KEDOKTERAN OKUPASI
INDUSTRI CINCAU
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Tri Kusyantini 12100117007
Gina Drajat Utami 12100117094
Bakti Gumelar 12100117113
Eneng Utari Vitaloka 12100117141
Preseptor :
R. Kince Sakinah, dr.
Rini Ikiviawati, dr.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya Laporan Home Industry ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis
1. Prof. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNISBA.
2. Dr. Titik Respati, drg., MSc.PH selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan
miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
ii
3.2 Laporan Kasus Okupasi II..................................................................37
4.1. Kesimpulan.......................................................................................75
4.2. Saran..................................................................................................75
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
BAB I
RINGKASAN EKSEKUTIF
Industri pembuatan roti terletak di Komplek Bumi Harapan Blok BB6 No. 21 Rt 01
Rw 16, Desa Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Luas lahan kerja industri roti 120 m2, memiliki 2 ruangan yang terdapat di bagian samping
dan belakang pemukiman pemiliknya dan merupakan bangunan permanen dan semi
Pekerja di industri pembuatan roti terdiri dari 10 orang terdiri 1 pemilik dan 9
karyawan yang berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia para pekerja antara 18 sampai 40
tahun. Mayoritas tingkat pendidikan adalah lulusan SD-SMA. Tidak terdapat aturan khusus
yang mengatur waktu istirahat bagi para pekerja. Pemilik mengizinkan pekerja istirahat
Proses produksi roti terdiri dari proses pembuatan adonan yaitu dengan
mencampurkan semua bahan dan aduk sampai merata selama 10-15 menit, lalu dilakukan
pengemasan.
Posisi kerja saat proses produksi tidak ergonomis, hal ini dikarenakan pekerja
melakukan pembuatan adonan dengan posisi duduk bungkuk dalam waktu lama bisa
mengakibatkan timbulnya pegal-pegal, kesemutan dan nyeri punggung bawah, nyeri pada
lutut pada pekerja, dan melakukan pencetakan adonan dengan menggunakan tangan dengan
gerakan yang sama secara terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya kesemutan di jari
jari tangan. Terdapat beberapa faktor risiko di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja diantaranya : terkena penggiling saat proses penggilingan, terkena minyak
1
panas menyebabkan luka bakar pada saat penggorengan dan kemungkinan terjatuh karena
Produksi roti ini tidak menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari
lingkungan di sekitar tempat produksi, limbah yang dihasilkan hanya adonan sisa untuk
membuat roti. Limbah ini sebagian digunakan untuk membuat pakan bebek dan sebagian
ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Identifikasi Hazard and Risk
Assessment dan didapatkan masalah dengan high risk yaitu Radiculopathy, Low Back Pain,
Carpal Tunnel Syndrome, luka bakar, terjatuh. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang
dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah pada proses pembuatan
adonan disarankan untuk memberi jeda setiap beberapa jam sekali saat bekerja dan memakai
splint/ menggunakan tangan untuk bekerja secara bergantian serta disediakannya tempat
duduk yang ergonomis, pada proses pengangkatan bahan produksi diberikan edukasi
mengenai cara mengangkat beban berat yang benar dengan mekanisme proper body
2
BAB II
Industri cincau (cipta rasa) rumahan ini dimulai sejak tahun 1998, bertempat di
dalam rumahnya dengan modal awal Rp2.000.000,-. Industri ini dirintis oleh Bapak
Suwandi sendiri yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebelumnya. Industri cincau ini
diberi nama “Cipta Rasa” karena ingin mempunyai rasa cincau yang khas. Industri ini
awalnya hanya sendirian. Pada awalnya Bapak suwandi mengambil cincau dari pasir
koja dan menjualnya lagi namun karena permintaan pasar yang terus naik apalagi di
blan puasa hingga tidak tercukupi pada tahun 2000 Bapak suwandi mulai
memproduksi cincau sendiri dengan bahan baku daun cincau yang berasal dari bogor
namun karena aroma dan rasa tidak sesuai makan Bapak suwandi mulai mengambil
dari wonogiri dan solo sehingga rasa dan aromanya menjadi khas, pada tahun 2000
Bapak suwandi bisa memproduksi cincau 500 bungkus sehari dan pada tahun 2010
Pada tahun 2018 Bapak suwandi berinovasi dengan membuat cincau dengan
kemasan gelas. Industri cincau ini memiliki omset sebesar Rp. 8.000.000-10.000.000
tergantung hasil penjualan. Cincau plastik diberikan harga Rp. 5000 semntara untuk
3
2.1.2 Geografi Wilayah
Industri Rumah Tangga olahan cincau terletak di Kampung Cicukang RT. 008/ RW
016 Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Luas lahan kerja pembuatan olahan cincau ini adalah 35 m2 dengan jarak tempuh ke
puskesmas sekitar ± 1,9 km. Letak industri ini berada di pemukiman padat penduduk. Lokasi
industri dekat dengan jalan utama desa Mekarrahayu. Akses jalan menuju industri rumah
Sumber daya manusia berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 pemilik dan 7 karyawan.
Karyawan terdiri dari 4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Rentang usia para pekerja
adalah 30 sampai 50 tahun. Tingkat pendidikan pekerja dibidang sales yaitu SMP dan SMA.
Tingkat pendidikan pekerja dibidang administrasi adalah SMA, tingkat pendidikan di bidang
produksi yaitu SD dan SMP. Pembagian tugas kerja antara lain 1 orang untuk persiapan
bahan pembuatan cincau, 2 orang pengolahan cincau, 1 orang pengepakan, 1 orang sebagai
Pekerja mulai bekerja dari pukul 07.00–16.00, dengan pembagian waktu kerja yaitu
bagian persiapan dan pengolahan cincau mulai pukul 07.00–12.00 dan bagian pendinginan
dan pengepakan mulai pukul 13.00–16.00. Waktu istirahat pukul 12.00–13.00 yang
4
2.1.5 Sarana dan Prasarana
Industri ini bertempat pada bagian belakang rumah tinggal pemilik yang terdiri dari 4
ruangan dimana 3ruangan terletak dilantai bawah dan 1 ruangan di lantai atas. Ruang pertama
merupakan ruang produksi bertempat di lantai satu berukuran 2m x 3.5m berfungsi untuk
membuat cincau dimulai dari tahap penimbangan daun cincau yang sudah dikeringkan,
pencucian daun cincau, perebusan daun cincau didalam drum kemudian dilakukan
penyaringan sari daun cincau dan perebusan kembali saripati cincau. Kondisi ruangan
pertama seluruhnya belum dikeramik. Ruang kedua merupakan ruang pencetakan cincau
yang memiliki ukuran 2,5m x 3,5m. Kondisi kedua ruangan seluruhnya berlantai semen.
untuk menaruh stok cincau kemasan. Ruangan keempat merupakan ruangan pengemasan
Tempat pencucian cincau menggunakan air mengalir langsung dari keran kedalam satu
tong plastik. Cincau direbus disebuah drum berdiameter 60cm. Sumber pembakaran
menggunakan kompor gas. Setelah dilakukan perebusan pertama, dilakukan penyaringan air
cincau menggunakan penyaring dengan menggunakan satu buah drum dan satu buah
penyaring berukuran diameter 40cm. Proses selanjutnya dilakukan perebusan tahap kedua.
Setelah dilakukan tahap perebusan kedua, dilakukan pencetakan cincau dengan menggunakan
1buah selang berdiameter 4cm, panjang 3m untuk mengalirkan cincau matang ke dalam
setiap plastik.
pisau kemudian hasilnya di masukan ke dalam 1 wadah aqua gelas plastik dengan
menggunakan sinduk dan disatukan dengan air kinca. Setiap satu gelas cincau ditutup dengan
plastik yang atasnya disetrika terlebih dahulu kemudian di temple menggunakan stiker merk
5
dagang. Tahap terakhir diletakannya semua produk ke dalam kulkas pendingin untuk siap
didistribusikan.
6
Gambar 2.3 Ruang produksi tempat pencucian
7
Gambar 2.5 Lantai ruang produksi
8
Gambar 2.7 Tempat Pengemasan di lantai 2
9
Gambar 2.9 Denah Industri lantai 1
10
2.1.6 Alat dan Bahan Produksi
Bahan-Bahan Produksi
c. Tepung tapioca
d. Air bersih
Daun cincau yang sudah kering dicuci sebanyak 2 kali. Duan cincau ditiriskan dan siap
untuk proses pengrebusan. Posisi pekerja pada saat mencuci daun cincau hijau dengan
posisi membungkuk 90o dan mengangkat dengan berat ±30 kg sehingga menyebabkan
penggilingan
11
Proses Perebusan Daun Cincau
Daun cincau dimasukan ke dalam drum yang berisi air mendidih. Proses perebusan
dibagi menjadi 2 tahap. Perebusan tahap 1 selama 2 jam dan perebusan tahap kedua
selama 1 jam. Saat melakukan perebusan pekerja tidak menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) sehingga dapat menyebabkan terkena luka bakar. Pekerja menuangkan
hasil rebusan tahap 1 ke dalam drum perebusan tahap 2, pekerjaan dilakukan secara
Proses Pencetakan
Hasil rebusan daun cincau disaring dan dituangkan ke dalam plastik yang berukuran ½
kg melalui selang yang disambungkan ke drum perebusan. Saat melakukan pekerjaan ini
12
pasien dengan posisi jongkok, sehingga dapat menimbulkan varises. Pekerja tidak
Air kinca terbuat dari gula pasir yang dimasak selama ± 30 menit. Pekerja menimbang gula
pasir dan menungkan ke dalam wadah plastik tranparan dengan posisi duduk dan sedikit
membungkuk 150 dan hanya menggunakan satu tangan dominan tangan kanan sampai 1
karung gula pasir habis yang dilakuakan secara berulang-ulang, sehingga dapat
mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah dan nyeri pada otot bahu.
13
Gambar 2.16 proses pembuatan air kinca
Proses Pengemasan
1. Siapkan gelas plastik yang ditempeli label kadaluarsa terlebih dahulu. Cincau yang sudah
dipotong-potong dimasukan kedalam gelas plastik dan langsung tuangkan air kinca yang
sudah mendidih. Pekerja menempeli label kadaluarsa kemudian menuangkan cincau dan
air kinca dalam posisi berdiri dalam waktu lama sehingga dapat mengakibatkan nyeri
kedua kaki dan pekerja lebih dominan menggunakan satu tangan kanan yang dilakuakan
secara berulang-ulang, sehingga dapat mengakibatkan rasa pegal dan kesemutan pada
tangannya.
2. Setelah itu ditutup dengan plastik yang atasnya disetrika terlebih dahulu. Pekerjaan ini
tanpa menggunakan APD sarung tangan, sehingga dapat menyebabkan luka bakar pada
tangan pekerja.
14
2.1.8 Jaminan Kesehatan Pekerja
Pemilik PIRT sudah memiliki jaminan kesehatan. Para PIRT belum mendapatkan
jaminan kesehatan yang diberikan atau ditanggung oleh industri rumah tangga atau pemilik
industri rumah tangga namun apabila terjadi kecelakaan kerja atau karwayawan mengalami
sakit, PIRT ini sudah memiliki klinik kerja sama dan biaya di tanggung oleh pemilik industri
rumahan.
Limbah yang dihasilkan dari pabrik ini adalah ampas rebusan daun cincau. Limbah ini
dibuang ketempat pembuangan sampah yang terletak di sebelah ruang produksi, diangkut ke
15
16
2.2 Identifikasi Hazard dan Risk Assessment
Proses Hazard
Bahaya
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Ergonomis/fisio PAK/PAHK KAK
Fisik Kimia Biologis Psikososial
logis
Pembuatan 1. Mengangkat 1. LBP
nggul 3. CTS
2. Posisi duduk
membungku
k tanpa
sandaran
3. Gerakan
tangan
berulang
17
Penggilingan da 1. Perubahan 1. LBP
nan membungku
k ke berdiri
secara
berulang
sepanjang
jam kerja
2. Memanggul
adonan yang
berat dengan
bahu yang
dominan
terlingdung
18
Safety
19
menunduk monoton 3. CTS
3.Gerakan
tangan
berulang
Pemanggangan 1. Perubahan 1. LBP
posisi 2. Myalgia,
membungkuk ke LBP,
berdiri Radiculopath
2. Memindahkan y
adonan yang
cukup berat ke
tempat
pemanggangan
Lantai kotor dan Cedera
licin musculoskeletal
dan fraktur
1. Instalasi gas 1. Burn Injury
20
yang tidak sesuai 2. Burn Injury
standar
2. Alat
pemanggangan
yang panas
Pengemasan 1.Posisi duduk
waktu yang
lama
2. Penggunaa
n tangan
secara
berulang
Debu Pengepakan Foodborne
menggunaka
n sarung
21
tangan
(bakteri,
virus, jamur)
22
Mungkin dapat terjadi (3) 3 6 (Radiculopathy)9 12 15
(Carpal Tunnel
Kecil kemungkinan terjadi (2) 4 6 8 10
Syndrome) 2
( Burn Injury)
(Cedera
Jarang terjadi (1) 2 3 4 5
musculoskeletal) (
fraktur) 1
Kesimpulan :
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pada healt hazard hanya terdapat hazard biologis dan ergonomis. Dimana hazard biologis yaitu
23
- Memanggul adonan yang berat dengan bahu yang dominan
- Myalgia
- CTS
- LBP
24
- Radiculopathy
25
BAB III
26