PT. PINDAD
ASPEK HIGIENE INDUSTRI
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Dasar Hukum...........................................................................................................2
1.2.1. Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................................2
1.3 Profil Perusahaan.....................................................................................................3
1.5 Landasan Teori.........................................................................................................5
1.5.1 Higiene Industri.................................................................................................5
1.5.2 Bahaya Kerja.....................................................................................................6
1.5.3. Bahaya Faktor Biologi.....................................................................................6
1.5.4 Bahaya Faktor Kimia........................................................................................8
1.5.5 Bahaya Faktor Fisika.......................................................................................10
1.5.6 Sanitasi Industri...............................................................................................14
1.5.7 Pengolahan Limbah Industri...........................................................................17
BAB II PELAKSANAAN..........................................................................................19
2.1 Tanggal dan Waktu Pengamatan..........................................................................19
2.2 Lokasi Pengamatan................................................................................................19
2.3.2 Faktor Kimia...................................................................................................21
2.3.3 Faktor Biologi.................................................................................................21
2.3.4 Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................21
2.3.5 Sanitasi Industri...............................................................................................22
BAB III HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN...............................23
3.1 Faktor fisik.............................................................................................................24
3.1.1 Hasil Pengukuran, Pengamatan, dan Pengendalian Potensi Bahaya Iklim
kerja..........................................................................................................................24
3.1.2 Hasil Pengukuran, Pengamatan, dan Pengendalian Potensi Bahaya
Penerangan...............................................................................................................25
3
PENDAHULUAN
1
2
(pengendalian dari stresor lingkungan kerja yang bisa berbentuk stressor fisik,
kimia, biologi, ergonomis maupun psikologis yang dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja, penurunan kesehatan atau ketidaknyamanan ketika bekerja).3
Penerapan higiene industri ini didasarkan pada jumlah angka kejadian
kecelakaan kerja yang masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), pada
tahun 2012 ILO mencatat angka kematian yang diakibatkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.2
Pelaksanaan Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Indonesia secara kelembagaan menjadi tanggung jawab dua instansi yaitu
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Departemen Kesehatan.
Sedangkan landasan hukum pelaksanaan higene perusahaan dan kesehatan kerja
mencakup Undang-undang Kesehatan dan Undang-undang yang terkait dengan
ketenagakerjaan.
Pengelola Industri Strategis (BPIS) sejak tahun 1989 sebelum dibubarkan pada
1998. Selanjutnya, tahun 1999 PT Pakarya Industri (Persero) berubah nama
menjadi PT Bahana Pakarya Industri Strategis (Persero) yang kemudian
dibubarkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 52
Tahun 2002. Selanjutnya, PT Pindad (Persero) berada di bawah wewenang
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor: 41 tahun 2003.
Hingga saat ini PT Pindad (Persero) terus memproduksi berbagai macam
amunisi, senjata dan bahkan kendaraan tempur yang semuanya berkiblat ke Eropa
dan NATO. Beberapa produk unggulan PT Pindad (Persero) di antaranya Rantis
Komodo untuk pertempuran khusus dan kegiatan anti teror, Panser Anoa yang
telah dirancang sebanyak 7 varian, yakni; ambulance, angkut personel (APC),
komando, logistik BBM, logistik munisi dan mortir 80 carrier, Police Water
Canon yang mampu menembakkan air hingga jarak 70 meter, serta mampu
menembakkan busa anti api (bom molotov) dan gas air mata, dan Tank Tempur
yang masih terbatas pada prototype tank varian ringan dan medium. Selain itu, PT
Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Bahkan
tiap tahunnya, PT Pindad (Persero) mampu memproduksi 40.000 senjata dalam
berbagai tipe, mulai dari yang ringan sampai yang berat, seperti Senapan Serbu
SS1, Senapan Serbu SS2, Senapan Sniper, Senapan Anti Teror PM2, Senapan
Mesin, serta Meriam.
DIVISI
SENJATA DIVISI ALBER DIVISI ALPER
CUTTING
BORNG WELDING
SAWWING
BENDING
FLATTING HARDERING FINISHING CASTING FOURRING STAMPING
SUMBER TERKONTAMINASI
KECELAKAAN KERJA
PENYAKIT AKIBAT KERJA
PENCEMARAN, KEBAKARAN, PELEDAKAN
ESTIMASI
SUBSTITUSI
ISOLASI
REKAYASA
ADMINISTRASI
APD
Standar faktor biologi diatur dalam Permenaker no.5 tahun 2018 yaitu :
Bakteri : 700 cfu/m3 (batas maksimum) dan bebas mikroba patogen
Jamur : 1000 cfu/m3 (batas maksimum)
organ dan sistem tubuh lainya. Bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh dengan
beberapa cara :
a. Inhalasi (menghirup)
b. Pencernaah (menelan)
c. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasive
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area
lingkungan tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia
meliputi :
1. Derajat racun,
2. Sifat-sifat fisik dari bahan,
3. Tata cara kerja,
4. Sifat dasar
5. Tempat/jalan masuk,
6. Kerentanan individu para pekerja
7. Kombinasi faktor-faktor yang akan menibulkan situasi yang berbahaya.
Bahan kimia berbahaya ditempat kerja :
1.5.5.1 Kebisingan
Kebisingan adalah rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran
melalui media elastis dan tidak dikehendaki. Kualitas bunyi ditentukan oleh
intensitas suara, frekuensi dan kecepatan nilai ambang batas kebisingan adalah
besarnya level suara dimana tenaga kerja masih berada dalam batas aman untuk
bekerja 8jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai ambang dengar adalah suara yang
paling lemah yang masih dapat didengar telinga.
Karakteristik bunyi :
1. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah fluktuasi yang terjadi pada satu waktu. Telinga
manusia dapat merespon bunyi paling rendah pada 20 Hz dan paling tinggi
20.000 Hz.
11
2. Intensitas
Intensitas bunyi adalah besarnya energy yang digetarkan partikel udara
yang ditangkap ole telinga. Telinga manusia mempunyai ambang dengar
terendah 0,00002 N/m2 dan aambang tertinggi 200 N/m2.
3. Kecepatan
Kecepatan gelombang tergantung jumlah panjang gelombang dan
frekuensi. Panjang gelombang merupakan alat yang berguna untuk
mengontrol kebisingan dan dihitung berdasarkan frekuensi dan velocity.
Jenis-jenis kebisingan :
1. Kebisingan terus menerus ( Continuous/steady noise). Bising ini
dihasilkan dari mesin-mesin yang berputar ataupun udara yang keliar
dengan tekanan tinggi pada saluran yang sempit.
2. Kebisingan terputus-putus. Bising seperti pesawat terbang di udara.
3. Kebisingan menghentak. Bising seperti suara dentumn meriam, bom
meledak
Efek bising terhadap kesehatan
1. Kebisingan jangka panjang, menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen atau ketulian.
2. Kebisingan jangka pendek, menyebabkan kehilangan pendengaran
sementara. Penurunan daya dengar terjadi dalam menit atau jam.
3. Tinnitus
4. Trauma akustik
5. Presbikusis
Pemerintah mengeluarkan keputusan menteri tenaga kerja Permenaker No. 05
tahun 2018 tentang K3 Lingkungan kerja. Dalam peraturan tersebut menetapkan
pemaparan maksimum kebisingan yang diperbolehkan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam
sehari tanpa alat perlindungan pendengaran. Pada kebisingan lebi tinggi, waktu
pemaparan (tanpa perlindungan telinga) berkurang, dimana setiap kenaikan 3 dB
maka waktu pemaparan perhari menjadi ½ jamnya.
1.5.5.2 Getaran
12
1.5.5.3 Penerangan
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda- benda di tempat kerja. Penerangan berasal dari cahaya alami dan cahaya
buatan
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi
ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami
tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan Sistem pencahayaan buatan
yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni:
a. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh
ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak
dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus.
b. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu
arah tertentu.
c. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu
misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual
Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
Pencegahan kesilauan
Arah sinar
Warna
Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
Kelelahan mata sebagai akibat dari berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
14
c. Sanitasi makanan
Sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan keracunan makanan.
Berdasarkan penyebabnya, keracunan makanan pada tenaga kerja dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Keracunan akibat masuknya bakteri pathogen. Pathogen akan
berkembang biak selama penyimpanan makanan pada suhu 10-65’
Keracunan akibat bahan kimia beracun, dapat terjadi tiba-tiba
dalam beberapa menit hingga 2 jam setelah konsumsi. Penyebab
antara lain arsen, cadmium, lead, zinc, dan lain-lain
d. Pemeliharaan fasilitas industri
Dapat mencegah terjadinya bahaya, memperlancar lalu lintas barang dan
tenaga kerja. Dinding yang rapih dan bersih dapat menambah intensitas
penerangan saat bekerja.
e. Pencegahan dan pembasmian vector penyakit
Serangga dapat memindahkan bibt penyakit lewat kulit atau selaput lender.
16
BAB II
PELAKSANAAN
a. Kebisingan
b. Penerangan
c. Iklim Kerja
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran dan Pengamatan Potensi Bahaya Iklim Kerja
Parameter
Jam
No Lokasi Ta Tw Tg RH ISBB
Pengukuran
(0C) 0
( C) 0
( C) (%) (0C)
Area
1 perakitan 27,5 21,3 28,3 58 23,4 Jam 10.30-10.31
pengujian
2 Pengemasan 28,1 21,3 29,1 55 23,7 Jam 10.32-10.33
3 Pengeboran 27,4 21,1 28,0 58 23,3 Jam 10.35-10.36
Proses
4 27,3 21,2 27,7 57 23,1 Jam 10.39-10.40
permesinan
Proses
5 penghalusan 27,4 21,5 27,9 57 23,5 Jam 10,45-10.46
pengukuran
6 Pembubutan 28,3 22,2 30,6 58 24,4 Jam 10.50-10.51
24
25
Berdasarkan tabel diatas, dari hasil pengukuran ISBB pada semua divisi
dengan beban kerja sedang dapat disimpulkan bahwa iklim kerja pada semua
divisi tersebut dibawah nilai ambang batas atau normal.
Merk/Buatan : Luxtron
Model/Type : LX-1108
Sumber Cahaya
(Alami + Buatan) Cuaca
Lokasi/Kode Intensitas Jam dan jumlah lampu (mendung,
No Penerangan (Lux) Pengukuran nyala dan mati cerah,
Lokasi
hujan)
Umum Lokal
bom lampu gantung
semuanya dalam
keadaan mati
5 Mesin fritz 92-96 10.45 Alami dan buatan Cerah
werner (lampu local mati),
lampu gantung
semuanya dalam
keadaan mati
6 Mesin scraft 181-190 10.51 Alami dan buatan Cerah
meratakan (lampu local mati),
lampu gantung
semuanya dalam
keadaan mati
7 Dep sarca.1 135-139 10.36 Alami dan lampu Cerah
gantung semuanya
dalam keadaan
menyala
Intensitas
Intensitas Penerangan
No Keterangan
Lokasi Penerangan (Lux) yang
Dipersyarat
Umum Lokal kan Umum Lokal
Min. 200
1 Mesin frais universal 1 339-341 Sesuai
Lux
Min. 200
2 Mesin frais universal 2 230-232 Sesuai
Lux
Min. 200
3 Mesin frais universal 3 328-439 Sesuai
Lux
Mesin bending ekor Min. 200 Tidak
4 89-91
bom Lux Sesuai
5 Mesin fritz werner 92-96 Min. 200 Tidak
27
Lux Sesuai
Min. 200 Tidak
6 Mesin scraft meratakan 181-190
Lux Sesuai
Min. 200 Tidak
7 Dep sarca.1 135-139
Lux Sesuai
Min. 200 Tidak
8 Dep sarca 2 87-89
Lux Sesuai
Min. 200 Tidak
9 Dep sarca 3 133-135
Lux Sesuai
Jumlah Tenaga
Kebisingan Jam Sumber
No Lokasi (Bagian) Kerja Terpapar
(dBA) Pengukuran Bising (Alat)
(Orang)
1 Area permesinan 69 10:30 Mesin 1
Area Perakitan
2 71 10:35 Selang angin 2
pengujian
3 Area Pengepakan 81 10:40 Palu 6
Area
4 80 10:45 Mesin mealing 1
pemesinan/tempa
5 Area boring 88 10:50 Mesin bor 6
6 Scraft 81 11:00 Mesin scraft 5
Mesin cnc
7 Area penghalusan 78 11:05 2
frais
28
PT. PINDAD tidak memberikan Alat Pelindung Diri (APD) berupa ear
plug kepada bagian yang diambil sampel. Sedangkan untuk bagian lain hanya
diberikan himbauan untuk memakai APD ketika bekerja berupa poster yang
ditempatkan pada setiap bagian. Dari segi medis, para pekerja dari PT. PINDAD
bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan.
3.1.6 P2K3
a. Kebersihan umum
Tabel 3.8 Hasil Pengamatan kebersihan umum
Ya Tidak
Dinding tidak basah dan lembab √√
Ya Tidak
Terdapat sabun cuci tangan √
b. Higiene perorangan
1) MCK
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT PINDAD (Persero) dari
Divisi Tempa, Cor, dan Alat Perkeretaapian didapatkan :
Tabel 3.9 Hasil Pengamatan MCK
Ya Tidak
Letak langsung berhubungan dengan tempat kerja √√
Jumlah memadai √√
Berbau √
Terdapat sabun √√
Ya Tidak
Terdapat sabun √√
c. Sumber air
Ya Tidak
d. Sanitasi Makanan
34
Ya Tidak
3.1.5.2 Limbah
Untuk limbah padat non B3 seperti meliputi limbah organik dedaunan, rumput, dll
akan dilakukan composting.
Limbah cair juga dibagi menjadi limbah cair B3 dan limbah cair non B3.
Limbah cair B3 yang merupakan hasil dari proses produksi (elektroplating), water
coolen, oli dan pelumas. Selanjutnya limbah cair tersebut masuk ke IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah). Dari IPAL akan menghasilkan sludge yang
masuk ke TLI. TLI ini bekerja sama dengan PT Indocement. Limbah non B3 yang
merupakan limbah domestik akan digunakan untuk composting dan sisanya
seperti limbah non B3 yang berasal dari limbah kantin akan masuk ke BUDP.
Limbah gas dari PT PINDAD akan diproses dalam Local Exhaust System
(ventilasi setempat) kemudian baru dilepas ke udara bebas. Local Exhaust System
adalah sistem untuk menangani limbah gas dengan mengumpulkan gas ke kanopi
dan selanjutnya masuk ducting system yang didalamnya terdapat absorbent yang
berguna untuk mengabsorb unsur-unsur berbahaya dalam gas sebelum dilepas ke
udara bebas.
PEMECAHAN MASALAH
36
37
4.1.2 Penerangan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara sesaat yang telah
dilakukan disetiap divisi yang dikunjungi beberapa divisi memiliki nilai ambang
batas penerangan umum masih dibawah batas normal, tetapi di beberapa bagian
sudah cukup baik. Terutama pada bagian penerangan lokal hal ini tidak sesuai
dengan nilai ambang batas penerangan yaitu minimal 200 lux. Sedangkan untuk
batas penerangan lokal ada beberapa bagian yang sudah sesuai dan belum sesuai
ambang batas penerangan. Berdasarkan hasil diatas maka tenaga kerja
memerlukan penambahan penerangan dengan menyalakan cahaya buatan berupa
lampu yang sudah ada disetiap work area mesin.
4.1.3 Kebisingan
Hasil pengukuran tingkat kebisingan yang diukur di PT. PINDAD
(Persero) adalah sebagai berikut:
38
sehingga tidak diperlukan intervensi lebih lanjut dalam pengelolaan faktor kimia
di PT. PINDAD (Persero).
4.4 P2K3
Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi P2K3 sudah cukup berjalan dengan
baik dengan dibentuknya P2K3. Adanya P2K3 dapat membantu pengawasan yang
baik mengenai kesehatan dan keselamatan kerja pegawai diantaranya saat terjadi
suatu kecelakaan, sosialisasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Pengadaan kotak P3K sudah dilakukan namun dirasa kurang memadai
karena beberapa kotak P3K tampak kosong atau pun hanya terisi dengan peralatan
seadanya seperti kassa, rivanol, parasetamol, betadine sehingga disarankan untuk
lebih memperhatikan sarana seperti kotak P3K tersebut sehingga dapat sesuai
dengan kebutuhan.
Pengadaan APAR sudah dilakukan oleh perusahaan namun tidak ada
petunjuk penggunaan APAR bila terjadi suatu kebakaran. Pada pengadaan APAR
seharusnya disediakan pula petunjuk penggunaan sehingga sesuai dengan aturan.
ruang lingkup sanitasi industri. Sehingga tenaga kerja dapat menjaga kebersihan
diri dan lingkungan kerja. Namun dari hasil pengamatan didapatkan bahwa di PT
PINDAD (Persero) ini tidak menyediakan sabun cuci tangan. Maka dari itu
perlunya disediakan sabun cuci tangan yang dapat meningkatkan kebersihan diri
dari setiap pegawai.
4.5.3 Limbah
Berdasarkan hasil pengamatan pengelolaan limbah PT PINDAD (Persero)
menghasilkan limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Perusahaan bekerja
sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam
mengembangkan teknologi untuk memantau secara rutin lingkungan untuk
kualitas air limbah, udara, kualitas air sumur, dan badan air permukaan. Proses
pengelolaan limbah yang dilakukan sudah cukup baik, sehingga tidak diperlukan
intervensi lebih lanjut dalam pengelolaan limbah PT. PINDAD (Persero).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan higiene industri PT PINDAD (PERSERO)
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Faktor fisik (iklim) berada dalam nilai ambang batas yang normal
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 05
Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja. Potensi bahaya yang dimiliki
masih dapat ditanggulangi.
2. Hasil pengamatan dan pengukuran pada aspek penerangan yang telah
dilakukan disetiap divisi yang dikunjungi beberapa divisi memiliki nilai
ambang batas penerangan umum masih dibawah batas normal, tetapi di
beberapa bagian sudah cukup baik.
3. Berdasarkan hasil pengamatan pada faktor kimia yang telah diamati, tidak
terdapat pontensi bahaya kimia yang ditemukan di industri tersebut karena
tidak terdapat bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan operasional
dalam divisi yang diamati.
4. Angka kejadian penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor biologis
mencapai angka nol. PT. PINDAD Persero telah melakukan isolasi hewan
berbisa, PEST control, dan pengecekan ventilasi setiap 1 tahun 2 kali.
5. P2K3 pada PT PINDAD sudah cukup berjalan dengan baik. Adanya P2K3
dapat membantu pengawasan yang baik mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja pegawai diantaranya saat terjadi suatu kecelakaan,
sosialisasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Sanitasi pada PT PINDAD sudah cukup baik seperti memiliki jumlah
MCK yang memadai, tersedianya sumber air bersih, menyediakan tempat
sampah, penyediaan air minum terstandar, membersihkan ruang produksi
dan fasilitas industri, serta lingkungan halaman perusahaan yang bersih.
Namun dari hasil pengamatan didapatkan bahwa di PT PINDAD (Persero)
ini tidak menyediakan sabun cuci tangan.
41
42
5.2 Saran
1. Memberikan pengarahan kepada management agar memberikan sanksi yan
g tegas terhadap pegawai yang tidak menggunakan APD dan memberikan
pengarahan kepada pegawai dalam penggunaan Alat Pelindung Diri
sehingga meminimalisir menimbulkan penyakit akibat kerja
2. Berdasarkan hasil penilaian pencerahan memerlukan perawatan dari
sumber cahaya seperti membersihkan lampu dari debu, sarang laba-laba
dan mengganti lampu yang sudah tidak layak pakai
3. Pengadaan kotak P3K sudah dilakukan namun dirasa kurang memadai
karena beberapa kotak P3K tampak kosong atau pun hanya terisi dengan
peralatan seadanya seperti kassa, rivanol, parasetamol, betadine sehingga
disarankan untuk lebih memperhatikan sarana seperti kotak P3K tersebut
sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan.
4. Perlunya disediakan sabun cuci tangan yang dapat meningkatkan
kebersihan diri dari setiap pegawai.
5. Penyuluhan berkala atau refreshing tentang kesemalatan kerja kepada para
pekerja dan perusahaan akan sangat membantu dalam terwujudnya
penerapan keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
43
44