, dan HBAH tanpa disertai
dokumen pendukung. Selama dua hari mengikuti kegiatan di Gapura Nusantara
tidak ditemukan adanya penyelundupan hewan, BAH, dan HBAH.

4.1.2 Kegiatan di Unit Pelayanan Teknis III Kargo Juanda

Kegiatan di Unit Pelayanan Teknis III Kargo Juanda yaitu mengikuti


kegiatan pemeriksaan fisik dan dokumen pengiriman ayam jago dari Surabaya ke
Balikpapan, Sorong, Ambon, dan Makassar. Adapun dokumen yang diperiksa
adalah KH-1 yang diajukan oleh pemohon dilengkapi dengan SKKH dan
persyaratan lainya. Kemudian setelah dokumen lengkap, Kepala BBKP Surabaya
menerbitkan Surat Penugasan (KH-2) kepada dokter hewan dan atau paramedik
karantina untuk melakukan tindakan karantina pemeriksaan terhadap media
pembawa (tindakan P8). Dokumen di cek kembali kelangkapannya, terutama
dokumen yang menyangkut kesehatan hewan.
Pemeriksaan dilakukan oleh dokter hewan setalah keluar KH-2.
Pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan sampel darah dan swab trakea.
Sampel darah ayam diambil dari vena brachialis (Gambar 4.1). Sampel yang
sudah diambil kemudian dikirimkan ke laboratorium kantor pusat BBKP
Surabaya untuk dilakukan pengujian. Untuk serum dilakukan uji HA/HI untuk

17
melihat titer antibodi protektif terhadap AI, sedangkan swab trakea dilakukan uji
Real Time PCR (Q-PCR).
Selama mengikuti kegiatan di Pelayanan Teknis III Kargo Bandara Juanda
pemeriksaan terhadap ayam jago dinyatakan baik atau sehat. Selanjutmya Kepala
BBKP Surabaya menerbitkan Sertifikat Pembebasan (KH-12) bersama dengan
KH-9 setelah pengguna jasa menyelesaikan kewajiban pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) kepada petugas. Kemudian hewan dapat
diberangkatkan ke daerah tujuan, yaitu Balikpapan, Sorong, Ambon, dan
Makassar.

Gambar 4.1 Pengambilan sampel yang dilakukan di Instalasi Karantina Unit Pelayanan
Teknis III Kargo Bandara Juanda (Sumber : dok.pribadi).

4.1.3 Pengujian Sampel Serum Darah dan Swab Trakea Unggas

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari kegiatan P8 yaitu


pemeriksaan (P1). Pemeriksaan laboratorium pada hewan yang akan diekspor
atau dikirim keluar daerah disesuaikan berdasarkan permintaan atau syarat dari
daerah tujuan. Beberapa daerah di Indonesia mensyaratkan hewan hidup yang
akan dikirim ke daerah tersebut harus memiliki surat pemeriksaan laboratorium,
seperti ayam dari Jawa Timur yang akan dikirim ke daerah Balikpapan, Sorong
dan Ambon, serta burung untuk wilayah Makassar harus dilakukan pemeriksaan
PCR AI. Selain itu pengujian hemaglutinasi (HA/HI) wajib dilakukan apabila
akan mengirimkan ayam ke wilayah Makassar dan Balikpapan. Dalam kegiatan
PPDH di laboratorium pusat BBKP Surabaya dilakukan pemeriksaan terhadap
sampel serum darah dan swab trakea unggas. Pemeriksan serum darah dilakukan
untuk melihat titer antibodi protektif terhadap AI dengan uji HA/HI. Sedangkan

18
swab trakea unggas dilakukan uji Real Time PCR (Q-PCR) untuk melihat adanya
genom AI.
Hasil selama mengikuti uji HA/HI di laboratorium pusat BBKP Surabaya
adalah didapatkan titer antibodi protektif terhadap semua sampel serum darah
unggas yang diperiksa yaitu 26 IU. Sedangkan hasil dari kegiatan Q-PCR di
laboratorium pusat BBKP Surabaya adalah semua sampel swab trakea unggas
yang diperiksa tidak mengandung genom virus AI. Dari hasil pemeriksaan
unggas dinyatakan tidak terdapat penyakit AI sehingga dikeluarkan sertifikat
kesehatan hewan (KH-9) dan dikeluarkan sertifikat pelepasan karantina (KH-12).

19
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melaksanakan kegiatan koasistensi
PPDH di BBKP Surabaya ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan terhadap pengiriman ayam jago dari Surabaya ke Balikpapan,
Sorong, Ambon, dan Makassar diperoleh hasil dokumen yang diperlukan
lengkap dan ayam jago dalam keadaan sehat, sehingga dikeluarkan KH-12
diikuti KH-9 yang artinya ayam jago diperbolehkan untuk menuju daerah
tujuan.
2. Hasil pemeriksaan Q-PCR terhadap sampel swab trakea menunjukan hasil
negatif, dimana tidak ditemukan genom virus AI terhadap sampel yang
diperiksa. Sehingga unggas yang diperiksa dapat dikirim menuju daerah
tujuan.
3. Hasil pemeriksaan HA/HI terhadap sampel serum darah menunjukan hasil
unggas yang diperiksa memiliki titer antibodi protektif yaitu 26 IU. Sehingga
unggas yang diperiksa dapat dikirim menuju daerah tujuan.

5.2 Saran
Perlu dilakukan koordinasi dan kesadaran baik kepada pengguna jasa dan
seluruh pihak terkait dalam upaya pengawasan dan pengendalian media
pembawa penyakit hewan karantina.

20
DAFTAR PUSTAKA

Baraniah, M. A. 2009. Peran Karantina Hewan dalam Mencegah dan Menangkal


Penyakit Zoonosis. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Bogor.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2006. Lampiran Surat Keputusan Badan
Karantina Pertanian No.344.b/kpts/P.D.670.370/L/12/06 tentang Petunjuk
teknis persyaratan dan tindakan karantina hewan terhadap lalulintas hewan
penular rabies (anjing, kucing, kera dan sebangsanya). Badan Karantina
Pertanian. Jakarta.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2010. Profil Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya. Kantor Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Surabaya.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2014. Profil Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya. Kantor Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Surabaya.
Helwani, dan Hendra. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisai Ekonomi
Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia. Bogor.
[PKH] Pusat Karantina Hewan. 2002. Rencana Strategis dan Kebijakan Teknis
Karantina Hewan. Jakarta : Pusat Karantina Hewan.
[RI] Republik Indonesia. 1992. Undang Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Sekretariat Negara. Jakarta.
[RI] Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000
tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Sekretariat Negara. Jakarta.
[RI] Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomer :
13/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Persyaratan dan Penetapan Pihak
Lain dalam membantu Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan. Jakarta.
[RI] Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Karantina Pertanian. Jakarta
[RI] Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
41/OT.140/3/2013 tentang Tindakan Karantina Hewan terhadap Pemasukan
atau Pengeluaran Sarang Walet ke dan dari Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia. Jakarta.
[RI] Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
44/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 94/PERMENTAN/OT.140/12/2011 Tentang Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Jakarta.
[RI] Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/KR.100/12/2015 tentang Instalasi Karantina H

21

Anda mungkin juga menyukai