Anda di halaman 1dari 40

PRODUKTIVITAS KOPI ARABIKA (Coffea arbica L.

)
PADA KETINGGIAN LAHAN BERBEDA
DI KEBUN PT. SULOTCO JAYA ABADI – TANA TORAJA

TUGAS AKHIR

Oleh:

HERI PANGGALO
1722040033

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANANAMAN PERKEBUNAN


BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2020

i
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperole gelar Akademik disuatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan di sebutkan di dalam daftar pustaka.

Pangkep, 15 Mei 2020

Yang menyatakan

Heri Panggalo

iv
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera ,
Tiada kata yang lebih indah dan tiada kalimat yang lebih sempurna selain
ucapan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segalah rahmat dan
kasih-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini dengan baik
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari adanya campurtangan
dari berbagai pihak. Karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P, Selaku Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
2. Bapak Abdul Mutalib, SP.,MP Selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman
Perkebunan
3. Bapak Dr, Muh. Kadir, SP.,MP dan Bapak IR. Baso Darwisah MP Selaku
Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan
nasihat kepada penulis hingga penyusunan tugas akhir ini.
4. Segenap Bapak/Ibu dosen dan staff teknisi jurusan Budidaya Tanaman
Perkebunan.
5. Teman-teman seperjuangan se-angkatan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa
se-almamater.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tentunya masih jau
dari kesempurnaan, oleh karna itu, penulis sangat mengharapkan masukan baik
berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya dalam bidang pertanian.
Tuhan Memberkati …

Pangkep, 15 Mei 2020

Heri panggalo

v
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMANA PENGESAHAN .................................................................. ii

HALAM PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

RINGKASAN.............................................................................................. xii

BAB I.PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 3
1.3. Hipotesis ...................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kopi Arabika ................................... 4


2.2. Agroekologi Kopi ........................................................................ 6

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYA PENELITIAN.......................... 9

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan.................................................... 9


3.2. Visi Misi Perusahaan.............................................................. 9
3.3. Peta Wilayah Kebun Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi................. 11

BAB IV. METODOLOGI .......................................................................... 13

4.1. Tempat dan Waktu ........................................................................ 13


4.2. Metode Pengambilan Data............................................................. 13
4.3. Metode Pelaksanaan ...................................................................... 13
4.4. Analisa Data.................................................................................. 14

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 16

5.1. Hasil ............................................................................................. 16


5.2. Pembahasan .................................................................................. 18

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 23

6.1. Kesimpulan................................................................................... 23
6.2. Saran............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 24

LAMPIRAN ................................................................................................ 26

RIWAYAT HIDUP..................................................................................... 30

vii
DAFTAR TABEL

No Hal
2.1 Tingkat kesesuaian iklim bagi tanaman kopi Arabika ............................. 7

4.1 Analisis of varian (Anova) satu arah untuk membandingkan 3


populasi independen ........................................................................................15

5.1 Rata rata produktivitas kopi arabika dari ketiga lahan yang berbeda
ketinggian di kebun PT. Sulotco jaya abadi selama kurun waktu
10 tahun terakhir (2010-2019) .........................................................................16

5.3. Sidik ragam rata-rata produktivitas kopi arabika selama 10 tahun


(2010- 2019) yang ditanam di kebun Asri, Barakai, dan Citra........................18

viii
DAFTAR GAMBAR

No Hal
4.1 Gambar peta wilayah perkebunan kopi PT.Sulotco Jaya Abadi ........ 12

5.1. Perkembangan rata- rata produktivitas tanaman kopi Arabika


yang ditanam pada 3 wilayah kebun PT. Sulotco Jaya abadi dengan
ketinggian berbeda dari tahun 2010 hingga 2019 (data primer
setelah diolah 2020)........................................................................... 17

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Data curah hujan 2019 di wilayah PT. Sulotco Jaya Abadi Tana Toraja.................26
2. Gambar peta wilayah kebun PT. Sulotco Jaya Abadi ..............................................27
3. Total produksi kebun Asri, Barakai, dan Citra dalam kurun Waktu 10 tahun
(2010-2019) ........................................................................................................... 28
4. Rata-rata produktivitas (Kg/Ha) lahan kebun Asri, Barakai, dan Citra dalam
kurun waktu 10 tahun (2010-2019) .........................................................................29

x
ABSTRAK

HERI PANGGALO, 1722040033. Produktivitas kopi arabika (Coffea Arabica L)


pada ketinggian lahan berbeda di PT. Sulotco Jaya Abadi Tana Toraja. dibimbing
oleh Muhammad Kadir dan Baso Darwisah.
Produktivitas kopi arabika merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang perekonomian masyarakat/petani oleh karenanya perlu kita perhatikan
keadaan agroekologi menyangkut ketinggian, iklim atau cuaca yang sesuai dengan
standar yang dibutuhkan oleh tanaman kopi arabika termasuk yang ada di kebun
PT. Sulotco Jaya Abadi Tana Toraja Sulawesi Selatan. Survei ini bertujuan untuk
menganalisis tingkat produktivitas kopi arabika yang ditanam pada ketinggian
lahan berbeda pada beberapa lokasi lahan PT. Sulotco Jaya Abadi-Tana Toraja.
Ketiga lahan tersebut yaitu: Wilayah kebun Asri (ketinggian 1600-1750 mdpl),
kebun Citra (1500 – 1600 mdpl) dan kebun Barakai (1200-1400 mdpl). Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan produktivitas kopi arabika yang
ditanam pada lahan dengan kertinggian berbeda dimana rata-rata produktivitas
tertinggi pada lahan PT Sulotco Jaya Abadi Tana-Toraja adalah kebun Citra
dengan produktivitas rata-rata 2.023,8 kg per hektar, diikuti kebun Barakai
dengan produktivitas rata-rata 1.772,15 kg per hektar dan kebun Asri yang dengan
1.188,78 Kg per hektar
Kata Kunci : Kopi, Arabika, ketinggian, iklim, produktivitas

xi
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi adalah salah satu hasil komoditi komoditi perkebunan yang

memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan

lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisi Negara. Kopi hanya

berperan penting sebagai sumber devisi melainkan juga merupakan

penghasilan utama bagi lebih kurang satu setengah juta jiwa petani kopi di

Indonesia (Raharjo, 2012).

Tanaman kopi berasal dari benua Afrika, tepatnya dari Negara

Ethiopia. Pada abad ke 19, seorang pemuda bernama Kaldi tidak sengaja

memakan biji kopi mentah yang di dapat di semak belukar. Kaldi merasakan

perubahan yang luar biasa setelah memakan biji tersebut, lalu dia menceritakan

hal tersebut kepada warga sekitarnya dan menyebar ke berbagai daerah. Biji

yang dimakan tersebut merupakan biji kopi (Coffea bean) atu sering disingkat

dengan “bean”. Selain kopi bean atau kopi bean, penyebutan lainya Coffea

Qawah, Cafe, Buni, Mbnuni, Koffie, Akeita Kafe, Kava, Dan Kafo

(Panggabean, 2011).

Sekitar 90% hasil produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan

kopi rakyat. Beberapa factor yang mempengaruhi kestabilan hasil produksi

perkebunan kopi rakyat di antaranya factor kebiasaan petani, factor ekonomi

dan factor keamanan lingkungan. Walaupun tanaman kopi belum masuk dalam

revitalisasi ekonomi pertanian, tetapi sebaiknya pemerintah sebagai regulator

harus memberikan perhatian khusus dana mengimplementasikan kebijakan


2

yang sudah dicanangkan pemerinta pusat. Beberapa permasalahan yang

dihadapi para petani kopi perlu dibantu oleh pemerintah. Contohnya, akhir-

akhir ini cukup banyak petani kopi yang mengganti tanamanya dari kopi

menjadi tanaman jagung. Pasalnya, biaya peremajaaan tanaman kopi cukup

besar, padahal perkebunan kopi mereka sudah lama.

Selain itu, penggunaan klon yang turun-temurun tanpa adanya

pemulian bibit dapat menurunkan kualitas dan kuantitas biji kopi. Sarana dan

prasarana transportasi di beberapa daerah turut menjadi factor produksi dan

mutu biji kopi. Tanpa adanya pengawasan dari pemerintah daerah setempat,

perkebunan kopi beresiko akan ditinggalkan oleh petaninya. Hal tersebut

sebaiknya harus diatasi oleh pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan,

sehingga dapat meningkatkan kontinuitas produksi, memeperbaiki mutu kopi,

dan menstabilkan harga kopi. Berbagai kebijakan yang memihak petani

mensosialisasikan keuntungan menkonsumsi kopi dapat berdampak terhadap

peningkatan pendapatan ekonomi daerah penghasil kopi dan peningkatan

kesejahteraan petani (Panggabean, 2011)

Upaya peningkatan Produktivitas tanaman kopi dan menjadikan

Indonesia sebagai produsen utama kopi dunia,beberapa penerapan teknik

budidaya yang tepat dan pengelolahan perkebunan yang telah dilakukan untuk

meningkatkan produksi. Produksi buah kopi dipengaruhi oleh berbagai factor.

Salah satunya adalah jenis atau varitas kopi. Di Indonesia terdapat 2 jenis kopi

yang sangat umum dikembangkan yaitu kopi arabika dan robusta. Dalam

proses budidayanya tanaman kopi di pengaruhi oleh kondisi tanah, iklim

berupa suhu, Kelembaban dan juga ketinggian serta tehnik budidaya.


3

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah pengamatan dan analisis data hasil

survey dan observasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan produktivitas

kopi arabika dari kemungkinan pengaruh faktor ketinggian lahan penanaman

yang berbeda pada lahan PT Sulotco Jaya Abadi -Tana Toraja.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Percobaan ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan

Produktivitas kopi Arabika yang ditanam pada ketinggian lahan berbeda di 3

lokasi kebun PT. Sulotco Jaya Abadi-Tana Toraja. Hasil analisis diharapkan

bermanfaat bahan informasi dalam pengembangan budidaya kopi komersil

pada berbagai areal di seluruh Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi

ekologi termasuk ketinggian tempat.

1.3. Hipotesis

Ho : Tidak Ada perbedaan rata-rata Produktivitas kopi Arabika yang ditanam

pada ketiga lokasi lahan dengan perbedaan ketinggian (Asri, Barakai,

dan Citra)

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata Produktivitas kopi Arabika yang ditanam

pada ketiga lokasi lahan dengan perbedaan ketinggian (Asri, Barakai, dan

Citra)
4

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kopi arabika

Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Raharjo (2012) adalah

sebagai berikut:

Kigdom : Plantae

Subkigdom : Tracheobionta

Super Devisi : Spermatophyta

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridea

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp. (Coffea arabica L.)

Kopi arabika adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling

banyak dibudidayakan, akuntansi untuk 74 persen dari biji yang di tanam di

dunia. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian antara 600-1.800 meter di atas

permukaan laut dan memerlukan waktu enam sampai Sembilan bulan untuk

menjadi biji yang matang. Biji kopi arabika berharga lebih tinggi di pasar

karena kopi tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi. Biji kopi arabika jatuh

ke tanah segera setelah matang sehingga harus dipanen segera untuk mencegah
5

dari rasa dan bau tanah. Kopi arabika juga biasanya diproses secara khusus

yang memakan biaya lebih tinggi (Iman, 2013).

Akar tanaman kopi memiliki akar tunggang yang mengarah lurus ke

bawa, pendek dan kuat dengan ukuran 45-50 cm. selain itu banyak pula akar

cabang samping dengan panjang 0,5 -1 m horizontal dan memiliki kedalaman

kurang lebih 30 cm dan bercabang merata (PTPN XII, 2013).

Batang dan Cabang Kopi memperhatikan dimorfisma dalam

pertumbuhan vegetative yaitubatang dan tunas-tunas air atau yang sering

disebut wiwilan, tumbuh ortotropik. Bagian tanaman yang tumbuh ortotropik

dan plagiotropik, namun sebaliknya bagian yang tumbuh plagiotropik hanya

dapat menghasilkan plagiotropik tidak bias menghasilkan ortotropik. Oleh

karena itu sambungan cabang atau stek batang tidak dapat tumbuh keatas

namun tumbuh terus kesamping (Muljana, 2006).

Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris kesamping,

bergelombang, hijau pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya. Daun

tumbuh dan tersusun secara berdampingan di ketiak batang cabang dan

ranting. Sepasang daun terletak di bidang yang sama dan dis bidang yang

ssama dicabang dan ranting tumbuh mendatar (Penggabean, 2011).

Bunga coffea Arabica merupakan Bunga mejemuk (muncul secara

berkelompok). Bunga ini tumbuh diketiak daun dengan bentuk menyerupai

payung mahkota Bunga berbentuk bintang berwarna putih. Masing-masing

bunga menpunyai diameter sekitar 1-1,5 cm. tanaman kopi ini akan mulai

berbunga setelah berumur 2 tahun. Mula mula bunga ini keluar dari daun yang
6

terletak pada batang utama atau cabang reproduksi, tetapi bunga yang keluar

dari kedua tempat biasanya tidak berlembang menjadi buah, jumlahnya

terbatas, dan hanaya dihasilkan oleh tanaman yang masih sangat mudah.

Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada

cabang primer (Muljana, 2006).

Buah tanaman kopi tumbuh berkelompok atau bergerombol. Waupun

ukuran buah lebih besar, dompolan buah juga kurang rapat. Buah yang masih

berwarna hijau bersih, sedangkan buah yang sudah masak berwarna merah

cerah. Bentuk buah bulat telur dengan diameter kurang lebih 10-15mm,

didalamnya terdapat biji yang berjumlah 2 berbentuk bulat panjang. Berat

buah masak rata-rata 196 gram. Tanaman ini termasuk dalam golongan

tanaman c3 karena fiksasikarbon organic pertama ialah senayawa berkarbon 3,

3-fotogliseret. Tumbuhan C3 yaitu tumbuhan yang fiksasi karbon awal terjadi

melalui enzim rubisco, siklus calvin yang menambahkan CO2 pada ribulose

bifosfat. Tumbuhan ini memproduksi sedikit makan apabila stomata tertutup

pada hari yang panas dan kering (Muljana, 2006).

2.2 Agroekologi Kopi

Secara topografi wilayah perkebunan kopi bergelombang dan

umumnya terletak pada ketinggian 1.300 – 1.700 meter dari permukaan laut,

dengan suhu berkisar antara 16oC –29oC, kelembaban 75- 85 % dan curah

hujan type A menurut klasifikasi schmidt- ferguson.


7

a. Sifat kimia tanah


Selain tanah gembur dan kaya akan banah organic, kopi juga

menghendaki tanah yang agak masam, yaitu ph antara 5 –6,5 untuk kopi

arabika. Bila ph tanah kurang dari angkah tersebut tanaman kopi juga masih

dapat tumbuh, tetapi kurang biasa menyerap beberapa unsur hara sehingga

terkadang perlu diberi kapur. Sebaliknya tanaman kopi tidak menghendaki

tanah yang agak asam (PH lebih dari 6,5) sehingga pemberian kapur tidak

berlebihan.

b. Iklim

Klasifikasi tingkat kesesuaian iklim bagi tanaman kopi arabika menurut

Wintgents (2012) adalah seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tingkat kesesuaian iklim bagi tanaman kopi arabika


Tingkat kesesuaian iklim S1 S2 S3 N
Suhu udara (°C) rata-rata 16-12 15-16 14-15 <14
22-24 24-26 >26
Suhu maksimum 25-28 28-30 30-32 >32
Suhu minimum 15-19 19-21 21-23 >23
Curah hujan tahunan 1.200-1.800 1.000-1.000 800-1.00 <800
1800-2.000 2.000-3.000 >3.000
Panjang bulan kering 1-4 >4-5 >5-4 >6
(CH<100 mm/bulan)
Sumber: Wintgens (2012)

Dampak lain dari perubahan iklim dapat berpengaruh baik lansung

maupun tidak langsung terhadap tanaman kopi, perubahan iklim secara

langsung pempengaruhi pertumbuhan produksi kopi, dan secara tidak langsung

mendorong perkembanganya hama dan penyakit tanaman kopi.

c. Ketinggian Tempat
8

Kopi Arabika menghendaki lahan dataran yang lebih tinggi dari pada

kopi Robusta, sebab bila kopi ini di tanam pada lahan yang rendah maka dapat

menyebabkan selain pertumbuhan dan pproduktivitasnya menurun juga akan

lebih rentan penyakit karatt daun.

Ketinggian lokasi pertanaman tiap jenis kopi bervariasi yaitu:

1. Kopi robusta dengan tinggi tempat 300-600 Mdpl.

2. Kopi arabika dengan tinggi tempat 700-1400 Mdpl

Pertanaman kopi Arabika yang dekat dengan dengan permukaan laut

banyak yang di serang dengan karat daun oleh karena itu, di haruskan untuk

pertanaman kopi arabika 700-1,400 Mdpl. Sedangkan pada ketinggian lebih

dari 2.000 Mdpl tanaman tersebut akan mudah di ganggu dengan embun upas.

Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih di musim

kemarau karena angin akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah

dan jjuga dapat mematahkan poohon pelindung.(Copyright 2019).


9

BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Sulotco Jaya Abadi (PT) merupakan suatu perusahaan swasta nasional

(penanaman modal dalam Negeri) yang bergerak pada usaha budidaya dan tata

niaga kopi. PT. Sulotco Jaya Abadi berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.

Perusahaan ini didirikan atas dasar akte notaris no. 21tanggal 19

Agustus 1986 oleh Notaris Rika You Sou Shin di Surabaya . PT. Sulotco Jaya

Abadi di operasikan berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1

Sulawesi Selatan no. 08/KPTS/III/BKPMD/1988 tanggal 20 September

1988.Kegiatan pembukaan lahan di mulai tanggal 07 Maret 1987 dengan status

Hak Guna Usaha (HGU) berlaku selama 30 tahun yang dapat di perpanjang.

3.2. Visi dan Misi Perusahaan

Sulotco Jaya Abadi menyadari pentingnya Visi dan Misi dalam

menjalankan usaha. Adapun Visi perusahaan adalah “Mengembangkan dan

Meningkatkan Produksi Kopi Arabika Speciality Toraja di pasaran Dunia

melaliai Ekspor”. Melalui Visi Misi ini perusahaan memperioritaskan

penanaman/produksi kopi Arabika varietas local yang dikenal memiliki rasa

dan aroma yang khas, di samping juga melakukan penanaman varietas unggul

introduksi yang di hasilkan oleh Balai penelitian kopi kopi dan kakao di

Jember. Hasilnya adalah untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun

kebutuhan bahan baku produk olahan kopi dalm Negeri (kopi bubuk) yang di

kelola oleh Kapal Api Group. Untuk mewujudkan visi tersebut, perusahaan

menetapkan Misi sebagai berikut :


10

a. Memproduksi kopi Arabika varietas unggul local dan nasianal seperti :

Kalosi, Lini S, Katura, CIKC, USDA, dan Kattura-Timor.

b. Memberdayakan karyawan sebagai mitra perusahaan.

Luas Lahan Kopi PT. Sulotco Jaya Abadi adalah 1.199.364 ha yang

secara adsministratif terletak dalam dua kabupaten yaitu kabupaten Tanah

Toraja dan kabupaten Toraja Utara. Adapun batas-batas areal perkebunan kopi

PT. Sulotco Jaya Abadi adalah sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan denngan Lembang Awan, kecamatan Awan

Rante Karua Toraja Utara.

b) Sebelah timur berbatasan dengan Lembang Batu Lotong kecamatan Awan

Rante Karua Toraja Utara.

c) Sebelah selatan berbatasan dengan Lembang Se’seng, kecamatan Bittuang,

Tana Toraja.

d) Sebelah barat berbatasan dengan hutan lindung, Lembang Tiroan,

kecamatan bittuang, tana toraja

Secara topografi wilayah perkebunan bergelombang dan terletak pada

ketinggian 1300- 1700 m dpl dengan suhu berkisar antara 16℃ - 29℃,

kelembaban udara 75% - 85%. Berdasarkan hasil pengujian sampel tanah oleh

pusat penelitian kopi dan kakao , jember – jawa timur diuraikan bahwa lokasi

perkebunan kopi PT. Sulotco jaya abadi dipengaruhi oleh gunung api yang

didominasi oleh bantuan piroxin dan basalt. Pelapukan bahan induk juga

belum sempurna sehingga didapatkan :

1) Unsur N diambang batas rendah (<0,2%)

2) Unsur N terdapat pada horizon 0- 25cm yaitu 0,19% - 0,31%


11

3) Kandungan P2O5 sedang

4) Kandungan K2O cukup memadai

Selain dari hal diatas, tanah yang terdapat dilokasi perkebunan adalah

sebagai berikut :

1. Tanah podsolik, berwarnah merah muda kekuningan dengan solum hampir

merata dan didominasi oleh pasir 50% liat 30%, dan debu 20%

2. Tanah regosol dan alluvial regosol yang bahan induknya masih muda

karena topografinya miring sehingga muda erosi bilah hujan.

3. Tingkat keasaman tanah berkisar antara 4,4-6,5.

Dengan melihat hal tersebut di atas, maka perlakuan untuk budidaya

tanaman kopi meliputi pengeloaan tanah dan penambahan bahan organic

berupa kompos dan pupuk kandang sangat penting.

Unsur N Menurut hasil pengujian sampel tanah dari balai penelitian

Perkebunan Jember, Jawa Timur diuraikan Bahwa Lokasi Perkebunan Kopi

PT. Sulotco Jaya Abadi dipengaruhi oleh gunung api yang didominasi oleh

batuan piroxin dan basalt

3.3 Peta wilayah kebun kopi PT. Sulotco Jaya Abadi

Wilayah Kebun kopi PT Sulotco Jaya meliputi 3 area wilayah utama,

masing-masing Wilayah Asri dengan luas 162 Ha dan ketinggian 1600-1750

Mdpl Citra dengan Luas 217 Ha dan ketinggian 1500-1600 Mdpl Serta lahan

Barakai dengan Luas 192 Ha dan ketinggian 1200-1400 Mdpl Peta gografis

ketiga wilayah kebun ditampilkan pada Gambar 3.1


12

Gambar : 3.1 Peta wilayah kebun kopi PT. Sulotco Jaya Abadi.
13

BAB IV. METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu

Survey dan analisis dilakukan di lingkup lahan kopi Arabika milik

perusahaan perkebunan kopi PT. Sulotco Jaya Abadi di desa Tiroan Kecamatan

Bittuang Kabupaten Toraja pada Januari hingga Maret 2020.

4.2. Metode Pengambilan Data

Data yang diperoleh terdiri dari data Primer, berupa data produksi per

blok/Area TM selama 10 tahun terakhir (dari tahun 2010 hingga tahun 2019),

dari 3 Wilayah lahan/kebun dengan ketinggian berbeda masing-masing

Wilayah Asri dengan luas 162 Ha dan ketinggian 1600-1750 Mdpl Citra

dengan Luas 217 Ha dan ketinggian 1500-1600 Mdpl Serta lahan Barakai

dengan Luas 192 Ha dan ketinggian 1200-1400 Mdpl. Data Sekunder berupa

data Curah Hujan, dan Data pendukung lain berupa kondisi wilayah dan

perusahaan.

Peralatan pendukung yang digunakan adalah: meteran, Global

Positioning System (GPS), Alat tulis, PC/Laptop beserta software pengolahan

data (MS Excel, Word), Flashdisk, dan kamera.

4.3 Metode Pelaksanaan

Metode yang di gunakan adalah pengamatan dan survei langsung dari

ketiga areal kebun di PT. Sulotco Jaya Abadi Tana Toraja, yaitu Citra, Barakai

dan Asri. Lalu koleksi data-data yang diperlukan.


14

Tahapan Pelaksanaan kegiatan meliputi :

(a) Survey awal lokasi lahan tempat pengambilan data

(b) Pengumpulan Data Sekunder kondisi umum wilayah,

(c) Pengamatan Lapangan dan koleksi Data Produksi,

(d) Klasifikasi dan Analisis data,

(e) Display data dan Laporan

4.4. Analisis Data

Data-data yang terkumpul dianalisis untuk mengetahui beberapa

karakteristik lahan yang dapat berpengaruh dengan variasi produksi tanaman

kopi dan berdasarkan analisis maka ditemukan adalah Ketunggian lahan

(altitude), Karakter ini kemudian dihubungkan dengan time-line produksi.

Ketiga Populasi data produksi rata-rata dari ketiga lahan bebeda kemudian

ditabulasi dalam Microsoft Excel, dilakukan analisis produktivitas (Total

Produksi dibagi Luas Lahan). Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk

menguji hipotesis apakah ketiga produktivitas yang independen pada masing-

masing area lahan pertanaman kopi PT Sulotco Jaya Abadi dengan perbedaan

Spesifik adalah ketinggian, mempunyai rata-rata yang berbeda atau tidak,

dengan menggunakan Uji ANOVA satu arah.

Tabel analisis varian uji ANOVA satu arah untuk menguji hipotesis 3

sampel ditunjukkan dalam tabel 4.1.


15

Tabel 4.1. Analisis of Varian (ANOVA) satu arah untuk membandingkan 3


Populasi Independen

Sumber DB Jumlah Rata-rata Kuadrat F F tabel


Keragaman Kuadrat Hitung
s1 2 / s 2
Rata-rata (k-1) JKK s12 = JKK 2
Populasi k–1

Galat k(n-1) JKG s22 = JKG


k(n–1)

Total (nk-1) JKT

Kriteria pengujian adalah apabila F Hitung < daripada F Tabel (0.05)

maka Ho Diterima, yang berarti bahwa rata-rata produktivitas kopi Arabika

yang ditanam pada 3 areal lahan dengan ketinggian berbeda tidak berbeda

nyata, Namun apabila F Hitung > daripada F table maka H1 Diterima, yang

berarti bahwa rata-rata produksi Kopi arabika pada ketiga lahan berbeda secara

statistik berbeda (Nyata taraf 0,05 atau Sangat Nyata taraf 0,01) yang

dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian lahan.


16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Rata-rata produktivitas tanaman kopi selama 10 tahun (2010-2019) di

tiga wilayah kebun PT Sulatco Jaya Abadi Tanah Toraja yaitu Asri, Barakai

dan Citra setelah dianalisis menunjukan adanya fluktuasi. Tabel 5.1.

Menunjukan Rata-rata Produktivitas dari ketiga lahan yang Berbeda

Ketinggian tersebut selama Kurun waktu 10 Tahun terakhir (2010-2019)

Tabel 5.1. Rata-rata Produktivitas Kopi Arabika dari ketiga lahan yang
Berbeda Ketinggian di kebun PT Sulotco Jaya Abadi selama
Kurun waktu 10 Tahun terakhir (2010-2019)
Rata-rata Produktivitas Per Tahun
Kebun dan Ketinggian
(Kg/ha)
Asri (1600-1750 Mdpl) 1.188, 79
Barakai (1200-1400 Mdpl) 1.772,15
Citra (1500-1600 Mdpl) 2.023,80
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Perkembangan rata-rata produktivitas tidaklah stabil dalam kurun waktu

tersebut, yang berdasarkan histori sangatn dipengaruhi oleh kondisi iklim. Data

menunjukkan Produktivitas Mengalami puncak produktivitas pada Tahun 2014

namun menurun pada tahun 2017 karena mengalami kemarau Panjang di

wilayah tersebut. Grafik perkembangan dan Fluktuasi rata-rata produktivitas

kopi Arabika seiring waktu pada ketiga Wilayah lahan ditunjukkan dengan

Grafik pada Gambar 5.1


17

3.500,00

3.000,00

2.500,00

2.000,00
Kg/Ha

1.500,00

1.000,00

500,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Asri 1.321 589,3 781,6 1.281 1.823 1.497 2.255 576,7 867,4 893,2
Barakai 1.490 1.285 2.120 1.761 2.456 1.893 2.320 1.074 1.467 1.850
Citra 1.779 1.275 2.204 2.271 3.268 2.338 2.598 1.164 1.352 1.984

Gambar 5.1. Perkembangan Rata-rata produktivitas tanaman kopi Arabika


yang ditanam pada tiga wilayah Kebun PT Sulotco Jaya Abadi,
dengan Ketinggian berbeda dari tahun 2010 hingga 2019 (Data
Primer setelah diolah, 2020).

Secara Visual dari rata-rata (Tabel 5.1) data dan tampilan Grafik pada

Gambar 5.1 memang menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kopi dari

kebun Citra (ketinggian 1500-1600 Mdpl) dan Barakai (ketinggian 1200-1400

Mdpl) cenderung lebih tinggi dari produksi kebun Asri (Ketinggian 1600-1750

Mdpl). Rata-rata tersebut dapat dinyatakan tidak Berbeda atau juga berbeda

Nyata/sangat nyata secara statistik akibat perbedaan ketinggian berdasarkan uji

ANOVA (Tabel 5.2). Hasil Uji statsistik ANOVA terhadap perbedaan rata-

rata dari ketiga Populasi produksi Kopi (Asri, Barakai dan Citra) yang sidik

ragamnya ditunjukkan pada Tabel 5.2 memberikan informasi bahwa F Hitung

sebesar 5,868 lebih besar dari F tabel 0,05 maupun F Tabel 0,02.

(5,867>5,488). Hal ini berarti bahwa Secara statistik dapat disimpulkan bahwa
18

rata-rata produktivitas kopi rabika pada ketiga lahan setiap tahunnya berbeda

“sangat nyata” (Ho : Ditolak), atau ada pengaruh yang sangat nyata ketinggian

tempat terhadap produktivitas tanaman Kopi Arabika

Tabel 5.2. Sidik Ragam rata-rata produktivitas Kopi Arabika selama 10 tahun
(2010-2019) yang ditanam di kebun Asri, Barakai, dan Citra

F F
SK DB Jumlah KT F-Hitung Tabel Tabel
Kuadrat (JK) 0,05 0,01
Perlakuan 2 3.669.588,9 1.834.794,5 5,867 ** 3,354 5,488
Galat 27 8.442.681,9 312.691,9
Total 29 12.112.270,9
Keterangan:
KK = 33,6 %
** Sangat Nyata

5.2 Pembahasan

Seperti yang diketahui tanaman kopi arabika normalnya ditanam pada

ketinggian antara 700 hingga 2000 mdpl. Kisaran yang sesuai dengan

ketinggian lahan yang ada di area PT. Sulotco Jaya Abadi untuk wilayah Asri

1600-1750 mdpl, Citra 1500-1600 mdpl dan Barakai 1200-1400 mdpl.

Ketinggian tempat semua lahan yang diamati memenuhi persyaratan dan ada di

kisaran 700 hingga 2000 mdpl, meskipun ada perbedaan ketiganya dimana area

lahan tertinggi lokasinya dari permukaan laut adalah wilayah kebun Asri

disusul Citra dan Barakai. Faktor iklim sangat menentukan berhasil tidaknya

kalau kita akan bercocok tanam kopi, maka sebelum kita menanam kopi

terlebih dahulu kita pelajari iklim yang bagaimana dikehendaki oleh tanaman

kopi. Dengan demikian kita dapat mencari lokasi yang cocok untuk

perkebunan kopi. Apabila ketinggian tempat penanaman sama maka faktor lain
19

seperti Curah hujan mungkin saja akan lebih banyak memberi pengaruh pada

produktivitas. Jumlah dan curah hujan tidaklah begitu penting. Namun

distribusi curah hujan inilah yang lebih penting untuk tanaman kopi. Hal ini

disebabkan karena tanaman kopi memerlukan masa agak kering selama kurang

lebih tiga bulan. Masa kering ini memang sangat penting untuk tanaman kopi

jenis robusta sedangkan untuk jenis kopi arabika penyerbukanya dilakukan

sendiri. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah wilayah yang

mempunyai curah hujan yang optimal yaitu 2.000-3.000mm pertahun.

Berdasarkan data primer setelah diolah dari tabel 5.1 rata rata

produktifitas dari 3 wilayah yaitu wilayah Asri ketinggian tempat (1600-1750

mdpl) dengan jumlah rata rata produktivitas 1.188,79 (kg/ha) pertahun, Barakai

ketinggian tempat (1200-1400 mdpl) dengan jumlah rata rata produktivitas

1.772,15 (kg/ha) pertahun dan Citra ketinggian (1500 – 1600 mdpl) dengan

jumlah rata rata produktifitas 2.023,80 (kg/ha) pertahun. Dari ketiga wilayah

tersebut produktivitas yang paling tinggi didomnasi oleh wilayah Citra dengan

jumlah produktivitas sebanyak 2.023,80 (kg/ha) pertahun, sedangkan

produktifitas yang paling rendah berada pada wilayah Asri dengan jumlah

produktifitas sebanyak 1.188,79 (kg/ha) pertahun.

Berdasarkan data dari ketiga wilayah kebun kopi di PT. Sulotco Jaya

Abadi tersebut dapat kita lihat bahwa pruduktivitas kopi di wilayah Asri,

Barakai, dan Citra berbeda di karenakan ketiga wilayah tersebut masing-

masing mempunyai ketinggian yang berbeda-beda sehingga ada pengaruh yang

nyata ketinggian tempat terhadap produktivitas kopi arabika.


20

Perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi iklim mikro seperti

Suhu dan Kelembaban udara, hal ini lah yang mempengaruhi adanya

perbedaan produktivitas dengan asumsi tingkat pemeliharaan sama.

Temperatur yang dipengaruhi ketinggian sangat berpengaru pada suatu

produktivitas pertanaman kopi Arabika, oleh karena itu untuk mendapatkan

produktivitas kopi arabika yang baik maka tanaman kopi arabika

membutuhkan temperatur udara 17-21℃. Adanya perubahan ketinggian di

suatu lahan perkebunan kopi akan mengakibatkan perubahan suhu . Ada tiga

jenis zona iklim pada pertanamn kopi :

1. Zona iklim panas dengan ketinggian berkisar 0-700 Mdpl.

2. Zona iklim sedang dengan ketinggian 700-1500 Mdpl.

3. Zona sejuk dengan ketinggian 1500-2500 Mdpl.

Dari ketiga jenis zona iklim di atas yang cocok untuk produktivitas

pertanaman kopi arabika adalah zona iklim sedang yaitu dengan ketinggian

700-1500 Mdpl.

Hasil Uji statsistik ANOVA terhadap perbedaan rata-rata dari ketiga

Populasi produksi Kopi (Asri, Citra, dan Barakai) yang sidik ragamnya

ditunjukkan pada Tabel 5.2 dimana F Hitung sebesar 5,868 lebih besar dari F

tabel 0,05 maupun F Tabel 0,02. (5,867>5,488). Hal ini berarti bahwa Secara

statistik disimpulkan rata-rata produktivitas kopi Arabika pada ketiga lahan

setiap tahunnya berbeda sangat Nyata. Rata-rata produktivitas kebun tertinggi

adalah kebun Citra yang berada pada ketinggian 1500 – 1600 mdpl dengan
21

produktivitas rata-rata 2.023,8 kg per hektar, berbeda sangat nyata dengan

produktivitas kebun Barakai yang berada pada ketinggian yang lebih rendah

(1200-1400 mdpl) dengan produktivitas rata-rata 1.772,15 kg per hektar dan

kebun Asri yang berada lebih tinggi (1600-1750 mdpl) dengan hanya 1.188,78

Kg per hektar. Dengan demikian asumsi bahwa range ketinggian penanaman

dari 1000 mdpl keatas rata-rata produktivitasnya tidak akan jauh berbeda

selama berada pada kisaran syarat tumbuh, terbukti dapat berbeda dimana ada

ketinggian tempat yang tentu juga terkait iklim setempat yang memungkinkan

adanya interaksi yang sesuai untuk pertumbuhan kopi Arabika pada kebun PT

Sulotco Jaya Abadi. Hasil yang diperoleh tentu saja bisa spesifik lokasi,

artinya tidak bias serta merta dapat disimpulkan bahwa kondisi ketinggian yang

sama diwilayah lain akan memberi hasil paling baik disbanding ketinggian

berbeda karena adanya kemungkinan cuaca dan iklim yang berbeda dengan

lokasi pengamatan atau lokasi kebun di areal PT Sulotco Jaya Abadi di tana

Toraja, tetapi untuk percobaan di kebun PT Sulotco Jaya Abadi ini, hipotesis

Ho Ditolak dan Menerima Hipotesis H1 yang menyatakan bahwa terdapat

perbedaan rata-rata produktivitas kopi arabika yang ditanam pada ketinggian

tempat berbeda.
22

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Produktivitas kopi arabika dipengaruhi oleh ketinggian tempat

pertanaman, disamping beberapa faktor lainya yang berhubungan dengan

agroekologi wilayah tertentu. Rata-rata produktivitas tertinggi pada lahan PT

Sulotco Jaya Abadi Tana-Toraja adalah kebun Citra yang berada pada

ketinggian 1500 – 1600 mdpl dengan produktivitas rata-rata 2.023,8 kg per

hektar, diikuti kebun Barakai yang berada pada ketinggian 1200-1400 mdpl

dengan produktivitas rata-rata 1.772,15 kg per hektar dan kebun Asri yang

berada lebih tinggi (1600-1750 mdpl) dengan 1.188,78 Kg per hektar.

6.2 Saran

Penanaman kopi arabika bagi petani kopi di wilayah sekitar Kebun PT

Sulotco jaya Abadi disarankan pada areal dengan ketinggian 1500 hingga 1600

mdpl, mengingat ketinggian tersebut kondisi produktivitas sangat baik terkait

iklim setempat, tentu juga jika menanam varietas yang tepat.


23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Budidaya tanaman kopi. Aksi Agraris Kanisius, Yogyakarta,


hal 120.

Anonim, 2010. keputusan mentri pertanian NO 3998/kpts/SR.120/12/2010.


Diakses (9 Mei 2020)
Iman. 2013 Teknik Budidaya Tanamn Kopi, bandung. Diakses (9 Mei 2020)

Mulyono Hairunnas, kaslis, 2016 Akibat pola pemangkasan terhadap kualitas


dan rendemen kopi arabika. Jurnal research sains Blol.2
No.3.september 2016. Diakses (9 Mei 2020).

Muljana, M. 2006. Bercocok tanam kopi. CV. Aneka Ilmu, semarang. Diakses
(9 Mei 2020)

Mawarti S, 1990. Bahan latihan penelitian agronomi kopi arabika di aceh tenga
kerja sama PPW-LTA dan pondok gaja tanggal 26 februari s/d
Maret 1990. Diakses (9 Mei 2020).

Manurung M, Khalid, Sukanto, Purbayani. D, Armia 2012. Upaya peningkatan


produksi dan kualitas kopi arabika gayo yang berkelanjutan.
Diakses (Mei 2019)

Penggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan (ID): PT Agromedia


Pusta. Diakses (9 Mei 2020)

PTPN XII, 2013. PT. Perkebuna Nusantar XII :Pedoman Pengelolahan


Budidaya Tanaman Kopi Arabika Surabaya (ID) : PTPN XII.
Diakses (9 Mei 2020).

Pangabean. 2001. Panduan Budidaya dan pengolahan kopi arabiaka dan


robusta. Jakarta : PT. Penebar swadaya. Diakses (9Mei 2020)

Pangambean, Edy. (2011). Buku Pintar Kopi, Agro Media Pustaka.jakarta.


Diakse (9 Mei 2020)

Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesi. 2006. Pedoma teknis budidaya
tanaman kopi. Jember : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Diakses
(9 Mei 2020)

Raharjo, pudji. (2012). Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika


24

Dan Kopi Robust. Penebar Swadaya, Jakarta. Diakses( 9 Mei


2020).

Sudarsianto. 2000. Teknik perbanyakan dan manejemen pemangkasan pohon


penaung Ramayana (cassia spectabilis). Warta puslikokah 16 (1).
Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. Asosiasi penelitian
perkebunan Indonesia jember, 64 hal. Diakses (9 Mei 2020).

Sinaga A S., 2019. Perbedaan karakteristik sosial ekonomi sumber informasi


dan pendapatan petani kopi arabika dengan petani kopi robusta,
skripsi strata satu, fakultas pertanian universitas Sumatra utara
medan. Diakses (9 Mei 2020)

Yahmadi M. 1972. Budidaya dan pengolahan kopi. Balai penelitian perkebunan


bogor sub balai penelitian budidaya jember. Diakses (9 mei 2020)

Wintgens, N.J. 2012. Coffea: processing, sustainable production. A guidebook


for growers, traders, and reseaecher, weinhem (GE): Wiley-VCH.
Diakses (9 Mei 2020)
25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data curah hujan tahun 2019 di Wilayah PT Sulotco Jaya Abadi
Tana Toraja

Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)


Januari 15 379.8
Februari 24 1190.1
Maret 17 527.3
April 21 912.4
Mei 17 449
Juni 19 512.8
Juli 6 53.2
Agustus 23 68.4
September 1 4.1
Oktober 8 273.1
Nopember 8 129
Desember 19 937.9
Total 178 5437.1
26

Lampiran 2. Gambar peta wilayah kebun kopi PT. Sulotco Jaya Abadi
27

Lampiran 3. Total Produksi Kebun Asri, Barakai dan Citra Dalam Kurun
Waktu 10 tahun (2010 – 2019)
Wilayah dan Luas
Tahun Asri Barakai Citra Jumlah
162 Ha 192 Ha 217 Ha 571 (Ha)
2010 214.019 286.080 386.667 886.766
2011 95.421 246.844 277.130 619.395
2012 126.561 407.094 478.890 1.012.545
2013 207.503 338.228 493.558 1.039.289
2014 295.275 471.539 710.150 1.476.964
2015 242.405 363.538 508.047 1.113.990
2016 365.128 445.436 564.497 1.375.061
2017 93.382 206.204 252.935 552.521
2018 140.451 281.748 293.803 716.002
2019 144.628 355.278 431.034 930.940
28

Lampiran 4a. Rata-rata Produktivitas (Kg/Ha) lahan Kebun Asri, Barakai dan
Citra Dalam Kurun Waktu 10 tahun (2010 – 2019)

Wilayah
Tahun
Asri Barakai Citra
2010 1.321,84 1.490,23 1.779,83
2011 589,35 1.285,85 1.275,63
2012 781,67 2.120,61 2.204,33
2013 1.281,59 1.761,88 2.271,84
2014 1.823,70 2.456,32 3.268,81
2015 1.497,16 1.893,72 2.338,54
2016 2.255,13 2.320,34 2.598,38
2017 576,75 1.074,15 1.164,26
2018 867,46 1.467,67 1.352,37
2019 893,26 1.850,70 1.984,05
JUMLAH 11.887,92 17.721,46 20.238,03
29

RIWAYAT HIDUP PENULIS

NAMA : Heri Panggalo

NIM 1722040033

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Minanga, 11

November 1998

JURUSAN : Budidaya Tanaman

Perkebunan

PROGRAM STUDI : Budidaya Tanaman Perkebunan

PENGALAMAN ORGANISASI : 1. Pengurus Persekutuan Mahasiswa


Kristen Selama 1 Periode
2.Anggota UKM POR
3.Anggota Himpunan Mahasiswa
Budidaya Tanaman Perkebunan
(HMBTP)

4. Kerukunan Keluarga Besar Mahasiswa


Sulawesi Barat (KKBM SUL-BAR)
ALAMAT : Des. Batang uru, Kel. Tabone’ , Kab.
Mamasa,
Provinsi Sulawesi Barat
TELEPON : 085 242 033 038

E-MAIL : heripanggalo82@gmail.com

Dengan semua ini yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan
dapat di pertanggung jawabkan secara hukum
Pangkep, 15 Mei 2020

Heri Panggalo

Anda mungkin juga menyukai