Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

TERDAHAP UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA


MEKARRAHAYU TAHUN 2019

ARTIKEL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung

BAKTI GUMELAR 12100117113

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
TERDAHAP UPAYA PENCEGAHAN DBD DI DESA
MEKARRAHAYU TAHUN 2019
Bakti Gumelar,1 R. Kince Sakinah,2 Rini Ikiviawati,3
1
Prodi Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung,
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Bandung.
3
Kepala UPT Puskesmas Rahayu Kecamatan Marga Asih,

Abstrak
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Menurut KEMENKES
Angka kejadian DBD pada tahun 2017 di Jawa Barat sebanyak 3.350
kasus. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, dan
upaya masyarakat yang kurang terhadap pencegahan penyakit DBD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
dan sikap terdahap upaya pencegahan DBD di desa mekarrahayu.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain
penelitian studi analitik korelasional yang bersifat cross sectional.
Penelitian dilakukan pada februari 2019 di wilayah kerja Puskesmas
Rahayu. Sampel pada penelitian ini dilakukan pada 21o responden
menggunakan teknik cluster sampling, dimana data yang di gunakan
adalah data primer hasil pengisian kuesioner. Hasil penelitian
berdasarkan pengetahuan 56% responden masuk ke dalam kategori
pengetahuan sedang. Berdasarkan sikap dan upaya mayoritas responden
masuk ke dalam kategori baik sebanyak 55% dan 65%. Analisis data
menggunakan spearman correlation dengan hasil analisis dari
pengetahuan dan upaya tidak terdapat hubungan antar variabel, dengan
nilai P = 0,19, dimana nilai P > 0,05. Sedangkan hasil analisis sikap
terhadap upaya terdapat hubungan antar variabel, dengan nilai P = 0,00,
dimana nilai P < 0,05. Hasil uji statistik multivariat menggunakan
Multiple Logistic Regression Test di menunjukkan bahwa 7% pencegahan
di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. sikap lebih dominan
mempengaruhi upaya pencegahan

Kata kunci: Pencegahan demam berdarah dengue, Pengetahuan, Sikap,

Tindakan

Korespondensi: Bakti Gumelar, Prodi Pendidikan Profesi Dokter Fakultas


Kedokteran Universitas Islam Bandung, Jl. Taman Sari No 22 Bandung Jawa 2
Barat,40116 Telepon (022) 4203368, Faks (022) 4231213 HP 081324638863
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE
TOWARDS THE PREVENTION OF DHF AT MEKARRAHAYU
VILLAGE IN 2019

Abstract
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health
problems in Indonesia. According to the Ministry of Health, the incidence
of DHF throughout 2017 in West Java was 3,350 cases. This can be
influenced by the level of knowledge, attitude, and lack of people's practice
in preventing dengue hemorrhagic fever. This study aims to determine the
relationship between the level of knowledge and attitude towards the
prevention of DHF in the village of mekarrahayu. This study used an
observational analytic method with an analytical cross-sectional study
design. The study was conducted in February 2019 in the working area of
Community Health Center of Rahayu. The sample in this study was
implemented to 210 respondents by using a cluster sampling technique,
which used the primary data from the questionnaire. The results of this
study show that based on the knowledge 56% of total respondents are
classified as moderate category. Based on the attitudes and practice, the
majority of respondents are included in the good category by 55% and
65%. The data analysis used Spearman correlation, which shows that there
is no variable relationship between knowledge and practice, with the P-
value of 0.19 (P=0.19), which the P>0.05. On the other hand, the analysis
result of the attitude towards practice shows that there is a relationship
between these variables, with the P-value of 0.00 (P=0.00), which the
P<0.05. The result of multivariate statistical tests by using Multiple
Logistic Regression Test shows that 7% of the prevention was influenced
by knowledge and attitude. Attitude is more dominantly influenced the
preventive practice.

Keywords: Prevention of dengue hemorrhagic fever, Knowledge, Attitude,


Practice

3
Pendahuluan

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh infeksi virus dengue yang memiliki antigen serotipe (DENV1, DENV2,

DENV3, DENV4) yang termasuk ke dalam family Flaviridae dan genus

Flavivirus. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albopictus yang penyebaran terbanyak ditemukan di

wilayah tropis dan subtropis.1

Angka kejadian DBD tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan

wilayah pasifik barat.2 menurut WHO jumlah kasus DBD pada tahun

2000 – 2008 sebanyak 1.656.870, dan pada tahun 2008 negara Asia

Tenggara, Pasifik Barat dan Amerika telah terjadi aktivitas DBD. Selain

itu, WHO juga mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan proporsi

kasus DBD di negara Thailand, Indonesia dan Myanmar. 3

DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama di Indonesia, Incidence Rate (IR) penyakit DBD mengalami

peningkatan dari tahun 1968 – 2915. Menurut data Departemen

Kesehatan Tahun 2015, pada tahun 2015 tercatat terdapat 126.675

penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, 1.229 diantaranya meninggal

dunia, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya tahun

2014 sebanyak 100.347 penderita DBD. Incidence Rate (IR) DBD

berdasarkan provinsi pada tahun 2015 terdapat 3 provinai dengan angka

kejadian tertinggi diantaranya adalah Provinsi Bali sebanyak 208,7 per

100.000 penduduk, Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 183,12 per

4
100.000 penduduk, dan Provinsi Kalimantan Tenggara sebanyak 183,12

per 100.000 penduduk. Untuk IR di Jawa Barat terdapat 45,47 per

100.000 penduduk.4

Kabupaten Bandung memiliki 62 puskesmas. Kasus penyakit

DBD yang tercatat di Puskesmas Rahayu pada tahun 2018 sebanyak 34

kasus. Dari profil Puskesmas Rahayu diperoleh informasi bahwa terjadi

Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Puskesmas Rahayu memiliki wilayah

cakupan kerja sebanyak 3 desa yaitu Desa Rahayu, Mekarrahayu dan

Cigondewah Hilir.5

Wilayah yang memiliki perbandingan jumlah kasus dengan

jumlah penduduk terbesar adalah Desa Mekarrahayu dengan total 30

kasus dan jumlah penduduk sebanyak 31.972 warga.6

Faktor-faktor etiologik yang berhubungan dengan terjadinya

demam berdarah diantaranya adalah faktor host (umur, jenis kelamin,

mobilitas), faktor lingkungan (kepadatan rumah, tempat perindukan

nyamuk, kepadatan nyamuk, angka bebas jentik, curah hujan), faktor

perilaku (pola tidur, tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap 3M). 7

Pengetahuan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku, pengetahuan merupakan hasil dari proses penginderaan atau

usaha untuk menyelidiki suatu objek tertentu. Sehingga pada penelitian

ini pengetahuan dalam konteks kemampuan untuk mengendalikan

demam berdarah tidak lepas dari sikap dan perilaku. 8 Sikap merupakan

bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar

dan mendasari seseorang dalam proses pembentukan perilaku. 9 Sikap

5
dalam penelitian ini adalah sikap terhadap upaya untuk pengendalian dan

pencegahan terjadinya DBD.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terdahap Upaya

Pencegahan DBD di Desa Mekarrahayu

Metode

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain

penelitian studi korelasional analitik yang bersifat cross sectional yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

terdahap upaya pencegahan DBD di desa mekarrahayu

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rahayu pada

Februari 2019. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Desa

Mekarrahayu berjumlah 210 yang didapat dari rapid survei Pemilihan

sampel penelitian dilakukan dengan teknik cluster sampling

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

menggunakan kuesioner. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui

distribusi frekuensi variabel dependen dan variabel independen,

sedangkan Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel independen dan variabel dependen, pada penelitian ini

menggunakan uji korelasi Spearman. analisis multivariat digunakan untuk

mengetahui korelasi paling dominan dengan menggunakan multiple

logistik regresi

6
Hasil

Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia,

Tingkat pendidikan dan pekerjaan pada warga desa Mekarrahayu

Tabel 1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Tingkat


Pendidikan dan Pekerjaan pada warga Desa Mekarrahayu.

Variabel Jumlah Persentase


(n) (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 19,0
Perempuan 170 81,0
Usia (tahun)
<18 6 2,9
18 - 35 123 58,6
36 - 50 55 26,2
>50 26 12,4
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 3 1,4
SD 63 30,0
SMP 76 36,2
SMA 58 27,6
Diploma 5 2,4
Sarjana 5 2,4
Pekerjaan
IRT 130 61,9
Wiraswasta 27 12,9
Buruh 30 14,3
PNS 0 0,0
Karyawan Swasta 13 6,2
Lainnya 10 4,8
Total 210 100

Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

sebagian besar adalah perempuan, sebanyak 170 orang (81,0%).

Karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar responden

masuk ke dalam kategori usia 18 – 35 tahun, sebanyak 123 orang (58,6%).

Korespondensi: Bakti Gumelar. Program Pendidikan Profesi Dokter, Universitas 2


Islam Bandung Jl. Tamansari No.22 40116, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat
Hp: 081324638863, E-mail: Baktigumelar15@yahoo.com
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar

responden menempuh pendidikan akhir hingga jenjang SMP, sebanyak 76

orang (36,2%). Sedangkan karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sebagai IRT, sebanyak 130

orang (61,9%).

Gambaran karakteristik berdasarkan informasi tentang DBD,

Sumber informasi, jumantik, fogging pada warga Desa Mekarrahayu.

Gambaran karakteristik responden berdasarkan pengetahuan pada

warga desa Mekarrahayu

Tabel 2 Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan pada Warga


Desa Mekarrahayu.

variabel Jumlah Persentase (%)


(n)
Baik 85 40,48
Sedang 118 56,19
Kurang 7 40,18
Jumlah 210 100

Table 2 menunjukan karakteristik responden berdasarkan pengetahuan

mengenai DBD. Sebagian besar pengetahuan responden termasuk ke

dalam kategori sedang, sebanyak 118 orang (56,19%).

3
Gambaran karakteristik responden berdasarkan sikap pada warga

desa Mekarrahayu

Tabel 3 Karakteristik Berdasarkan Sikap pada warga Desa


Mekarrahayu.
variabel Jumlah Persentase (%)
(n)
Sangat Baik 92 43,8
Baik 117 55,7
Kurang Baik 1 0,5
Tidak Baik 0 0
Jumlah 210 100

Pada table 3 mengenai Gambaran responden berdasarkan sikap terhadap

penyakit DBD sebagian besar sikap responden sudah cukup baik dalam

pemahaman mengenai penyakit DBD sebanyak 117 orang (55,7%).

Gambaran karakteristik responden berdasarkan upaya pencegahan

DBD pada warga desa Mekarrahayu

Tabel 4 Karakteristik Berdasarkan upaya pencegahan DBD


pada Warga Desa Mekarrahayu.

variabel Jumlah Persentase


(n) (%)
Baik 138 65,7
Cukup 50 23,8
Buruk 22 10,5
Jumlah 210 100

tabel 4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan upaya

pencegahan DBD, berdasarkan survey hasil sebagian besar responden

masuk ke dalam kategori baik sebanyak 138 orang (65,7%). Artinya,

4
sebagian besar upaya pencegahan DBD pada warga Desa Mekarrahayu

sudah cukup baik.

Hubungan antara upaya terhadap pengetahuan dan sikap pada

warga desa mekarrahayu

Tabel 5 Hubungan antara upaya dengan pengetahuan dan sikap

terhadap DBD pada warga desa mekarrahayu

Variabel Upaya Nilai r P value


Baik Cukup Buruk total
n % n % n % n %
Pengetahuan
Baik 59 69,41 18 21,18 8 9,41 85 100 0,091 0,193
Cukup 77 65,25 29 24,58 12 10,17 118 100
Kurang 2 28,57 3 42,86 2 28,57 7 100
Sikap
Baik 74 80,43 13 14,13 5 5,43 92 100,0 0,276 0,000
Cukup 64 54,70 36 30,77 17 14,53 117 100,0
Kurang 0 0,00 1 100,0 0 0,00 1 100,0
Total 138 65,71 50 23,81 22 10,48 210 100,0

Berdasarkan tabel 5 diatas mengenai hubungan pengetahuan dan

sikap terhadap upaya pencegahan DBD pada warga Desa Mekarrahayu,

berdasarkan tingkat pengetahuan dan upaya, mayoritas responden

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai DBD dengan upaya

pencegahan DBD yang baik sebanyak 77 orang (65,21%). Hasil uji statistik

menggunakan Spearman Correlation Test di dapatkan hasil nilai P =

0,193, dimana nilai P > 0,05, berarti tidak terdapat hubungan bermakna

antara tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan DBD pada warga Desa

Mekarrahayu. Nilai coefficient correlation diperoleh nilai 0,091 yang

artinya pada analisis ini tidak terdapat korelasi antara tingkat

5
pengetahuan dengan upaya pencegahan DBD pada warga Desa

Mekarrahayu.

Berdasarkan sikap dan upaya pencegahan DBD pada warga Desa

Mekarrahayu, sebagian besar responden memiliki sikap yang baik dengan

upaya pencegahan DBD yang kurang sebanyak 74 orang (84,3%). Hasil uji

statistik menggunakan Spearman Correlation Test di dapatkan hasil nilai

P = 0,000, dimana nilai P < 0,05, berarti terdapat hubungan bermakna

antara sikap dan upaya pencegahan DBD pada warga Desa Mekarrahayu.

Nilai coefficient correlation diperoleh nilai 0,276 yang artinya pada

analisis ini terdapat korelasi yang rendah antara sikap dengan upaya

pencegahan DBD pada warga Desa Mekarrahayu.

Tabel 6 Hubungan yang paling dominan antara pengetahuan


dan sikap terhadap upaya pencegahan DBD pada warga desa
mekarrahayu
Variabel terikat Variabel B SE Nilai P Pseudo

bebas P value r2

model
Upaya 0,0001 0,07

6
pencegahan
Pengetahuan 0,274 0,278 0,324
Sikap 1,223 0,319 0,000
Konstanta 4,129 1,199 0,001
*) Multiple Logistic Regression Test

Berdasarkan tabel 6 terlihat hasil uji statistik dengan menggunakan

Multiple Logistic Regression Test menunjukkan bahwa 7`% upaya

pencegahan di pegaruhi oleh pengetahun dan sikap (nilai p 0,0001)

dengan sikap P 0,000 dimana nilai P < 0,05 lebih dominan

mempengaruhi upaya pencegahan DBD dibandingkan pengetahuan P

0,324 dimana nilai P > 0,05

Pembahasan

Gambaran pengetahuan mengenai DBD yang telah dinilai menggunakan

kuesioner pada warga Desa Mekarrahayu berdasarkan tabel 2

menunjukan bahwa pengetahuan warga mengenai DBD sebagian besar

masuk ke dalam kategori sedang sebanyak 118 orang (56,19%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Azka (2016)10 dimana persentase pengetahuan mengenai DBD mayoritas

berada pada kategori sedang dengan nilai 43,8%. Pengetahuan merupakan

hasil tahu dan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap obyek melalui panca indera yang dimiliknya yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. 11 Faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain adalah pendidikan, media massa/

informasi, sosial budaya dan ekonomi , lingkungan, pengalaman, dan

usia.11

7
Jika dilihat dari tabel 1 mengenai usia responden, mayoritas pada

kelompok usia 18 – 35 tahun sebanyak 123 orang (58,6%). Usia

memengaruhi pola pikir dan daya tangkap. Semakin bertambah usia, akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya akan semakin baik. 11 sehingga pada hasil

penelitian diatas tingkat pengetahuan responden termasuk ke dalam

kategori cukup baik yang dinilai dari hasil skor kuesioner.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

pengetahuan, dengan pendidikan yang tinggi akan membuat seseorang

cenderung menerima banyak informasi, baik dari orang lain maupun dari

media massa. Semakin banyak informasi yang di dapatkan, semakin

banyak pula pengetahuan yang di dapat, terutama mengenai pencegahan

DBD pada penelitian ini.11 jika dilihat pada tabel 1 hasil penelitian ini

dilihat dari segi pendidikan sebagian besar responden masuk ke dalam

kategori pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama), dimana pada

jenjang ini sudah mendapatkan cukup banyak informasi, hal ini juga

terlihat dari hasil pengetahuan warga mengenai DBD yang cukup baik.

Berdasarkan sikap terhadap pencegahan DBD pada warga Desa

Mekarrahayu pada tabel 2 sebagian besar masuk ke dalam kategori sikap

yang baik sebanyak 117 orang (55,7%). Dimana hal ini dinilai berdasarkan

skor kuesioner yang diisi oleh responden. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinaldo (2016)12, dimana sebagian

besar persentase responden berdasarkan sikap baik terhadap pencegahan

DBD adalah 76,8%.12

8
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulis atau objek. Sikap secara nyata adalah munculnya

kesesuaian antara reaksi terhadap stimulis tertentu dalam kehidupan

sehari-hari.11 Karakteristik sikap adalah memiliki arah yang terpilah pada

dua arah, yaitu setuju atau tidak setuju. Mendukung atau tidak

mendukung. Orang yang setuju, mendukung dan memihak terhadap suatu

objek berarti memiliki sikap yang arah positif dan sebaliknya.13 sikap

merupakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan bagaimana

keikutsertaan seseorang dalam pencegahan dan pemberantasan DBD. 14

Pada hasil penelitian sebagian besar sikap responden terhadap

pencegahan DBD sudah cukup baik, yang artinya sikap warga desa

sebagian besar sudah baik dalam keikutsertaan terhadap pencegahan

DBD.

Berdasarkan upaya terhadap pencegahan DBD Warga Desa

Mekarrahayu pada tabel 3 sebagian besar responden termasuk ke dalam

kategori baik sebanyak 138 orang (65,7%). Dimana hasil penelitian ini

menunjukan bahwa upaya yang telah dilakukan Warga Desa Mekarrahayu

sudah cukup baik. Hal ini dinilai dari hasil skor kuesioner. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Imba (2015)15 ,dimana perilaku

pencegahan DBD sebagian besar masuk ke dalam kategori baik. 15

Upaya atau perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan. Perilaku seseorang sangat kompleks,

Benyamin Bloom mengembangkan tiga ranah perilaku menjadi

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik

9
(practice). Dari ketiga hal tersebut perilaku terjadi diawali dengan

pengalaman baik dari luar (lingkungan), fisik maupun non-fisik.

Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan,

diyakini sehingga menimbulkan niat untuk bertindak dan motivasi

sehingga muncul implementasi niat tersebut menjadi perilaku. 11

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan dan upaya pada

tabel 5, mayoritas responden memiliki pengetahuan dan upaya yang baik

terhadap pencegahan DBD, sebanyak 59 orang (69,41%). Hasil uji statistik

menggunakan spearman correlation test di dapatkan hasil nilai P = 0,193,

dimana nilai P > 0,05, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

bermakna antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan DBD.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinaldo (2016)12

yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan

tindakan / perilaku dengan nilai P = 0,128, dimana nilai p > 0,05.12

Hasil penelitian ini membuktikan teori yang menyatakan bahwa

pengetahuan yang baik belum tentu memiliki peranan untuk melakukan

tindakan yang baik, karena untuk mengubah perilaku seseorang sangat

sulit. Sebaliknya, seseorang dapat bertindak atau berperilaku terlebih

dahulu tanpa tau maknanya. Kesimpulannya, tindakan seseorang tidak

harus selalu didasari oleh pengetahuan maupun sikap.11

Hasil penelitian berdasarkan sikap dan upaya terhadap pencegahan

DBD pada warga Desa Mekarrahayu sebagian besar responden memiliki

sikap yang baik dengan upaya pencegahan DBD yang kurang sebanyak 74

orang (84,3%) Hasil uji statistic menggunakan spearman correlation test

10
di dapatkan hasil nilai P = 0,000, dimana nilai P < 0,05, yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan DBD

pada warga Desa Mekarrahayu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Reinhard (2016)8 yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara sikap dengan perilaku / upaya pencegahan DBD, dengan

nilai P = 0,011, dimana nilai P < 0,05.8

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

seseorang yang bersikap baik akan mewujudkan praktik yang baik untuk

mewujudkan sikap agar menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang

nyata. Faktor yang mendukung seseorang melakukan suatu perbuatan

atau tindakan diantara lain adalah fasilitas, sarana dan pra sarana, dan

dukungan dari pihak lain. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

dengan sikap yang baik terhadap pencegahan DBD akan menimbulkan

perilaku /upaya yang baik juga terhadap pencegahan DBD.16

Berdasarkan hubungan yang paling dominan antara pengetahuan

dan sikap terhadap upaya pencegahan DBD pada warga desa mekarrahayu

pada tabel 6 menunjukkan bahwa 7`% upaya pencegahan di pegaruhi oleh

pengetahuan dan sikap (nilai p 0,0001) dengan sikap P 0,000 dimana

nilai P < 0,05 lebih dominan mempengaruhi upaya pencegahan dbd

dibandingkan pengetahuan P 0,324 dimana nilai P > 0,05 Hal ini dapat

diakibatkan karena perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan

dan sikap, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi, antara lain

faktor biologis dan faktor sosio psikologis

Simpulan
11
Pada penelitian ini, dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara

sikap dengan upaya pencegahan DBD, sedangkan untuk pengetahuan

tidak berhubungan dengan upaya pencegahan DBD. Hasil uji multiple

logistic regresi menunjukkan bahwa sikap lebih dominan memberikan

pengaruh terhadap upaya pencegahan DBD, dibandingkan dengan

pengetahuan.

Saran

Disarankan bagi penelitian berikutnya untuk meneliti lebih lanjut

mengenai faktor – faktor lain yang bisa mempengaruhi upaya pencegahan

terutama pada DBD. Disarankan untuk tenaga kesehatan agar lebih

optimal dalam memberikan informasi mengenai pencegahan DBD kepada

masyarakat sehingga diharapkan akan menambah pengetahuan dan sikap

terhadap pencegahan penyakit tersebut.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada yang terhormat Prof. Hj. Dr. Ieva B. Akbar, dr., AIF sebagai Dekan

FK Unisba., lalu kepada R. Kince Sakinah, dr., MMRS dan Rini Ikiviawati,

dr. sebagai pembimbing I dan II, yang telah membantu dan memberi

waktu, tenaga, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan artikel ini.

Tidak lupa kepada teman-teman kelompok sembilan yang telah memberi

dukungan dan selalu mengingatkan dalam penyusunan artikel ini.

Terimakasih kepada Puskesmas Rahayu dan segenap staf yang telah

memberi izin dan bantuan kepada penulis dalam pengumpulan data untuk

melakukan penyusunan artikel ini.


12
Daftar Pustaka

1. Farrar, J., Hotez, P. J., Junghanss, T. & Kang, G., Lallo, D., White, N.J.

Manson ’ s Tropical Diseases 23th Edition. 23rd ed. Elsevier Saunders;

2014.

2. Cook G. Manson’s Tropical Disease. 23rd ed. Elsevier Saunders; 2008.

3. WHO. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic

Fever. WHO 2011; 2011.

4. Info datin. Situasi DBD. In: Jakarta selatan: Kementerian Kesehatan RI

Pusat DATIN; 2016.

5. Puskesmas Rahayu . Laporan tahunan puskesmas rahayu. 2018.

6. 2019 kelompok 9. community health assesmenr. 2019.

7. Kementerian Kesehatan. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah

Dengue. In: Vol 2. ; 2010.

8. Yosua R. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP

DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN

III. 2016;5(1):382-389.

9. Ilmiah P, Fuadi FI. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap masyarakat

dalam mencegah leptospirosis di desa pabelan kecamatan kartasura

kabupaten sukoharjo. 2016.

10. Muda A. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan

Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Di Kecamatan


13
Baiturrahman Relationship of Knowledge and Attitude Towards Dengue

Prevention at. 2016;1(November):1-5.

11. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.

12. Pantouw RG. Hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan

tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue di Kelurahan

Tuminting Pendahuluan Hasil Metode. :217-221.

13. Azwar S. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. kedua. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar; 2016.

14. Monintja TCN. Hubungan Antara Karakteristik Individu , Pengetahuan

Dan Sikap Dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang

I Kecamatan Malalayang Kota Manado Relationship Between Individual

Characteristic , Knowledge , Attitude With PSN DBD Behavior Of

Community In Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang City Of

Manado. :503-519.

15. Wahyu I. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dengan

Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Desa Sendangmulyo

Kabupaten Blora. 2015.

16. Supriyanto H. Hubungan antara pengetahuan, sikap, praktek keluarga

tentang pemberantasan sarang nyamuk (psn) dengan kejadian demam

berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas tlogosari wetan kota

semarang. 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai