Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENGAMATAN

KEDOKTERAN OKUPASI

INDUSTRI CINCAU

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :
Tri Kusyantini 12100117007
Gina Drajat Utami 12100117094
Bakti Gumelar 12100117113
Eneng Utari Vitaloka 12100117141

Preseptor :
R. Kince Sakinah, dr.
Rini Ikiviawati, dr.

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
UPF YANKES KECAMATAN MARGAASIH
KABUPATEN BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat-Nya Laporan Home Industry ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNISBA.

2. Dr. Titik Respati, drg., MSc.PH selaku koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran UNISBA

3. Yudi Feriandi, dr. selaku preseptor bagian

4. Mutia Nurhayati, dr. selaku preseptor lapangan

5. Home industry pembuatan roti

6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis

miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF...................................................................1

BAB II DESKRIPSI SINGKAT INDUSTRI.......................................................3

2.1. Profil industri .....................................................................................3

2.1.1. Sejarah Industri ........................................................................3

2.1.2. Geografi wilayah.......................................................................4

2.1.3 Sumber Daya Manusia...............................................................4

2.1.4 Jam Kerja...................................................................................4

2.1.5 Sarana dan Prasarana.................................................................4

2.1.6 Alat Dan Bahan Produksi.........................................................12

2.1.7 Proses Pengolahan Hasil Industri.............................................13

2.1.8 Jaminan Kesehatan Pekerja......................................................16

2.1.9 Pengelolaan Limbah.................................................................16

2.2 Identifikasi Hazard dan Risk Assessment...........................................17

2.3 Risk Outcome......................................................................................19

2.4 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri.........................................20

BAB III LAPORAN KASUS OKUPASI............................................................24

3.1 Laporan Kasus Okupasi I ..................................................................24

ii
3.2 Laporan Kasus Okupasi II..................................................................37

3.3 Laporan Kasus Okupasi III................................................................49

3.4 Laporan Kasus Okupasi IV................................................................62

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN...................................................................75

4.1. Kesimpulan.......................................................................................75

4.2. Saran..................................................................................................75

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Identifikasi Hazard dan Risk Assessment...............................................17

Tabel 2.2 Risk Outcome.........................................................................................21

Tabel 2.3 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri............................................23

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tampak Depan Tempat Rumah Produksi............................................5

Gambar 2.2 Tempat Penyimpanan Bahan Baku......................................................6

Gambar 2.3 Mesin Penggiling..................................................................................6

Gambar 2.4 Tempat Percetakan...............................................................................7

Gambar 2.5 Tempat Pemanggangan........................................................................7

Gambar 2.6 Tempat Pengemasana ..........................................................................8

Gambar 2.7 Bagian Atas Pabrik...............................................................................8

Gambar 2.8 Bagian Lantai Pabrik............................................................................9

Gambar 2.9 Tempat Minum.....................................................................................9

Gambar 2.10 Tempat Mencuci Piring....................................................................10

Gambar 2.11 Bagian Samping Pabrik....................................................................10

Gambar 2.12 Denah Ruang Produksi.....................................................................11

Gambar 2.13 Proses Penggilingan.........................................................................14

Gambar 2.14 Proses Percetakan.............................................................................15

Gambar 2.15 Proses Pemanggangan......................................................................15

iv
BAB I

RINGKASAN EKSEKUTIF

Industri pembuatan roti terletak di Komplek Bumi Harapan Blok BB6 No. 21 Rt 01

Rw 16, Desa Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Luas lahan kerja industri roti 120 m2, memiliki 2 ruangan yang terdapat di bagian samping

dan belakang pemukiman pemiliknya dan merupakan bangunan permanen dan semi

permanen. Jarak tempuh ke puskesmas sekitar ± 630 m

Pekerja di industri pembuatan roti terdiri dari 10 orang terdiri 1 pemilik dan 9

karyawan yang berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia para pekerja antara 18 sampai 40

tahun. Mayoritas tingkat pendidikan adalah lulusan SD-SMA. Tidak terdapat aturan khusus

yang mengatur waktu istirahat bagi para pekerja. Pemilik mengizinkan pekerja istirahat

apabila sudah merasa lelah.

Proses produksi roti terdiri dari proses pembuatan adonan yaitu dengan

mencampurkan semua bahan dan aduk sampai merata selama 10-15 menit, lalu dilakukan

proses penggilingan dan penipisan adonan, pencetakan adonan, pemanggangan, dan

pengemasan.

Posisi kerja saat proses produksi tidak ergonomis, hal ini dikarenakan pekerja

melakukan pembuatan adonan dengan posisi duduk bungkuk dalam waktu lama bisa

mengakibatkan timbulnya pegal-pegal, kesemutan dan nyeri punggung bawah, nyeri pada

lutut pada pekerja, dan melakukan pencetakan adonan dengan menggunakan tangan dengan

gerakan yang sama secara terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya kesemutan di jari

jari tangan. Terdapat beberapa faktor risiko di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan

kecelakaan kerja diantaranya : terkena penggiling saat proses penggilingan, terkena minyak

1
panas menyebabkan luka bakar pada saat penggorengan dan kemungkinan terjatuh karena

lantai dapur yang licin.

Produksi roti ini tidak menghasilkan limbah berbahaya yang dapat mencemari

lingkungan di sekitar tempat produksi, limbah yang dihasilkan hanya adonan sisa untuk

membuat roti. Limbah ini sebagian digunakan untuk membuat pakan bebek dan sebagian

dibuang ketempat pembuangan sampah..

Berdasarkan hasil observasi masalah-masalah yang ditemukan di industri roti

ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Identifikasi Hazard and Risk

Assessment dan didapatkan masalah dengan high risk yaitu Radiculopathy, Low Back Pain,

Carpal Tunnel Syndrome, luka bakar, terjatuh. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang

dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah pada proses pembuatan

adonan disarankan untuk memberi jeda setiap beberapa jam sekali saat bekerja dan memakai

splint/ menggunakan tangan untuk bekerja secara bergantian serta disediakannya tempat

duduk yang ergonomis, pada proses pengangkatan bahan produksi diberikan edukasi

mengenai cara mengangkat beban berat yang benar dengan mekanisme proper body

mechanics, untuk proses pemanggangan disediakannya APD untuk menghindari kecelakaan

kerja berupa sarung tangan untuk membuka dan menutup oven.

2
BAB II

DESKRIPSI SINGKAT INDUSTRI

2.1 Profil Industri

2.1.1 Sejarah Industri

Industri cincau (cipta rasa) rumahan ini dimulai sejak tahun 1998, bertempat di

dalam rumahnya dengan modal awal Rp2.000.000,-. Industri ini dirintis oleh Bapak

Suwandi sendiri yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebelumnya. Industri cincau ini

diberi nama “Cipta Rasa” karena ingin mempunyai rasa cincau yang khas. Industri ini

awalnya hanya sendirian. Pada awalnya Bapak suwandi mengambil cincau dari pasir

koja dan menjualnya lagi namun karena permintaan pasar yang terus naik apalagi di

blan puasa hingga tidak tercukupi pada tahun 2000 Bapak suwandi mulai

memproduksi cincau sendiri dengan bahan baku daun cincau yang berasal dari bogor

namun karena aroma dan rasa tidak sesuai makan Bapak suwandi mulai mengambil

dari wonogiri dan solo sehingga rasa dan aromanya menjadi khas, pada tahun 2000

Bapak suwandi bisa memproduksi cincau 500 bungkus sehari dan pada tahun 2010

bisa memproduksi 2000 bungkus cincau. Produk ini mulai didistribusikan ke

supermarket dengan system titip jual hingga saat ini.

Pada tahun 2018 Bapak suwandi berinovasi dengan membuat cincau dengan

kemasan gelas. Industri cincau ini memiliki omset sebesar Rp. 8.000.000-10.000.000

tergantung hasil penjualan. Cincau plastik diberikan harga Rp. 5000 semntara untuk

cincau gelas Rp. 3000 Bapak suwandi mengambil keuntungan Rp.1000.

3
2.1.2 Geografi Wilayah

Industri Rumah Tangga olahan cincau terletak di Kampung Cicukang RT. 008/ RW

016 Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Luas lahan kerja pembuatan olahan cincau ini adalah 35 m2 dengan jarak tempuh ke

puskesmas sekitar ± 1,9 km. Letak industri ini berada di pemukiman padat penduduk. Lokasi

industri dekat dengan jalan utama desa Mekarrahayu. Akses jalan menuju industri rumah

tangga bisa dilalui oleh mobil ataupun motor.

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 pemilik dan 7 karyawan.

Karyawan terdiri dari 4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Rentang usia para pekerja

adalah 30 sampai 50 tahun. Tingkat pendidikan pekerja dibidang sales yaitu SMP dan SMA.

Tingkat pendidikan pekerja dibidang administrasi adalah SMA, tingkat pendidikan di bidang

produksi yaitu SD dan SMP. Pembagian tugas kerja antara lain 1 orang untuk persiapan

bahan pembuatan cincau, 2 orang pengolahan cincau, 1 orang pengepakan, 1 orang sebagai

administrasi dan 2 orang orang bertugas sebagai sales.

2.1.4 Jam Kerja

Pekerja mulai bekerja dari pukul 07.00–16.00, dengan pembagian waktu kerja yaitu

bagian persiapan dan pengolahan cincau mulai pukul 07.00–12.00 dan bagian pendinginan

dan pengepakan mulai pukul 13.00–16.00. Waktu istirahat pukul 12.00–13.00 yang

digunakan untuk makan siang dan shalat dzuhur.

4
2.1.5 Sarana dan Prasarana

Industri ini bertempat pada bagian belakang rumah tinggal pemilik yang terdiri dari 4

ruangan dimana 3ruangan terletak dilantai bawah dan 1 ruangan di lantai atas. Ruang pertama

merupakan ruang produksi bertempat di lantai satu berukuran 2m x 3.5m berfungsi untuk

membuat cincau dimulai dari tahap penimbangan daun cincau yang sudah dikeringkan,

pencucian daun cincau, perebusan daun cincau didalam drum kemudian dilakukan

penyaringan sari daun cincau dan perebusan kembali saripati cincau. Kondisi ruangan

pertama seluruhnya belum dikeramik. Ruang kedua merupakan ruang pencetakan cincau

yang memiliki ukuran 2,5m x 3,5m. Kondisi kedua ruangan seluruhnya berlantai semen.

Ruangan ketiga merupakan ruangan lemari es berukuran 1,8m x 4 m beralaskan keramik

untuk menaruh stok cincau kemasan. Ruangan keempat merupakan ruangan pengemasan

berukuran 3m x 4m berada dilantai 2 berlantai keramik.

Tempat pencucian cincau menggunakan air mengalir langsung dari keran kedalam satu

tong plastik. Cincau direbus disebuah drum berdiameter 60cm. Sumber pembakaran

menggunakan kompor gas. Setelah dilakukan perebusan pertama, dilakukan penyaringan air

cincau menggunakan penyaring dengan menggunakan satu buah drum dan satu buah

penyaring berukuran diameter 40cm. Proses selanjutnya dilakukan perebusan tahap kedua.

Setelah dilakukan tahap perebusan kedua, dilakukan pencetakan cincau dengan menggunakan

1buah selang berdiameter 4cm, panjang 3m untuk mengalirkan cincau matang ke dalam

setiap plastik.

Setelah cincau dirasa sudah membeku dilakukan pemotongan dengan menggunakan

pisau kemudian hasilnya di masukan ke dalam 1 wadah aqua gelas plastik dengan

menggunakan sinduk dan disatukan dengan air kinca. Setiap satu gelas cincau ditutup dengan

plastik yang atasnya disetrika terlebih dahulu kemudian di temple menggunakan stiker merk

5
dagang. Tahap terakhir diletakannya semua produk ke dalam kulkas pendingin untuk siap

didistribusikan.

Gambar 2.1 ruang produksi dan pencetakan cincau

Gambar 2.2 Ruang produksi tempat penimbangan

6
Gambar 2.3 Ruang produksi tempat pencucian

Gambar 2.4 tempat produksi cincau

7
Gambar 2.5 Lantai ruang produksi

Gambar 2.6 Tempat pencetakan cincau

8
Gambar 2.7 Tempat Pengemasan di lantai 2

Gambar 2.8 Ruang Lemari es

9
Gambar 2.9 Denah Industri lantai 1

Gambar 2.10 Denah Industri lantai 2

10
2.1.6 Alat dan Bahan Produksi

Bahan-Bahan Produksi

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cincau adalah :

a. Daun janggelan kering

b. Gula pasir putih

c. Tepung tapioca

d. Air bersih

Proses Pencucian Daun Cincau

 Daun cincau yang sudah kering dicuci sebanyak 2 kali. Duan cincau ditiriskan dan siap

untuk proses pengrebusan. Posisi pekerja pada saat mencuci daun cincau hijau dengan

posisi membungkuk 90o dan mengangkat dengan berat ±30 kg sehingga menyebabkan

pekerja mengalami nyeri punggung bawah dan nyeri pada bahu.

Gambar 2.13 proses

penggilingan

11
Proses Perebusan Daun Cincau

 Daun cincau dimasukan ke dalam drum yang berisi air mendidih. Proses perebusan

dibagi menjadi 2 tahap. Perebusan tahap 1 selama 2 jam dan perebusan tahap kedua

selama 1 jam. Saat melakukan perebusan pekerja tidak menggunakan APD (Alat

Pelindung Diri) sehingga dapat menyebabkan terkena luka bakar. Pekerja menuangkan

hasil rebusan tahap 1 ke dalam drum perebusan tahap 2, pekerjaan dilakukan secara

berulang-ulang sehingga bisa menyebabkan terjadinya nyeri punggung.

Gambar 2.14 proses perebusan

Proses Pencetakan

 Hasil rebusan daun cincau disaring dan dituangkan ke dalam plastik yang berukuran ½

kg melalui selang yang disambungkan ke drum perebusan. Saat melakukan pekerjaan ini

12
pasien dengan posisi jongkok, sehingga dapat menimbulkan varises. Pekerja tidak

menggunakan APD, sehingga dapat menimbulkan luka bakar.

Gambar 2.15 proses pencetakan

Proses Pembuatan Air Kinca

Air kinca terbuat dari gula pasir yang dimasak selama ± 30 menit. Pekerja menimbang gula

pasir dan menungkan ke dalam wadah plastik tranparan dengan posisi duduk dan sedikit

membungkuk 150 dan hanya menggunakan satu tangan dominan tangan kanan sampai 1

karung gula pasir habis yang dilakuakan secara berulang-ulang, sehingga dapat

mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah dan nyeri pada otot bahu.

13
Gambar 2.16 proses pembuatan air kinca

Proses Pengemasan

1. Siapkan gelas plastik yang ditempeli label kadaluarsa terlebih dahulu. Cincau yang sudah

dipotong-potong dimasukan kedalam gelas plastik dan langsung tuangkan air kinca yang

sudah mendidih. Pekerja menempeli label kadaluarsa kemudian menuangkan cincau dan

air kinca dalam posisi berdiri dalam waktu lama sehingga dapat mengakibatkan nyeri

kedua kaki dan pekerja lebih dominan menggunakan satu tangan kanan yang dilakuakan

secara berulang-ulang, sehingga dapat mengakibatkan rasa pegal dan kesemutan pada

tangannya.

2. Setelah itu ditutup dengan plastik yang atasnya disetrika terlebih dahulu. Pekerjaan ini

tanpa menggunakan APD sarung tangan, sehingga dapat menyebabkan luka bakar pada

tangan pekerja.

Gambar 2.16 proses pengemasan

14
2.1.8 Jaminan Kesehatan Pekerja

Pemilik PIRT sudah memiliki jaminan kesehatan. Para PIRT belum mendapatkan

jaminan kesehatan yang diberikan atau ditanggung oleh industri rumah tangga atau pemilik

industri rumah tangga namun apabila terjadi kecelakaan kerja atau karwayawan mengalami

sakit, PIRT ini sudah memiliki klinik kerja sama dan biaya di tanggung oleh pemilik industri

rumahan.

2.1.9 Pengelolaan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari pabrik ini adalah ampas rebusan daun cincau. Limbah ini

dibuang ketempat pembuangan sampah yang terletak di sebelah ruang produksi, diangkut ke

TPS (Tempat pembuangan sampah) seminggu 2 kali.

Gambar 2.16 pengolaan limbah

15
16
2.2 Identifikasi Hazard dan Risk Assessment

Tabel 2.1. Identifikasi Hazard dan Risk Assessment

Prasarana/ Healt Hazard Safety Risiko

Proses Hazard
Bahaya
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Ergonomis/fisio PAK/PAHK KAK
Fisik Kimia Biologis Psikososial
logis
Pembuatan 1. Mengangkat 1. LBP

adonan bahan baku d 2. Myalgia ar

engan mema Lumbal

nggul 3. CTS

2. Posisi duduk

membungku

k tanpa

sandaran

3. Gerakan

tangan

berulang

17
Penggilingan da 1. Perubahan 1. LBP

n Penipisan ado posisi 2. Myalgia

nan membungku

k ke berdiri

secara

berulang

sepanjang

jam kerja

2. Memanggul

adonan yang

berat dengan

bahu yang

dominan

Alat penggilingan Amputasi

yang memiliki roda ekstremitas

gigi yang tidak

terlingdung

18
Safety

Prasarana/Pros Health Hazard Hazard Risiko


Bahaya
es
Bahaya Bahaya Bahaya Bahaya
Ergonomis/fisio PAK/PAHK KAK
Fisik Kimia Biologis Psikososial
logis
Pencucian daun 1.Posisi berdiri 4. Pekerjaan 1. Karsinogenik

cincau dan leher yang 2. Myalgia

19
menunduk monoton 3. CTS

yang lama 4. Jenuh

3.Gerakan

tangan

berulang
Pemanggangan 1. Perubahan 1. LBP

posisi 2. Myalgia,

membungkuk ke LBP,

berdiri Radiculopath

2. Memindahkan y

adonan yang

cukup berat ke

tempat

pemanggangan
Lantai kotor dan Cedera

licin musculoskeletal

dan fraktur
1. Instalasi gas 1. Burn Injury

20
yang tidak sesuai 2. Burn Injury

standar

2. Alat

pemanggangan

yang panas
Pengemasan 1.Posisi duduk

dan pengepakan membungkuk 1.Myalgia

bersila dalam 2.CTS

waktu yang

lama

2. Penggunaa

n tangan

secara

berulang
Debu Pengepakan Foodborne

dengan disease bagi

tangn tanpa konsumen

menggunaka

n sarung

21
tangan

(bakteri,

virus, jamur)

2.3 Risk Outcome

Tabel 2.2. Matrix Risk Outcome

Severity atau Keparahan


Tidak ada cedera, Cedera ringan, Kehilangan Waktu Kematian, kerugian
Probability atau Cacat kerugian
kerugian materi kerugian materi Kerja, kerugian materi yang tidak
Kemungkinan materi besar
kecil sedang materi cukup besar terhitung
4
1 2 3 5

Hampir pasti akan terjadi (5) 5 10 15 20 25

Cenderung untuk terjadi (4) (Myalgia) 4 (LBP) 8 12 16 20

22
Mungkin dapat terjadi (3) 3 6 (Radiculopathy)9 12 15

(Carpal Tunnel
Kecil kemungkinan terjadi (2) 4 6 8 10
Syndrome) 2
( Burn Injury)

(Cedera
Jarang terjadi (1) 2 3 4 5
musculoskeletal) (

fraktur) 1

Kesimpulan :

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pada healt hazard hanya terdapat hazard biologis dan ergonomis. Dimana hazard biologis yaitu

pengepakan dengan tangan tanpa menggunakan sarung tangan.

Hazard ergonomis yaitu :

- Mengangkat bahan baku dengan memanggul

- Posisi duduk membungkuk tanpa sandaran

- Gerakan tangan berulang

- Perubahan posisi membungkuk ke berdiri secara berulang sepanjang jam kerja

23
- Memanggul adonan yang berat dengan bahu yang dominan

- Posisi berdiri dan leher menunduk yang lama

- Perubahan posisi membungkuk ke berdiri

- Memindahkan adonan yang cukup berat ke tempat pemanggangan

- Posisi duduk membungkuk bersila dalam waktu yang lama

Safety hazard yang terdapat pada data diatas yaitu:

- Alat penggilingan yang memiliki roda gigi yang tidak terlingdung

- Lantai kotor dan licin

- Instalasi gas yang tidak sesuai standar

- Alat pemanggangan yang panas

Resiko yang bisa di dapatkan dari hazard tersebut adalah :

- Myalgia

- CTS

- LBP

24
- Radiculopathy

- Foodborne disease bagi konsumen

25
BAB III

26

Anda mungkin juga menyukai