Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Program
Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
Disusun Oleh:
Gine Yunia Haefi 12100117002
Tri Kusyantini 12100117007
Bakti Gumelar 12100117113
Preceptor :
dr. Dhian Indriasari, Sp.KJ
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I STATUS PASIEN .......................................................................................................... 4
1.1 Identitas Pasien ................................................................................................................. 4
1.2 Anamnesis ........................................................................................................................ 4
1.3 Status Fisik ....................................................................................................................... 7
1.4 Pemeriksaan Status Mental .............................................................................................. 7
1.5 Psikodinamika .................................................................................................................. 8
1.6 Diagnosis Multiaksial....................................................................................................... 9
1.7 Penatalaksanaan ............................................................................................................... 9
1.8 Prognosis .......................................................................................................................... 9
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 11
2.1 Penggunaan Istilah ............................................................................................................. 11
2.1.1 NAPZA........................................................................................................................ 11
2.2.2 Narkoba ....................................................................................................................... 11
2.2 Penyalahgunaan dan Ketergantungan ................................................................................ 11
2.2.1 Penyalahgunaan NAPZA ............................................................................................ 11
2.2.2 Ketergantungan NAPZA ............................................................................................. 11
2.2.3 Tingkat Pemakaian ...................................................................................................... 12
2.2.4 Penyebab Penyalahgunaan .......................................................................................... 13
2.3 Jenis NAPZA yang Disalahgunakan .................................................................................. 15
2.3.1 Narkotika ..................................................................................................................... 15
2.3.2 Psikotropika................................................................................................................. 16
2.3.3 Zat Adiktif Lain ........................................................................................................... 17
2.4 Klasifikasi NAPZA berdasarkan Efek terhadap Perilaku .................................................. 18
2.4.1 Golongan Depresan ..................................................................................................... 18
2.4.1.1 Opioid ................................................................................................................... 18
2.4.1.2 Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik .................................................................................. 25
2.4.2 Golongan Stimulan ...................................................................................................... 29
2.4.2.1 Amfetamine .......................................................................................................... 29
2.4.2.2 Kafein ................................................................................................................... 32
2.4.2.3 Kokain .................................................................................................................. 34
2
2.4.3 Golongan Halusinogen ................................................................................................ 35
2.4.3.1 Canabis ................................................................................................................. 35
2.4.3.2 LSD ....................................................................................................................... 37
2.4.3.3 Ectacy ................................................................................................................... 38
2.5 Alkohol .............................................................................................................................. 39
3
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Kecanduan konsumsi alkohol, ganja, sabu, opioid dan benzodiazepine
4
berhenti merokok. Pasien mengatakan meminum alkohol 1x setiap minggunya, hanya
disaat-saat berkumpul dengan teman-temannya.
Pasien pertama kali menggunakan zat-zat terlarang pada tahun 2015 saat SMP
kelas 2. Zat yang pertama kali dicoba oleh pasien adalah ganja. Pasien memiliki rasa
ingin tahu yang lebih tentang zat-zat terlarang. Pasien mendapatkan ganja tersebut dari
penjual online. Pasien menggunakan obat tersebut dengan teman-temannya. Pasien
merasa nyaman setelah menggunakan zat tersebut. Setelah itu pasien beberapa kali
membeli sendiri ganja dari bandar karena merasakan efek menyenangkan seperti
merasa lepas, bebas pkiran, nafsu makan meningkat, tidur lebih nyenyak. Terkadang
pasien juga melihat bayangan yang tidak dilihat oleh orang lain, suara-suara bisikan
yang mengomentari apapun yang dilakukan oleh pasien, sering merasakan pahit
ataupun manis secara tiba-tiba tanpa ada makanan yang masuk dan mencium aroma-
aroma bunga melati padahal tidak ada bunga disekitarnya. Pasien mengatakan dapat
membeli 5 linting ganja setiap minggu yang habis dipakai untuk 3-4 hari, pasien
mengatakan hampir memakai ganja setiap hari baik sedang senang maupun stress.
Pasien mengatakan pernah menggunakan sabu dan mendapatkan dari bandar.
Pasien mengenal sabu pada tahun 2017 dengan pertama kali mencoba 100 mg yang
dihisap dan dihabiskan dalam sehari bersama teman-temannya. Semakin hari dosis
yang digunakan semakin meningkat dan bisa membeli sampai dengan 1g-2g untuk
dipakai sendiri saja. Pasien memakai sabu hamper setiap harinya sebelum sekolah, hal
itu menurut pasien membuat pasien menjadi berenergi, bersemangat, dan senang
sepanjang hari, namun pasien juga jadi merasakan sulit tidur, gelisah, lemas, marah-
marah, dan terkadang bingung. Pasien mengatakan nafsu makan menjadi menurun
semenjak menggunakan sabu, berat badan pasien turun dari 54 kg menjadi 47 kg.
Pasien melanjutkan jenjang pendidikannya dari SMP ke SMA, pasien mulai
mengenal obat-obatan lainnya seperti Tramadol dan Alprazolam. Pasien mendapatkan
zat ini melalui bandar. Pasien merasa tenang dan perasaan nyaman setelah
menggunakan zat ini. Tapi pasien juga merasakan mudah lupa dan terkadang sulit tidur.
Pasien mengatakan pernah tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut selama 1
hari, pasien mengeluhkan nyeri kepala, nyeri badan, keringat berlebih, gelisah, tidak
dapat mengontrol pikiran dan tingkah lakunya dan merasa seperti akan mati. Pasien
akhirnya tetap menggunakan zat-zat tersebut untuk menghindari keluhan yang sama.
5
Lama kelamaan pasien merasa capek dan ingin di rehab sehingga pasien meminta
keluarganya untuk membawanya ke RSJ.
Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-6 dari 6 bersaudara.
Saat ini pasien tinggal dengan kakak ke-2nya di Bandung sejak SMP. Orang tua
pasien tinggal di Lampung dan jarang bertemu pasien.
Hubungan keluarga dengan orang tua dan kakak-kakak pasien baik.
Riwayat Pribadi
Masa kehamilan dan persalinan : tidak diketahui
Masa kanak-kanak : pasien tinggal bersama kedua orang tua di
Lampung dan hubungan antar keluarga
harmonis.
Masa remaja : Pasien mulai mengkonsumsi alkohol dan obat-
obatan terlarang.
6
1.3 Status Fisik
1.5 Psikodinamika
Pasien seorang laki-laki berusia 17 tahun, anak ke 6 dari 6 bersaudara.
Pasien memiliki kondisi ekonomi yang mencukupi dan memiliki teman di
lingkungan sekolah yang bergaya hidup bebas dan tidak terkontrol menggunakan
zat-zat yang dilarang. Pasien tinggal bersama kakak keduanya di Bandung, orang
tua pasien berada di Lampung sehingga kurang berkomunikasi dengan pasien.
Pasien menggunakan zat-zat terlarang berupa alkohol, ganja, sabu, opioid dan
benzodiazepine sejak tahun 2015. Pasien hampir setiap hari memakai zat-zat
tersebut karena membuat bersemangat, bertenaga, dan senang untuk melakukan
pekerjaannya. Tetapi, terkadang pasien juga sulit berkonsentrasi, sulit tidur, tidak
dapat mengontrol emosi dan perilakunya.
8
1.6 Diagnosis Multiaksial
1.7 Penatalaksanaan
Umum
◦ Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu pasien
tetap memiliki orientasi.
◦ Hindari memarahi pasien ketika pasien mengalami disorientasi.
◦ Selalu mengingatkan pasien dalam beribadah, menjaga kebersihan,
dan makan.
◦ Menyediakan bahan bacaan seperti koran harian atau teka-teki
silang
◦ Dampingi selalu pasien ketika ingin berjalan-jalan keluar rumah
Khusus (Psikofarmaka)
Antipsikotik : haloperidol 5 mg 2x1
Insomnia : diazepam 2 mg 2x1
Memori : Aricept (donepezil) 1x1 5 mg
1.8 Prognosis
9
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : ad malam
Skor Index ADL Barthel : 65 (ketergantungan moderate)
Quo ad Sanationam : ad malam
10
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.2 Narkoba
Narkoba adalah singkatan Narkotika dan Obat atau bahan berbahaya. Istilah
ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum
yang sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan NAPZA.
11
dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara
“normal”.
4. Penyalahgunaan (abuse)
Pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis
(menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu
mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan,
terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan
menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh :
tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,perilaku agresif
dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau
kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara
efektif.
12
5. Ketergantungan (dependence use)
Telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA
dihentikan atau dikurangi dosisnya.
1. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa
remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,
psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk
menyalahgunakan NAPZA. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu
mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-
ciri tersebut antara lain :
1) Cenderung membrontak dan menolak otoritas
2) Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti
depresi,cemas, psikotik, keperibadian dissosial.
3) Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
4) Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem)
5) Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
6) Mudah murung, pemalu, dan pendiam
7) Mudah merasa bosan dan jenuh
8) Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
9) Keinginan untuk bersenang-senang (justforfun)
10) Keinginan untuk mengikuti mode karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modern.
11) Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
13
12) Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga
sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas.
13) Kemampuan komunikasi rendah
14) Melarikan diri sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,
ketidakmampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)
15) Putus sekolah
16) Kurang menghayati iman kepercayaannya
2. Faktor Lingkungan
Meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah,
sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga terutama factor
orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi
penyalahgunaan NAPZA antara lain :
1) Lingkungan keluarga
Komunikasi orangtua-anak kurang baik/efektif
Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam
keluarga
Orang tua bercerai, berselingkuh atau kawin lagi
Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
Orang tua otoriter atau serba melarang
Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah
NAPZA
Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah
(kurang konsisten)
Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah
dalam keluarga
Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi
penyalahgunaan NAPZA
14
2) Lingkungan sekolah
Sekolah yang kurang disiplin
Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual
NAPZA
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna NAPZA
3) Lingkungan teman sebaya
Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
4) Lingkungan masyarakat sosial
Lemahnya penegakan hokum
Situasi politik, social dan ekonomi yang kurang mendukung
3. Faktor NAPZA
1) Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga terjangkau.
2) Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik
untuk dicoba
3) Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan
nyeri, menidur-kan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-
lain.
15
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw,
kokain, ganja);
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin);
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh :
kodein).
2.3.2 Psikotropika
PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika). PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh :
ekstasi, shabu, LSD);
16
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan
(Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam);
2. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
17
rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah
gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
Intoksikasi Opioid
Intoksikasi opioid termasuk perubahan perilaku maladaptif
dan gejala fisik spesifik dari penggunaan opioid. Secara umum,
perubahan suasana hati, retardasi psikomotor, mengantuk, bicara
cadel, dan gangguan memori dan perhatian mengarah ke diagnosis
intoksikasi opioid.
Putus Opioid
Sindrom abstinen dapat di presipitasi dengan pemberian
antagonis opioid. Gejala-gejalanya dapat dimulai dalam beberapa
detik seperti pada injeksi intravena dan puncaknya dalam waktu
20
sekitar 1 jam. Ketergantungan opioid jarang terjadi dalam konteks
pemberian analgesik untuk nyeri dari gangguan fisik atau
pembedahan. Sindrom withdrawl, termasuk keinginan yang kuat
untuk opioid, biasanya hanya terjadi sekunder karena penghentian
penggunaan tiba-tiba pada orang dengan ketergantungan opioid.
21
Kriteria Diagnosis Putus Opioid (DSM V)
A. Adanya gejala-gejala sebagai berikut:
1. Hilangnya atau berkurangnya penggunaan opiat/ opioid yang cukup
berat dan berlangsung lama (misalnya beberapa minggu atau lebih)
2. Pemberian antagonis opiat/ opioid setelah periode pemakaian opiat/
opioid
B. Tiga atau lebih dari hal-hal di bawah ini yang timbul dalam beberapa menit
sampai beberapa hari setelah kriteria A:
1. Suasana perasaan tidak senang (disforik)
2. Mual muntah
3. Nyeri otot
4. Lakrimasi dan/ atau rinore
5. Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
6. Diare
7. Menguap
8. Demam
9. Insomnia
C. Tanda dan gejala pada kriteria B menyebabkan stress atau gangguan yang
nyata secara klnis dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area lainnya yang
penting
D. Tanda dan gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya dan tidak
dapat diterangkan oleh gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi atau
gejala putus zat oleh zat lainnya.
22
Methadone. Penarikan metadon biasanya dimulai 1 hingga 3 hari setelah
dosis terakhir dan berakhir dalam 10 hingga 14 hari.
Gejala
Perasaan hangat
beratnya ekstremitas
mulut kering
wajah gatal (terutama hidung)
kemerahan pada wajah
Euforia awal diikuti oleh periode sedasi
dysphoria, mual, dan muntah
Overdosis Opioid
Kematian akibat overdosis opioid biasanya disebabkan oleh
henti nafas akibat efek respiratory depressant obat. Gejala overdosis
termasuk tidak responsif, koma, respirasi lambat, hipotermia,
hipotensi, dan bradikardia. Ketika terdapat trias klinis koma
pinpoint pupil, dan depresi pernafasan, dokter harus
mempertimbangkan overdosis opioid sebagai diagnosis utama.
Mereka juga dapat memeriksa tubuh pasien untuk jejak jarum di
pergelangan kaki, pergelangan kaki, selangkangan, dan bahkan vena
dorsal penis.
24
perilaku, terapi perilaku kognitif, terapi keluarga, support groups
(mis., Narkotika Anonim [NA]), dan pelatihan keterampilan sosial
semuanya terbukti efektif untuk pasien tertentu. Pelatihan
keterampilan sosial harus secara khusus ditekankan untuk pasien
dengan sedikit keterampilan sosial. Terapi keluarga biasanya
diindikasikan ketika pasien tinggal dengan anggota keluarga.
Theurapeutic Communities
Tujuannya adalah untuk mewujudkan perubahan gaya hidup
yang lengkap, termasuk abstinence dari zat; untuk mengembangkan
kejujuran pribadi, tanggung jawab, dan keterampilan sosial yang
bermanfaat; dan untuk menghilangkan sikap antisosial dan perilaku
kriminal.
2.4.1.2 Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik
Tiga kelompok besar dari obat-obatan pada kelas ini yaitu benzodiazepin,
barbiturat dan barbiturate-like substance.
a. Benzodiazepin
Benzodiazepin umum digunakan sebagai anticemas, hipnotik, antiepilepsi
dan anastesi, umum juga digunakan untuk withdrawal karena alkohol. Contoh
benzodiazepin yaitu diazepam, flurazepam, oxazepam, dan klordiazepoksid.
b. Barbiturat
Obat yang termasuk ke golongan barbiturat yaitu secobarbital,
pentobarbital, dan secobarbital-amobarbital umum dijumpai pada pengedar obat-
obatan. Barbiturat merupakan obat sedatif yang efektik namun memiliki efek letal
yang tinggi.
c. Barbiturat-like substance
Obat yang sering disalahgunakan yaitu methaqualone, Meprobamate,
methaqualone, glutethimide, ethchlorvynol. Individu usia muda sering
menggunakan substansi ini karena dipercayai dapat meningkatkan kepuasan
seksual.
25
Efek Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik
Benzodiazepin, barbiturat dan barbiturate-like substance memiliki
efek primer pada komplek reseptor GABA tipe A yang mengandung kanal
ion klorida, reseptor GABA yang dapat mengikat benzodiazepin. Hal ini
juga berlaku untuk barbiturat dan barbiturate-like substance. Efeknya yaitu
meningkatkan afinitas reseptor terhadap neurotransmiter endogen, GABA
dan meningkatkan aliran ion klorida pada kanal ke neuron. Setelah
penggunaan jangka panjang dari benzodiazepin, efek reseptor oleh
agonisnya menjadi lemah.
Intoksikasi Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik
Kriteria Diagnosis untuk Intoksikasi Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik
1. Pemakaian sedatif, hipnotik, ansiolitik yang belum lama
2. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara
klinis (misalnya perilaku seksual atau agresif yang tidak semestinya,
labilitas mood, gangguan pertimbangan, gangguan fungsi sosial atau
pekerjaan) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian
hipnotik, sedatif, atau ansiolitik
3. Satu (atau lebih) tanda berikut, berkembang selama, atau segera
setelah pemakaian hipnotik, sedatif, atau ansiolitik:
bicara cadel
inkoordinasi
gaya berjalan tidak mantap
nistagmus
gangguan atensi atau daya ingat
stupor atau koma
4. Gejala tidak karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
26
Tatalaksana Intoksikasi Sedatif-Hipnotik-Ansiolitik
a. Diperlukan terapi kombinasi yang bertujuan:
1. Mengurangi efek obat dalam tubuh
2. Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut
3. Mencegah komplikasi jangka panjang
b. Langkah I: Mengurangi efek sedatif-hipnotik
1. Pemberian Flumanezil (hanya bila diperlukan berhubungan dengan
dr. Anestesi) (antagonis Benzodiazepine) bila tersedia dengan dosis
0,2 mg IV kemudian setelah 30 detik diikuti dengan 0,3 mg dosis
tunggal, setelah 60 detik diberikan lagi 0,5mg sampai total kumulatif
3 mg. Pada pasien yang ketergantungan akan menimnulkan gejala
putus zat.
2. Untuk tingkat serum sedatif-hipnotik yang sangat tinggi dan gejala-
gejala sangat berat, pikirkan untuk hemoperfusion dengan Charcal
resin/Norit. Cara ini juga berguna bila ada intoksikasi berat dari
barbiturat yang lebih short acting.
3. Tindakan suportif termasuk:
a) Pertahankan jalan napas, pernapasan buatan bila diperlukan
b) Perbaiki gangguan asam basa
4. Alkalinisasi urin sampai pH 8 untuk memperbaiki pengeluaran obat
dan untuk diuresis berikan Furosemide 20-40mg atau Manitol 12,5-
25mg untuk mempertahankan pengeluaran urin.
c. Langkah II: Mengurangi absorbsi lebih lanjut
Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian. Kalau tidak, berikan
Activated Charcoal. Perhatian selama perawatan harus diberikan
supaya tidak terjadi aspirasi.
d. Langkah III: Mencegah komplikasi
1. Perhatikan tanda-tanda vital dan depresi pernafasan, aspirasi dan
edema paru
2. Bila sudah terjadi aspirasi, berikan antibiotic
27
3. Bila pasien ada usaha bunuh diri, maka dia harus segera ditangani di
tempat khusus yang aman dan perlu pengawasan selama 24 jam, bila
perlu dirujuk untuk masalah kejiwaannya.
2.4.2.1 Amfetamine
Amfetamin yang tersedia di Amerika Serikat adalah dextroamphetamine,
methamphetamine, dan metylphenidate (Ritalin). Beredar dengan nama jalanan:
crack, crystal, crystal meth, dan speed.
Intoksikasi amfetamin
Gejala intoksikasi amfetamin hampir menghilang sama sekali dalam 24 jam
dan biasanya menghilang secara lengkap setelah 48 jam.
29
Kriteria diagnostik intoksikasi amfetamin (DSM-IV)
A. Pemakaian Amfetamin atau zat yang berhubungan yang belum lama
terjadi
B. Perilaku maladapif atau perubahan perilaku yang bermakna secara
klinis yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian
amphetamin atau zat yang berhubungan (misalnya : euforia,
perubahan sosialibilitas; kewaspadaan berlebihan; kepekaan
interpersonal, kecemasan, ketegangan, atau kemarahan; perilaku
stereotipik; gangguan pertimbangan atau gangguan fungsi sosial
atau pekerjaan)
C. Dua atau lebih hal berikut, berkembang selama atau segera
pemakaian amfetamin atau zat ynag berhubungan :
1) Takikardi atau bradikardi
2) Dilatasi pupil
3) Peninggian atau penurunan tekanan darah
4) Berkeringat atau menggigil
5) Mual atau muntah
6) Tanda-tanda penurunan berat badan
7) Agitasi atau retardasi psikomotor
8) Kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, atau aritmia
jantung
9) Konfusi, kejang, dyskinesia, dystonia atau koma
D. Gejala tidak disebebakan oleh kondisi medis umum dan tidak baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
30
3. Antispikotik : haloperidol 2-5 mg perkali pemberian atau
chlorpromazine 1 mg/kg BB oral setiap 4-6 jam
4. Antihipertensi bila perlu. TD diatas 140/100 mmHg
5. Kontrol temperature dengan selimut dingin atau chlorpromazine
untuk mencegah temperature tubuh meningkat
6. Aritmia cordis, lakukan cardiac monitoring, contoh untuk palpitasi
diberikan propranolol 20-80 mg/hari
7. Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan benzodiazepine;
diazepam 3x5mg atau chlordiazepoxide 3x25 mg
8. Asamkan urin dengan ammonium chloride 2,75 mEq/kg atau
Ascorbic Acid 8 mg/hari sampai pH urin <5 akan mempercepat
ekskresi zat
Putus amfetamin
Kriteria diagnostik putus amfetamin
Tatalaksana
1. Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik
31
2. Rawat inap diperlukan apabila gejala psikotik berat, gejala depresi
berat atau kecenderungan bunuh diri dan komplikasi fisik lain.
3. Terapi : Antipsikotik (Haloperidol 3x1,5-5 mg atau Risperidon
2x1,5-3 mg), Antiansietas (Alprazolam 2x0,25-0,5 mg atau
Diazepam 3x5-10 mg atau Clobazam 2x10mg) atau Antidepresi
golongan SSRI atau Trisiklik/Tetrasiklik sesuai kondisi klinis.
4. Psikoterapi individu, keluarga dan kelompok biasanya diperlukan
untuk mencapai abstinensi zat yang berlangsung selamanya.
2.4.2.2 Kafein
Merupakan zat psikoaktif yang paling luas digunakan di negara barat. Paling
sering dalam bentuk kopi atau teh.
Intoksikasi kafein
Kriteria diagnostik intoksikasi kafein :
32
C. Gejala dalam kriteria B biasanya menimbulkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau fungsi lain yang penting.
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan
kecemasan)
Putus kafein
Kriteria riset untuk putus kafein
Tatalaksana
1. Menghentikan atau sangat menurunkan produk yang mengandung
kafein dari diet atau kebiasaan seseorang. Dapat digantikan dengan
minuman lain, air mineral atau kopi tanpa kafein.
2. Analgesik seperti aspirin dapat digunakan untuk mengontrol nyeri
kepala dan nyeri otot yang mungkin menyertai penghentian kafein
33
2.4.2.3 Kokain
Kokain adalah alkaloid yang didapatkan dari tanaman berlukar
Erythroxylon coca yang berasal dari Amerika Selatan, dikunyah oleh penduduk
setempat untuk mendapatkan efek stimulant. Merupakan zat yang paling adiktif
yang sering disalah gunakan dan merupakan zat yang paling berbahaya. Nama
lainnya adalah snow, coke, girl dan lady.
Intoksikasi kokain
Kriteria diagnostic untuk intoksikasi kokain
A. Pemakainan kokain yang belum lama
B. Perilaku maladatif atau perubahan psikologis ynag bermakna secara
klinis (misalnya, euphoria atau penumpulan afektif; perubahan
sosialibilitas; kewaspadaan berlebihan; kepekaan interpersonal,
kecemasan, ketegangan, atau kemarahan; perilaku stereotipik;
gangguan pertimbangan atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan)
yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian kokain.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian koakain
1) Takikardi atau bradikardi
2) Dilatasi pupil
3) Peninggian atau penurunan tekanan darah
4) Berkeringat atau menggigil
5) Mual atau muntah
6) Tanda-tanda penurunan berat badan
7) Agitasi atau retardasi psikomotor
8) Kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada atau aritmia
jantung
9) Konfusi, kejang dyskinesia, dystonia atau koma
D. Gejala tidak disebebakan oleh kondisi medis umum dan tidak baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Putus kokain
Kriteria diagnostic untuk putus kokain
34
A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian kokain yang telah lama
dan berat
B. Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut yang
berkembang dalama beberapa jam sampai beberapa hari setelah
kriteria A
1) Kelelahan
2) Mimpi yang gambling dan tidak menyenangkan
3) Insomnia atau hypersomnia
4) Peningkatan nafsu makan
5) Retardasi atau agitasi psikomotor
C. Gejala dalam kriteria B biasanya menimbulkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau fungsi lain yang penting.
D. Gejala tidak disebebakan oleh kondisi medis umum dan tidak baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tatalaksana
1. Agonis dopaminergic yang sering digunakan adalah amantadine
(Symmetrel) 2x100 mg, dan bromocriptine (parlodel) 2x2,5 mg
2. Carbamazepine
2.4.3.1 Canabis
Nama lain ganja, mariyuana, grass, hash, herb, pot, weed,bubble gum, fruity
juice, afghani dan skunk. Ganja merupakan kumpulan daun,tangkai, buah kanabis
sativa yang dikeringkan dan dirajang. Ganja akan memberikan dampak:
1. Sulit mengingat sesuatu
35
2. Waktu reaksi melambat
3. Sulit konsentrasi
4. Mengantuk dan tidur
5. Anxietas
6. Paranoid
7. Memengaruhi persepsi seseorang atas waktu
8. Mata merah
Intoksikasi Cannabis
Intoksikasi ganja biasanya meningkatkan kepekaan pengguna
terhadap rangsangan eksternal, mengungkapkan rincian baru, membuat
warna tampak lebih cerah dan lebih kaya, dan secara subjektif
memperlambat apresiasi waktu. Dalam dosis tinggi, pengguna mungkin
mengalami depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan motorik
terganggu oleh penggunaan ganja, dan gangguan dalam keterampilan
motorik tetap setelah efek submiten, subjektif telah diselesaikan. Selama 8
hingga 12 jam setelah menggunakan ganja, keterampilan motorik pengguna
yang terganggu mengganggu pengoperasian kendaraan bermotor dan mesin
berat lainnya. Selain itu, efek ini aditif terhadap alkohol, yang biasanya
digunakan dalam kombinasi dengan ganja.
3. Dua atau lebih tanda berikut yang berkembang dalam 2 jam pemakaian
canabis :
Injeksi konjungtiva
Peningkatan nafsu makan
Mulut kering
Takikardia
Gejala bukan dari kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan mental lain.
Cannabis withdrawl
Penelitian telah menunjukkan bahwa penghentian penggunaan pada
pengguna ganja setiap hari menghasilkan gejala penarikan dalam waktu 1
hingga 2 minggu penghentian. Gejala penarikan termasuk iritabilitas,
mengidam cannabis, kegelisahan, kecemasan, insomnia, mimpi terganggu
atau hidup, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, depresi, gelisah,
sakit kepala, menggigil, sakit perut, berkeringat, dan tremor.
2.4.3.2 LSD
LSD (lysergic acid diethylamide) bentuknya dapat cair, kertas, pil dan
ditelan. Bahan kimia tak berbau, tak berwarna dan dibuat oleh laboratorium gelap.
Nama jalanan acid, clotter acid, microdot, dan white lightening, berefek
37
halusinogen atau high seperti “trip”. Efek halusinogen dapat bertahan 2-12 jam.
Selama masa ini kemampuan pengguna dalam mengambil atau menilai suatu
keputusan dapat terganggu,persepsi visual mengalami distorsi dan dapat
mengalami halusinasi.
Dampak fisik LSD adalah dilatasi pupil, suhu tubuh meningkat, tekanan
darah naik, halusinasi dan disorientasi arah-jarak-waktu, bad trip yaitu timbul
reaksi piknik, paranoid, anxietas, hilangnya kendali, kekacauan dan psikosis.
Penderita dapat melukai diri dan orang lain karena gejala psikosisnya. Efek
samping LSD disebut “Flashback”. Penghentian zat ini dalam beberapa tahun
masih dapat memunculkan efek halusinogen secara tidak menetap dan tanpa tanda-
tanda pendahuluan.
2.4.3.3 Ectacy
Kelompok golongan ini terdiri atas : XTC, MDMA (3,4 metilen
dioksimetilamfetamin). Derivate-fenilisopropilamin semisintetik ini pada tahun
1914 dipasarkan sebgai obat penekan nafsu makan. Pada tahun 1970an , obat ini di
AS digunakan sebgai obat tambahan dalam psikoterapi dan kemudian dilarang pada
tahun 1985. Saat ini ecstasy dengan nama jalan MDMA banyak digunakan oleh
pecandu dibanyak negara, juga di Indonesia untuk sifat stimulasi dan
halusinogennya akibat pembebasan 5-HT. Penggunaan lama dari zat ini akan
merusak saraf terminal 5-HT dan meningkatkan resiko untuk gangguan kejiwaan.
Sering kali drug ini dalam berbagai bentuk tablet diselundupkan dari Eropa,
terutama Belanda, ke wilayah Indonesia yang kemudian melalui saluran-saluran
tertentu diperdagangkan di tempat-tempat disko dan klub-klub malam. Akhir 2005
secara illegal diproduksi dalam jumlah besar di Indonesia, sampai kegiatan ini
dihentikan oleh aparat Negara.
Zat ini juga disebut sebagai party drug atau dance drug karena
memungkinkan si pengguna berjoget sepanjang malam tanpa merasakan dirinya
letih. Efek permulaannya berupa simpatomimetis dan dapat terjadi tachyaritmia
serta peningkatan suhu tubuh (hiperpireksia), gerakan klonis dan konvulsi. Daya
kerjanya agak singkat (4-6 jam). Mekanisme kerjanya berdasarkan gangguan re-
uptake dari serotonin di otak, yang sebagai neurotransmitter berperan penting pada
38
suasana jiwa (mood), proses berpikir, makan dan tidur. Tidak menimbulkan
ketergantungan fisik dan ketagihan.
Efek buruk yang terpenting adalah gagal hati dan gagal ginjal akut, serta
kerusakan irreversible pada saraf-saraf yang melepaskan serotonin (neurotoksis)
akibat pembentukan radikal bebas yang meruasak membrane sel. Adakalanya
tablet-tablet XTC dicampur dengan obat lain dengan tujuan memperkuat efeknya,
misalnya atropine. Hal ini sangat berbahaya karena toksisitasnya juga meningkat.
Pengobatan intoksikasi berupa cuci lambung , pemberian klorpromazin dan α atau
β blocker secara intravena
2.5 Alkohol
Kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol
2. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bemakna secara klinis yang
berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol
3. Satu atau lebih tanda berikut yang berkembang selama atau segera setelah
pemakaian alkohol :
Bicara cadel
Inkoordinasi
Gaya berjalan tidak mantap
Nistagmus
Gangguan atensi dan daya ingat
Stupor atau koma.
4. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
39
Kriteria diagnostik untuk putus alkohol
40
Tatalaksana Putus Alkohol
1. Pemberian cairan atas dasar hasil pemeriksaan elektrolit dan keadaan umum
2. Atasi kondisi gelisah dan agitasinya dengan golongan benzodiazepine atau
barbiturat
3. Pemberian vitamin B dosis besar (misal vitamin neurotropik), kemudian
dilanjutkan dengan vitamin B1, multivitamin dan asam folat 1 mg oral
4. Bila ada riwayat kejang putus zat atasi dengan benzodiazepine (Diazepam 10
mg iv perlahan)
5. Thiamine 100 mg ditambah 4 mg Magnesium sulfat dalam 1 liter dari 5%
dextrose atau normal saline selama 1-2 jam
6. Bila terjadi delirium harus ada orang yang selalu mengawasi
41
42