KUE BASAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Astari Puspaningdiyah 12100116308
Desi Ratnasari 12100116205
Hafizha Cyndriyani Putri 12100116227
Robbani Istiqomah 12100116300
Preseptor :
Eka Nurhayati, dr., M.KM.
Evi Rufaida, dr.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya Laporan Home Industry ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNISBA.
2. Dr. Titik Respati, drg., MSc.PH selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran UNISBA
3. Eka Nurhayati, dr., M.KM. selaku preseptor bagian
4. Evi Rufaida, dr., selaku preseptor lapangan
5. Home industry pembuatan Kue Basah
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
RINGKASAN EKSEKUTIF
Industri pembuatan kue basah terletak di Kampung Bojong Peuteuy, Desa Langonsari,
Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Luas tempat produksi
ini sekitar 5 x 2 m2 dengan jarak tempuh ke puskesmas ± 3 KM. Industri rumah ini terdiri dari
1 bangunan dengan bangunan bersifat permanen dan merupakan rumah pemilik industri kue
basah ini, terdiri dari tembok dan bagian atap terbuat dari plafon, kondisi ruangan industri
berlantai keramik.
Pekerja di industri pembuatan kue basah terdiri dari 5 orang pekerja berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 1 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 4 orang dengan rentang usia
antara 20 sampai 58 tahun. Tidak terdapat aturan khusus yang mengatur waktu istirahat bagi
para pekerja. Pemilik mengizinkan pekerja istirahat apabila sudah merasa lelah.
Proses produksi kue basah (bolu kukus) terdiri dari proses pembuatan adonan yaitu
dengan mencampurkan semua bahan dan aduk sampai merata, penuangan adonan ke dalam
cetakan, dan pengukusan bolu selama 10-15 menit. Pembuatan kue basah (lontong) terdiri
dari proses memasak nasi setengah matang, penghalusan nasi dengan cara ditumbuk,
membuat isi lontong berupa sayuran yang dipotong kecil-kecil lalu ditumis, memasukan nasi
dan isi sayur ke daun pisang lalu dibungkus dengan melipat di kedua sisi daun pisang,
lontong siap dikukus selama 2 jam sampai matang. Setelah kue basah matang, kue siap
dikemas dan dijual.
Posisi kerja saat proses produksi tidak ergonomis, hal ini dikarenakan pekerja
melakukan produksi kue basah dengan posisi duduk dilantai dengan kaki terlipat dalam
waktu lama secara terus-menerus tanpa sandaran selama sekitar 5-8 jam yang bisa
mengakibatkan timbulnya pegal-pegal, kesemutan dan nyeri punggung bawah, nyeri pada
lutut pada pekerja, dan melakukan pemotongan atau mencampurkan bahan dengan tangan
dapat mengakibatkan timbulnya kesemutan di jari jari tangan. Terdapat beberapa faktor risiko
di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja diantaranya : tersayat pisau
saat mengiris bahan, kemungkinan tangan terkena alat pengkukus atau cetakan kue saat akan
dan setelah mengukus kue, dan kemungkinan terjatuh karena lantai dapur yang licin.
Produksi makanan kue basah ini tidak menghasilkan limbah berbahaya yang dapat
mencemari lingkungan di sekitar tempat produksi, limbah yang dihasilkan hanya berupa air
1
cucian, sisa sayuran dan kulit bahan masakan tumisan isi lontong, daun pisang yang tidak
terpakai, bungkus dari bahan kue, yang nantinya akan dibuang ke tempat sampah yang
merupakan tempat sampah rumah tangga keluarga tersebut yang berada di dapur.
Berdasarkan hasil observasi masalah-masalah yang ditemukan di industry kue basah
ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Identifikasi Hazard and Risk
Assessment dan didapatkan masalah dengan high risk yaitu Low Back Pain, Carpal Tunnel
Syndrome, luka bakar, terjatuh. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat
digunakan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah pada proses pemotongan,
mencampurkan adonan dan pengukusan bahan kue disarankan untuk memberi jeda setiap
beberapa jam sekali saat bekerja dan memakai splint/ menggunakan tangan untuk bekerja
secara bergantian serta disediakannya tempat duduk yang ergonomis, pada proses
pengangkatan bahan produksi diberikan edukasi mengenai cara mengangkat beban berat yang
benar dengan mekanisme proper body mechanics, untuk proses pemanggangan serta
pengukusan disediakannya APD untuk menghindari kecelakaan kerja berupa sandal atau
sepatu anti slip dan sarung tangan untuk membuka dan menutup oven.
2
BAB II
Industri kue basah (Tiga Dara) rumahan ini dimulai sejak tahun 2000, bertempat di
rumah belakang pabrik PT.Pengtai dengan modal awal Rp100.000,-. Industri ini
dirintis oleh Bu Lia sendiri yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebelumnya. Industri
kue basah ini diberi nama “Tiga Dara” karena mencerminkan ketiga anak
perempuannya. Industri ini awalnya hanya dibantu oleh suami, kemudian diikuti oleh
anak-anaknya. Pada awalnya ibu lia mulai menjual kue basah hanya ketika ada
pesanan, tetapi saat ini sudah rutin di distribusikan di pabrik-pabrik sekitar dan
kegiatan-kegiatan puskesmas dan sekolah. Industri kue basah Tiga Dara ini
memproduksi mulai dari bolu kukus, bolu panggang, lontong, hingga puyunghai,
Pada tahun 2012 suami ibu lia di PHK dari tempat kerjanya dan ibu Lia pindah ke
Ibu Lia mendapatkan bahan-bahan dari warung disekitar, dan memproduksi sekitar
200-400 kue basah setiap harinya dan pemesanan meningkat pada setiap akhir
minggu. Industri kue basah ini memiliki omset sebesar Rp. 20.000-40.000 tergantung
hasil penjualan kue basah. Setiap kue basah diberikan harga Rp. 800, dan ibu lia
mengambil keuntungan Rp.200 sehingga harga jual satu kue basah adalah Rp. 1000.
3
2.1.2 Geografi Wilayah
Luas lahan kerja industri kue basah ini 5 x 2 m2 dengan jarak tempuk ke puskesmas
sekitar± 3 KM. Akses menuju industri kue basah rumah tangga ini dengan
menggunakan motor sampai gang depan rumahnya, dan hanya bisa ditempuh dengan
jalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Letak industri ini berada di pemukiman
penduduk.
berjumlah 1 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 4 orang. Rentang usia para
pekerja antara 20 sampai 57 tahun. Mayoritas tingkat pendidikan adalah SMP dan D3.
Pembagian tugas dari industri kue basah ini adalah 2 pekerja bertugas mencampur
dan mengaduk adonan serta membungkus kue yang sudah matang, 1 pekerja bertugas
menghaluskan bahan kue dan mengukus serta memanggang kue, dan 1 pekerja
Pekerja mulai bekerja dari pukul 15.00 – 20.00 WIB untuk membuat adonan dan
bahan lainnya dan pukul 04.00 – 07.00 WIB untuk proses pengukusan pemasakan dan
pembungkusan.
4
produksi dilakukan di dalam bangunan. Bangunan berukuran 5 x 2 m 2. Kondisi
Ruangan berisi alat-alat produksi dan pengolahan yang terdiri dari kompor, oven,
panci, katel loyang, mixer dan beberapa cetakan kue. Sumber air pada industri ini
berasal dari jet pump, yang digunakan oleh pemilik untuk mengolah bahan yang akan
diproduksi.
Ruang Tamu
5
Gambar 2.2 Denah Ruang produksi
Alat dan bahan yang digunakan dalam memproduksi lontong dan bolu kukus
6
Centong kayu ukuran 20 x 6 Cm
Tempat bolu ukuran 5 cm
Kertas alas bolu kukus
Baskom ukuran 30 x 30 Cm
Sendok stainlesssteel
Bolu kukus :
Lontong
Minyak goreng kiloan
Daun pisang
Beras
Wortel
Buncis
Garam BPOM RI MD 255313003224
Bawang merah
Bawah putih
Daun bawang
7
2.1.7 Jaminan Kesehatan Pekerja
8
2.1.8 Proses Industri, Hazard dan Risiko
Hazard Risk
No Proses produksi Ergonomi Psikososial Gangguan kesehatan
Fisika Kimia Biologi Kecelakaan kerja
yang mungkin
1 Pembuatan adonan Getaran yang Posisi duduk bungkuk Myalgia, LBP, CTS,
berulang dengan kaki terlipat White-Hand Syndrome
ditimbulkan dari
mixer saat Posisi pergelangan
mengaduk tangan ekstensi berulang
adonan dalam waktu lama
3 Pengukusan kue Panas, udara Posisi berdiri dalam Myalgia, low back pain, Burn injury
panas, lantai waktu yang lama plantar fasciitis
licin Gtade I, grade II,
terjatuh
4 Pengangkatan kue Panas Posisi berdiri kemudian Myalgia, low back pain Burn Injury grade
dari oven dan duduk yang dilakukan 1, grade II terjatuh
pengemasan kue secara berulang
bolu kukus
9
2.1.9 Pengelolaan Limbah
Sampah yang dihasilkan dari industri rumah tangga ini berupa air cucian, sisa
sayuran dan kulit bahan masakan tumisan isi lontong, daun pisang yang tidak
terpakai, bungkus dari bahan kue, yang nantinya akan dibuang ke tempat sampah
yang merupakan tempat sampah rumah tangga keluarga tersebut yang berada di
dapur.
- Menyiapkan alat dan bahan. Bahan terdiri dari bahan-bahan yang memiliki izin.
BPOM (tepung terigu, soda kue, susu kaleng) dan bahan-bahan lainnya belum
menggunakan mixer dan dipegang secara manual oleh pekerja, sehingga sering
menimbulkan adanya getaran pada tangan dan perubahan posisi pergelangan tangan
10
- Adonan dituangkan ke dalam cetakan kue yang sudah berisi kertas kue bolu
kukus yang bersih setelah mencuci tangan namun tidak menggunakan sarung tangan
dengan posisi pekerja duduk bungkuk selama kurang lebih 5-10 menit.
11
- Adonan dikukus di dalam panci kukus selama 15-20 menit. Adonan
dimasukan ke dalam panci untuk mengukus yang sudah panas namun tidak
menggunakan sarung tangan. Panci yang digunakan dalam kondisi bersih dan tidak
berkarat. Kondisi di dapur yang licin dapat menyebabkan risiko terjatuh ketika
12
- Setelah 15-20 menit loyang diangkat tanpa menggunakan sarung tangan/
pelindung tangan lainnya, lalu kue bolu kukus diangkat dari cetakannya tanpa
13
2.1.10.2 Pembuatan Lontong isi sayur
Daun pisang dipotong dengan bantuan pisau kecil tanpa menggunakan APD seperti
sarung tangan, dengan posisi pekerja duduk bungkuk. Daun pisang kemudian di lap
menggunakan lap yang kurang bersih dan daun pisang diletakan di lantai dengan
kemudian diaduk dan ditumbuk sampai halus selama 30 menit secara manual dengan
tangan tanpa adanya jeda istirahat dan dengan posisi pekerja duduk bungkuk.
14
- Setelah halus, nasi dibungkus menggunakan daun pisang. Pekerja dalam posisi
duduk bungkuk dengan kaki terlipat kesamping dalam waktu lama (2-4jam). Daun
yang didalamnya berisi bahan lontong yang masih panas digulung tanpa
dengan sabun.
15
- Lontong yang sudah digulung dikumpulkan di dalam wadah baskom plastic
16
BAB III
Nama : Tn. WT
Usia : 58tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bawah sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan
dirasakan terus menerus, dirasakan memberat saat bekerja dan membaik saat
aktifitasnya. Keluhan dirasakan sejak sekitar 2 tahun yang lalu tapi dirasakan
17
Pasien mengatakan keluhan terkadang dirasakan menjalar ke arah kaki. Pasien
menyangkal keluhan diawali dengan benturan pada punggung bawah, nyeri menjalar
kearah pinggul depan. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri ulu hati yang dirasakan
Riwayat Pengobatan
meredakan nyerinya pasien sering membeli krim oles sebagai penghangat yang dibeli
di warung, pasien menyatakan keluhan membaik tetapi kemudian tak lama keluhan
dirasakan kembali. Untuk nyeri ulu hatinya pasien mengobati sendiri dengan obat
Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, namun hilang dalam
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien, namun rekan kerja pasien
yang lalu.
18
3.1.2.3 Anamnesis Okupasi
1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai
pisang dengan lama kerja 5-6 jam perhari. 1 jam dihabiskan untuk pengumpul daun
pisang di pasar, jika daun tidak mencukupi pasien mencari ke tetangga sekitar untuk
meminta daun pisang dan mengambil sendiri dengan tangga. Kemudian pasien
dengan posisi duduk bungkuk di lantai memotong dan membersihkan daun pisang
yang telah dikumpulkan untuk menjadi pembungkus kue atau lontong. Pasien juga
bagian mengangkat belanjaan dari warung hingga ke rumah produksi berjumlah 2-3
karung dengan berat sekitar 5-6 kg dengan posisi dipikul dengan jarak sekitar 200m
setiap harinya.
19
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan
kerja
Hazard Gangguan
Kesehaan Risiko
Prasaran/
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya yang Kecelakaan
Proses Bahaya Fisik
Kimia Biologis Ergonomis Psikososial Mungkin Kerja
Terjadi
Serangg
a di Vulnus
Pisau Insect Bite
Pengump - sekitar Laceratum
pemotong
ul daun pekaran
gan
- -
Posisi
pengangkata LBP
Pengangk
n dengan
atan
posisi yang Radikulopath
bahan ke
salah dalam y servikalis
waktu lama
-Posisi kerja
stasis
Vulnus
dengan -LBP
Pisau Laceratum
Pemotong duduk Pekerjaan -Myalgia
an dan bungkuk yang
pembersih lama monoton
an daun -Gerakan dilakukan
pisang berulang setiap hari
pada -CTS
pergelangan
tanga
Bahaya potensial : Nyeri pada punggung bawah akibat posisi yang tidak
ergonomis dan kecelakaan kerja akibat pengambilan dan pemotongan daun pisang.
hari, dengan posisi dipikul pada kedua bahu dengan total berat karung sekitar 10-
12kg dan posisi mengangkat dan menaruh karung bahan membungkuk, menyebabkan
20
bagian tulang belakang pasien memikul beban berat dengan posisi yang tidak
Pasien mengatakan pada sore hari bertugas memotong dan membersihkan daun
pisang dengan posisi duduk bungkuk di lantai selama 2-3 jam tanpa sandaran
tidak ergonomis.
Kesan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7◦C
BMI (Body Mass Index)
Berat Badan : 54 kg
Tinggi Badan : 160 cm
BMI : 21.09
Status Generalis
Kepala : Normocepal
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat.
Thorax
Jantung : Cor murni, reguler, murmur -
Paru-Paru : Asymetris, VBS kanan=kiri, Wheezing (-)
Abdomen : Datar, Lembut, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2dtk
21
3.1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus
Neurologis :
Fisiologis
Kiri Kana
n
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Achilles + +
Laseque + +
Laseque + +
Contralateral + +
+ +
Bragard
Siscard
Motorik :
Seorang pria usia 58 tahun mengeluhkan pegal pada punggung bawah sejak1
tahun yang lalu. Pasien bekerja mengangkat beban 10-12kg setiap harinya dan
bekerja dalam posisi duduk bungkuk selama 2-3 jam setiap harinya selama 6 tahun.
22
3.1.7 Body Map
- Back Strain
- Spondilitis
Langkah 1
Dasarnya :
Langkah 2
23
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan
kesehatan.
Dasarnya: Pajanan
Fisik :-
Kimia :-
Biologi :-
3 jam sehari.
- Psikososial :-
- Perilaku : -
- Lainnya :-
Langkah 3
Jelaskan Evidence based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang
Pasien bekerja Setiap pagi dan sore dengan posisi yang tidak ergonomis selama 2-3
jam.
Dasarnya: Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawa sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kea rah tungkai dan kaki.
LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik. Penyakit ini sering dirasakan pada orang
dengan riwayat mengangkat atau memutar objek berat (kardus, anak, dan
polisi patrol, dan sebagainya), pengendara motor jauh, atau karena terjatuh.
24
Langkah 4
Cukup
Dasanya: karena pekerjaan pasien yang lama dengan posisi tidak ergonomis
Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila
ada sebutkan
1) Ketegangan otot
Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau
berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan memendekan otot-otot yang
akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat timbul karena regangan yang
Spasme / kejang otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang / kaku / kurang pemanasan.Spasme otot ini
memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot akan disertai rasa nyeri
yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah
kontraksi. Akan terjadi lingkaran suatu nyeri, kejang atau spasme dan ketidak
mampuan bergerak.
3) Defisiensi otot
25
Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat dari tirah
Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi disebut
sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita
nyeri punggung bawah (NPB), tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini
Secara garis besar LBP Miogenik berhubungan dengan stress/ strain otot-otot
punggung, tendon dan ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-
hari secara berlebihan, seperti mengangkat beban berat dengan cara yang salah, posisi
Langkah 6
Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat
Langkah7
beban berat dan bekerja dalam posisi tidak ergonomis selama 2-3 jam setiap hari yang
26
3.1.11 Kategori Kesehatan (pilih salah satu)
a. Kesehatan baik
3.1.12 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
27
2 Memotong dan Menyarankan kepadaJam kerja Pemilikperusahaan
membersihkan pemilik industry untuk menyediakan tempat
daun pisang mempertimbangkan bekerjayang
dalam posisi adanya meja dan kursi ergonomis kepada
duduk bungkuk untuk kegiatan para pekerja
memotong dan Karyawan
membersihkan daun mengetahui tentang
pisang. posisi yang baik saat
Memberikan bekerja.
penyuluhan tentang
posisi yang baik
dalam bekerja dengan
posisi duduk
28
3.2 Laporan Kasus Okupasi (Desi Ratnasari)
Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Alamat :
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 2-2-2018
Keluhan nyeri lutut kanan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, dan semakin
memburuk 1 tahun terakhir ini. Nyer dirasakan seperti ditusuk-tusuk terutama bila
setelah duduk lama dengan posisi menekuk kaki lalu pasien berdiri. Keluhan ini
dirasakan hilang timbul dan lebih terasa pada saat melakukan aktifitas yang terus-
menerus dengan posisi yang sama, ketika mengangkat beban berat. Keluhan nyeri
lutut kanan dan terasa kaku terkadang muncul ketika pagi hari saat bangun tidur.
Apabila keluhan muncul, keluhan nyeri lutut kanan tidak dapat berkurang ketika
pasien mengistirahatkan dan meluruskan kakinya tetapi keluhan membaik saat
mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan dekat rumahnya.
Keluhan tidak disertai baal dan kesemutan pada bagian kaki kanan, tidak disertai
nyeri pada pinggang yang menjalar ke bagian kaki. Bila keluhan ini muncul, keluhan
cukup mengganggu aktifitas sehari-hari.
29
Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya pernah memiliki riwayat penyakit asam urat dengan hasil= 13,1
g/dL pada 2 tahun lalu, dan belum pernah memeriksakan dirinya lagi 2 tahun terakhir
ini. Riwayat penyakit jantung, ginjal, saluran napas, hipertensi, DM, kolesterol
disangkal.
30
pendapatan keluarga. Pada tahun 2000, pasien merintis usaha kue basahnya hanya
dengan kemampuan belajar mandiri. Selama 17 tahun bekerja di industri rumahan kue
basah, pasien sering berdiri lama atau duduk dengan posisi kaki tertekuk ketika
menyiapkan kue basah/ gorengan, sering memegang cetakan kue yang cukup panas
setelah kue matang dan tidak menggunakan APD yang memadai. Pada usahanya
selama pasien berada di Desa Bojongmanggu, pesanan kue basah semakin banyak dan
paparan berdiri lama, duduk dengan kaki tertekuk ke kanan dalam waktu lama dan
sering memegang cetakan kue basah. Pasien tidak mengeluhkan tangannya yang
sering terpapar panas cetakan kue karena menganggapnya hal biasa, tetapi pasien
merasakan keluhan nyeri terutama bila berdiri lama dan berdiri sesaat setelah duduk
dalam waktu lama. Pasien bekerja selama 7 hari dalam seminggu, setiap harinya
pasien mengerjakan pesanan kue selama 5-8 jam per hari tergantung pesanan kue
basah terutama saat hari sabtu dan minggu dengan pesanan yang semakin bertambah.
cara kukus, panggang, atau digoreng. Ketika memasak, pasien berdiri dalam waktu
lama kurang lebih 1- >2 jam untuk menunggu kue matang dan memasukkan bahan
kue lain untuk dimasak. Pasien juga mengangkat bahan kue seperti nasi setengah
matang dalam panci yang beratnya kurang lebih 3-4kg/ panci, sedangkan dalam sehari
pasien mengangkat 1-4 panci per hari. Pasien yang berdiri lama dan mengangkat
beban berat untuk memasak dan membawa bahan kue basah memiliki risiko
Pasien juga selama memasak kue basah dapat memiliki risiko terpajan panas dan
menyebabkan luka bakar, sedangkan pasien tidak memakai APD khusus dan hanya
menggunakan kain lap saja tetapi selama pasien bekerja tidak pernah mengalami luka
bakar.
31
Beras yang dimasak sampai menjadi nasi setengah matang kemudian diaduk-aduk
sambil ditumbuk-tumbuk sampai setengah halus dengan centong kayu. Nasi yang
harus dihaluskan kisaran 1-4 panci per hari. Pasien menghaluskan nasi dengan
menggunakan tangan kanan dan kiri secara bergantian, dan dibantu atau bergantian
oleh pekerja lain sehingga pasien dapat berisiko terjadi Carpal Tunnel Syndrome
dengan penggunaan tangan berlebih. Pada pasien tidak mengeluhkan nyeri,
kesemutan, mati rasa pada pergelangan atau tangan serta jari-jarinya. Pasien
menghaluskan nasi dan mengemas bahan kue dengan posisi duduk dilantai tidak
bersandar dengan kaki ditekuk ke samping dalam waktu lama 2-4 jam yang tidak
cukup ergonomis bagi tubuh pasien, sehingga dapat menimbulkan risiko nyeri pada
lutut (osteoarthritis) terutama dengan usia pasien >40 tahun.
32
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada
lingkungan kerja?
3.1 Tabel Bahaya Potensial dan Resiko Kecelakaan Kerja
Hazard
Prasaran/ Risiko Kecelakaan
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Proses Bahaya Fisik Kerja
Kimia Biologis Ergonomis Psikososial
Memasak Terkena panas - -
Kue panci/penggor
engan/ oven. Burn Injury
Tidak
menggunakan
sarung tangan.
Terciprat - -
minyak/ air
panas.
Burn Injury
Tidak
menggunakan
sarung tangan.
Lantai licin - - Terjatuh
1.Berdiri dalam Jam kerja
waktu yang cukup yang lama dan
LBP
lama melakukan
Osteo-arthtritis
pekerjaan
Myalgia
2.Mengangkat yang diulang-
beban yang berat ulang
Menghalu Menghaluskan Jam kerja
skan dan nasi , yang lama dan
membung Membungkus melakukan
kus bahan bahan lontong pekerjaan CTS
ulang
Menghaluskan nasi
dengan posisi kaki
tertekuk ke
Osteo-arthtritis
samping tanpa
Myalgia
bersandar dalam
waktu berjam-jam
(2-4 jam)
33
Pekerja mulai bekerja dari pukul 15.00 – 20.00 WIB dan 04.00 – 06.00 WIB
diawali dengan membuat bahan lontong dengan menanak nasi 3-4kg dalam panci
dalam waktu 2 jam. Setelah matang pekerja mengangkat nasi yang setengah matang
dengan alas kain lap ke lantai untuk melanjutkan menghaluskan nasi. Mengangkat
panci dengan berat 3-4kg hanya dengan alas kain lap dapat berisiko terkena panci
panas dan mengalami luka bakar. Selama berada di dapur juga pekerja bisa memiliki
risiko terjatuh karena lantai dapur yang seringkali basah atau licin.
Setelah itu pasien menghaluskan nasi setengah matang dengan menggunakan
centong kayu, sehingga pasien berisiko mengalami carpal tunnel syndrome karena
melakukan proses menghaluskan nasi kurang lebih 30-45 menit per panci. Selain itu
selama pekerja melakukan proses menghaluskan nasi, posisi duduk tidak ergonomis
yaitu duduk di lantai tanpa bersandar dengan menekuk kaki ke samping dalam
waktu lama. Hal tersebut menyebabkan risiko terjadi nyeri pinggang dan nyeri di
persendian kaki terutama lutut karena ditekuk dalam waktu lama.
Berat Badan : 72 kg
Tinggi Badan : 158 cm
BMI : 28,9 kg/m2 (Overweight)
Kepala
34
Rambut : Hitam
Kulit wajah : Pigmentasi (-), jaringan parut (-), edema (-)
Mata : Simetris, palpebral edema (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat isokor
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher
Thorax
Jantung
Paru-paru
Abdomen
35
Inspeksi : Datar, jejas/jaringan parut (-), caput medusa (-), massa (–)
Palpasi : lembut, nyeri tekan -, massa -, hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Fisiologis
Kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Achilles + +
Perkusi : timpanik, ruang traube sonor
Auskultasi : BU (+) normal
Neurologis
Refleks Patologis
Kanan kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -
Aus
36
3.2.3.5 Pemeriksaan Fisik Khusus
- Gaya berjalan : tidak ada kelainan
- Perilaku terkait nyeri : normal
- Palpasi vertebra, tulang dan otot paraspinosus: tidak ada kelainan
- Status Lokalis region genu dekstra:
- Inspeksi: Deformitas (-), Edema (-), Hiperemis (-)
- Palpasi: Nyeri tekan (-), Krepitasi (+), Hangat (-),
3.2.4 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
- Pasien wanita berusia 50 tahun mengeluhkan nyeri lutut kanan dirasakan sejak
2 tahun yang lalu, dan semakin memburuk 1 tahun terakhir ini. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk terutama bila setelah duduk lama dengan posisi menekuk kaki
lalu pasien berdiri. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan lebih terasa pada saat
melakukan aktifitas yang terus-menerus dengan posisi yang sama, ketika mengangkat
beban berat. Keluhan nyeri lutut kanan dan terasa kaku terkadang muncul ketika pagi
hari saat bangun tidur. Apabila keluhan muncul, keluhan tidak dapat berkurang ketika
pasien mengistirahatkan dan meluruskan kakinya tetapi keluhan membaik saat
mengonsumsi obat. Pemeriksaan fisik ditemukan BMI pasien 28,9 kg/m2
(Overweight), krepitasi (+) pada genu dekstra.
3.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah: asam urat
Radiografi genu dekstra
37
3.2.7 Diagnosis Kerja
38
1. Langkah 2
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan
kesehatan?
Dasarnya pajanan:
Fisik : beban berat bahan lontong nasi yang diangkat oleh pasien
(berat= 3-4kg/ panci)
Kimia : tidak ada
Biologi : tidak ada
Ergonomi : Posisi duduk pasien tidak ergonomis yaitu dengan menekuk
kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri dalam waktu lama, dan mengangkat beban
berat yang memberi tumpuan lebihberat terhadap lutut.
Psikososial : tidak ada
Lainnya : -
2. Langkah 3
Jelaskan Evidenced Based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang
ada (diagnosis klinis).
Dasarnya:
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Merupakan penyakit sendi yang sering diderita.
Osteoartritis ditandai dengan menipisnya rawan sendi secara progresif, ditandai
dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan
sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit).
Penyebab OA bukan tunggal, OA merupakan gangguan yang disebabkan oleh
multifaktor, antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan..
Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik.,
yang disebut dengan osteoartritis sekunder.
Secara prinsip Osteoartritis terjadi akibat beban paada sendi yang terlalu berlebih
atau kartilage yang menipis, hal ini menyebabkan tulang saling bergesekan dan
terjadi inflamasi. Selanjutnya tulang akan membentuk tulang baru dan kartilage
menipis. Ruang synovial menyempit dan mengakibatkan lingkup gerak sendi
39
terbatas. Hal ini yang menimbulkan nyeri dan dapat bertambah dengan perubahan
cuaca, khususnya dalam cuaca dengan suhu yang dingin, dan aktivitas. Nyeri yang
berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa segera setelah penggunaan sendi dan
nyeri dapat menetap selama berjam-jam setelah aktivitas.
Apabila hal ini terus berlanjut, maka dapat mengakibatkan kerusakan berat pada
sendi dan munculnya deformitas, muncul kerusakan jaringan sendi sekitar, sampai
menimbulkan kecacatan.
Untuk pasien ini faktor yang sangat menunjang terjadinya osteoarthritis adalah usia
> 40 tahun, Berat badan berlebih, aktivitas duduk di lantai tanpa dengan menekuk
kaki ke samping dalam waktu lama, aktivitas berdiri dalam waktu lama dan
mengangkat beban berat.
3. Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis
Pajanan cukup besar
Dasarnya:
Masa kerja : 17 tahun
Beban berat bahan lontong nasi yang diangkat oleh pasien, posisi duduk pasien
tidak ergonomis yaitu dengan menekuk kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri
dalam waktu lama, dan mengangkat beban berat yang memberi tumpuan lebih berat
terhadap lutut.
4. Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila ada
sebutkan!
Dasarnya: Pasien berusia 50 tahun yang memiliki berat badan berlebih, dan
memiliki riwayat kadar asam urat darah yang tinggi (13g/dL).
5. Langkah 6
Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat kerja?
40
Dasarnya: Tidak terpajan, karena pasien hanya melakukan aktivitas berat seperti
posisi duduk pasien tidak ergonomis yaitu dengan menekuk kaki ke samping dalam
waktu lama, berdiri dalam waktu lama, dan mengangkat beban berat yang memberi
tumpuan lebih berat terhadap lutut.
6. Langkah 7
Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja?
Ya, merupakan Penyakit Akibat Kerja
Dasarnya: Penyakit akibat kerja hal tersebut terjadi karena hazard yang didapatkan
pada saat bekerja berupa menekuk kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri dalam
waktu lama, dan mengangkat beban berat yang memberi tumpuan lebih berat terhadap
lutut menyebabkan keluhan pada pasien yaitu Osteoarthritis Genu Dekstra.
a. Kesehatan baik
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan
c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu
d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan
3.2.11 Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
Ad functionam : Dubia ad malam
41
Tabel 3.2 Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan
42
Tabel 3.3 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
43
LAPORAN KASUS OKUPASI (Hafizha Cyndriyani Putri)
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 26 tahun
Alamat : Kp. Bojong Peuteuy Ds. Langonsari
Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 01 Februari 2018
44
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada
Riwayat Reproduksi
45
2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya
keluhan):
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada
lingkungan kerja?
Tabel 3.2 Bahaya Potensial dan Risiko Kecelakaan Kerja
46
Bahaya potensial Gangguan Risiko
Uraian
adonan pada tangan n yang - kesehatan
LBP kecelakaan
kegiatan
nagasari yang monoton - yang
Varises
berulang kerja
- mungkin
Muscle
- Berdiri lama spasm
- Myalgia
47
Mata : simetris, palpebra edema (-), konjunctiva anemis
(-/-), sklera icteris (-/-), pupil bulat isokor.
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : bibir tampak lembap
Leher
Inspeksi
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran
Muscle spasm (+), hiperemis (-), benjolan (-)
Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicular
sisnitra
Perkusi : Batas kanan : ICS V parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicular sisnitra
Batas atas : ICS II linea midclavicular sisnitra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur (-)
Paru-Paru
Inspeksi : Gerak dan bentuk simetris, warna kulit normal,
jejas (-), kemerahan (-), jaringan parut (-), ICS
tidak tampak pelebaran
Palpasi : Kulit hangat, ICS normal, focal fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : VBS (+) kanan = kiri, ronchi -/- dan wheezing -/-
48
Abdomen
Inspeksi : datar, lembut, distensi (-), jejas/jar.parut/luka
bekas operasi (-), massa abdomen (-).
Palpasi : Massa (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran,
ginjal tidak teraba pembesaran, ketok CVA (-/-)
Perkusi : Tympanic
Auskultasi : BU (+)
Ekstremitas
Tabel 3.3. Pemeriksaan Fisik Ektremitas
Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki
Edema -/- Tidak ada Tidak ada
Sianosis (-) Tidak ada Tidak ada
Capillary refill < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5/5 5/5
Tonus otot Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak atrofi Tidak atrofi
Sensorik Baik Baik
Refleks
Tabel 3.4. Pemeriksaan Refleks
Penilaian Kanan Kiri
Refleks fisiologi
- Biceps + +
- Triceps + +
- Pattela + +
- Lainnya + +
Reflex patologis
- Babinski - -
- Chaddok - -
- Lainnya - -
49
bungkuk selama lebih dari 3 jam. Pasien belum pernah mengobati
keluhannya ke dokter.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal dan status lokalis
50
3.9.1 Diagnosis Okupasi
1. Langkah 1
Dasarnya:
punggung atas sejak 3 bulan yang lalu, yang dirasakan terutama saat
spasm adalah buruknya posisi ergonomis pasien saat sedang bekerja yaitu
Langkah 2
permasalahan kesehatan.
Dasarnya pajanan:
matang
sering
Lainnya : -
51
2. Langkah 3
Dasarnya:
1. Spasme otot
secara mendadak dan keras, yang disertai nyeri dan gangguan fungsi,
2. Myalgia
otot adalah suatu istilah umum untuk suatu gejala yang disebabkan
sebelumnya. Namun ini terjadi bukan karena massa otot yang meningkat,
52
3. Langkah 4
Dasarnya:
4. Langkah 5
selama lebih dari 3 jam dan pasien tidak pernah beristirahat atau
5. Langkah 6
tempat kerja?
6. Langkah 7
penyakit akibat kerja (diperberat oleh pekerjaan atau bukan sama sekali
53
Pasien mengeluhkan keluhan tersebut saat pasien sedang bekerja
dengan posisi duduk bungkuk selama lebih dari 3 jam tanpa adanya
peregangan dan pasien mengeluh hanya saat sedang bekerja serta mereda
dengan istirahat.
a. Kesehatan baik
disembuhkan
3.9.3 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
Ad functionam : Dubia ad malam
54
3.9.4 Permasalahan Pasien Dan Rencana Penatalaksanaan
- Merujuk ke dokter
spesialis saraf bila gejala
tidak hilang atau semakin
memberat
Tersier :
-memakai sandaran kursi
untuk mengurangi
ketegangan ototnya
55
Tabel 3.2 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
56
Nama : Ny. IP
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 31 tahun
Alamat : Kp. Bojong Peuteuy Ds. Langonsari
Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 01 Februari 2018
57
Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
sama dengan pasien
Riwayat Aktifitas Sehari-hari (makan, minum, olahraga
kebiasaan)
Makan : 3 kali sehari
Minum : Minum air putih 8-9 gelas per hari
Olahraga : Pasien jarang berolahraga
Kebiasaan : Pasien bukan seorang perokok, tetapi merupakan
seorang istri dari perokok aktif. Pasien juga bukan seorang
peminum alkohol.
Riwayat Reproduksi
Riwayat haid : menarche usia 13 tahun, siklus 28
hari, secara teratur
Riwayat kehamilan : P2A0
Riwayat persalinan :Anak perempuan pertama lahir pada
10 tahun yang lalu secara spontan dibantu oleh bidan,
sedangkan anak kedua berjenis kelamin perempuan, lahir 1
tahun yang lalu melalui operasi section secarea atas
indikasi letak lintang
58
3.2.3 Anamnesis okupasi :
1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai
sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut
Jenis pekerjaan
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada
lingkungan kerja
59
Tabel 3.2 Bahaya Potensial dan Risiko Kecelakaan Kerja
Bahaya potensial Gangguan
kesehatan Risiko
Uraian
yang kecelakaan
kegiatan Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial
mungkin kerja
terjadi
Membuat Getaran - - - Posisi kerja - Pekerjaan - CTS - Luka bakar
adonan bolu statis, yaitu yang - LBP
kukus duduk monoton
menggunaka terlalu lama
n mikser dan
- Gerakan
menuangkan
pada tangan
ke cetakan yang
kue berulang
- Kaki
terlipat saat
bekerja
(duduk)
Memotong - - - - Posisi kerja - Pekerjaan - CTS - Luka
sayuran statis, yaitu yang - LBP potong
untuk isi duduk monoton (vulnus
lontong terlalu lama schicum)
- Gerakan
pada tangan
yang
berulang
-Kaki
terlipat saat
bekerja
(duduk)
60
4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami
Pasien bekerja di bagian pembuatan adonan, menuangkan adonan
bolu kukus menggunakan mixer, menuangkan adonan bolu kukus
ke cetakan, memotong sayuran untuk isi lontong sayur. Yang
membuat tangannya bergerak secara terus-menerus dengan gerakan
yang berulang, sehingga menimbulkan keluhan berupa kesemutan
pada jari-jari tangan kanannya karena ia selalu menggunakan
tangan kanannya.
61
Leher
Inspeksi
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran
Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicular
sisnitra
Perkusi : Batas kanan : ICS V parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicular sisnitra
Batas atas : ICS II linea midclavicular sisnitra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur (-)
Paru-Paru
Inspeksi : Gerak dan bentuk simetris, warna kulit normal,
jejas (-), kemerahan (-), jaringan parut (-), ICS
tidak tampak pelebaran
Palpasi : Kulit hangat, ICS normal, focal fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : VBS (+) kanan = kiri, ronchi -/- dan wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, lembut, distensi (-), jejas/jar.parut/luka
bekas operasi (-), massa abdomen (-).
Palpasi : Massa (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran,
ginjal tidak teraba pembesaran, ketok CVA (-/-)
Perkusi : Tympanic
Auskultasi : BU (+)
62
Ekstremitas
Tabel 3.3. Pemeriksaan Fisik Ektremitas
Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki
Edema -/- Tidak ada Tidak ada
Sianosis (-) Tidak ada Tidak ada
Capillary refill < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5/5 5/5
Tonus otot Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak atrofi Tidak atrofi
Sensorik Baik Baik
Refleks
Tabel 3.4. Pemeriksaan Refleks
Penilaian Kanan Kiri
Refleks fisiologi
- Biceps + +
- Triceps + +
- Pattela + +
- Lainnya + +
Reflex patologis
- Babinski - -
- Chaddok - -
- Lainnya - -
63
menuangkan adonan bolu kukus menggunakan mixer, menuangkan
adonan bolu kukus ke cetakan, memotong sayuran untuk isi lontong sayur.
Yang membuat tangannya bergerak secara terus-menerus dengan gerakan
yang berulang, sehingga menimbulkan keluhan berupa kesemutan dan jari
tangan
64
3.10 Diagnosis Okupasi
Langkah 1
Diagnosis klinis: carpal tunnel syndrome (CTS) dextra
Dasarnya:
- Kesemutan pada jari-jari tangan kanan (terutama jempol,
telunjuk dan jari tengah)
- Nyeri pada pergelangan tangan
- Sering terasa pada malam hari
- Hilang jika diistirahatkan
- Kebiasaan melakukan gerakan yang berulang dalam jangka
waktu yang lama
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinnel test (+), phallen test (+)
Langkah 2
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap
permasalahan kesehatan
Dasarnya Pajanan :
- Fisik : Getaran yang ditimbulkan dari mixer
- Kimia :-
- Biologi :-
- Ergonomi : posisi kerja statis, gerakan pada tangan yang
berulang
- Psikososial : Pekerjaan yang monoton
- Perilaku : Melakukan gerakan yang berulang dengan titik
tumpu pergelangan tangan dalam waktu yang lama
Langkah 3
Jelaskan Evidence based (landasan secara teoritis) pajanan dengan
penyakit yang ada (diagnosis klinis)
65
Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline, Carpal Tunnel Syndrome
adalah gejala neuropati kompresi dari N. medianus di tingkat pergelangan
tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan
karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Hal ini ditandai dengan
keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot.
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan
dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit
lokal.
Daerah sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan
volar. Pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat
sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan
sensorik N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari
kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N. Medianus sering
terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera
oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan.
Tekanan dari n median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang
menyakiti juga. Itulah parestesia atau hipestesia dari “Carpal Tunnel
Sydrome”
66
Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis
Pajanan sudah cukup dalam menimbulkan diagnosis klinis. Pasien
sudah bekerja selama 15 tahun, dengan jumlah pajanan 7 jam setiap hari,
meningkatkan intensitas pergerakan tangan yang berulang dalam jangka
waktu yang lama akibat mengaduk adonan, memotong-motong sayuran,
dan menggoreng bakwan yang mengakibatkan kompresi mekanik pada
saraf, sehingga menimbulkan gejala klinis.
Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya
diagnosis klinis, bila ada sebutkan
Langkah 7
67
menimbulkan suatu perkembangan penyakit kronis yang gejala klinisya
baru dirasakan pasien 3 bulan yang lalu.
3.12 Prognosis
Klinik/Okupasi: Occupational Carpal Tunnel Syndrome
ad vitam : ad bonam
ad functionam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam
68
3.13 Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan
Tabel 3.5. Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan
Tersier:
Dengan melakukan “carpal
tunnel exercise”
69
3.14 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
Tabel 3.6. Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
Upaya Hierarki
No Jenis Aktivitas Intervensi
Kontrol
70
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan di lapangan yang berada di
Desa Bojongmanggu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung dapat
disimpulkan bahwa :
1. Gambaran umum lingkungan indutri ditinjau dari segi bangunan, fasilitas, dan
peralatan produksi yang digunakan belum seluruhnya baik
2. Kebersihan proses produksi terutama saat penyimpanan kue setelah matang di
lantai tanpa alas khusus yang terlihat kurang bersih
3. Tidak adanya regulasi kerja meningkatkan risiko penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja
4. Para pekerja tidak menggunakan APD, dikarenakan belum disediakan pemilik
industri
5. Rendahnya perhatian terhadap faktor ergonomis menyebabkan penurunan
pada kesehatan pekerja.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
kami berikan diantaranya :
1. Puskesmas
a. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pengawasan berkala dan edukasi pada
industri-industri rumah tangga yang ada di wilayah puskesmas, terutama kepada
rumah industri kue basah ini agar para pekerja mengetahui akan keselamatan kerja
dan kecelakaan dalam kerja.
b. Memberikan penyuluhan kepada pengelola industri rumah tangga tentang
pentingnya menjaga higiene dalam pembuatan makanan dan keselamatan kerja
(Hiperkes).
c. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang
perlu diperhatikan, dan hal-hal yang harus dihindarinya.
71
d. Melakukan pemeriksaan dan penilaian kesehatan terhadap
karyawan di industri untuk mengetahui ada tidaknya penyakit akibat kerja,
penyakit akibat hubungan kerja, dan kecelakaan kerja.
72