Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

KUE BASAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :
Astari Puspaningdiyah 12100116308
Desi Ratnasari 12100116205
Hafizha Cyndriyani Putri 12100116227
Robbani Istiqomah 12100116300

Preseptor :
Eka Nurhayati, dr., M.KM.
Evi Rufaida, dr.

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
UPT YANKES KECAMATAN PAMEUNGPEUK
KABUPATEN BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya Laporan Home Industry ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNISBA.
2. Dr. Titik Respati, drg., MSc.PH selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran UNISBA
3. Eka Nurhayati, dr., M.KM. selaku preseptor bagian
4. Evi Rufaida, dr., selaku preseptor lapangan
5. Home industry pembuatan Kue Basah
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF...................................................................1


BAB II DESKRIPSI SINGKAT INDUSTRI.......................................................3
2.1. Profil industri .....................................................................................3
2.1.1. Sejarah Industri ........................................................................3
2.1.2. Geografi wilayah.......................................................................3
2.1.3 Sumber Daya Manusia...............................................................3
2.1.4 Jam Kerja...................................................................................4
2.1.5 Sarana dan Prasarana.................................................................4
2.1.6 Alat Dan Bahan Produksi...........................................................7
2.1.7 Proses Pengolahan Hasil Industri...............................................8
BAB III LAPORAN KASUS OKUPASI............................................................20
3.1 Laporan Kasus Okupasi I ..................................................................20
3.2 Laporan Kasus Okupasi II..................................................................34
3.3 Laporan Kasus Okupasi III................................................................52
3.4 Laporan Kasus Okupasi IV................................................................66
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN...................................................................77
4.1. Kesimpulan.......................................................................................77
4.2. Saran..................................................................................................78
LAMPIRAN..........................................................................................................79

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identifikasi Hazard dan Risk Assessment...............................................13


Tabel 2.2 Risk Outcome.........................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ruang Produksi....................................................................................6


Gambar 2.2 Denah Ruang Produksi.........................................................................7
Gambar 2.3 Skema Alur Produksi...........................................................................8
Gambar 2.4 Tempat proses pemilihan, pemotongan dan Pengukusan Pisang.........9
Gambar 2.5 Proses Pembuatan Adonan...................................................................9
Gambar 2.6 Proses Penctekan Adonan .................................................................10
Gambar 2.7 Proses Pelipatan dan Pembentukan Adonan......................................10
Gambar 2.8 Proses Pemanggangan Adonan .........................................................11
Gambar 2.9 Proses Pencucian alat dan bahan produksi.........................................11
Gambar 2.10 Proses Pengemasan Barang..............................................................12

iv
BAB I

RINGKASAN EKSEKUTIF

Industri pembuatan kue basah terletak di Kampung Bojong Peuteuy, Desa Langonsari,
Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Luas tempat produksi
ini sekitar 5 x 2 m2 dengan jarak tempuh ke puskesmas ± 3 KM. Industri rumah ini terdiri dari
1 bangunan dengan bangunan bersifat permanen dan merupakan rumah pemilik industri kue
basah ini, terdiri dari tembok dan bagian atap terbuat dari plafon, kondisi ruangan industri
berlantai keramik.
Pekerja di industri pembuatan kue basah terdiri dari 5 orang pekerja berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 1 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 4 orang dengan rentang usia
antara 20 sampai 58 tahun. Tidak terdapat aturan khusus yang mengatur waktu istirahat bagi
para pekerja. Pemilik mengizinkan pekerja istirahat apabila sudah merasa lelah.
Proses produksi kue basah (bolu kukus) terdiri dari proses pembuatan adonan yaitu
dengan mencampurkan semua bahan dan aduk sampai merata, penuangan adonan ke dalam
cetakan, dan pengukusan bolu selama 10-15 menit. Pembuatan kue basah (lontong) terdiri
dari proses memasak nasi setengah matang, penghalusan nasi dengan cara ditumbuk,
membuat isi lontong berupa sayuran yang dipotong kecil-kecil lalu ditumis, memasukan nasi
dan isi sayur ke daun pisang lalu dibungkus dengan melipat di kedua sisi daun pisang,
lontong siap dikukus selama 2 jam sampai matang. Setelah kue basah matang, kue siap
dikemas dan dijual.
Posisi kerja saat proses produksi tidak ergonomis, hal ini dikarenakan pekerja
melakukan produksi kue basah dengan posisi duduk dilantai dengan kaki terlipat dalam
waktu lama secara terus-menerus tanpa sandaran selama sekitar 5-8 jam yang bisa
mengakibatkan timbulnya pegal-pegal, kesemutan dan nyeri punggung bawah, nyeri pada
lutut pada pekerja, dan melakukan pemotongan atau mencampurkan bahan dengan tangan
dapat mengakibatkan timbulnya kesemutan di jari jari tangan. Terdapat beberapa faktor risiko
di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja diantaranya : tersayat pisau
saat mengiris bahan, kemungkinan tangan terkena alat pengkukus atau cetakan kue saat akan
dan setelah mengukus kue, dan kemungkinan terjatuh karena lantai dapur yang licin.
Produksi makanan kue basah ini tidak menghasilkan limbah berbahaya yang dapat
mencemari lingkungan di sekitar tempat produksi, limbah yang dihasilkan hanya berupa air

1
cucian, sisa sayuran dan kulit bahan masakan tumisan isi lontong, daun pisang yang tidak
terpakai, bungkus dari bahan kue, yang nantinya akan dibuang ke tempat sampah yang
merupakan tempat sampah rumah tangga keluarga tersebut yang berada di dapur.
Berdasarkan hasil observasi masalah-masalah yang ditemukan di industry kue basah
ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Identifikasi Hazard and Risk
Assessment dan didapatkan masalah dengan high risk yaitu Low Back Pain, Carpal Tunnel
Syndrome, luka bakar, terjatuh. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat
digunakan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah pada proses pemotongan,
mencampurkan adonan dan pengukusan bahan kue disarankan untuk memberi jeda setiap
beberapa jam sekali saat bekerja dan memakai splint/ menggunakan tangan untuk bekerja
secara bergantian serta disediakannya tempat duduk yang ergonomis, pada proses
pengangkatan bahan produksi diberikan edukasi mengenai cara mengangkat beban berat yang
benar dengan mekanisme proper body mechanics, untuk proses pemanggangan serta
pengukusan disediakannya APD untuk menghindari kecelakaan kerja berupa sandal atau
sepatu anti slip dan sarung tangan untuk membuka dan menutup oven.

2
BAB II

DESKRIPSI SINGKAT INDUSTRI

2.1 Profil Industri


2.1.1 Sejarah Industri

Industri kue basah (Tiga Dara) rumahan ini dimulai sejak tahun 2000, bertempat di

rumah belakang pabrik PT.Pengtai dengan modal awal Rp100.000,-. Industri ini

dirintis oleh Bu Lia sendiri yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebelumnya. Industri

kue basah ini diberi nama “Tiga Dara” karena mencerminkan ketiga anak

perempuannya. Industri ini awalnya hanya dibantu oleh suami, kemudian diikuti oleh

anak-anaknya. Pada awalnya ibu lia mulai menjual kue basah hanya ketika ada

pesanan, tetapi saat ini sudah rutin di distribusikan di pabrik-pabrik sekitar dan

kegiatan-kegiatan puskesmas dan sekolah. Industri kue basah Tiga Dara ini

memproduksi mulai dari bolu kukus, bolu panggang, lontong, hingga puyunghai,

untuk kue lainnya dilakukan produksi berdasarkan pesanan pelanggan.

Pada tahun 2012 suami ibu lia di PHK dari tempat kerjanya dan ibu Lia pindah ke

Desa Bojongmanggu dengan kontrakan yang lebih murah. Di Desa bojongmanggu

Ibu Lia mendapatkan bahan-bahan dari warung disekitar, dan memproduksi sekitar

200-400 kue basah setiap harinya dan pemesanan meningkat pada setiap akhir

minggu. Industri kue basah ini memiliki omset sebesar Rp. 20.000-40.000 tergantung

hasil penjualan kue basah. Setiap kue basah diberikan harga Rp. 800, dan ibu lia

mengambil keuntungan Rp.200 sehingga harga jual satu kue basah adalah Rp. 1000.

3
2.1.2 Geografi Wilayah

Industri kue basah ini berlokasi di Kampung Sangge, RT.003/RW.004, Desa

Bojongmanggu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Luas lahan kerja industri kue basah ini 5 x 2 m2 dengan jarak tempuk ke puskesmas

sekitar± 3 KM. Akses menuju industri kue basah rumah tangga ini dengan

menggunakan motor sampai gang depan rumahnya, dan hanya bisa ditempuh dengan

jalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Letak industri ini berada di pemukiman

penduduk.

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia berjumlah 5 orang. Pekerja berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 1 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 4 orang. Rentang usia para

pekerja antara 20 sampai 57 tahun. Mayoritas tingkat pendidikan adalah SMP dan D3.

Pembagian tugas dari industri kue basah ini adalah 2 pekerja bertugas mencampur

dan mengaduk adonan serta membungkus kue yang sudah matang, 1 pekerja bertugas

menghaluskan bahan kue dan mengukus serta memanggang kue, dan 1 pekerja

lainnya mencari dan menyiapkan daun pisang sebagai bungkus lontong.

2.1.4 Jam Kerja

Pekerja mulai bekerja dari pukul 15.00 – 20.00 WIB untuk membuat adonan dan

bahan lainnya dan pukul 04.00 – 07.00 WIB untuk proses pengukusan pemasakan dan

pembungkusan.

2.1.5 Sarana dan Prasarana

Industri ini memiliki 1 ruangan yang terdapat di bagian belakang di pemukiman

pemiliknya dan merupakan bangunan permanen. Tempat untuk seluruh proses

4
produksi dilakukan di dalam bangunan. Bangunan berukuran 5 x 2 m 2. Kondisi

bangunan tempat produksi ini berlantaikan keramik, berdinding tembok, mempunyai

langit-langit dan hanya memiliki satu ventilasi.

Ruangan berisi alat-alat produksi dan pengolahan yang terdiri dari kompor, oven,

panci, katel loyang, mixer dan beberapa cetakan kue. Sumber air pada industri ini

berasal dari jet pump, yang digunakan oleh pemilik untuk mengolah bahan yang akan

diproduksi.

Gambar 2.1 tampak depan tempat Rumah Produksi

Dapur Kamar anak Kamar Ayah


ke-3 dan Ibu
(Ruang
Produksi)

Ruang Tengah (Ruang produksi &


ruang TV)
Toilet

Ruang Tamu

5
Gambar 2.2 Denah Ruang produksi

Gambar 2.3 Tempat Memasak dan Mencuci

2.1.6 Alat dan Bahan Produksi

Alat dan bahan yang digunakan dalam memproduksi lontong dan bolu kukus

(produksi kue basah yang diamati ketika kunjungan oleh penulis).

A. Alat yang digunakan pada industri:

 Kompor gas berstandar SNI dengan 2 tungku


 Gas LPG 3 kg dengan regulator gas tekanan rendah berstandar SNI
 Oven tangkring ukuran 40 x 40 Cm
 Electric Hand Mixer tanpa stand dengan 2 pengaduk
 Panci Stainless Steel dengan ukuran 3 liter (20 cm)
 Wajan Stainless steel dengan ukuran 30cm
 Loyang ukuran 30 x 20 Cm
 Tempat cetakan kue bolu dengan ukuran 5cm
 Alat timbangan dapur manual 2 kg

6
 Centong kayu ukuran 20 x 6 Cm
 Tempat bolu ukuran 5 cm
 Kertas alas bolu kukus
 Baskom ukuran 30 x 30 Cm
 Sendok stainlesssteel

B. Bahan – bahan produksi :

Bolu kukus :

 Tepung terigu BPOM RI MD 228809167006


 Tepung beras BPOM RI MD 227910006035
 Telur ayam negeri
 Susu kental manis BPPOM RI MD 5021090022172
 Soda kue BPOM RI MD 279031017015
 Baking powder BPOM RI MD. 279031014015
 SP (Pengembang kue) kemasan kecil tanpa merek
 Gula pasir kiloan
 Margarin kiloan
 Tepung tapioka BPOM RI MD 22711071533

Lontong
 Minyak goreng kiloan
 Daun pisang
 Beras
 Wortel
 Buncis
 Garam BPOM RI MD 255313003224
 Bawang merah
 Bawah putih
 Daun bawang

7
2.1.7 Jaminan Kesehatan Pekerja

Semua pekerja (5 pekerja) sudah memiliki asuransi kesehatan berupa BPJS


kesehatan dengan tidak membayar iuran kepada pemerintah (PBI). Jika ada pekerja
yang mengalami kecelakaan akibat kerja, pekerja tersebut akan segera dibawa ke
dokter. Kotak P3K dan prosedur kesehatan keselamatan kerja tidak tersedia di tempat
produksi.

8
2.1.8 Proses Industri, Hazard dan Risiko

Tabel 2.4. Identifikasi Hazard dan Risk Assessment

Hazard Risk
No Proses produksi Ergonomi Psikososial Gangguan kesehatan
Fisika Kimia Biologi Kecelakaan kerja
yang mungkin

1 Pembuatan adonan Getaran yang Posisi duduk bungkuk Myalgia, LBP, CTS,
berulang dengan kaki terlipat White-Hand Syndrome
ditimbulkan dari
mixer saat Posisi pergelangan
mengaduk tangan ekstensi berulang
adonan dalam waktu lama

2 Memasukkan Posisi duduk dengan Myalgia, Low back pain


adonan kedalam badan membungkuk
cetakan kue dengan kaki melipat

3 Pengukusan kue Panas, udara Posisi berdiri dalam Myalgia, low back pain, Burn injury
panas, lantai waktu yang lama plantar fasciitis
licin Gtade I, grade II,
terjatuh

4 Pengangkatan kue Panas Posisi berdiri kemudian Myalgia, low back pain Burn Injury grade
dari oven dan duduk yang dilakukan 1, grade II terjatuh
pengemasan kue secara berulang
bolu kukus

9
2.1.9 Pengelolaan Limbah

Sampah yang dihasilkan dari industri rumah tangga ini berupa air cucian, sisa

sayuran dan kulit bahan masakan tumisan isi lontong, daun pisang yang tidak

terpakai, bungkus dari bahan kue, yang nantinya akan dibuang ke tempat sampah

yang merupakan tempat sampah rumah tangga keluarga tersebut yang berada di

dapur.

2.1.10 Proses Pengolahan Hasil Industri

2.1.10.1 Pembuatan bolu kukus

- Menyiapkan alat dan bahan. Bahan terdiri dari bahan-bahan yang memiliki izin.

BPOM (tepung terigu, soda kue, susu kaleng) dan bahan-bahan lainnya belum

memiliki izin BPOM.

- Bahan-bahan tersebut dimasukan ke dalam wadah adonan, lalu diaduk

menggunakan mixer dan dipegang secara manual oleh pekerja, sehingga sering

menimbulkan adanya getaran pada tangan dan perubahan posisi pergelangan tangan

yang berulang dalam waktu 15-20 menit secara terus menerus.

10
- Adonan dituangkan ke dalam cetakan kue yang sudah berisi kertas kue bolu

kukus yang bersih setelah mencuci tangan namun tidak menggunakan sarung tangan

dengan posisi pekerja duduk bungkuk selama kurang lebih 5-10 menit.

11
- Adonan dikukus di dalam panci kukus selama 15-20 menit. Adonan

dimasukan ke dalam panci untuk mengukus yang sudah panas namun tidak

menggunakan sarung tangan. Panci yang digunakan dalam kondisi bersih dan tidak

berkarat. Kondisi di dapur yang licin dapat menyebabkan risiko terjatuh ketika

mengangkat bahan/ adonan kue.

12
- Setelah 15-20 menit loyang diangkat tanpa menggunakan sarung tangan/

pelindung tangan lainnya, lalu kue bolu kukus diangkat dari cetakannya tanpa

menggunakan APD seperti sarung tangan.

13
2.1.10.2 Pembuatan Lontong isi sayur

- Mempersiapkan bahan-bahan seperti daun pisang.untuk membungkus lontong.

Daun pisang dipotong dengan bantuan pisau kecil tanpa menggunakan APD seperti

sarung tangan, dengan posisi pekerja duduk bungkuk. Daun pisang kemudian di lap

menggunakan lap yang kurang bersih dan daun pisang diletakan di lantai dengan

posisi pekerja duduk bungkuk.

- Beras dimasak setengah matang, kemudian dituangkan air dan garam,

kemudian diaduk dan ditumbuk sampai halus selama 30 menit secara manual dengan

tangan tanpa adanya jeda istirahat dan dengan posisi pekerja duduk bungkuk.

14
- Setelah halus, nasi dibungkus menggunakan daun pisang. Pekerja dalam posisi

duduk bungkuk dengan kaki terlipat kesamping dalam waktu lama (2-4jam). Daun

yang didalamnya berisi bahan lontong yang masih panas digulung tanpa

menggunakan sarung tangan, tetapi sebelumnya pekerja sudah mencuci tangan

dengan sabun.

15
- Lontong yang sudah digulung dikumpulkan di dalam wadah baskom plastic

berukuran 30 x 30 Cm dan diangkut menggunakan kedua tangan dengan berat total

sekitar 3-5 kg ke dapur untuk proses selanjutnya.

- Dilakukan proses pengukusan pada lontong selama 2 jam di panci pengukusan

kemudian diangkat tanpa menggunakan APD seperti sarung tangan.

16
BAB III

LAPORAN KASUS OKUPASI

3.1 Laporan Kasus Okupasi (Astari Puspaningdyah)

3.1.1 Identitas Umum

Nama : Tn. WT

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 58tahun

Alamat : Desa Bojongmanggu

Agama : Islam

Suku : Sunda

Status Marital : Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 02-02-2018

3.1.2 Anamnesis Umum

3.1.2.1 Keluhan Utama

Nyeri pada punggung bawah

3.1.2.2 Anamnesis Khusus

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bawah sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan

dirasakan terus menerus, dirasakan memberat saat bekerja dan membaik saat

beristirahat atau diobati. Pasien mengatakan keluhannya terasa mengganggu

aktifitasnya. Keluhan dirasakan sejak sekitar 2 tahun yang lalu tapi dirasakan

memberat beberapa bulan terakhir.

17
Pasien mengatakan keluhan terkadang dirasakan menjalar ke arah kaki. Pasien

menyangkal keluhan diawali dengan benturan pada punggung bawah, nyeri menjalar

kearah pinggul depan. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri ulu hati yang dirasakan

perih, dan hilang timbul.

Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah mengobati keluhan pegalnya tersebut ke dokter, untuk

meredakan nyerinya pasien sering membeli krim oles sebagai penghangat yang dibeli

di warung, pasien menyatakan keluhan membaik tetapi kemudian tak lama keluhan

dirasakan kembali. Untuk nyeri ulu hatinya pasien mengobati sendiri dengan obat

warung dan dirasakan membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, namun hilang dalam

beberapa jam setelah pasien beristirahat dan diberikan krim oles.

Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan:

Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien, namun rekan kerja pasien

mengalami hal yang sama seperti yang pasien rasakan.

Riwayat aktifitas sehari-hari (makan, minum, olah raga, kebiasaan) :

- Makan : 1-2 kali sehari,

- Minum: 7-8 gelas per hari,

- Olahraga : Jarang, 1x/minggu jika terdapat waktu luang,

- Kebiasaan : Pasien meminum kopi 2-3 gelas perhari, dan sering

mengkonsumsi makanan pedas. Pasien mengatakan berhenti merokok sejak 5 tahun

yang lalu.

18
3.1.2.3 Anamnesis Okupasi

1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai

sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut

Tabel 3.1 Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Lama Bekerja

1. Kepala distributor 5 tahun


2 Pengumpul daun pisang 6 tahun
3 Pemotong dan pencuci daun pisang 6tahun

1. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan)

Pasien bertugas sebagai pengumpul, pemotong dan pembersih daun

pisang dengan lama kerja 5-6 jam perhari. 1 jam dihabiskan untuk pengumpul daun

pisang di pasar, jika daun tidak mencukupi pasien mencari ke tetangga sekitar untuk

meminta daun pisang dan mengambil sendiri dengan tangga. Kemudian pasien

dengan posisi duduk bungkuk di lantai memotong dan membersihkan daun pisang

yang telah dikumpulkan untuk menjadi pembungkus kue atau lontong. Pasien juga

bagian mengangkat belanjaan dari warung hingga ke rumah produksi berjumlah 2-3

karung dengan berat sekitar 5-6 kg dengan posisi dipikul dengan jarak sekitar 200m

setiap harinya.

19
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan

kerja

Hazard Gangguan
Kesehaan Risiko
Prasaran/
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya yang Kecelakaan
Proses Bahaya Fisik
Kimia Biologis Ergonomis Psikososial Mungkin Kerja
Terjadi
Serangg
a di Vulnus
Pisau Insect Bite
Pengump - sekitar Laceratum
pemotong
ul daun pekaran
gan
- -
Posisi
pengangkata LBP
Pengangk
n dengan
atan
posisi yang Radikulopath
bahan ke
salah dalam y servikalis
waktu lama
-Posisi kerja
stasis
Vulnus
dengan -LBP
Pisau Laceratum
Pemotong duduk Pekerjaan -Myalgia
an dan bungkuk yang
pembersih lama monoton
an daun -Gerakan dilakukan
pisang berulang setiap hari
pada -CTS
pergelangan
tanga

Bahaya potensial : Nyeri pada punggung bawah akibat posisi yang tidak

ergonomis dan kecelakaan kerja akibat pengambilan dan pemotongan daun pisang.

Risiko kecelakaan pekerja : vulnus laseratum

Risiko kecelakaan lingkungan kerja : Trauma Kapitis, trauma vertebra

4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami

Pasien mengatakan pada bagian pengangkut hanya dilakukan pada pagi

hari, dengan posisi dipikul pada kedua bahu dengan total berat karung sekitar 10-

12kg dan posisi mengangkat dan menaruh karung bahan membungkuk, menyebabkan

20
bagian tulang belakang pasien memikul beban berat dengan posisi yang tidak

ergonomis sehingga memungkinkan adanya nyeri punggung bawah.

Pasien mengatakan pada sore hari bertugas memotong dan membersihkan daun

pisang dengan posisi duduk bungkuk di lantai selama 2-3 jam tanpa sandaran

sehingga memungkinkan adanya pegal-pegal di punggung belakang akibat posisi

tidak ergonomis.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

Kesan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7◦C
BMI (Body Mass Index)
Berat Badan : 54 kg
Tinggi Badan : 160 cm
BMI : 21.09
Status Generalis
Kepala : Normocepal
 Konjungtiva anemis (-/-)
 Sklera Ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat.
Thorax
Jantung : Cor murni, reguler, murmur -
Paru-Paru : Asymetris, VBS kanan=kiri, Wheezing (-)
Abdomen : Datar, Lembut, Nyeri Tekan (-), Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2dtk

21
3.1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus

Neurologis :

Fisiologis
Kiri Kana
n
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Achilles + +
Laseque + +

Laseque + +

Contralateral + +

+ +
Bragard

Siscard

Motorik :

Sensorik : Dalam Batas Normal

3.1.5 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Seorang pria usia 58 tahun mengeluhkan pegal pada punggung bawah sejak1

tahun yang lalu. Pasien bekerja mengangkat beban 10-12kg setiap harinya dan

bekerja dalam posisi duduk bungkuk selama 2-3 jam setiap harinya selama 6 tahun.

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

22
3.1.7 Body Map

3.1.8 Diagnosis Kerja

Mechanical Low Back Pain + gastritis

3.1.9 Diagnosis Diferensial

- Back Strain

- Low Back pain ec HNP

- Spondilitis

3.1.10 Diagnosis Okupasi

Langkah 1

Diagnosis klinis : Mechanical Low Back Pain

Dasarnya :

- terdapat adanya nyeri pada punggung bawah

- nyeri menjalar kearah kedua kaki

- Nyeri dirasakan terutama ketika bekerja

- Kebiasaan melakukan posisi yang tidak ergonomis

Langkah 2

23
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan

kesehatan.

Dasarnya: Pajanan

Fisik :-

Kimia :-

Biologi :-

Ergonomi : Posisi yang mengangkat beban dan duduk membungkuk selama 2-

3 jam sehari.

- Psikososial :-

- Perilaku : -

- Lainnya :-

Langkah 3

Jelaskan Evidence based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang

ada (diagnosis klinis)

Pasien bekerja Setiap pagi dan sore dengan posisi yang tidak ergonomis selama 2-3

jam.

Dasarnya: Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,

dapat merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa

diantara sudut iga terbawa sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau

lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kea rah tungkai dan kaki.

LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik. Penyakit ini sering dirasakan pada orang

dengan riwayat mengangkat atau memutar objek berat (kardus, anak, dan

sebagainya), mengoperasikan mesin bergetar, posisi duduk lama (pengendara truk,

polisi patrol, dan sebagainya), pengendara motor jauh, atau karena terjatuh.

24
Langkah 4

Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis

Cukup

Dasanya: karena pekerjaan pasien yang lama dengan posisi tidak ergonomis

merupakan factor risiko terjadinya nyeri punggung bawah

Langkah 5

Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila

ada sebutkan

Faktor individu: jarang berolahraga

Dasarnya: Etiologi LBP

1) Ketegangan otot

Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau

berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan memendekan otot-otot yang

akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat timbul karena regangan yang

berlebihan pada perlekatan otot terhadap tulang.

2) Spasme / kejang otot

Spasme / kejang otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot

sebelumnya dalam kondisi yang tegang / kaku / kurang pemanasan.Spasme otot ini

memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot akan disertai rasa nyeri

yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah

kontraksi. Akan terjadi lingkaran suatu nyeri, kejang atau spasme dan ketidak

mampuan bergerak.

3) Defisiensi otot

25
Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat dari tirah

baring yang lama maupun immobilisasi.

4) Otot yang hipersensitif

Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila

dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi disebut

sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita

nyeri punggung bawah (NPB), tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini

bila ditekanakan menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman.

Secara garis besar LBP Miogenik berhubungan dengan stress/ strain otot-otot

punggung, tendon dan ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-

hari secara berlebihan, seperti mengangkat beban berat dengan cara yang salah, posisi

berdiri/ duduk lama dengan cara yang salah.

Langkah 6

Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat

kerja ? Tidak Terpajan

Langkah7

Diagnosis pasien merupakan Penyakit akibat kerja karena pekerjaan merupakan

penyebab utama keluhan pasien.

Dasarnya: Keluhan pasien diakibatkan karena pekerjaan pasien yang mengangka

beban berat dan bekerja dalam posisi tidak ergonomis selama 2-3 jam setiap hari yang

dapat menjadi penyebab LBP.

26
3.1.11 Kategori Kesehatan (pilih salah satu)

a. Kesehatan baik

b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan

c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu

d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

3.1.12 Prognosis

Klinik/Okupasi (bila ada diagnosis okupasi) :

Ad vitam : ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad functionam : ad bonam

3.1.13 PermasalahanPasien DanRencanaPenatalaksanaan

Tabel 3.5 PermasalahanPasien Dan RencanaPenatalaksanaan

No Jenis Rencana TindakanTarget Hasil yang diharapkKeteran


Permasalahan Tatalaksana Waktu an gan
1 Mengangkat  Menyarankan Jam Industri kue
beban 10-12kg kepada pemilik kerja basah 3dara
dengan posisi industri untuk memiliki alat bantu
tidak ergonomis mempertimbangkan dalam berbelanja
pengadaan alat alat dan bahan
bantu seperti produksi.
gerobak. Karawan
 Memberikan mengetahui tentang
penyuluhan tentang posisi yang baik
posisi yang baik saat saat mengangkat
mengangka dan dan menaruh beban
menaruh beban berat berat.

27
2 Memotong dan  Menyarankan kepadaJam kerja Pemilikperusahaan
membersihkan pemilik industry untuk menyediakan tempat
daun pisang mempertimbangkan bekerjayang
dalam posisi adanya meja dan kursi ergonomis kepada
duduk bungkuk untuk kegiatan para pekerja
memotong dan Karyawan
membersihkan daun mengetahui tentang
pisang. posisi yang baik saat
 Memberikan bekerja.
penyuluhan tentang
posisi yang baik
dalam bekerja dengan
posisi duduk

3.1.14 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri

Tabel 3.6 Upaya Intervensi Reduksi HazardIndustri

No Upaya Hierarki Jenis Aktivitas Intervensi


Kontrol
1 Eliminasi Tidak bisa
2 Substitusi Menyediakan fasilitas kursi yang ergonomis
Menyediakan fasilitas gerobak untuk
mengangkut bahan
3 Enginering Menambah sarana yang memenuhi standar
ergonomis seperti meja dan kursi
Penggunaan alat pengangga punggung jika
bekerja dalam posisi duduk
4 Administratif -
5 APD Penggunaan sarung tangan

28
3.2 Laporan Kasus Okupasi (Desi Ratnasari)

3.2.1 Identitas Umum

Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Alamat :
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 2-2-2018

3.2.2 Anamnesis Umum

3.2.2.1 Keluhan Utama : Nyeri lutut kanan

3.2.2.2 Anamnesis Khusus

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:

Keluhan nyeri lutut kanan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, dan semakin
memburuk 1 tahun terakhir ini. Nyer dirasakan seperti ditusuk-tusuk terutama bila
setelah duduk lama dengan posisi menekuk kaki lalu pasien berdiri. Keluhan ini
dirasakan hilang timbul dan lebih terasa pada saat melakukan aktifitas yang terus-
menerus dengan posisi yang sama, ketika mengangkat beban berat. Keluhan nyeri
lutut kanan dan terasa kaku terkadang muncul ketika pagi hari saat bangun tidur.
Apabila keluhan muncul, keluhan nyeri lutut kanan tidak dapat berkurang ketika
pasien mengistirahatkan dan meluruskan kakinya tetapi keluhan membaik saat
mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan dekat rumahnya.

Keluhan tidak disertai baal dan kesemutan pada bagian kaki kanan, tidak disertai
nyeri pada pinggang yang menjalar ke bagian kaki. Bila keluhan ini muncul, keluhan
cukup mengganggu aktifitas sehari-hari.

29
Riwayat Pengobatan:

Pasien mengaku untuk keluhannya saat ini pernah diobati ke polindes


dengan bidan dan diberikan obat anti nyeri dan vitamin B, tetapi obat diminum hanya
ketika keluhan nyeri lutut kanan dirasakan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien sebelumnya pernah memiliki riwayat penyakit asam urat dengan hasil= 13,1
g/dL pada 2 tahun lalu, dan belum pernah memeriksakan dirinya lagi 2 tahun terakhir
ini. Riwayat penyakit jantung, ginjal, saluran napas, hipertensi, DM, kolesterol
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan:

Pasien mengaku adanya keluarga yang mengalami keluhan yang sama


yaitu ibu kandungnya. Pasien mengaku bahwa neneknya memiliki riwayat asma yang
diturunkan ke kakak dari pasien.

Riwayat Aktivitas Sehari-hari (Makan, Minum, Olahraga, Kebiasaan):

 Makan : 1-2 kali sehari


 Minum : Minum air putih 8-9 gelas per hari, pasien meminum kopi
sebanyak 2 gelas per hari (pagi dan sore).
 Olahraga : Pasien mengaku sebelumnya sering melakukan olahraga yaitu
senam dan jalan pagi (5 tahun lalu terakhir melakukan rutinitas olah raga tersebut).
 Kebiasaan : Pasien bukan seorang perokok, tetapi merupakan seorang istri
dari perokok aktif sejak 1970-2013).

3.2.2.3 Anamnesis Okupasi


1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai
sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut!
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki kegiatan mengurus
rumah dan keluarga, ikut serta menjadi kader di RW 004 Desa Bojongmanggu sejak
2013 sampai saat ini, merintis industri rumahan kue basah untuk meningkatkan

30
pendapatan keluarga. Pada tahun 2000, pasien merintis usaha kue basahnya hanya
dengan kemampuan belajar mandiri. Selama 17 tahun bekerja di industri rumahan kue
basah, pasien sering berdiri lama atau duduk dengan posisi kaki tertekuk ketika
menyiapkan kue basah/ gorengan, sering memegang cetakan kue yang cukup panas
setelah kue matang dan tidak menggunakan APD yang memadai. Pada usahanya
selama pasien berada di Desa Bojongmanggu, pesanan kue basah semakin banyak dan
paparan berdiri lama, duduk dengan kaki tertekuk ke kanan dalam waktu lama dan
sering memegang cetakan kue basah. Pasien tidak mengeluhkan tangannya yang
sering terpapar panas cetakan kue karena menganggapnya hal biasa, tetapi pasien
merasakan keluhan nyeri terutama bila berdiri lama dan berdiri sesaat setelah duduk
dalam waktu lama. Pasien bekerja selama 7 hari dalam seminggu, setiap harinya
pasien mengerjakan pesanan kue selama 5-8 jam per hari tergantung pesanan kue
basah terutama saat hari sabtu dan minggu dengan pesanan yang semakin bertambah.

2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan):


- Memasak kue
Ketika bahan-bahan kue sudah disiapkan, dilanjutkan dengan memasak kue dengan

cara kukus, panggang, atau digoreng. Ketika memasak, pasien berdiri dalam waktu

lama kurang lebih 1- >2 jam untuk menunggu kue matang dan memasukkan bahan

kue lain untuk dimasak. Pasien juga mengangkat bahan kue seperti nasi setengah

matang dalam panci yang beratnya kurang lebih 3-4kg/ panci, sedangkan dalam sehari

pasien mengangkat 1-4 panci per hari. Pasien yang berdiri lama dan mengangkat

beban berat untuk memasak dan membawa bahan kue basah memiliki risiko

peradangan pada sendi terutama bagian lutut (osteoarthritis).

Pasien juga selama memasak kue basah dapat memiliki risiko terpajan panas dan

menyebabkan luka bakar, sedangkan pasien tidak memakai APD khusus dan hanya

menggunakan kain lap saja tetapi selama pasien bekerja tidak pernah mengalami luka

bakar.

- Menghaluskan dan mengemas bahan kue

31
Beras yang dimasak sampai menjadi nasi setengah matang kemudian diaduk-aduk
sambil ditumbuk-tumbuk sampai setengah halus dengan centong kayu. Nasi yang
harus dihaluskan kisaran 1-4 panci per hari. Pasien menghaluskan nasi dengan
menggunakan tangan kanan dan kiri secara bergantian, dan dibantu atau bergantian
oleh pekerja lain sehingga pasien dapat berisiko terjadi Carpal Tunnel Syndrome
dengan penggunaan tangan berlebih. Pada pasien tidak mengeluhkan nyeri,
kesemutan, mati rasa pada pergelangan atau tangan serta jari-jarinya. Pasien
menghaluskan nasi dan mengemas bahan kue dengan posisi duduk dilantai tidak
bersandar dengan kaki ditekuk ke samping dalam waktu lama 2-4 jam yang tidak
cukup ergonomis bagi tubuh pasien, sehingga dapat menimbulkan risiko nyeri pada
lutut (osteoarthritis) terutama dengan usia pasien >40 tahun.

32
3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada
lingkungan kerja?
3.1 Tabel Bahaya Potensial dan Resiko Kecelakaan Kerja
Hazard
Prasaran/ Risiko Kecelakaan
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Proses Bahaya Fisik Kerja
Kimia Biologis Ergonomis Psikososial
Memasak Terkena panas - -
Kue panci/penggor
engan/ oven. Burn Injury
Tidak
menggunakan
sarung tangan.
Terciprat - -
minyak/ air
panas.
Burn Injury
Tidak
menggunakan
sarung tangan.
Lantai licin - - Terjatuh
1.Berdiri dalam Jam kerja
waktu yang cukup yang lama dan
LBP
lama melakukan
Osteo-arthtritis
pekerjaan
Myalgia
2.Mengangkat yang diulang-
beban yang berat ulang
Menghalu Menghaluskan Jam kerja
skan dan nasi , yang lama dan
membung Membungkus melakukan
kus bahan bahan lontong pekerjaan CTS

kue yang diulang- Myalgia

ulang

Menghaluskan nasi
dengan posisi kaki
tertekuk ke
Osteo-arthtritis
samping tanpa
Myalgia
bersandar dalam
waktu berjam-jam
(2-4 jam)

4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami?

33
Pekerja mulai bekerja dari pukul 15.00 – 20.00 WIB dan 04.00 – 06.00 WIB
diawali dengan membuat bahan lontong dengan menanak nasi 3-4kg dalam panci
dalam waktu 2 jam. Setelah matang pekerja mengangkat nasi yang setengah matang
dengan alas kain lap ke lantai untuk melanjutkan menghaluskan nasi. Mengangkat
panci dengan berat 3-4kg hanya dengan alas kain lap dapat berisiko terkena panci
panas dan mengalami luka bakar. Selama berada di dapur juga pekerja bisa memiliki
risiko terjatuh karena lantai dapur yang seringkali basah atau licin.
Setelah itu pasien menghaluskan nasi setengah matang dengan menggunakan
centong kayu, sehingga pasien berisiko mengalami carpal tunnel syndrome karena
melakukan proses menghaluskan nasi kurang lebih 30-45 menit per panci. Selain itu
selama pekerja melakukan proses menghaluskan nasi, posisi duduk tidak ergonomis
yaitu duduk di lantai tanpa bersandar dengan menekuk kaki ke samping dalam
waktu lama. Hal tersebut menyebabkan risiko terjadi nyeri pinggang dan nyeri di
persendian kaki terutama lutut karena ditekuk dalam waktu lama.

3.2.3 Pemeriksaan Fisik

3.2.3.1 Kesan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Komposmentis

3.2.3.2 Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7 ºC

3.2.3.3 BMI (Body Mass Index)

Berat Badan : 72 kg
Tinggi Badan : 158 cm
BMI : 28,9 kg/m2 (Overweight)

3.2.3.4 Status Generalis

Kepala

34
Rambut : Hitam
Kulit wajah : Pigmentasi (-), jaringan parut (-), edema (-)
Mata : Simetris, palpebral edema (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat isokor
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : mukosa oral basah

Leher

JVP : Tidak meningkat


KGB : Tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran

Thorax

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS III linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler, murmur -, gallop –

Paru-paru

Inspeksi : Pergerakan dan bentuk simetris, warna kulit normal,


retraksi intercostal -, retraksi suprasternal -, retraksi epigastrium -, barrel chest –
Palpasi : Pergerakan kanan=kiri, pelebaran ICS hemitorax -/-, vocal
fremitus +/+, ekspansi dada simetris
Perkusi : Sonor hemitorax dextra dan sinistra, batas paru hepar pada
ICSV dengan peranjakan 1 sela iga
Auskultasi : VBS kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-, vokal resonans +/+
kanan=kiri

Abdomen

35
Inspeksi : Datar, jejas/jaringan parut (-), caput medusa (-), massa (–)
Palpasi : lembut, nyeri tekan -, massa -, hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Fisiologis
Kanan kiri
Biceps + +
Triceps + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Achilles + +
Perkusi : timpanik, ruang traube sonor
Auskultasi : BU (+) normal
Neurologis

Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki


Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2 detik Normal Normal
Kekakuan otot 5/5 5/5
Tonus Normal Normal
Atrofi Normal Normal
Tidak ada penurunan
Sensorik Tidak ada penurunan sensorik
sensorik

Refleks Patologis

Kanan kiri

Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -

Aus

36
3.2.3.5 Pemeriksaan Fisik Khusus
- Gaya berjalan : tidak ada kelainan
- Perilaku terkait nyeri : normal
- Palpasi vertebra, tulang dan otot paraspinosus: tidak ada kelainan
- Status Lokalis region genu dekstra:
- Inspeksi: Deformitas (-), Edema (-), Hiperemis (-)
- Palpasi: Nyeri tekan (-), Krepitasi (+), Hangat (-),
3.2.4 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
- Pasien wanita berusia 50 tahun mengeluhkan nyeri lutut kanan dirasakan sejak
2 tahun yang lalu, dan semakin memburuk 1 tahun terakhir ini. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk terutama bila setelah duduk lama dengan posisi menekuk kaki
lalu pasien berdiri. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan lebih terasa pada saat
melakukan aktifitas yang terus-menerus dengan posisi yang sama, ketika mengangkat
beban berat. Keluhan nyeri lutut kanan dan terasa kaku terkadang muncul ketika pagi
hari saat bangun tidur. Apabila keluhan muncul, keluhan tidak dapat berkurang ketika
pasien mengistirahatkan dan meluruskan kakinya tetapi keluhan membaik saat
mengonsumsi obat. Pemeriksaan fisik ditemukan BMI pasien 28,9 kg/m2
(Overweight), krepitasi (+) pada genu dekstra.
3.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah: asam urat
Radiografi genu dekstra

3.2.6 Body Map

37
3.2.7 Diagnosis Kerja

Osteoartritis genu dekstra


Bursitis genu dekstra

3.2.8 Diagnosis Diferensial


- Osteoartritis genu dekstra
- Bursitis genu dekstra

3.2.9 Diagnosis Okupasional


1. Langkah 1
Diagnosis klinis: Osteoartritis genu dekstra
Dasarnya:
Pasien mengeluhkan nyeri lutut kanan sejak 2 tahun yang lalu, namun
semakin memburuk semenjak 1 tahun yang lalu. Nyer dirasakan seperti ditusuk-
tusuk terutama bila setelah duduk lama dengan posisi menekuk kaki lalu pasien
berdiri. Keluhan ini dirasakan hilang timbul dan lebih terasa pada saat melakukan
aktifitas yang terus-menerus dengan posisi yang sama, ketika mengangkat beban
berat. Keluhan nyeri lutut kanan dan terasa kaku terkadang muncul ketika pagi
hari saat bangun tidur. Faktor risiko terjadinya osteoarthritis yaitu posisi duduk
pasien tidak ergonomis yaitu duduk di lantai tanpa bersandar dengan menekuk
kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri dalam waktu lama, dan mengangkat
panci berisi nasi yang beratnya 3-4 kg per pancinya. Ditambah usia pasien yang
lebih dari 40 tahun, berat badan yang overweight, dan memiliki riwayat asam urat
sebelumnya. Pekerjaan ini sudah dilakukan selama 17 tahun yang jam kerjanya 5-
8 jam per hari.

38
1. Langkah 2
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap permasalahan
kesehatan?
Dasarnya pajanan:
 Fisik : beban berat bahan lontong nasi yang diangkat oleh pasien
(berat= 3-4kg/ panci)
 Kimia : tidak ada
 Biologi : tidak ada
 Ergonomi : Posisi duduk pasien tidak ergonomis yaitu dengan menekuk
kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri dalam waktu lama, dan mengangkat beban
berat yang memberi tumpuan lebihberat terhadap lutut.
 Psikososial : tidak ada
 Lainnya : -

2. Langkah 3
Jelaskan Evidenced Based (landasan secara teoritis) pajanan dengan penyakit yang
ada (diagnosis klinis).
Dasarnya:
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Merupakan penyakit sendi yang sering diderita.
Osteoartritis ditandai dengan menipisnya rawan sendi secara progresif, ditandai
dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan
sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit).
Penyebab OA bukan tunggal, OA merupakan gangguan yang disebabkan oleh
multifaktor, antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan..
Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik.,
yang disebut dengan osteoartritis sekunder.
Secara prinsip Osteoartritis terjadi akibat beban paada sendi yang terlalu berlebih
atau kartilage yang menipis, hal ini menyebabkan tulang saling bergesekan dan
terjadi inflamasi. Selanjutnya tulang akan membentuk tulang baru dan kartilage
menipis. Ruang synovial menyempit dan mengakibatkan lingkup gerak sendi

39
terbatas. Hal ini yang menimbulkan nyeri dan dapat bertambah dengan perubahan
cuaca, khususnya dalam cuaca dengan suhu yang dingin, dan aktivitas. Nyeri yang
berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa segera setelah penggunaan sendi dan
nyeri dapat menetap selama berjam-jam setelah aktivitas.
Apabila hal ini terus berlanjut, maka dapat mengakibatkan kerusakan berat pada
sendi dan munculnya deformitas, muncul kerusakan jaringan sendi sekitar, sampai
menimbulkan kecacatan.
Untuk pasien ini faktor yang sangat menunjang terjadinya osteoarthritis adalah usia
> 40 tahun, Berat badan berlebih, aktivitas duduk di lantai tanpa dengan menekuk
kaki ke samping dalam waktu lama, aktivitas berdiri dalam waktu lama dan
mengangkat beban berat.

3. Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis
Pajanan cukup besar
Dasarnya:
 Masa kerja : 17 tahun
 Beban berat bahan lontong nasi yang diangkat oleh pasien, posisi duduk pasien
tidak ergonomis yaitu dengan menekuk kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri
dalam waktu lama, dan mengangkat beban berat yang memberi tumpuan lebih berat
terhadap lutut.

4. Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis, bila ada
sebutkan!
Dasarnya: Pasien berusia 50 tahun yang memiliki berat badan berlebih, dan
memiliki riwayat kadar asam urat darah yang tinggi (13g/dL).

5. Langkah 6
Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar tempat kerja?

40
Dasarnya: Tidak terpajan, karena pasien hanya melakukan aktivitas berat seperti
posisi duduk pasien tidak ergonomis yaitu dengan menekuk kaki ke samping dalam
waktu lama, berdiri dalam waktu lama, dan mengangkat beban berat yang memberi
tumpuan lebih berat terhadap lutut.

6. Langkah 7
Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja?
Ya, merupakan Penyakit Akibat Kerja
Dasarnya: Penyakit akibat kerja hal tersebut terjadi karena hazard yang didapatkan
pada saat bekerja berupa menekuk kaki ke samping dalam waktu lama, berdiri dalam
waktu lama, dan mengangkat beban berat yang memberi tumpuan lebih berat terhadap
lutut menyebabkan keluhan pada pasien yaitu Osteoarthritis Genu Dekstra.

3.2.10 Kategori Kesehatan (pilih salah satu)

a. Kesehatan baik
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan
c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu
d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

3.2.11 Prognosis

Klinik/okupasi (bila ada diagnosis okupasi):

Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
Ad functionam : Dubia ad malam

41
Tabel 3.2 Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan

PERMASALAHAN PASIEN DAN RENCANA PENATALAKSANAAN

(Primer – Sekunder – Tersier)

Jenis Rencana Tindakan Target Hasil yang


No. Keterangan
Permasalahan Tatalaksana Waktu Diharapkan
1. Aktivitas pekerja Primer : Keluhan berkurang
yang -Edukasi pekerja lainnya sehingga produktifitas
menyebabkan yang sehat atau belum kerja meningkat
Osteoarthritis terkena Osteoarthritis
(duduk dengan tentang penyakit
melipat kaki ke Osteoarthritis berupa
samping, edukasi personal mengenai
mengangkat cara duduk atau mengangkat
beban berat, barang dengan proper body
berdiri dalam mechanics.
waktu lama) - Menyarankan pemilik
untuk memberikan jeda
setiap beberapa jam sekali
setiap bekerja.
- Menyarankan untuk
menggunakan kursi yang
ergonomis bagi pekerja.
Sekunder :
-Analgetik Ibuprofen 3x1
bila nyeri
-Neurotropik 1x1 tablet
selama 10 hari
- Merujuk ke dokter
spesialis ortopedi apabila
gejala tidak hilang atau
semakin memberat
Tersier :
- Memakai korset/ dekker
pada lutut yang dapat
mengurangi terjadinya rasa
nyeri saat melakukan
aktifitas

42
Tabel 3.3 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri

UPAYA INTERVENSI REDUKSI HAZARD INDUSTRI

No. Upaya Hierarki Kontrol Jenis Aktivitas Intervensi


1 Eliminasi Tidak dapat menghilangkan tempat yang sudah
ditempati oleh pekerja selama >17 tahun.
2 Substitusi Tidak bisa.
3 Engineering Menggunakan kursi yang ergonomis (dengan
sandaran) saat bekerja.
4 Administratif -Rotasi dan penempatan tempat kerja untuk
mengurangi tingkat paparan yang diterima
pekerja dengan membagi waktu kerja dengan
pekerja lain
-Jadwal kerja, menggunakan prinsip waktu
kerja atau adanya pembagian shift
5 APD Memberikan korset/ dekker pada lutut yang dapat
mengurangi terjadinya rasa nyeri saat melakukan
aktifitas

43
LAPORAN KASUS OKUPASI (Hafizha Cyndriyani Putri)

3.3 Identitas Umum

Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 26 tahun
Alamat : Kp. Bojong Peuteuy Ds. Langonsari
Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 01 Februari 2018

3.3.1 Anamnesis Umum


3.3.1.1 Keluhan utama:
Pegal pada bagian leher belakang

3.3.1.2 Anamnesis khusus


Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan pegal pada leher belakang sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan tersebut terutama dirasakan saat sedang bekerja dan dirasakan
membaik keitka pasien beristirahat.
Keluhan disertai adanya rasa pegal pada tangan kanannya sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien mengeluhkan keluhan terssebut terutama ketika sedang
bekerja dan mereda dengan istirahat.
Pasien menyangkal mengalami nyeri seperti tertusuk, nyeri yang
menjalar, leher yang terasa kaku dan kesemutan pada jari-jari tangannya.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah mengobati keluhannya tersebut ke dokter. Untuk
meredakan pegalnya, pasien sering membeli koyo dan krim oles di warung
sebagai penghangat untuk meredakan pegal.

44
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan:


Ibu pasien memiliki penyakit hipertensi.

Riwayat aktifitas sehari-hari (makan, minum, olah raga, kebiasaan) :


 Makan : 3 kali sehari
 Minum : 2 liter sehari
 Olahraga : Tidak pernah
 Kebiasaan : : Pasien bangun pukul 4 dan mulai beraktivitas
untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga di rumahnya seperti mencuci,
memasak, dan membereskan rumah. Setelah jam 14.30, pasien kemudian
berangkat ke tempat kerja yang tidak jauh dari rumahnya, jaraknya kurang
lebih 50 meter dengan berjalan kaki. Kemudian pasien pulang dari tempat
kerja kurang lebih pukul 8 malam.

Riwayat Reproduksi

 Riwayat haid : menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari,


teratur
 Riwayat kehamilan : P1A0

Riwayat persalinan : Pasien melahirkan seorang anak laki-laki 1 tahun


yang lalu dibantu oleh dokter di rumah sakit dengan cara SC atas indikasi
panggu sempit.

3.3.1.3 Anamnesis okupasi :


1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja
sampai sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut!
Pasien bekerja dalam industry kue basah sejak 6 tahun yang lalu.

45
2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya
keluhan):

Dalam pembuatan lontong, pasien biasanya bertugas untuk


membersihkan dan memotong daun pisang yang kotor. Pada saat
pembuatan bolu kukus pasien bertugas untuk menata dan mengeluarkan
bolu kukus yang sudah matang dari cetakan ke tempat dus untuk
pembungkusan, sedangkan pembuatan kue nagasari, pasien bertugas
mengaduk adonan selama kurang lebih 10-15 menit. Pekerjaan tersebut
dilakukan dengan cara duduk bungkuk dan tangan yang tidak memakai
sarung tangan ataupun alas.

3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada
lingkungan kerja?
Tabel 3.2 Bahaya Potensial dan Risiko Kecelakaan Kerja

Bahaya potensial Gangguan


kesehatan Risiko
Uraian
yang kecelakaan
kegiatan Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial
mungkin kerja
terjadi
Memotong - Pemakaian - - - Posisi kerja - Pekerjaan - Muscle - Luka bakar
daun pisang gunting saat statis, yaitu yang spasm - Luka teriris
dengan memotong duduk monoton - Paresthesia
gunting dan daun pisang terlalu lama - LBP
membersihkan - Gerakan - Vulnus
daun pisang pada tangan laceratum
yang
dengan
berulang
enggunakan
- Kaki terlipat
lap saat bekerja
(duduk)

Memindahkan - Penggunaan - - - Gerakan - Pekerjaan - - Luka potong


bolu kukus panci yang berdiri dan yang - Luka bakar
yang sudah panas dan membungku monoton - LBP -
matang dan cetakan kue k - Varises l
mengeluarkan bolu kukus -Kaki
- Muscle
bolu kukus yang masih terlipat saat
spasm
bekerja
dari panas - combutio
cetakannya (duduk)
Mengaduk - - - Gerakan - Pekerjaan - -CTS

46
Bahaya potensial Gangguan Risiko
Uraian
adonan pada tangan n yang - kesehatan
LBP kecelakaan
kegiatan
nagasari yang monoton - yang
Varises
berulang kerja
- mungkin
Muscle
- Berdiri lama spasm
- Myalgia

4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami


Pasien bekerja di bagian pomotongan dan membersihkan daun pisang,
memindahkan bolu kukus yang sudah matang dan mengaduk adonan nagasari
dengan posisi pasien duduk bungkuk dalam waktu yang cukup lama (kurang lebih
3 jam) yang membuat pasien mengeuluhkan pegal pada bagian leher belakang.
Selain itu pasien juga melakukan gerakan-gerakan berulang pada tangannya
terutama menggunakan tangan yang dominannya yaitu tangan kanan sehingga
mengeluh pegal pada tangan kanannya.

3.4 Pemeriksaan Fisik


3.4.1 Kesan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
3.4.2 Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
3.4.3 BMI ( Body Mass Index )
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 155 cm
BMI : 21,6 kg/m2
3.4.4 Status Generalis
Kepala
Rambut : hitam
Kulit wajah : pigmentasi (-), jaringan parut (-), edema (-)

47
Mata : simetris, palpebra edema (-), konjunctiva anemis
(-/-), sklera icteris (-/-), pupil bulat isokor.
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : bibir tampak lembap
Leher
Inspeksi
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran
Muscle spasm (+), hiperemis (-), benjolan (-)

Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicular
sisnitra
Perkusi : Batas kanan : ICS V parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicular sisnitra
Batas atas : ICS II linea midclavicular sisnitra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : Gerak dan bentuk simetris, warna kulit normal,
jejas (-), kemerahan (-), jaringan parut (-), ICS
tidak tampak pelebaran
Palpasi : Kulit hangat, ICS normal, focal fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : VBS (+) kanan = kiri, ronchi -/- dan wheezing -/-

48
Abdomen
Inspeksi : datar, lembut, distensi (-), jejas/jar.parut/luka
bekas operasi (-), massa abdomen (-).
Palpasi : Massa (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran,
ginjal tidak teraba pembesaran, ketok CVA (-/-)
Perkusi : Tympanic
Auskultasi : BU (+)
Ekstremitas
Tabel 3.3. Pemeriksaan Fisik Ektremitas
Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki
Edema -/- Tidak ada Tidak ada
Sianosis (-) Tidak ada Tidak ada
Capillary refill < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5/5 5/5
Tonus otot Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak atrofi Tidak atrofi
Sensorik Baik Baik

Refleks
Tabel 3.4. Pemeriksaan Refleks
Penilaian Kanan Kiri
Refleks fisiologi
- Biceps + +
- Triceps + +
- Pattela + +
- Lainnya + +
Reflex patologis
- Babinski - -
- Chaddok - -
- Lainnya - -

3.5 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Pasien wanita berusia 26 tahun mengeluhkan pegal pada punggung atas
sejak 3 bulan yang lalu yang dirasakan terutama saat bekerja dan membaik
ketika istirahat. Saat bekerja pasien selalu dalam posisi duduk dan

49
bungkuk selama lebih dari 3 jam. Pasien belum pernah mengobati
keluhannya ke dokter.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal dan status lokalis

3.6 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

3.7 Body Map

Gambar 3.1 Body Map

3.8 Diagnosis Kerja


Muscle spasm a/r dorsum

3.9 Diagnosis Differensial


1. Cervical radiculopathy
2. Myalgia

50
3.9.1 Diagnosis Okupasi

1. Langkah 1

Diagnosis klinis: Muscle spasm a/r dorsum

Dasarnya:

Pasien wanita usia 26 tahun mengeluhkan pegal pada bagian

punggung atas sejak 3 bulan yang lalu, yang dirasakan terutama saat

bekerja dan membaik saat beristirahat. Faktor resiko terjadinya muscle

spasm adalah buruknya posisi ergonomis pasien saat sedang bekerja yaitu

duduk dengan posisi bungkuk selama berjam-jam.

Langkah 2

Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap

permasalahan kesehatan.

Dasarnya pajanan:

 Fisik : Kalor dari cetakan kue bolu kukus yang sudah

matang

 Kimia : Tidak ada

 Biologi : Tidak ada

 Ergonomi : Duduk bungkuk dalam waktu yang lama

 Psikososial : Jam kerja yang panjang dan frekuensi kerja yang

sering

 Perilaku : Tidak ada

 Lainnya : -

51
2. Langkah 3

Jelaskan Evidenced Based (landasan secara teoritis) pajanan dengan

penyakit yang ada (diagnosis klinis).

Dasarnya:

1. Spasme otot

Spasme otot merupakan kontraksi involunter otot atau sekelompok otot

secara mendadak dan keras, yang disertai nyeri dan gangguan fungsi,

menghasilkan gerakan involunter dan distorsi. spasme otot adalah

kontraksi otot involunter, dapat menyebabkan nyeri dan mengganggu

mobilitas. Penyebabnya yaitu kekurangan elektrolit, pengunaan otot yang

berlebihan dan gangguan saraf.

2. Myalgia

Myalgia atau yang sering disebut nyeri

otot adalah suatu istilah umum untuk suatu gejala yang disebabkan

berbagai kelainan dan kondisi medis. Penyebab yang paling

seringdisebabkan oleh ketegangan ( kontraksi ) yang berlebihan, saat

latihan atau bekerja berat. Penyebabnya ialah overuse, injury,

autoimmune, gangguan metabolik. Gejala umum nyeri otot ini, di samping

rasa sakit, adalah pembengkakan pada otot setelah latihan yang

menyebabkan nyeri yang sangat parah, otot tampak lebih besar dari

sebelumnya. Namun ini terjadi bukan karena massa otot yang meningkat,

tetapi lebih karena otot mengalami peradangan sebagai responterhadap

kerusakan mikroskopis pada otot.

52
3. Langkah 4

Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis

Pajanan cukup besar

Dasarnya:

 Masa kerja : 6 tahun

 Durasi kerja : 3-5 jam perhari dalam 7 hari.

 Posisi kerja : Duduk

4. Langkah 5

Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis

klinis, bila ada sebutkan!

Dasarnya: Ketika sedang bekerja posisi pasien yang duduk bungkuk

selama lebih dari 3 jam dan pasien tidak pernah beristirahat atau

melakukan peregangan saat sedang bekerja.

5. Langkah 6

Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di luar

tempat kerja?

Dasarnya: Tidak terpajan.

6. Langkah 7

Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja? Bukan

penyakit akibat kerja (diperberat oleh pekerjaan atau bukan sama sekali

PAK atau butuh pemeriksaan lebih lanjut?)

Ya, penyakit penyakit pada pasien merupakan penyakit akibat kerja

53
Pasien mengeluhkan keluhan tersebut saat pasien sedang bekerja

dengan posisi duduk bungkuk selama lebih dari 3 jam tanpa adanya

peregangan dan pasien mengeluh hanya saat sedang bekerja serta mereda

dengan istirahat.

3.9.2 Kategori Kesehatan

a. Kesehatan baik

b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat

disembuhkan

c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu

d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

3.9.3 Prognosis

Klinik/Okupasi (bila ada diagnosis okupasi) :

Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
Ad functionam : Dubia ad malam

54
3.9.4 Permasalahan Pasien Dan Rencana Penatalaksanaan

(Primer – Sekunder – Tersier)

Tabel 3.1 Permasalahan Pasien Dan Rencana Penatalaksanaan


Jenis Rencana Tindakan Target Hasil yang
No. Keterangan
Permasalahan Tatalaksana Waktu Diharapkan
1. Aktivitas pekerja Primer : Keluhan berkurang
yang -Mengedukasi pasien dan sehingga produktifitas
menyebabkan pekerja lainnya yang sehat kerja meningkat
myalgia tentang myalgia berupa
(Bekerja dengan edukasi personal mengenai
posisi yang tidak cara duduk dan
ergonomis dan menyarankan untuk
berulang dalam melakukan peregangan
waktu yang lama) setiap 30 menit
- Menyarankan kepada
pemilik untuk diadakan
waktu untuk istirahat dan
peregangan bersama.
- Menyarankan untuk
menggunakan kursi yang
ergonomis
Sekunder :
-Analgetik na diklofenak
3x1 bila nyeri

- Merujuk ke dokter
spesialis saraf bila gejala
tidak hilang atau semakin
memberat

Tersier :
-memakai sandaran kursi
untuk mengurangi
ketegangan ototnya

3.1.12 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri

55
Tabel 3.2 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri

No. Upaya Hierarki Kontrol Jenis Aktivitas Intervensi


1 Eliminasi Tidak dapat menghilangkan tempat yang sudah
ditempati oleh pekerja selama 6 tahun.
2 Substitusi Mengganti alas duduk atau kursi dengan kursi
yang terdapat sandaran kursi
3 Engineering Memberikan tempat bekerja yang ergonomis
4 Administratif 1. Pendidikan dan Pelatihan
Memberikan
penyuluhanmengenai
pentingnya posisi kerja yang ergonomis
untuk setiap pekerja pada seluruh
proses produksi untuk mengurangi
resiko terpapar hazard dan
meningkatkan kenyamanan pegawai.
Memberikan pelatihan mengenai
gerakan yang dapat dilakukan untuk
peregangan yang dilakukan disela
pekerjaan
2. Monitoring dan Surveilans
Melakukan monitoring dan pengawasan
terhadap pengendalian yang sudah
dilakukan pemilik secara berkala.
5 APD Memberikan APD seperti alas tangan sehingga
tidak terpapar langsung panas dari alat cetakan.

LAPORAN KASUS OKUPASI (Robbani Istiqomah)


3.1 Identitas Umum

56
Nama : Ny. IP
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 31 tahun
Alamat : Kp. Bojong Peuteuy Ds. Langonsari
Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Marital : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 01 Februari 2018

3.2 Anamnesis Umum


3.2.1 Keluhan Utama :
Kesemutan pada jari-jari tangan kanan
3.2.2 Anamnesis Khusus
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh kesemutan pada jari-jari tangan sejak 3 bulan
yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada jari jempol, telunjuk
dan jari tengah. Keluhan terutama dirasakan ketika pasien bekerja
seperti memotong motong sayuran untuk isi lontong dan mengaduk
adonan menggunakan mixer yang dipegang secara manual untuk
membuat bolu kukus. Keluhan terasa berkurang jika pasien
beristirahat dari pekerjaannya. Terkadang keluhan disertai adanya
nyeri pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan kanan. Keluhan
sering terasa pada malam hari.
Pasien menyangkal adanya nyeri seperti tertusuk-tusuk yang
menjalar ke lengan ataupun bagian tubuh yang lain.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan keluhannya belum pernah diobati ke dokter.
Pasien hanya menggunakan minyak angin dan dioles di bagian tangan
kanannya. Menurut pasien, keluhan sempat mereda, namun muncul
kembali.

Riwayat Penyakit Dahulu


-

57
Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
sama dengan pasien
Riwayat Aktifitas Sehari-hari (makan, minum, olahraga
kebiasaan)
 Makan : 3 kali sehari
 Minum : Minum air putih 8-9 gelas per hari
 Olahraga : Pasien jarang berolahraga
 Kebiasaan : Pasien bukan seorang perokok, tetapi merupakan
seorang istri dari perokok aktif. Pasien juga bukan seorang
peminum alkohol.

Riwayat Reproduksi
 Riwayat haid : menarche usia 13 tahun, siklus 28
hari, secara teratur
 Riwayat kehamilan : P2A0
 Riwayat persalinan :Anak perempuan pertama lahir pada
10 tahun yang lalu secara spontan dibantu oleh bidan,
sedangkan anak kedua berjenis kelamin perempuan, lahir 1
tahun yang lalu melalui operasi section secarea atas
indikasi letak lintang

58
3.2.3 Anamnesis okupasi :
1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali bekerja sampai
sekarang, serta lama kerja di setiap pekerjaan tersebut

Jenis pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Lama Bekerja


1. Membuat adonan kue 15 tahun
bolu kukus
2. Memotong motong 15 tahun
sayuran untuk isi
lontong

2. Uraian tugas/pekerjaan (yang dianggap berisiko untuk terjadinya keluhan)

Dalam pembuatan bolu kukus, pasien bertugas membuat adonan bolu


kukus menggunakan mixer yang dibantu oleh tangannya yang memegang
dan mengarahkan mixer tersebut. Pasien juga bertugas menuangkan
adonan bolu kukus ke dalam cetakan bolu kukus. Dalam pembuatan
lontong isi sayur, pasien bertugas memotong isi sayur (wortel, buncis)
menjadi kecil-kecil menggunakan pisau. Dalam melakukan pekerjaan-
pekerjaan tersebut, pasien seringkali dalam posisi duduk yang bungkuk
atau berdiri dengan bungkuk. Pasien juga jarang mengistirahatkan terlebih
dahulu tangannya ketika merasa lelah bekerja dan terus melanjutkan
pekerjaannya,

3. Bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada
lingkungan kerja

59
Tabel 3.2 Bahaya Potensial dan Risiko Kecelakaan Kerja
Bahaya potensial Gangguan
kesehatan Risiko
Uraian
yang kecelakaan
kegiatan Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial
mungkin kerja
terjadi
Membuat Getaran - - - Posisi kerja - Pekerjaan - CTS - Luka bakar
adonan bolu statis, yaitu yang - LBP
kukus duduk monoton
menggunaka terlalu lama
n mikser dan
- Gerakan
menuangkan
pada tangan
ke cetakan yang
kue berulang

- Kaki
terlipat saat
bekerja
(duduk)
Memotong - - - - Posisi kerja - Pekerjaan - CTS - Luka
sayuran statis, yaitu yang - LBP potong
untuk isi duduk monoton (vulnus
lontong terlalu lama schicum)

- Gerakan
pada tangan
yang
berulang
-Kaki
terlipat saat
bekerja
(duduk)

60
4. Hubungan pekerjaan dengan keluhan yang dialami
Pasien bekerja di bagian pembuatan adonan, menuangkan adonan
bolu kukus menggunakan mixer, menuangkan adonan bolu kukus
ke cetakan, memotong sayuran untuk isi lontong sayur. Yang
membuat tangannya bergerak secara terus-menerus dengan gerakan
yang berulang, sehingga menimbulkan keluhan berupa kesemutan
pada jari-jari tangan kanannya karena ia selalu menggunakan
tangan kanannya.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Kesan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
3.1.1 Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
3.3.2 BMI ( Body Mass Index )
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
BMI : 19,5 kg/m2
3.3.3 Status Generalis
Kepala
Rambut : hitam kecoklatan
Kulit wajah : pigmentasi (-), jaringan parut (-), edema (-)
Mata : simetris, palpebra edema (-), konjunctiva anemis
(-/-), sklera icteris (-/-), pupil bulat isokor.
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : bibir tampak lembab

61
Leher
Inspeksi
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran

Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicular
sisnitra
Perkusi : Batas kanan : ICS V parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicular sisnitra
Batas atas : ICS II linea midclavicular sisnitra
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur (-)
Paru-Paru
Inspeksi : Gerak dan bentuk simetris, warna kulit normal,
jejas (-), kemerahan (-), jaringan parut (-), ICS
tidak tampak pelebaran
Palpasi : Kulit hangat, ICS normal, focal fremitus
kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : VBS (+) kanan = kiri, ronchi -/- dan wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, lembut, distensi (-), jejas/jar.parut/luka
bekas operasi (-), massa abdomen (-).
Palpasi : Massa (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran,
ginjal tidak teraba pembesaran, ketok CVA (-/-)
Perkusi : Tympanic
Auskultasi : BU (+)

62
Ekstremitas
Tabel 3.3. Pemeriksaan Fisik Ektremitas
Atas Ka-Ki Bawah Ka-Ki
Edema -/- Tidak ada Tidak ada
Sianosis (-) Tidak ada Tidak ada
Capillary refill < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5/5 5/5
Tonus otot Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak atrofi Tidak atrofi
Sensorik Baik Baik

Refleks
Tabel 3.4. Pemeriksaan Refleks
Penilaian Kanan Kiri
Refleks fisiologi
- Biceps + +
- Triceps + +
- Pattela + +
- Lainnya + +
Reflex patologis
- Babinski - -
- Chaddok - -
- Lainnya - -

3.4 Pemeriksaan Fisik Khusus


- Phalen test : +/-
- Hoffman’s-Tinnel sign: +/-

3.5 Resume Temuan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pasien mengeluh kesemutan pada jari-jari tangan sejak 3 bulan yang


lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada jari jempol, telunjuk dan jari
tengah. Keluhan terutama dirasakan ketika pasien bekerja seperti
memotong motong sayuran untuk isi lontong, mengaduk adonan
menggunakan mixer untuk membuat bolu kukus. Keluhan terasa berkurang
jika pasien beristirahat dari pekerjaannya. Terkadang keluhan disertai
adanya nyeri pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan kanan. Keluhan
sering terasa pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan adanya pegal-
pegal pada leher kanan. Pasien bekerja di bagian pembuatan adonan,

63
menuangkan adonan bolu kukus menggunakan mixer, menuangkan
adonan bolu kukus ke cetakan, memotong sayuran untuk isi lontong sayur.
Yang membuat tangannya bergerak secara terus-menerus dengan gerakan
yang berulang, sehingga menimbulkan keluhan berupa kesemutan dan jari
tangan

Pada pemeriksaan fisik, phalen test dan hoffman’s-tinnel sign positif


pada tangan kanan.

3.6 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan
3.7 Body Map

Gambar 3.1 Body Map

3.8 Diagnosis Kerja


Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dextra

3.9 Diagnosis Differensial


3. Pronator Teres syndrome
4. Cervical Radiculopathy

64
3.10 Diagnosis Okupasi
Langkah 1
Diagnosis klinis: carpal tunnel syndrome (CTS) dextra
Dasarnya:
- Kesemutan pada jari-jari tangan kanan (terutama jempol,
telunjuk dan jari tengah)
- Nyeri pada pergelangan tangan
- Sering terasa pada malam hari
- Hilang jika diistirahatkan
- Kebiasaan melakukan gerakan yang berulang dalam jangka
waktu yang lama
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinnel test (+), phallen test (+)
Langkah 2
Jelaskan pajanan hazard okupasi yang berkontribusi terhadap
permasalahan kesehatan
Dasarnya Pajanan :
- Fisik : Getaran yang ditimbulkan dari mixer
- Kimia :-
- Biologi :-
- Ergonomi : posisi kerja statis, gerakan pada tangan yang
berulang
- Psikososial : Pekerjaan yang monoton
- Perilaku : Melakukan gerakan yang berulang dengan titik
tumpu pergelangan tangan dalam waktu yang lama
Langkah 3
Jelaskan Evidence based (landasan secara teoritis) pajanan dengan
penyakit yang ada (diagnosis klinis)

Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap


nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan,
tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Menurut American Academy of

65
Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline, Carpal Tunnel Syndrome
adalah gejala neuropati kompresi dari N. medianus di tingkat pergelangan
tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan
karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Hal ini ditandai dengan
keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot.
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan
dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit
lokal.
Daerah sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan
volar. Pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat
sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan
sensorik N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari
kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N. Medianus sering
terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera
oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan.
Tekanan dari n median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang
menyakiti juga. Itulah parestesia atau hipestesia dari “Carpal Tunnel
Sydrome”

Umumnya CTS terjadi secara kronis, terjadi penebalan fleksor


retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus.
Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler menjadi lambat. Pada CTS akut biasanya terjadi
penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi
gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik
diperberat oleh peningkatan tekanan intrafasikuler, akibatnya terjadi
kerusakan pada saraf.

66
Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis
Pajanan sudah cukup dalam menimbulkan diagnosis klinis. Pasien
sudah bekerja selama 15 tahun, dengan jumlah pajanan 7 jam setiap hari,
meningkatkan intensitas pergerakan tangan yang berulang dalam jangka
waktu yang lama akibat mengaduk adonan, memotong-motong sayuran,
dan menggoreng bakwan yang mengakibatkan kompresi mekanik pada
saraf, sehingga menimbulkan gejala klinis.
Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya
diagnosis klinis, bila ada sebutkan

Faktor individu yang dapat menyebabkan diagnosis klinis pasien yaitu


pasien jarang melakukan olahraga.
Langkah 6

Apa terpajan bahaya potensial yang sama seperti di langkah 3 di


luar tempat kerja ?
Pasien terpajan bahaya potensial di luar tempat kerja seperti pasien
melakukan beberapa pekerjaan di rumah, yaitu menggoreng, mencuci
baju, mengepel, menyapu (gerakan berulang-ulang pada tangan).

Langkah 7

Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja? Bukan


penyakit akibat kerja (diperberat oleh pekerjaan atau bukan sama sekali
PAK atau butuh pemeriksaan lebih lanjut?)

Diagnosis klinis pada pasien merupakan penyakit akibat kerja, karena


pekerjaan merupakan penyebab keluhan utama pasien, yang jumlah
pajanan yang besar dengan jangka waktu yang lama, perlahan

67
menimbulkan suatu perkembangan penyakit kronis yang gejala klinisya
baru dirasakan pasien 3 bulan yang lalu.

3.11 Kategori Kesehatan


Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat disembuhkan

3.12 Prognosis
Klinik/Okupasi: Occupational Carpal Tunnel Syndrome
ad vitam : ad bonam
ad functionam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam

68
3.13 Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan
Tabel 3.5. Permasalahan Pasien dan Rencana Penatalaksanaan

Rencana tindakan Target Hasil yang


Jenis permasalahan Keterangan
No tatalaksana waktu diharapkan

Aktivitas pekerja yang Primer: Memberikan


menyebabkan Carpal penyuluhan mengenai
PAK, tatalaksana
tunnel syndrome
konservatif CTS dan
(Bekerja dalam gerakan pencegahan CTS
tangan yang berulang
Sekunder:
dalam waktu yang lama) Mengetahui
-Ibuprofen 2x400 mg
mengenai PAK,
-Injeksi Metilprednisolon
tatalaksana
1 1x40 mg
konservatif dan
-Night splint
pencegahan
-Rujuk ke dokter spesialis
CTS
saraf apabila keluhan tidak
membaik dengan
pengobatan konservatif

Tersier:
Dengan melakukan “carpal
tunnel exercise”

Primer: Para pekerja


Pekerja tidak
3 Memberikan penyuluhan Jam kerja menggunakan
menggunakan APD
mengenai keselamatan APD
kerja dan kecelakaan kerja

69
3.14 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
Tabel 3.6. Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri
Upaya Hierarki
No Jenis Aktivitas Intervensi
Kontrol

1 Eliminasi Tidak dapat dilakukan

2 Substitusi Mengganti mixer yang lama dengan mixer yang terdapat


dudukan (sehingga tidak harus dipegang manual)

3 Enginering Menambah peralatan dan perlengkapan, seperti kursi


atau meja yang memenuhi standar ergonomis

4 Administratif -Rotasi dan penempatan tempat kerja untuk


mengurangi tingkat paparan yang diterima pekerja
- Pengaturan durasi kerja dan istirahat

5 APD Menggunakan APD, yaitu sarung tangan dan celemek

70
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan di lapangan yang berada di
Desa Bojongmanggu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung dapat
disimpulkan bahwa :
1. Gambaran umum lingkungan indutri ditinjau dari segi bangunan, fasilitas, dan
peralatan produksi yang digunakan belum seluruhnya baik
2. Kebersihan proses produksi terutama saat penyimpanan kue setelah matang di
lantai tanpa alas khusus yang terlihat kurang bersih
3. Tidak adanya regulasi kerja meningkatkan risiko penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja
4. Para pekerja tidak menggunakan APD, dikarenakan belum disediakan pemilik
industri
5. Rendahnya perhatian terhadap faktor ergonomis menyebabkan penurunan
pada kesehatan pekerja.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
kami berikan diantaranya :
1. Puskesmas
a. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pengawasan berkala dan edukasi pada
industri-industri rumah tangga yang ada di wilayah puskesmas, terutama kepada
rumah industri kue basah ini agar para pekerja mengetahui akan keselamatan kerja
dan kecelakaan dalam kerja.
b. Memberikan penyuluhan kepada pengelola industri rumah tangga tentang
pentingnya menjaga higiene dalam pembuatan makanan dan keselamatan kerja
(Hiperkes).
c. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang
perlu diperhatikan, dan hal-hal yang harus dihindarinya.

71
d. Melakukan pemeriksaan dan penilaian kesehatan terhadap
karyawan di industri untuk mengetahui ada tidaknya penyakit akibat kerja,
penyakit akibat hubungan kerja, dan kecelakaan kerja.

2. Pengelola industri Kue basah


a. Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan APD untuk
pekerja untuk menjaga keselamatan kerja. Misalnya menggunakan sarung
tangan, celemek, alas kaki dalam proses produksi.
b. Menyediakan fasilitas bagi para pekerja berupa alat pelindung diri,
kursi dan meja yang ergonomis untuk bekerja.
c. Menyarankan untuk membuat kebijakan mengenai jam istirahat
dan rotasi kerja bagi pekerja
d. Membiasakan pekerja berperilaku hidup bersih dan sehat dengan
mencuci tangan sebelum dan setelah produksi serta tidak mengkonsumsi
makanan saat melakukan proses produksi.
e. Memperpanjang PIRT (Perizinan Industri Rumah Tangga) secara
berkala sesuai ketentuan yang berlaku.
Para pekerja melakukan olahraga bersama seperti senam minimal
seminggu sekali agar pekerja selalu bugar.

72

Anda mungkin juga menyukai