TUGAS AKHIR
Oleh
NURSANTY
1722010060
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya yang dilakukan penulis tidak akan
terwujud tanpa diiringi doa yang dikabulkan oleh-Nya. Kesempatan kali ini, penulis
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat
2. Sri Wahidah, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing pertama dan Ir. Zainal Abidin
Perikanan.
6. Dr. Ir. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;
7. Teman teman mahasiswa budidaya perikanan yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat memberikan
Pangkep, Juni
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………... ii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………….…….. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………... v
DAFTAR ISI……………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….… xi
RINGKASAN…………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
vi
BAB III METODELOGI
vii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang ......................................... 39
5.2 Feed Convertion Ratio .............................................................. 41
5.3 Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate ...................... 42
5.4 Kualitas Air ................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1 Alat yang Digunakan pada Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ..... 15
Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan pada Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang. 17
Tabel 5.3 Tingkat Kelangsungan Hidup / Survival Rate Ikan Lele Sangkuriang 42
Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Kualitas Air Kolam Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang ..................................................................................... 43
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal.
x
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
xi
RINGKASAN
xii
1
BAB I. PENDAHULUAN
perkawinan sekerabat dan seleksi induk yang salah. Akibatnya, pemijahan yang
dilakukan malah menggunakan induk yang berkualitas rendah. Hal inilah yang
tidak disadari oleh sebagian besar pembudidaya lele dumbo yang ada. Penurunan
kualitas lele dumbo telah mengundang keprihatinan beberapa kalangan, seperti para
telah berhasil merekayasa genetik lele dumbo dengan melakukan silang balik (back
cross). Proses silang balik dilakukan dengan mengawinkan induk lele dumbo betina
generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2
kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk
jantan F6 merupakan keturunan dari induk betina F2. Upaya silang balik mulai
dirintis tahun 2000-an. Ternyata, upaya tersebut menunjukan hasil positif. Benih
yang dihasilkan dari induk hasil silang balik tersebut lebih unggul dan mendekati
kualitas benih lele dumbo ketika awal diintroduksi ke Indonesia. Selain itu,
2
kemampuan bertelur induk dan daya tetas telur terbilang tinggi. Kemudian, lele
hasil silang balik tersebut disosialisasikan dan disebarkan secara terbatas pada
2004)
Tahun 2004, lele hasil silang balik tersebut resmi dilepas secara luas oleh
Departemen Perikanan dan Kelautan sebagai komoditas baru ikan lele unggul dan
tanggal 21 Juli 2004. Lele dumbo hasil silang balik tersebut kemudian diberi nama
Lele Sangkuriang. Konon, nama tersebut dipilih karena terinspirasi oleh cerita
rakyat Jawa Barat tentang kisah asmara Sangkuriang dengan ibu kandungnya
bernama Dayang Sumbi. Persilangan balik ini memang mirip dengan kisah
Sangkuriang, yakni induk lele betina disilangkan dengan induk jantan yang masih
Pada setiap tahunnya, negara Swiss meminta pasokan ikan lele sebanyak 53
sebanyak 3000 ton pertahun. Bukan hanya negara Swiss, ternyata pasar luar negeri
lainnya khususnya Jepang dan Korea Selatan sangat membutuhkan pasokan lele
dari Indonesia hingga saat ini ceruk pasar ini masih terbuka lebar karena tingkat
produksi ikan lele sangkuriang di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 441.217 ton,
tahun 2016 sebesar 543.773 ton, tahun 2017 sebesar 679.379 ton, tahun 2018
sebesar 719.619 ton, tahun 2019 sebesar 764.797 ton. Hal inilah yang menjadikan
ikan lele sangkuriang sebagai komoditas utama yang menjadi target Ditjen
Meningkatnya permintaan ikan lele akan berdampak pada sektor budidaya karena
dalam kegiatan budidaya kendala yang dihadapi adalah mahalnya harga pakan dan
lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pendederan I, pertumbuhan lele
sangkuriang mencapai 29,26%, sementara lele dumbo biasa hanya 20,38%. Dengan
pertumbuhan lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele
dumbo. Selain itu, daya tetas telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele
dumbo. Tingkat fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Fekunditas dari lele
sangat asing terdengar. Beda dengan lele dumbo yang sangat familiar bagi
masyarakat luas. Namun, bagi para pelaku usaha peternakan perikanan, khususnya
ikan lele, jenis ikan lele sangkuriang ini saat mulai banyak menarik perhatian.
Bahkan, yang tadinya mereka banyak mengembangkan lele dumbo, kini mulai
beralih ke ikan lele sangkuriang. Hal tersebut terjadi dikarenakan masa produksi
lele sangkuriang jauh lebih singkat ketimbang lele dumbo. Sehingga, bagi peternak
lele perputaran modal dan laba yang bisa didapatkan akan lebih cepat. Budidaya
ikan lele sangkuriang (Clarias sp) mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk di
budidayakan. Ikan lele sangkuriang (Clarias sp) sangat digemari oleh masyarakat
karena rasanya yang enak, mengandung zat yang tinggi, pertumbuhannya yang
cepat serta harganya yang relatif murah dan juga menjadi ikan yang banyak disukai
4
banyak orang. Jadi, peluang diadakannya budidaya ikan lele sangat tinggi.
(Yulinda, 2012)
pakan buatan sebagai sumber energi yang tepat dan efensien untuk menunjang
pertumbuhan ikan lele yang optimal sesuai dengan kebutuhannya sehingga tidak
meningalkan banyak sisa pakan. Pakan merupakan aspek ekternal yang penting
dalam budidaya ikan, sebab pakan merupakan sumber energi untuk menunjang
pertumbuhan. Pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik dapat
sekitar 60% dari seluruh biaya produksi. Berdasarkan fakta diatas maka tugas akhir
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
Sebagaimana halnya ikan lele, ikan lele Sangkuriang (Clarias sp) memiliki
ciri-ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum,
ikan lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh lele
sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta memiliki mulut yang relative lebar
yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya
empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut
terserah tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/rahang atas atas dan dua
Sirip lele sangkuriang terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut,
sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi
dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri (Lukito,
6
2002). Morfologi ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai
berikut:
Habitat atau lingkungan hidup lele sangkuriang (Clarias sp) adalah air tawar
meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai, air
saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang
relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai
kurang baik. Lele sangkuriang (Clarias sp) juga dapat hidup dengan padat
penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan
yang memungkinkan ikan lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara
tapi lebih menyukai pakan yang berasal dari hewan. Pada dasarnya, lele
berupa binatang-binatang renik seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Copepoda,
Cladocera. Selain itu juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput
kecil. Lele setelah dewasa menyukai larva jentik insect, udang, cacing, ikan yang
sp) merupakan hewan nokturnal, yaitu hewan yang aktif pada malam hari atau
dalam suasana gelap. Lele Sangkuriang (Clarias sp) termasuk pemakan daging
atau disebut pula karnivora. Pada stadia larva dan benih, lele Sangkuriang (Clarias
sp) makan zooplankton, berupa hewan-hewan renik yang hidup di lumpur dasar
kolam, pematang, dan yang menempel pada benda-benda air. Beranjak remaja, lele
Sangkuriang mulai buas. Sifat itu ditunjukan dengan menggigit sesamanya. Bukan
hanya buas, saat dewasa pun Lele Sangkuriang (Clarias sp) bersifat kanibal, yaitu
suka memakan sesamanya yang berukuran lebih kecil. Sifat itu akan muncul
Menurut Khairuman dan Amri (2012), jika dilihat dari kebiasaan makan,
lele termasuk kedalam golongan omnivora atau pemangsa segala, tetapi cenderung
karnivora. Jenis makanan yang umum dimakan lele yaitu berbagai jenis serangga
air, plankton, siput, kepiting, udang dan invertebrata lainnya. Lele juga menyukai
makanan seperti bangkai, limbah peternakan dan limbah rumah tangga. Lele
termasuk jenis ikan yang cenderung berperilaku sebagai predator atau suka
Jenis pakan ikan lele sangkuriang (Clarias sp) ada dua yaitu pakan alami
a. Pakan alami
disukai larva yaitu zooplankton seperti zat-zat renik yang melayang di air, dan ikan
budidaya ikan mas lele sangkuriang memerlukan ketersediaan pakan alami yang
memadai, meskipun pada skala usaha budidaya intensif diberikan pakan buatan
b. Pakan Buatan
Pakan yang diberikan untuk ikan lele sangkuriang adalah pakan buatan.
Pakan buatan ini biasa disebut dengan pelet. Pelet yang akan diberikan untuk ikan
mineral. Ikan lele sangkuriang juga membutuhkan asam amino esesnsial untuk
Selain kandungan yang terdapat pada pakan ikan, hal terpenting lain adalah
ukuran pakan ikan yang akan diberikan. Pasalnya pada ikan lele sangkuriang hanya
akan memakan pakan yang sesuai dengan ukuran mulutnya. Untuk bentuk pakan
ikan, harus menyesuaikan dengan kebutuhan ikan tersebut. Dalam dunia bisnis
budidaya ikan, pakan ikan memiliki beberapa bentuk dan jenis yang perlu diketahui,
Kandungan gizi dari pakan pellet merek pf 1000 ini di perkaya dengan
kematian akibat stress. Pakan pf 1000 merupakan pakan benih dengan formulasi
khusus untuk memacu pertumbuhan dan membuat benih ikan lebih sehat, pf 1000
memiliki komposisi ukuran pakan 1,3 mm – 1,7 mm, dengan kandungan protein
39-41 %, lemak 5 %, serat kasar 6 %, kadar abu 16 %, dan kadar air 10%. Pakan
merek HI-PROVITE 781 adalah pakan ikan floating ( pakan apung ) yang
diformulasikan khusus untuk budidaya ikan lele. Komposisi dari pakan merek HI-
PROVITE 781 dengan ukuran 2,0-2,3 mm, kandungan protein 31-33 %, lemak 4-
a. Protein
terbesar pada jaringan tubuh ikan, karena sekitar 65-75% dari total bobot tubuh ikan
terdiri dari protein. Protein merupakan nutrien yang sangat dibutuhkan oleh ikan
enzim dan beberapa jenis hormon, serta sebagai sumber energi (NRC, 1993).
Menurut Watanabe (1988) kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti: ukuran ikan, suhu air, kadar pemberian pakan, energi dalam pakan
dan kualitas protein. Rasio pakan buatan untuk ikan catfish stadia benih yang
(Stickney,1993).
b. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati.
Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10–50%. Kemampuan
10
c. Lemak
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang tinggi dalam pakan ikan.
Lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K dan sumber asam
lemak essensial, yaitu asam lemak linoleat. Lemak terutama dalam bentuk
fosfolipid dapat berperan dalam struktur sel dan memelihara fleksibilitas serta
permeabilitas membran. Menurut Chou dan Shiau (1996), kadar lemak 5% dalam
pakan sudah mencukupi kebutuhan ikan lele, namun kadar lemak pakan sebesar
kecil. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit sehingga
keberadaannya dalam pakan dalam jumlah yang sedikit pula (1–4% dari total
merupakan komponen pakan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, yakni sebagai
viskositas) dan regulasi keseimbangan asam basa (Halver, 1989). Disamping itu
mineral juga merupakan 45 komponen penting dari hormon dan aktivator enzim
(kofaktor).
11
Mineral berperan penting dalam membangun struktur tulang, sisik dan sirip
ikan maupun dalam fungsi metabolisme. Mineral terdiri dari makromineral dan
diantaranya kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), fosfor (K),
klorida (Cl) dan sulfur (S). Sedangkan mikromineral antara lain besi (Fe), seng
(Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), nikel (Ni) fluor (F),
krom (Cr), silikon (Si) dan selenium (Se). Kebutuhan ikan akan mineral bervariasi,
tergantung pada jenis ikan, stadia dan status reproduksi (Halver 1989).
Dosis pemberian pakan pada ikan lele sangkuriang adalah 5% perhari dari
berat total ikan yang ditebarkan di kolam, dengan frekuensi pemberian pakan dua
kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Dalam tata cara pemberian pakan lele,
mengetahui waktu pemberian pakan merupakan hal yang sangat penting, selain
harus mengatur waktu pemberian pakan lele sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Pemberian pakan dilakukan dengan cara pakan ditebar secara merata
dikolam.
2.7. Pertumbuhan
jumlah pakan yang diberikan. Namun tidak semua energi pakan akan digunakan
untuk pertumbuhan. Pertambahan berat terjadi ketika ada kelebihan input energi
dan asam amino setelah kebutuhan dasar ikan dari pakan tersebut terpenuhi.
perkembangan organ seksual, dan perawatan sel tubuh untuk mengganti sel-sel
yang tua atau rusak. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya
12
pertumbuhan ikan budidaya yaitu faktor pakan yang diberikan, dan faktor
lingkungan yang mendukung seperti media tempat dan kualitas air. Pakan sangat
menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan bahkan tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasar ikan itu sendiri seperti untuk metabolisme, akibatnya
menjadi kotor dan mengurangi nafsu makan ikan itu sendiri sehingga pertumbuhan
menjadi terhambat. Dalam hal kegiatan pemeliharaan dan pemberian pakan yang
tercampur dengan enzim akan dapat dicerna dengan baik dan yang tidak dicerna
akan dikeluarkan bersama kotoran. Pakan yang diproses dalam tubuh ikan dan
unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap oleh tubuh ikan untuk membangun
jaringan dan daging sehingga pertumbuhan ikan akan terjamin. Laju pertumbuhan
ikan dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik,
pertumbuhan ikan lele sangkuriang akan menjadi cepat sesuai dangan yang
pakan buatan dengan kandungan nutrisi yang tinggi akan mengakibatkan laju
dapat dipercepat jika pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup.
Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap
oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya.
13
Ikan akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan kecil ukurannya bila pakan
Food Convertion Ratio adalah perbandingan antara berat pakan ikan yang
sudah diberikan dalam siklus periode tertentu, dengan berat total (biomassa) yang
dihasilkan. Berat ikan biasa diketahui melalui metode sampling, tanpa harus
menimbang seluruh populasi ikan. Berat pakan yang dimaksud adalah berat
akumulasi sejak awal penebaran benih ikan hingga pemanenan ikan. Pada suatu
usaha budidaya ikan, nilai FCR bisa dijadikan sebagai salah satu tolok ukur dalam
keberhasilan baik itu secara teknis budidaya ataupun secara finansial. Satuan FCR
ialah persen (%). Jika ditinjau dari segi teknis budidaya ikan, nilai FCR itu sendiri
terkait dengan parameter keberhasilan pengelolaan program pakan ikan yang secara
langsung maupun secara yang tidak langsung juga terkait dengan pengelolaan
kualitas air dan kualitas ikan. Secara finansial, nilai FCR mudah berpengaruh pada
tingkat keuntungan yang didapat pada satu periode budidaya karena pakan ikan
merupakan penyumbang biaya terbesar pada suatu usaha budidaya. (Pascual, 2009).
sangkuriang (Clarias sp) tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir
seperti ikan ikan lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan
syarat dari kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika
ingin sukses membudidayakan lele. Kualitas air yang dianggap baik untuk
kehidupan lele sangkuriang tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam
pemeliharaan ikan Lele sangkuriang (Clarias sp) secara intensif adalah 250C -
300C. Suhu untuk pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang 250C - 300C (Himawan,
14
oksigen terlarut 5-6 mg/l. Suplai dabit air sebesar 0,5 liter/detik dan kedalaman air
25- 40 cm. Sering kandungan oksigen berubah secara mendadak, misalnya akibat
penguraian bahan organik. Keasaman atau pH yang baik bagi Lele sangkuriang
(Clarias sp) adalah 6,5 – 8, 5. pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi lele
2020 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat.
3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada pembesaran ikan lele sangkuriang, dapat
disampling
gantung kg dipanen
menyimpan kapur
digital
disampling.
3.2.2. Bahan
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan pada Pembesaran Ikan lele sangkuriang
Pengapuran
3. Kapur dimasukkan kedalam ember besar dan diberi air lalu diaduk
Pengisian air
Fermentasi
3. Setelah diberi air dedak dicampurkan dengan ragi roti sebanyak 1 sendok
Pengadaan benih
berukuran seragam.
pendedran III dengan ukuran 20-5- gram merupakan tahap masuk ke tahap
pembesaran.
Penebaran benih
berada dikolam selama 10-15 menit untuk menyesuaikan suhu yang ada
4. Lalu kantong plastik dibuka, air kolam dimasukkan sedikit demi sedikit
perlahan-lahan.
3.4.3. Pemeliharaan
a. Pemberian Pakan
2. Setelah ditimbang, pakan di tebar ke kolam. Pada saat pakan ditebar tidak
boleh di tebar di sekitar outlet agar pakan yang di berikan tidak terbawa arus
3. Jenis pakan yang di berikan adalah pakan merek HI-PROVITE 781 dengan
4. Frekuensi pemberian pakan yaitu 2 kali sehari pagi dan sore hari.
keberhasilan budidaya ikan. Manajemen pemberian pakan pada ikan lele dapat
2 17 2 Pelet 5 2 18 2,75Kg/4000
3 38 3 Pelet 5 2 17 3,10Kg/3,500
4 55 4 Pelet 5 2 25 3,95Kg/3,500
21
menangkap ikan terlebih dahulu ikan di beri pakan supaya ikan mudah
ditangkap.
baskom.
4. Setelah itu, ikan diukur satu persatu menggunakan mistar dan ditimbang
dikembalikan ke kolam.
Pengukuran Suhu
3. Ditunggu beberapa menit nilai oksigen terlarut akan terlihat pada monitor
DO meter
Nitrit (NO2)
Pengukuran kecerahan
Panen
3. Saluran inlet ditutup dan saluran outlet di buka dengan cara saluran outlet
Pasca Panen
lalu ditarik salah satu plastik kedalam plastik yang lain hingga menjadi
berlapis dua, tujuannya agar plastik lebih kuat dan tidak terdapat ujung
3. Plastik kemudian diisi air dengan perbandingan air dan oksigen 1:2 dan
diisi air tersebut lalu mulut kantong plastik di tutup dengan menggunakan
plastik.
kembali.
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan kualitatif yang
bersumber dari data primer dan data sekunder yang diperoleh selama kegiatan.
Wm = Wt –Wo ………………………………………………(3.1)
Dimana :
Wm : Pertumbuhan mutlak
T : waktu pemeliharaan
Pm= Lt – Lo……………………………………………………….(3.2)
Dimana:
Pm : Pertumbuhan mutlak (cm)
Lt : Panjang tubuh akhir pemeliharaan (cm)
Lo : Panjang tubuh awal pemeliharaan (cm)
25
yaitu:
𝑾𝒕−𝑾𝒐
LPH = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%...........................................................................(3.3)
𝒕𝟏−𝒕𝒐
Dimana:
FCR (Food Convertion Ratio) yaitu perbandingan (rasio) antara berat pakan
yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya ikan dengan berat total
(biomassa) yang dihasilkan pada saat dilakukan sampling. Pada suatu usaha
budidaya ikan pada umumnya, nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolak ukur
dalam keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun secara finansial. Satuan
Dimana :
Dimana :
4.1. Keadaan Umum Lokasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
Sukabumi
4.1.1 Profil Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi
luas 25,6 hektar. Lokasi tersebut berada di ketinggian 700 m di atas permukaan laut
dengan suhu berkisar 22-27oC. Air yang dimanfaatkan berasal dari sumber air tanah
serta air permukaan dari sungai Cisarua. Peta BBPBAT Sukabumi. Kantor
4.1.2 Sejarah
Kemudian pada tahun 1943-1945 Nogyo gakko oleh Jepang. Lalu tahun 1946-1947
kembali menjadi Balai Budidaya Air Tawar (BBAT). Tahun 2006-2014 menjadi
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Tahun 2014 sampai
Visi BBPBAT
dan pengembangan system budidaya air tawar yang berdaya saing, berkelanjutan
dan berkeadilan.
Misi BBPBAT
4.1.4 Kedudukan
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Dan Pelatihan Budidaya Air Tawar serta
Budidaya, dan Bertanggung Jawab Kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
uji terap 29actor dan kerjasama, pengelola produksi, pengujian laboratorium, mutu
pakan, residu, kesehatan ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis budidaya aii
tawar.
10. Pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu dan sasaran produksi
1. Komoditas Unggulan
Sangkuriang (Claris sp), Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus
carpio).
2. Komoditas Andalan
Jenis ikan hasil perekayasaan atau pemuliaan yang telah dirilis di BBPBAT
Sukabumi adalah:
sebagai berikut:
Tugas dari kepala balai besar adalah memimpin, mengkoordinasi karyawan dan
persuratan, barang kekayaan milik negara, dan rumah tangga serta pelaporan.
persyaratan kelayakan teknis, mutu pakan, residu, kesehatan ikan dan lingkungan,
produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi, serta bimbingan teknis
E. Jabatan Fungsional
Bagian jabatan fungsional bertugas melaksanakan kegiatan
ikan, pengawasan benih dan budidaya serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas
33
yang berlaku.
4.1.10 Fasilitas
2. Panti benih ikan nila, mas, grass carp, mola, patin, lele, sidat, kodok, udang
11. Perpustakaan
4.2. Sarana
1. Hatchery
BBPBAT berupa:
34
Hatchery Kodok
2. Perkolaman
Kegiatan produksi benih, pendederan, pembesaran dan pemeliharaan induk
serta penerapan 34actor budidaya air tawar dan kerekayasaan dilakukan di 362
kolam (yang meliputi kolam tanah, kolam/bak beton, bak HDPE yang ada di 5 blok
3. Stasiun Lapangan
Kolam air deras di Cisaat, Kab. Sukabumi. Terdiri dari 35 kolam dan bak
petak.
produksi calon induk, 15 buah bak pemijahan dan penetasan telur, 42 buah
bak pemeliharaan larva, dan 3 buah bak reservoir dengan luas total 11.540
m2.
4. Laboratorium
kualitas air serta kegiatan kultur pakan alami, kegiatan pakan buatan dan proksima
3. Laboratorium Pakan/Nutrisi
5. Jaringan Listrik
Sumberdaya listrik yang digunakan di BBPBAT Sukabumi berasal dari
jaringan PLN distribusi Jawa Barat dengan daya terpasang sebesar 171,8 KVA
6. Gudang Pakan
pertemuan (1.718 m2). Selain itu juga dilengkapi dengan sarana lainnya berupa
rumah jaga sejumlah 45 rumah, wisma tamu sejumlah 25 kamar, sarana ibadah, dan
4.3. Prasarana
1. Alat Transportasi
kendaraan roda dua, roda tiga, dan roda empat yang digunakan untuk
2. Sistem Komunikasi
lingkungan kerja, informasi yang didapat melalui komunikasi yang baik dapat
yang digunakan yaitu telepon dan Hp. Bahasa yang umumya digunakan dalam
37actor Jawa.
3. Rumah Jaga
Rumah jaga memiliki fungsi untuk menjaga tambak sawah agar selalu
berada dibawah pengawasan, sehingga kolam atau tambak dapat aman. Selain itu,
rumah jaga dapat berfungsi sebagai tempat istirahat maupun 37actor penyimpanan
pakan.
4. Aula
pegawai. Aula tersebut dapat menampung tamu hingga kapasitas 150 orang.
5. Rumah Pegawai
6. Wisma Tamu
Wisma tamu digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung dalam
7. Auditorium
Kapasitas auditorium BBPBAT Sukabumi yaitu 150 orang dengan luas 500 m² x
750 m².
8. Masjid
tersebut digunakan sebagai tempat beribadah umat muslim, mengaji serta majlis
ta’lim.
9. Pos Jaga
Pos jaga menggunakan jasa satpam 24 jam penjagaan yang berlangsung
pada hari senin hingga jum’at dengan jumlah 6 orang satpam yang
satpam untuk berjaga. Total satpam yang bertugas di BBPBAT Sukabumi yaitu 12
orang.
10. Koperasi
makanan, kaos PKL, topi, dan alat-alat perikanan yang dibutuhkan oleh pegawai.
Sumber dana dari koprasi tersebut yaitu berasal dari saham yang di tanah oleh
Pada kegiatan pembesaran ikan lele sangkuriang (Clarias sp) yang berkaitan
dengan laju pertumbuhan ikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran maupun
volume seiring dengan perubahan waktu. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan
pada saat pemeliharan, maka dilakukan proses sampling. Adapun hasil perhitungan
3 38 3 91,17 24 3,500 61 43 1
Dapat dilihat pada tabel 5.1 diatas, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
harian ikan lele menunjukkan pertumbuhan ikan yang baik yang diduga karena
kualitas pakan yang diberikan berkualitas dan jumlahnya yang mencukupi, begitu
pun dengan pertumbuhan berat mutlak dan pertumbuhan mutlak yang ukup baik
cukup baik. Dikarenakan Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh pakan dan
kualitas air yang diberikan. Faktor kualitas air yang harus diperhatikan adalah
oksigen terlarut, suhu, pH, kecerahan dan nitrit. Penurunan kualitas air dapat
rasio konversi pakan. Dalam pertumbuhan ikan lele sangkuriang, oksigen terlarut
40
1998).
Salah satu faktor terpenting dalam budidaya ikan lele sangkuriang adalah
pakan. Ada 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal (faktor dari dalam) merupakan faktor-faktor yang
berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur dan sifat ikan yang meliputi
penyakit). Sedangkan faktor eksternal (factor dari luar) merupakan faktor yang
berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal hidup ikan seperti pakan, jumlah
dengan ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan nutrisi yang
lele sangkuriang yang baik. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa laju
pertumbuhan harian lele sangat bagus dan selalu mengalami peningkatan yang baik
dari hari ke hari, hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pertmbuhan ikan sangat terkontrol dengan baik. Pemanfaatan protein dalam pakan
juga sangat optimal oleh ikan. Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi
oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya
pertumbuhan ikan akan menjadi cepat sesuai dengan yang diharapkan (Khairuman
digunakan dalam pembesaran adalah 5%. Pemberian pakan ikan lele sangkuriang
dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari.
konversi pakan bagi ikan, akan sangat membantu dalam mengefisienkan pakan
yang akan digunakan. Hasil perhitungan rasio konversi pakan dengan angka yang
kecil berarti pakan yang diberikan tersebut semakin bagus dapat dilihat pada Tabel.
5.2
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Feed Conversion Rasio (FCR) Ikan Lele sangkuriang
1. 06/03/2020 4000 40
785,68 1,5
2. 16/03/2020 3,500 576
Pada Tabel 5.2 diatas didapatkan nilai FCR yaitu 1,5. Yang dimana untuk
menghasilkan 1 kg daging ikan dibutuhkan 1,5 kg pakan. Semakin rendah nilai fcr
yang didapatkan, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh, hal tersebut
diperkuat dengan pernyataan menurut DKPD (2010), Nilai FCR cukup baik
berkisar 0,8 – 1,6. Artinya 1 kilogram Lele konsumsi dihasilkan dari 1,5 kg pakan.
Susanti (2004), menyatakan bahwa nilai konversi pakan yang yang rendah berarti
kualitas pakan yang diberikan baik. Sedangkan bila nilai konversi pakan tinggi
maka kualitas pakan yang diberikan kurang baik. Beberapa faktor yang
mempengaruhi FCR adalah ikan itu sendiri, lingkungan, manajemen pakan dan
42
pakan ikan menurut artikel catatan dokter ikan (2018). FCR yang dihasilkan
dikatakan baik karena hal-hal yang mempengaruhi FCR itu sendiri sudah optimal
perlakuannya.
dalam budidaya. Adapun hasil perhitungan tingkat kelangsungan hidup ikan selama
1. 1 4000 100
2. 55 3,500 87
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jumlah awal penebaran ikan lele
sebanyak 4000 ekor, jumlah ikan hidup pada saat panen sebanyak 3,500 ekor dan
didapatkan tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan lele sangkuriang sebesar 87% .
Tingkat kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan tergolong baik, hal ini
tergolong baik, kelangsungan hidup 30 - 50% sedang dan kurang dari 30% tidak
baik. Murjani (2011) bahwa kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya
adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar,
Pengelolaan kualitas air dalam usaha budidaya ikan lele sangat perlu
penting bagi pertumbuhan organisme, termasuk ikan. Kondisi kualitas air yang
kurang baik menyebabkan pakan yang diberikan tidak berfungsi dengan efisien
Kualitas Air selama pemeliharaan pada kolam Blok E no.7 dapat dilihat pada Tabel
5.4.
Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Kualitas Air Kolam Pembesaran Ikan Lele
Sangkuriang
Parameter Nilai SNI
0 o
Suhu 25-28 C 25-30 C.
Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran suhu pada pagi hari
25oC dan sore 28oC. Menurut Effendi (2003), bahwa cahaya matahari yang masuk
nilai suhu pada media pemeliharaan mengalami perubahan pada pagi hari dan sore
hari. Kondisi cuaca pada saat pengukuran tersebut dalam keadaan normal, ikan lele
sangkuring toleran pada suhu 25-300C .(Khairuman, 2008). Suhu yang terlalu
rendah dapat menghambat metabolisme ikan lele, sehingga ikan lele kurang
menunjukkan bahwa nilai pH yaitu 7,5, pH tersebut dinilai baik karena telah sesuai
dengan pernyataan Angin (2013) yang menyatakan bahwa pH yang baik pada
budidaya ikan adalah 6,5 - 8,5. Pemberian pakan dapat berpengaruh terhadap pH,
karena jika pH terlalu rendah maka enzim-enzim dalam tubuh ikan mengalami
Dari hasil hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) berada pada kisaran 3
ppm, hal ini sudah sesuai dengan SNI bahwa konsentrasi ikan lele sangkuriang 3
ppm. Kadar oksigen dalam kolam tersebut dapat dikatakan sudah bagus dan sudah
sesuai dengan SNI. Menurut Soetomo (1998) jumlah oksigen terlarut dalam media
Nilai nitrit yang didapatkan yaitu 0,047 ppm, nilai ini terlalu tinggi dari
kisaran optimal dari ikan yaitu 0,01 hal ini diakibatkan dari sisa-sisa pakan yang
tidak dikonsumsi oleh ikan dan mengendap di dasar perairan, akan bersifat racun
jika sudah melebihi ambang batas di dalam media air. Akan tetapi, jika oksigen
optimal di dalam perairan maka nitrit ini dengan mudah berubah menjadi nitrat.
di suatu perairan, semakin tinggi intensitas cahaya semakin dalam di udara. Nilai
kecerahan adalah 26 cm sudah masuk dalam kategori baik, dimana sesuai dengan
SNI 6484.3:2014 ikan lele yaitu 25-30 cm. Kecerahan dipengaruhi oleh zat-zat
terlarut dalam air. Makin besar kecerahan air, maka penetrasi cahaya juga semakin
tinggi, sehingga proses fotosintesis bisa berlangsung semakin dalam. Akan tetapi
semakin besarnilai kecerahan pada suatu perairan, maka suhu makin besar.
45
6.1. Kesimpulan
Jumlah penebaran ikan lele sangkuriang pada kolam dengan luas 150 m2
adalah 4000 ekor dengan tingkat kelangsungan hidup 87% serta FCR yang
hasil yang baik, dengan manajemen pemberian pakan yang efisien dan efektif serta
6.2 Saran
Untuk mencapai target yang optimal dalam usaha budidaya ikan lele
sangkuriang, maka salah satu poin penting yang harus diperhatikan adalah
pemberian pakan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Basahudin, M.S. 2009. Panen Lele 2,5 bulan . Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal.
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah (DKPD), 2010. Petunjuk Teknis Pembenihan
dan Pembesaran Ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan. Sulawesi Tengah. 2
hlm.
Catatan Dokter Ikan, 2018. FCR (Rasio Konversi Makanan/Rasio Konversi Pakan)
di Perikanan. Catatandokterikan.com. di akses 9 juli 2020.
Chou dan Shiau, 1996. Optimal Dietary Lipid Level of Growth of Juvenile Hybrid
Tilapia Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus in Nutrien
Requirement and feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing.
New York. USA
Halver, 1989. Fish Nutrition. Academic Press, Vol.2 Sandiego, California, USA.
798 hlm.
Http://www.scribd.com/doc/255752980/Pengukuran-suhu-dan pH. Diakses pada
tanggal 23 juni 2020.
Kordi, 2010. Budidaya ikan lele di kolam terpal. Yogyakarta. Hal. 1-22.
Khairuman dan Amri. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta:
Agromedia.
Kusnandar, 2009. Analisis pangan . PT. Dian Rakyat. Jakarta. 328 hlm.
SNI 7550. 2009. Buku Standar Nasional Indonesia (SNI) Budidaya Air Tawar
2010. Direktorat Produksi. Jakarta.
Suyanto, H. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta. 158 hal.
Steffens, 1989. Principle of fish nutrition. Ellis Horwood Limited, Wess Sussex.
England. 385 pp.
Watanabe, 1988. Fish Nutrition and Marine Culture. JICA Texbook. The General
of Aquaculture Course. Departemen of Aquatic. Biosciense. Tokyo.Pp 238.
48
LAMPI RAN
50
Timbangan ikan yang sudah Ember digunakan pada saat Timba digunakan untuk
dipanen melakukan sampling mengambil pakan
Proterin = 31-33 %
Lemak = Min 4 %
Serat = Max 5 %
Kadar abu = Max 13 %
Kadar air = Max 12 %
53
RIWAYAT HIDUP
NAMA : Nursanty
NIM : 1722010060
TELEPON : 085340135339
E-MAIL : nursanty867@gmail.com
Semua data yang saya isikan dan tercamtum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
Nursanty