Anda di halaman 1dari 25

PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA KULTIVAR KACANG

HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) YANG DIBERI PUPUK


KIESERITE BERBEDA DOSIS

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
MAULANA IKHSAN
D1A019151

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat sehat, nikmat islam, dan nikmat iman sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul “Pertumbuhan dan Hasil Dua
Kultivar Kacang Hijau (Vigna Radiata L. Wilczek) yang Diberi Pupuk Kieserite
Berbeda Dosis”. Proposal Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah


memberikan doa dan dukungannya kepada penulis. Kepada Bapak Ir. Buhaira,
M.P. dan Ibu Miranti Sari Fitriani, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing skripsi I
dan II atas segala bimbingan dan nasehatnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan baik. Selanjutnya, ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang
telah membantu dalam penulisan Proposal Skripsi ini.

Dalam penulisan Proposal Skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak


terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan
Proposal Skripsi ini. Semoga Proposal Skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membaca dan atas perhatiannya penulis mengucapkan terima
kasih.

Jambi, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3 Kegunaan Penelitian .................................................................... 4
1.4 Hipotesis ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1 Botani Tanaman Kacang Hijau .................................................. 5
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau ..................................... 7
2.3 Peranan Kieserite Pada Tanaman .............................................. 7
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 9
3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................... 9
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................ 9
3.3 Rancangan Percobaan .................................................................. 9
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 10
3.4.1 Persiapan lahan dan pengolahan lahan .............................. 10
3.4.2 Pemberian kieserite ........................................................... 10
3.4.3 Penanaman ........................................................................ 10
3.4.4 Pemeliharaan ..................................................................... 10
3.4.5 Pemanenan ........................................................................ 11
3.5 Variabel Pengamatan ................................................................... 11
3.5.1 Tinggi tanaman .................................................................. 11
3.5.2 Bobot biji pertanaman ....................................................... 11
3.5.3 Bobot 100 biji .................................................................... 11
3.5.4 Jumlah polong pertanaman ................................................ 11
3.5.5 Berat berangkasan ............................................................. 11
3.5.6 Hasil .................................................................................. 12
3.6 Analisis Data ............................................................................... 12
3.7 Data Penunjang ............................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
LAMPIRAN ........................................................................................... 15

ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 3 ......................... 15


2. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 5 ........................ 15
3. Denah Petakan Percobaan ................................................................. 19
4. Tata Letak Tanaman pada Petak percobaan ..................................... 20
5. Dosis Pupuk ..................................................................................... 21

iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) sebagai bahan pangan sumber protein
nabati sudah sangat populer dalam kehidupan manusia. Di Indonesia, kacang hijau
merupakan komoditas kacang-kacangan yang penting setelah kacang kedelai dan
kacang tanah. Kacang hijau memiliki bermacam-macam manfaat dalam
kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan makanan, untuk pengobatan
(terapi), dan untuk bahan pakan ternak. Penggunaan kacang hijau yang lain adalah
dapat diolah menjadi bermacam-macam produk makanan yang lebih sempurna
(Cahyono, 2010).
Dilihat dari kandungan proteinnya Kacang hijau (Vigna radiata L.) juga
merupakan sumber gizi, terutama protein nabati. Kandungan gizi kacang hijau
cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Kacang hijau mengandung kalori sekitar
323 kalori, protein 22,9 g, dan zat besi 7,5 mg/100 g (Suksesty et al., 2017). Bila
dibandingkan dengan kacang-kacangan lainnya, kandungan protein kacang hijau
menempati peringkat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah (Purwono, 2008).
Bertambahnya jumlah penduduk dan semakin banyak hasil olahan kacang
hijau mengakibatkan tingkat konsumsi meningkat, namun produksi kacang hijau
di Indonesia cenderung menurun. Menurut Laporan tahunan DJTP (2021), pada
tahun 2021 produksi kacang hijau di Indonesia sebesar 211.176 ton mengalami
penurunan produksi jika dibandingkan pada tahun 2020 yaitu 222.629 ton.
Produktivitas kacang hijau di Indonesia pada tahun 2020-2021 juga mengalami
penurunan yaitu dari 1,203 ton ha-1 menjadi 1,142 ton ha-1. Sedangkan untuk luas
tanam kacang hijau di Indonesia pada tahun 2020-2021 mengalami peningkatan
dari 187.819 ha menjadi 189.298 ha, tetapi mengalami penurunan luas panen dari
185.079 ha menjadi 183.729 ha.
Produksi kacang hijau di provinsi Jambi pada tahun 2020 – 2021
mengalami kenaikan yaitu 5 ton berat kering menjadi 43 ton berat kering.
Demikian juga untuk produktivitas-nya pada tahun 2020 – 2021 mengalami
kenaikan yaitu dari 0,56 ton ha-1 menjadi 1,09 ton ha-1. Sedangkan untuk luas
tanam kacang hijau di provinsi jambi tahun 2020-2021 mengalami penurunan dari
94 ha menjadi 33 ha, demikian juga untuk luas panennya mengalami penurunan

1
dari 95 ha menjadi 42 ha (Laporan tahunan DJTP 2021). Selain itu, berdasarkan
deskripsi dua varietas Vima 3 dan Vima 5 yang mana rata-rata hasil yang
diperoleh yaitu 1,8 ton ha-1. Bahkan bila ditinjau berdasarkan potensi hasilnya
dapat mencapai lebih dari 2 ton ha-1. Oleh karena itu masih sangat perlu untuk
ditingkatkan produktivitasnya. (Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
2014).
Faktor penyebab rendahnya produktivitas kacang hijau di provinsi Jambi
antara lain akibat rendahnya kesuburan tanah kerena penanaman kacang hijau di
provinsi Jambi kebanyakan dilakukan pada tanah Ultisol. Di Provinsi Jambi luas
lahan ultisol sekitar 2.726.633 ha atau 53,46 % dari luas wilayah Provinsi Jambi
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2008). Kendala umum yang dijumpai pada
tanah ultisol adalah tingkat ketersediaan P yang sangat rendah, kemasaman tanah
yang tinggi, pH rata-rata < 4,5, kejenuhan Al tinggi, kekurangan kandungan hara
makro terutama K, Ca, dan Mg dan kandungan bahan organik rendah. Rendahnya
ketersediaan P disebabkan karena terfiksasi oleh Al dan Fe membentuk Al-P dan
Fe-P yang sukar larut (Prasetyo dan Suradikarta, 2006). Sifat biologis yang tidak
menguntungkan pada tanah Ultisol adalah rendahnya populasi mikroorganisme
bermanfaat. Selain itu, pada tanah ultisol juga terdapat permasalahan pada lahan
yaitu kekeringan.
Tanaman kacang Hijau memiliki kelebihan antara lain tahan terhadap
kekeringan, dapat dipanen pada usia 55-65 hari, hama dan penyakit yang
menyerang relatif kecil, cara budidaya cukup mudah, resiko kegagalan panen
rendah, harga jual tinggi serta stabil dan dapat dikonsumsi langsung dengan cara
pengolahan yang mudah. Produktivitas dan budidaya kacang hijau di tingkat
petani masih relatif rendah. masalah ini karena petani masih menggunakan benih
lokal, benih kurang bermutu, cekaman kekeringan dan teknologi budidaya yang
bersifat tradisional serta teknik pengelolaan tanaman masih belum optimal. Untuk
meningkatkan produktivitas kacang hijau dibutuhkan pembentukan variates
unggul kacang hijau yang mengarah pada produktifitas tinggi, umur genjah
(sedang), panen beberapa kali, pengolahan lahan, air, tanaman, organisme atau
penganggu hama dan penyakit (Sunadi, 2008).

2
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kacang
hijau di Indonesia adalah dengan pemupukan yang tepat. Pupuk yang diberikan
dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan
pupuk yang terbuat bahan organik, yang diperbaharui dan dirombak oleh bakteri-
bakteri tanah menjadi unsur-unsur yang dapat diserap oleh tanaman tanpa
mencemari tanah dan air (Karren, 2007).
Selain menggunakan pupuk organik, untuk meningkatkan pertumbuhan dan
hasil kacang hijau dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk anorganik. Sistem
pertanian anorganik merupakan sistem pertanian dengan menggunakan pupuk
kimia sebagai bahan dasar pemupukan. Pemupukan adalah penambahan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Cahyono,
2007). Salah satu pupuk anorganik adalah pupuk kieserite, merupakan mineral
magnesium sulfat, dengan rumus kimia MgSO4·H2O. Pembentukan mineral ini
merupakan hasil penguapan air laut yang mengandung 1,299 ppm Mg2+ dan
2,715 ppm SO42- (Havlin et al., 2004). Sebagai pupuk tanaman, mineral ini
mempunyai kelarutan hara lambat di dalam air dan ber-pH netral. Kieserite dapat
dibuat dari dolomit dengan cara menambahkan sejumlah asam sulfat. Kadar MgO
yang terdapat pada pupuk kieserite adalah 20,7-21,4% unsur lainnya Fe2O3 dan
Al2O3 di bawah 1,0 % berat jenis antara 2,80-2,85. Pupuk Kiserite memiliki fungsi
meningkatkan penyerapan unsur hara K dan P oleh tanaman (Sihombing, 2011).
Penggunaan pupuk kieserite dapat meningkatkan kandungan Mg dalam
tanah. Apabila tanaman kekurangan unsur hara Mg maka tanaman akan
mengalami penurunan produksi, selain itu daun akan menguning, bagian diantara
tulang daun akan berubah warna menjadi kuning bercak kecoklatan, daun pada
tanaman juga akan mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak memiliki
lapisan lilin dan dapat menghambat pertumbuhan (Sianturi, 2018). Hara makro
Magnesium (MgO) merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan
tanaman dalam pembentukan hijau daun (chlorophil) dan hampir pada seluruh
enzim dalam proses metabolisme tanaman seperti proses fotosintessis,
pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transfer energi serta
mengatur pembagian dan distribusi karbohidrat keseluruh jaringan tanaman.

3
Pada penelitian Chilvia Puspita (2013) Pemberian 150 kg ha-1 dan 125 kg
ha-1 kieserite memberikan hasil yang sama, artinya pemberian 125 kg ha-1 kieserite
sudah cukup untuk menghasilkan produksi kacang tanah. Hal ini disebabkan
unsur hara yang disumbangkan pada pemberian 125 kg ha-1 kieserite sudah
memenuhi kebutuhan tanaman kacang tanah. Sedangkan Pada penelitian Mathias
Prathama (2021), hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kieserite
(magnesium sulfat) efektif bila digunakan bersamaan dengan pupuk NPK.
Aplikasi pupuk kieserite sebanyak 75-225 kg ha-1 dapat meningkatkan hasil
produksi berupa bobot segar buncis sebesar 5-15%. Berdasarkan uraian diatas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pertumbuhan Dan
Hasil Dua Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) Yang Diberi
Pupuk Kieserite Berbeda Dosis“.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk
kieserite terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.
Wilczek).
2. Untuk mendapatkan dosis kieserite terbaik pada tiap-tiap varietas kacang
hijau (Vigna radiata L. Wilczek).
1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu membantu pihak-pihak yang
membutuhkan informasi terkait pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna
radiata L. Wilczek).
1.4 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara penggunaan varietas dan dosis pupuk kieserite
terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek).
2. Terdapart dosis kieserite terbaik pada tiap-tiap varietas kacang hijau (Vigna
radiata L. Wilczek).

4
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman
kacang-kacangan atau leguminose yang cukup penting dan banyak dikonsumsi
masyarakat, khususnya di Indonesia dan menduduki tempat ketiga setelah kedelai
dan kacang tanah (harmaeni et.al., 2015)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicetyledonae
Bangsa : Rosales
Suku : Leguminosae (Fabaceae)
Marga : Vigna
Jenis : Vigna radiata L.Wilczek

Kacang hijau merupakan tanaman berumur pendek, biasanya berbunga pada


umur antara 30-70 hari., dan polongnya menjadi tua antara 60-120 hari setelah
tanam. Kacang hijau pada umumnya memiliki sifat tumbuh terbatas (determinat),
tetapi karena perbungaan tetap meristematik dan dapat mengeluarkan bunga lagi
setelah melewati suatu keadaan buruk, tanaman ini dapat berbunga dan berbuah
dalam waktu beberapa minggu.
a) Akar
Perakara tanaman kacang hijau tersusun atas perakaran tunggang, akar
serabut dan akar lateral. Akar tunggang merupakan akar primer yang tumbuh
paling awal pada benih dari benih yang tumbuh. Akar tunggang tumbuh ke pusat
bumi mencapai kedalaman 1 meter lebih. Akar lateral merupakan akar sekunder
atau cabang-cabang akar yang tumbuh pada akar primer. Akar sekunder ini
tumbuh tersebar menyamping (horizontal) dekat dengan permukaan tanah dengan
lebih mencapai 40 cm lebih (Ridwan, 2017).
b) Batang
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukurannya kecil,
berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang
menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun

5
yang berhadap-hadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang
kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m. Cabangnya
menyebar ke semua arah (Purwono, 2008).
c) Daun
Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap
tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna
hijau muda hingga hijau tua. Daun terletak berseling. Tangkai daun lebih panjang
dari pada daunnya sendiri. Karangan bunga terdapat pada ketiak daun dan
mempunyai cabang tangkai bunga panjang (Sumarji, 2013).
d) Bunga
Bunga tanaman kacang hijau berbentuk kupu-kupu dengan mahkota bunga
berwarna kuning keabu-abuan atau kuning muda tergantung pada varietasnya.
Bunga ini termasuk bunga sempurna atau berkelamin dua (hermaphrodid), yaitu
setiap bunga terdapat benang sari (sel kelamin jantan) dan kepala putik (kelamin
betina). Bunga bersifat bilateral simetri (zygomorphus). Bunga tanaman kacang
hijau tumbuh berkelompok dan muncul pada setiap ketiak daun (ruas-ruas
batang). Pada umumnya bunga tanaman kacang hijau melakukan penyerbukan
sendiri. Penyerbukan bunga terjadi sebelum bunga mekar (mahkota bunga masih
tertutup), sehingga mungkin terjadi kawin silang secara alami sangat kecil
(Cahyono, 2007).
e) Buah
Buah kacang hijau berbentuk polong (sillindris) dengan panjang antara 6-15
cm, berbulu pendek, polong kacang hijau bersekmen-sekmen yang berisi
biji.Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam
coklat.Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding
kacangkacanganlain. Warna bijinya kebanyakan hiaju kusam atau hijau
mengkilap,beberapa ada berwarna kuning, coklat dan hitam (Rukmana, 2002).
f) Biji
Biji berbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap. Warna
tersebut merupakan warna dari kulit bijinya. Biji kacang hijau berkeping dua dan
terbungkus oleh kulit. Bagian-bagian biji terdiri dari kulit, keping biji, pusar biji
(hilum) dan embrio yang terletak diantara keping biji. Pusar biji atau hilium

6
merupakan jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Keping biji
mengandung makanan yang akan digunakan sebagai makanan calon tanaman
yang akan tumbuh (Cahyono, 2007).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau


a) Iklim
Kacang hijau termasuk tanaman tropis yang menghendaki suasana panas
selama hidupnya.Tanaman ini dapat tumbuh baik didaerah dataran rendah hingga
ketinggian 500 mdpl. Kondisi lingkungan yang di kehendaki tanaman kacang
hijau adalah daerah bersuhu 20°-27° C, kelembaban udara antara 50%-70% dan
cukup mendapat sinar mata hari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara
20-50 mm perbulan (Rukmana, 2002).
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh didaerah yang curah hujannya dengan
memanfaatkan sisa-sisa kelembapan pada tanah bekas tanaman yang diairi,
misalnya padi. Tanaman ini tumbuh baik pada musim kemarau. Pada musim
hujan pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat sehingga mudah rebah. Hambatan
utama pada musim hujan adalah penyakit yang menyerang polong (Rukmana,
2002).
b) Tanah
Kacang hijau dapat tumbuh disegala macam jenis tanah yang berdrainase
baik. Namun, pertumbuhan terbaiknya pada tanah lempung biasa sampai yang
mempunyai bahan organik tinggi. Tanah yang mempunyai ph 5,8 paling ideal
untuk pertumbuhan kacang hijau. Sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik
karena penyediaan unsur hara terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah
dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang
cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Cahyono, 2007).
Tanah merupakan media tanan yang paling umum digunakan dan sebagai
bahan campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organik
sebagai campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
(Yushanita,2007).

2.3 Peran Kieserite Pada Tanaman


Pupuk kieserite adalah mineral magnesium sulfat, dengan rumus kimia
MgSO4·H2O. Pembentukan mineral ini merupakan hasil penguapan air laut yang

7
mengandung 1,299 ppm Mg2+ dan 2,715 ppm SO42- (Havlin et al., 2004). Sebagai
pupuk tanaman, mineral ini mempunyai kelarutan hara lambat di dalam air, ber-
pH netral. Kieserite dapat dibuat dari dolomit dengan cara menambahkan
sejumlah asam sulfat. Kadar MgO yang terdapat pada pupuk kieserit adalah 20,7-
21,4%; unsur lainnya Fe2O3 dan Al2O3 di bawah 1,0 %; berat jenis antara 2,80-
2,85.
Pemberian pupuk kieserite juga bermanfaat untuk meningkatkan pH tanah
yang nantinya berpengaruh terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan juga
bermanfaat sebagai sumber fosfor untuk produksi tanaman. Tersedianya unsur P
yang mencukupi dalam proses produksi tanaman tentu akan berpengaruh terhadap
peningkatan hasil produksi (Hanafiah, 2005). Budidaya tanaman kentang juga
membutuhkan unsur hara yang cukup untuk mendukung proses pertumbuhan dan
produksinya, dengan penambahan pupuk kieserite dapat meningkatkan proses
pembentukkan klorofil pada daun yang nantinya bertujuan untuk proses
fotosintesis, semakin tinggi kandungan klorofil pada tanaman akan semakin besar
serapan cahaya untuk mendukung fotosintesis tanaman sehingga tanaman dapat
berproduksi dengan baik (Purnomo et al.,2018).
Pupuk kieserite (MgS04.H2O) merupakan salah satu pupuk anorganik yang
mengandung unsur hara makro yaitu Mg. Kieserite dapat juga disebut pupuk
magnesium, dikarenakan mengandung Mg yang tinggi. Pupuk kieserite juga
tergolong dalam pupuk tunggal yang mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah. Penambahan pupuk kieserite (Mg) bermanfaat dalam proses fotosintesis
tanaman yang membentuk klorofil pada daun, sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal (Purnomo et al., 2018).

8
III.METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas
Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Penelitian akan dilaksanakan selama 3
bulan dari bulan Juli sampai September 2023.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah benih kacang hijau
varietas Vima 3, Vima 5, pupuk Kieserite, pupuk Urea, pupuk Sp-18, pupuk KCl,
Sidafur, Dithane M45, Decis 25 Ec, dan label.
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul,
parang, gembor, meteran, ember, jaring, timbangan, ajir, tali, sprayer, gunting,
spidol, pena, buku, dan kamera.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang disusun dalam
rancangan acak kelompok pola faktorial yang diulang sebanyak tiga kali. Faktor
pertama adalah Varietas kacang hijau yang terdiri atas dua Varietas yaitu:
v1
= Vima 3
v2
= Vima 5
Faktor kedua adalah aplikasi pemupukan Kieserite yang terdiri atas 4 taraf
dosis yaitu:
K0
= 0 kg ha-1
K1
= 50 kg ha-1
K2
= 100 kg ha-1
K3
= 150 kg ha-1
Dari 2 faktor tersebut diperoleh 24 unit percobaan. Ukuran petak
percobaan adalah 2,4 m x 1,4 m, jarak petakan dalam ulangan 50 cm, jarak antar
ulangan 100 cm, jarak tanam yang digunakan 40 cm x 20 cm maka didapat 42
tanaman dalam 1 petak percobaan.

9
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan lahan dan pengolahan lahan
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman
lain dengan menggunakan cangkul dan parang, kemudian buat petak percobaan
sebanyak 24 petakan dengan ukuran 2,4 m x 1,4 m. Kemudian tanah
digemburkan, diratakan dan diberi label pada setiap petakan sesuai layout
percobaan.
3.4.2 Pemberian kieserite
Pemberian pupuk kieserite (Mg) akan dilakukan bersamaan dengan
penanaman serta dosis sesuai perlakuan dan ditugal dengan jarak ±10 cm dari
lubang tanam.
3.4.3 Penanaman
Penanaman akan dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman lubang
tanam 3 cm, dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm dan setelah penugalan
dimasukkan 3 benih tiap lubang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi pemupukan,
penyulaman, penjarangan, penyiraman, penyiangan, pengendalian hama penyakit
tanaman. Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran yaitu : Urea 50 kg ha-1 (0,4
gram pertanaman), SP-18 150 kg ha-1 (0,12 gram pertanaman), dan KCl 100 kg
ha-1 (0,8 gram pertanaman).
Pemberian pupuk organik di lakukan dengan cara ditugal ±7 cm dikiri dan
kanan titik tanam, kemudian di masukan Urea tersendiri dan Sp-18 dengan KCl
dicampurkan dalam satu lubang tugal. Penyulaman dilakukan 10 hari setelah
tanam, dengan cara mengganti tanaman yang tidak tumbuh. Penjarangan
dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan cara meninggalkan 2 tanaman
perlubang tanaman. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pagi atau sore jika
tidak ada hujan. Penyiangan dilakukan 2-3 kali selama masa pertumbuhan atau
sesuai kondisi keberadaan gulma pada petak percobaan. Pengendalian hama
dilakukan dengan pemberian Sidafur sebanyak 2 gram pada lubang tanaman saat
penanaman dilakukan, sedangkan pengendalian hama dan penyakit dengan
penyemprotan insektisida Decis 25 Ec dan fungisida Dithane M45.

10
Penyemprotan dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu dimulai dari tanaman
berumur 1 minggu atau sesuai dengan kondisi di lapangan.
3.4.5 Pemanenan
Kacang hijau akan dipanen sekitar umur 56-62 hari setelah tanam dengan
ciri- ciri kulit polong telah kering dan telah berwarna coklat atau hitam.
Pemanenan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara memetik yang
masak satu persatu dengan menggunakan tangan atau gunting.
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Tinggi tanaman
Tinggi tanaman akan diukur dengan menggunakan meteran, dengan
interval waktu seminggu sekali, dimulai pada saat umur 14 hari setelah tanam
sampai masa vegetatif berakhir. Tanaman diukur dari pangkal batang yang sudah
diberi ajir setinggi 5 cm, sampai titik tumbuh paling atas. Satuan yang digunakan
untuk mengukur tinggi tanaman adalah centimeter (cm).
3.5.2 Bobot biji per tanaman
Pengukuran bobot biji pertanaman akan dilakukan dengan cara menimbang
biji yang didapatkan dari setiap tanaman. Sebelum ditimbang biji dikeringkan
dahulu dengan cara menjemur biji selama 3 hari sampai kadar air ±14%. Satuan
yang digunakan untuk mengukur bobot biji pertanaman adalah gram (g).
3.5.3 Bobot 100 biji
Bobot 100 biji akan diukur dengan cara menimbang 100 biji setiap
perlakuan dengan timbangan. Biji yang diambil adalah yang sudah dikeringkan
atau sudah di jemur hingga kadar air ±14%. Satuan yang digunakan untuk
mengukur bobot biji pertanaman adalah gram (g).
3.5.4 Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong di hitung setelah semua polong dipanen. setelah dipanen
semua, hitung polong setiap tanaman sampel. Satuan yang digunakan untuk
menghitung jumlah polong pertanaman adalah (polong).
3.5.5 Berat brangkasan
Berat brangkasan dilakukan setelah panen dan sampel tanaman pada setiap
perlakuan ditimbang seluruh bagian dari tanaman. Satuan yang digunakan untuk
mengukur berat berangkasan adalah gram (g).

11
3.5.6 Hasil per hektar
Perhitungan hasil dengan cara mengkonversikan hasil tanaman tiap petakan
percobaan.
10.000 𝑚²
Hasil Per Hektar (Ton ha-1) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 (𝑚2 ) × A × 10-6

A = Hasil petakan percobaan (gram)


3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode sidik ragam dengan uji
F- hitung taraf α= 5% kemudian dilakukan dengan uji perbandingan rata-rata
perlakuan menggunakan metode Duncan Multipel Range Test (DMRT) α= 5%.
3.7 Data Penunjang
Data yang diperlukan untuk penunjang pada penelitian ini adalah Analisis
tanah awal, data curah hujan, kelembapan dan suhu udara selama penelitian.

12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2017. Luas Panen, Produksi dan
Produktifitas Kacang Hijau Provinsi Jambi. Provinsi Jambi
Badan Pusat Statistik. 2018. Data Produksi dan Produktivitas Kacang Hijau di
Provinsi Jambi Tahun 2018. https://jambi.bps.go.id (diakses 2 Februari
2022)
Cahyono, B. 2007. Kedelai (Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani). Aneka
Ilmu, Semarang. 153 hlm.
Cahyono. 2010. Kacang Hijau ( Teknik Budi Daya fan Analisis Usaha Tani. CV.
Aneka Ilmu, Semarang.
Chilvia Puspita, 2013. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kacang
Tanah (Arachis Hypogaea L.) Pada Pemberian Pupuk Kieserit.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
358 hal
Harmaeni, W. Wardani dan W, Andaswari. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) dalam Persaingan dengan Rumput Teki dan
Rumput Belulang di Tanah Steril dan Non Steril. Jurnal Agroteknologi.
vol 3. Nomor 2.
Havlin, J.L., Beaton, J.D., Tisdale, S.L. and Nelson, W.L. (2005) Soil Fertility and
Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. 7th Edition, Pearson
Educational, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
https://tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document/Laporan%2
0tahunan%20djtp-2021.Pdf
Karren. 2007. Bahan Organik. http://karren.wordprees.co.id. 14 Maret 2011.
Mathias Prathama. 2021. Efektivitas Pupuk Kieserite Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus Vulgaris L.)
Prasetyo BH & DA Suriadikarta (2006). Karakteristik, potensi, dan teknologi
pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di
Indonesia. J. Litbang Pertanian 25(2), 39-46.
Purnomo, D., Damanhuri, F. N. U., & Winarno, W. (2019). Respon Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap Pemberian
Naungan dan Pupuk Kieserite di Dataran Medium. Agriprima, Journal of
Applied Agricultural Sciences, 3(2), 67-78.
Purwono dan H.Purnamawati dan P.Tjondronegoro, 2007. Budidaya 8 jenis
tanaman unggul. Penebar Swadaya. Bogor.
Ridwan, 2017. Pengaruh Jenis Arang sebagai Media Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.).
Skripsi. Jurusan Pendidikan IPA-Biologi. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

13
Rukmana. R, 2002. Budidaya kacang-kacangan. Kansinus. Yogyakarta
Sianturi, M. G. (2018). Peningkatan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
melalui Dosis PupukN, P, K, Mg dan Indeks Hara.
Sihombing R, 2010. Dampak Pemberian Kiserit dan Kotoran Ayam terhadap
Produksi Sawi Pada Tanah Ultisol. Skripsi Ilmu Tanah. Universitas
Sumatera Utara. Medan. 37 hal.
Sumarji. (2013). Laporan Kegiatan Penyuluhan Teknik Budidaya Kacang Hijau
(Vigna radiata (L) Wilczek). Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Islam Kediri.
Sunadi. Bertanam Kacang Hijau. Swadaya, Jakarta. 2008.
Yushanita, R. M. 2007. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea
terhadap Pertumbuhan Bibit Salam.

14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 3
SK Mentan : 1168/Kpts/SR.120/11/2014
Dilepas tahun : 2014
Asal : Persilangan Walet dengan tetua jantan MLG 716
Nama galur : MMC331d-Kp-3-4(GH 4)
Umur : 60 hari
Tinggi tanaman : ±75,3 cm
Warna hipokotil : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna tangkai daun : Hijau
Warna kelopak bunga : Hijau
Rambut daun : Sedikit
Warna mahkota bunga : Hijau
Periode berbunga : 36 hari
Jumlah polong per tanaman : 15 polong
Jumlah biji per polong : 12 biji
Bobot 100 biji : 5,9 gram
Potensi hasil : 2,1 ton ha-1
Rata-rata hasil : 1,8 ton ha-1
Warna polong muda : Hijau
Warna polong tua : Hitam
Posisi polong : Terjurai
Warna biji : Hijau kusam
Kadar protein : ±21,6% (basis kering)
Kadar lemak : ±0,8% (basis kering)
Ketahanan thd hama penyakit : Agak rentan penyakit embun tepung
Keterangan : Biji sesuai untuk kecambah, polong mudah pecah
baik ditanam di dataran rendah sampai dengan
sedang (10–450 m dpl)

15
Pemulia : Rudi Iswanto, M. Anwari, Trustinah, Hadi
Purnomo
Peneliti proteksi : Sumartini, Sri Hardaningsih, Sri Wahyuni Indiati
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi, Badan Litbang Kementerian Pertanian

16
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 5
Asal : Persilangan VC 1628 A x Lokal Wongsorejo
Nomor Induk/nomor seleksi : MMC 598d-Gt-2-5
Nama Galur : MMC 598d-Gt-2-5 (GH 18)
Umur tanaman : 56 hari
Warna hipokotil : Ungu
Tinggi tanaman : 62,4 cm
Warna batang : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna tangkai daun : Ungu
Warna kelopak bunga : Ungu
Rambut daun : Sedikit
Warna mahkota bunga : Kuning
Umur berbunga : 35 hari
Jumlah polong per tanaman : 12
Jumlah biji per polong : 13
Bobot 100 biji : 6,57 g
Rata-rata hasil : 1,84 ton ha-1
Potensi hasil : 2,34 ton ha-1
Warna polong muda : Hijau
Warna polong tua : Coklat
Posisi polong : Terjurai
Warna biji : Hijau kusam
Kilau permukan biji : Kusam
Kadar protein : 23,36 %
Kadar lemak : 0,60 %
Ketahanan thd hama/penyakit : Agak tahan terhadap embun tepung, bercak daun
dan hama trips
Pemulia : Rudi Iswanto, Trustinah, Hadi Purnomo, Ratri Tri
Hapsari

17
Keunggulan : Umur genjah, masak serempak, polong tidak
mudah pecah
Peneliti : Abdullah Taufiq, Erliana Ginting, Didik
Harnowo, Sri Hardaningsih, Sri Wahyuni Indiati
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi

18
Lampiran 3. Denah Petakan Percobaan

I II II
K0V2 A K2V2 K2V2
B
K3V2 K1V1 K0V1

K1V1 K0V1 K1V2

K3V1 K3V2 K2V2

K2V2 K0V2 K3V1

K1V2 K3V1 K3V2

K2V2 K1V2 K0V2

K0V1 K2V2 K1V1

Keterangan :
K1V1 - K3V2 = Perlakuan
K = Kieserite
V1 – V2 = Varietas/Kultivar
I–II–III = Kelompok/Ulangan
A = Jarak antar kelompok (100 cm)
B = Jarak antar perlakuan dakam kelompok (50 cm)

19
Lampiran 4. Tata Letak Tanaman Pada Petak Percobaan

2,4 m
A
x x x x x x

B x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x 1,4 m

x x x x x x
x x x x x x

x x x x x x

Keterangan :

X = Tanaman Kacang Hijau

X = Petak Panen

A = Jarak Tanam Antar Baris (40 cm)

B = Jarak Tanam Dalam Baris (20 cm)

20
Lampiran 5. Dosis Pupuk

K0 = 0 kg ha-1
K1 = 50 kg ha-1
K2 =100 kg ha-1
K3 =150 kg ha-1
Luas 1 ha = 10.000 m²
Jarak Tanam = 0,4m x 0,2m
Jumlah tanaman dalam petak percobaan = 42 Tanaman
Kebutuhan dosis pupuk Kieserite per tanaman
K0 =0g
2,4 𝑥 1,4
K1 = 10.000 x 50.000 g = 16,8 g
16,8
= 42

= 0,4 g
2,4 𝑥 1,4
K2 = x 100.000 g = 33,6 g
10.000
33,6
= 42

= 0,8 g
2,4 𝑥 1,4
K3 = x 150.000 g = 50,4 g
10.000
50,4
= 42

= 1,2 g

21

Anda mungkin juga menyukai