Oleh:
26030113140033
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang...................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat .............................................................. 3
1.2.1. Tujuan........................................................................ 3
1.2.2. Manfaat...................................................................... 3
1.3. Waktu dan Tempat ................................................................ 4
vi
IV. PEM BAH ASAN ........................................................................... 15
4.1. Gambaran Umum UKM UD. Danirih................................... 15
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan........................................ 16
4.1.2. Lokasi Perusahaan..................................................... 16
4.1.3. Ketenagakerjaan ........................................................ 16
4.2. Fasilitas Produksi .................................................................. 16
4.2.1. Prasarana Produksi.................................................... 16
4.2.2. Sarana Produksi ........................................................ 17
4.3. Proses Produksi..................................................................... 20
4.3.1. Penerimaan Bahan Baku........................................... 20
4.3.2. Penggaraman ............................................................. 21
4.3.3. Fermentasi ................................................................. 23
4.3.4. Pembuangan Garam.................................................. 24
4.3.5. Pengeringan ............................................................... 25
4.3.6. Pengemasan ............................................................... 25
4.3.7. Pemasaran ................................................................. 26
4.4. Kualitas Ikan Peda................................................................ 26
4.5. Permasalahan dan Solusi....................................................... 27
4.6. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Ikan Peda .................. 29
LAMPIRAN ................................................................................................ 34
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
fermentasi. Pembuatan ikan peda sendiri sangat sederhana sehingga ikan peda
pendapatan dari nelayan-nelayan pesisir. Ikan peda sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu
ikan peda merah dan ikan peda putih. Ikan peda merah dibuat dari ikan kembung
yang berkadar lemak tinggi sedangkan ikan peda putih dibuat dari ikan kembung
putih dibuat dari ikan kembung yang berkadar lemak rendah. Ikan kembung lebih
disukai karena rasanya lebih gurih dibandingkan ikan laut lainnya. Hal tersebut
disebabkan ikan kembung memiliki kadar lemak yang tinggi sehingga ikan terasa
gurih. Menurut Hafiludin (2011), beberapa jenis ikan laut Indonesia memiliki
kandungan asam lemak omega 3 tinggi (sampai 10,9 g/100 g) seperti ikan sidat,
terubuk, tenggiri, kembung, layang, bawal, seren, slengseng, tuna dan sebagainya.
olahan ikan lokal sehingga belum banyak dikenal oleh orang banyak. Pengolahan
ikan peda tidak hanya dilakukan di Indonesia saja melainkan di beberapa negara
lain tetapi setiap negara memiliki nama-nama masing dari ikan peda tersebut,
contohnya adalah Fesikh dari Mesir. Walaupun begitu, olahan ikan dengan prinsip
fermentasi masih sedikit karena membutuhkan proses pengolahan yang lama dan
belum ada pengembangan dari produk tersebut. Produksi olahan ikan peda di
1
2
Indonesia saat ini masih minim dikarenakan pengetahuan yang diwariskan secara
dan tidak dapat dikembangkan beserta kurangnya minat orang untuk mengolah
Indonesia, pengolahan ikan secara tradisional dilakukan oleh para nelayan dan
yang diwariskan secara turun-temurun. Dari segi cita rasa, produk tersebut disukai
oleh konsumen yang terbiasa mengkonsumsi secara turun- temurun pula. Produk
ikan olahan tradisional ini mempunyai sebaran distribusi yang luas karena pada
sederhana.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan ikan peda pada
umumnya adalah ikan kembung. Ikan kembung merupakan ikan pelagis kecil
yang cukup penting bagi nelayan lokal. Kembung biasanya dijual segar atau
diproses menjadi ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung
yang digunakan antara lain ikan kembung jantan ( Rastrelliger kanagurta ) dan
digunakan menjadi bahan baku ikan peda putih sedangkan ikan kembung betina
dapat menjadi bahan baku ikan peda merah. Menurut Parlaungan (2015), dua jenis
peda yaitu peda merah, yang dibuat dari ikan kembung perempuan (Rastrelliger
negletus) dan peda putih yang dibuat dari ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagorta).
3
garam yang besar. Tahapan awal pembuatan bermula dari proses penggaraman
fermentasi selama 1-2 minggu supaya garam dapat menarik air dari dalam tubuh
ikan dan lemak terdegradasi. Tahapan terakhir yaitu proses pengeringan yang
penelitian lebih lanjut dan metode-metode baru yang dapat meningkatkan kualitas
ikan peda baik dari mutu, hingga daya awetnya sehingga dapat meningkatkan
1.2.1. Tujuan
Indramayu; dan
1.2.2. Manfaat
Kabupaten Indramayu.
4
(Rastrelliger sp.) di UD. Daniri Karangsong Indramayu Jawa Barat " dilaksanakan
TINJAUAN PUSTAKA
memipih dan agak tinggi, 13,7-6 dibandingkan dengan panjang tubuh FL (Fork
Length), ditutupi oleh sisik yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas, sisi
dorsal gelap, biru kehijauan hingga kecoklatan dengan 1-2 deret bintik gelap
Ikan kembung (Rastrelliger sp.) merupakan salah satu jenis ikan laut yang
yang relatif ekonomis. Kandungan protein pada daging ikan kembung cukup
5
6
(Yulvizar, 2013). Hal ini diperkuat oleh Susanto et al. (2011), Ikan kembung
Komponen Jumlah
Protein 22,0 g
Lemak 1,0 g
Karbohidrat 0g
Kalsium 20 mg
Fosfor 200 mg
Besi 1,0 mg
Vitamin A 30 SI
Vitamin B1 0,05 mg
Vitamin C 0 mg
Air 76,0 g
b.d.d 80 %
Ikan peda mempunyai rasa khas karena adanya proses fermentasi dan
autolysis pada daging ikan yang membentuk asam propionate. Ikan peda dengan
7
mutu baik mempunyai rasa khusus yang sangat disukai oleh konsumen dan
Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara lain ikan
Kembung, ikan Layang, Selar, ikan Mas, Tawes dan ikan Mujair. Tetapi
temyata hasil yang paling memuaskan adalah ikan kembung, baik Kembung
betina maupun jantan. Sedangkan untuk jenis ikan lainnya memiliki cita rasa
yang masih kalah dengan ikan Kembung bila diolah menjadi peda. Berdasarkan
pembuatannya dikenal dua jenis peda, yaitu peda putih dan peda merah.
Perbedaan dikarenakan bahan baku yang digunakan (Yusra dan Efendi, 2010).
Ikan peda tidak hanya dikenal di Indonesia saja, akan tetapi dikenal di
Negara Asia Tenggara lainnya. Sedangkan di Indonesia sudah sejak lama dikenal
dan diperdagangkan dua jenis peda yaitu peda merah, yang dibuat dari ikan
kembung perempuan (Rastrelliger negletus) dan peda putih yang dibuat dari ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagorta). Kedua jenis peda tersebut, peda merah
adalah peda yang paling disukai oleh masyarakat Indonesia karena mempunyai
mutu lebih baik, citarasa spesifik dan daya simpan yang baik ( Parlaungan, 2015 ).
Metode dasar pengolahan ikan peda terdiri dari dua tahapan proses
berkembangnya flavor dan tekstur ikan peda. Tahap ini disebut sebagai fermentasi
kedua atau fase pematangan. Secara tradisional peda dibuat dari ikan yang tidak
8
disiangi. Namun, sebenarnya peda dengan mutu lebih baik dapat diperoleh dengan
penggunaan ikan yang telah disiangi. Adapun proses pengolahannya dengan cara
ikan disiangi dan dibuang isi perut serta insangnya, lalu dicuci dan ditiriskan.
Selanjutnya ikan digaramu selama beberapa hari. Jumlah garam yang digunakan
sebanyak 25% dari bobot ikan. Biasanya sejumlah garam ditambahkan pada
lapisan atas dari ikan. Tahap ini dikenal sebagai fermentasi pertama. Pada tahap
ini dapat dilakukan hanya selama satu hari walaupun kadang-kadang ada yang
memakan waktu beberapa hari. Setelah fermentasi pertama, ikan dicuci dengan air
bersih dan ditiriskan. Ikan yang telah ditiriskan diletakkan pada keranjang bambu
yang telah dilapisi dengan daun pisang kering. Ikan disusun lapis demi lapis.
Antar lapisan ikan ditaburi garam dengan jumlah total garam yang digunakan
mencapai 30% dari bobot ikan. Keranjang ditutup oleh daun pisang kering. Ikan
dibiarkan dalam keranjang selama seminggu atau lebih untuk proses fermentasi
IKAN
Penirisan
Pencucian
Penirisan
9
Pembuangan Garam
Diangin-anginkan
IKAN PEDA
No Spesifikasi Keterangan
Peda yang baik mempunyai daging berwarna merah cerah, tekstur spesifik,
dan nilai pH sekitar 6,0-6,4. Karakteristik penting lain untuk ikan pada yang baik
adalah memiliki flavor yang unik sebagai hasil proses fermentasi. Umumnya
konsumen lebih tertarik terhadap peda yang mempunyai daging berwarna merah.
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan di UD. Daniri adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan di UD. Daniri
3.1.2. Bahan
11
12
Tabel 6 . Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan di UD. Daniri
3.2. Metode
yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala yang ada dan
meninjau terlebih dahulu lokasi yang digunakan sebagai tempat PKL, melakukan
data serta mengadakan telaah pustaka untuk lebih memperkuat analisis data.
1. Observasi
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Data yang dikumpulkan
13
melalui pengamatan langsung ada yang dapat dikuantitatifkan. Tetapi ini bukan
berarti bahwa semua data yang diperoleh secara pengamatan langsung harus
Data yang diperoleh merupakan data primer yang langsung didapatkan dari
hasil praktek di tempat. Data yang diperoleh antara lain, metode yang
2. Wawancara
dilakukan dengan pemilik usaha dan pegawai untuk memperoleh data yang
3. Kuisioner
dapat memperoleh data yang banyak, tenaga yang diperlukan sedikit dan
responden dapat menjawab dengan bebas tanpa pengaruh orang lain. Sedangkan
kelemahan angket adalah angket bersifat kaku karena pertanyaan yang telah
1. Studi pustaka
14
data selain itu juga merupakan bekal acuan sebelum melakukan praktek kerja
lapangan.
Data dari Instansi akan menunjang dan membantu dalam Praktek Kerja
Lapangan ini. Data-data yang didapat berupa data tentang perusahaan dan data-
data yang terkait dalam judul PKL. Laporan-laporan di perusahaan dan dari
adalah analisis yang menggunakan alat analisis yang bersifat kuantitatif yaitu
puluhan tahun dari ibu pemilik sampai generasi ke dua yaitu Ibu Danirih.
Sekarang tempat pengolahan ini dijalankan oleh anak Ibu Danirih yang bernama
Pak Toto. Pak Toto juga sudah mulai mengolah hasil-hasil perikanan ini dari
berlantaikan bamboo sedangkan saat ini luas tempat produksi seluas 250 m2
dengan adanya tempat pengeringan dan tempat produksi serta berlantaikan semen.
sehingga lokasi pun ikut berpindah. Alamat pengolahan UD. Danirih ini tepat
jalan mulai dari jalan Pabean lokasi produksi terlihat di sebelah kiri jalan. UD.
Danirih ini memproduksi berbagai macam olahan ikan tradisional mulai dari
Jambal roti, Ikan Asin, Ikan Peda, serta menjual juga dalam keadaan segar. Total
pesanannya, untuk kapasitas ikan peda sendiri setiap harinya 20 kg pada hari-hari
biasa, sedangkan pada hari-hari besar dapat mencapai 50 kg per harinya. Bahan
15
16
baku yang digunakan mulai dari ikan tongkol, kakap, sebelah, layur, tenggiri
dan berbagai macam lainnya. Produk ikan olahan tersebut dipasarkan ke pasar
Indramayu. UD. tersebut didirikan diatas tanah seluas 250 m2 terdiri dari tempat
berikut:
4.1.3. Ketenagakerjaan
sebagai pemilik dan membeli ikan di TPI, anak ibu Danirih yaitu pak Toto sebagai
pengolah, dan kakak Pak Toto bertugas untuk memasarkan. Proses produksi
dimulai dari pukul 08:00 pagi sampai 17:00 sore. Waktu produksi dilakukan
setiap hari. Proses produksi dilakukan pada jam 08:00 pagi sampai 17:00, kecuali
pada hari Jumat proses produksi dilakukan pada jam 08:00 pagi sampai 13:00
4.2.1. Prasarana
Prasarana pada pengolahan ikan peda UD. Danirih adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
17
Bangunan terdiri atas ruang produksi dan ruang istirahat. Pada ruang
terbuat dari semen serta blong dari polyethylene berukuran 200 L untuk
pengeringan dan tempat tidur. Bangunan terbuat dari anyaman bambu dan
2. Lahan Pengeringan
terbuka.
4.2.2. Sarana
Sarana pada pengolahan ikan peda di UD. Danirih adalah sebagai berikut :
a. Air
dan juga untuk mencuci peralatan setelah proses produksi. Air tanah yang
digunakan berasal dari pompa, kondisi air pada tempat pengolahan terlihat
b. Garam
c. Box Polyethylene
buah.
d. Baskom
ikan peda. Baskom yang terdapat pada UD. Danirih berjumlah sebanyak 4
e. Keranjang Plastik
f. Sikat
pada proses pembuangan garam pada pengolahan ikan. Sikat yang terdapat
g. Para-para
h. Blong
i. Selang
baskom.
j. Timbangan
k. Pemberat
l. Karung
1. Transportasi
pasar-pasar setempat.
20
Alur produksi ikan peda di UD. Danirih dapat dilihat pada lampiran 4.
dimulai pada pukul 11.00 pagi dikarenakan TPI pada waktu pagi masih
berlangsung proses pelelangan. Jarak tempuh dari tempat pengolahan ke TPI yaitu
2,6 km. Alat-alat yang dibawa dalam proses pengangkutan adalah Box
dalam box polyethylene, jumlah bahan baku yang dimasukkan sebanyak 50 kg.
di tempat pengolahan bahan baku dikeluarkan dari box polyethylene dan disortir.
bahan baku tidak akan seluruhnya digunakan untuk pengolahan ikan peda, tetapi
dijual juga dalam bentuk segar. Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan
ikan peda yaitu ikan peda yang tidak memiliki kualitas untuk diolah menjadi ikan
segar. Sehingga ciri-ciri bahan baku yang dimaksudkan oleh pengolah yaitu
berukuran kecil, fisik tidak utuh, dan sedikit berlendir. Setelah disortir didapatkan
jumlah untuk bahan baku yang akan diolah untuk ikan peda yaitu 25 kg. Bahan
baku dipasok dari TPI Karangsong sehingga jika pasokan dari TPI tidak ada maka
untuk thawing adalah air tawar. Ikan kembung yang sudah di thawing kemudian
dimasukkan kedalam drum plastic. Ikan kembung yang akan dijual dalam bentuk
sedang tidak menjual ikan dalam bentuk segar, maka ikan kembung dipindahkan
dari box Styrofoam ke dalam box polyethylene dan akan digunakan kemudian
hari. Es yang digunakan berupa es balok yang sudah digiling di depot es. Harga es
- Kenampakan : utuh, tidak cacat, mata cerah, insang dan sayatan daging
cemerlang;
4.3.2. Penggaraman
untuk ikan peda yang standar di UD. Danirih menggunakan perbandingan yaitu
1:3 sehingga jika bahan baku 25 kg maka garam yang dibutuhkan sebanyak 75 kg.
Garam yang digunakan dalam pembuatan ikan peda adalah garam krosok dan
22
pengolah garam yang digunakan garam krosok karena bersih dan tidak kotor, jika
yang digunakan garam yang kotor maka ikan pada proses akhir akan berwarna
hitam serta kotor dan apabila jumlah garam yang digunakan sedikit maka saat
fermentasi.
Bahan baku dimasukkan kedalam drum plastik, dan posisi bahan baku
pada proses akhir pengolahan. Pada bagian bawah drum plastik, taburkan garam
25 kg. Kemudian tambahkan ikan diatas garam tersebut secara berlapis, lalu
taburkan garam sebanyak 25 kg pada tiap lapisan ikan, jika terdapat 5 lapisan
terus menerus hingga lapisan terakhir. Pada lapisan terakhir taburkan garam
dari batu ataupun kayu dan juga memiliki bobot berat. Pemberat harus memiliki
bobot yang berat untuk mencegah bahan baku naik ke atas karena bobot bahan
baku lebih ringan daripada air. Menurut Parlaungan ( 2015 ), ikan kembung dan
dan ikan didalam tong plastik sehingga seluruh bagian tubuh ikan
kemudian diberi pemberat dari batu. Hal ini dimaksudkan agar ikan
mengalami perubahan bentuk menjadi larutan garam yang pekat setelah proses
penaburan garam.
4.3.3. Fermentasi
plastik/drum plastik dengan keadaaan tutup terbuka dengan suhu 29o C dan
Menurut Yusra dan Efendi (2010), fermentasi garam dapat dibedakan dengan
berlemak tinggi.
dari cepatnya garam masuk ke dalam bahan baku (penetrasi) dan juga konsentrasi
mengeluarkan belatung dan daya awetnya kurang baik. Menurut Ira (2008),
24
semakin tinggi perbedaan konsentrasi antar garam dengan cairan yang terdapat di
dalam tubuh ikan, semakin cepat proses penetrasi garam ke dalam tubuh ikan.
Semakin tinggi konsentrasi garam, semakin tinggi daya awetnya tetapi ikan
Setelah proses fermentasi, akan muncul aroma harum dari dalam tubuh
ikan yang disebabkan degradasi protein dan lemak dan didalam blong akan
muncul cairan berwarna kemerah-merahan yang merupakan air dari dalam tubuh
ikan saat proses fermentasi, garam berfungsi untuk mengikat cairan pada tubuh
ikan sehingga semakin banyak garam maka cairan yang terikat semakin banyak
dan warna merah tersebut merupakan lemak yang terlarut bersama cairan. Pada
perut ikan kembung terdapat enzim proteolitik yang dapat berfungsi untuk
mengempukkan daging sehingga daging tetap maser. Menurut Yusra dan Efendi
(2010), hasil degradasi protein dan lemak dapat menghasilkan senyawa cita rasa,
bau khas pada peda disebabkan karena adanya senyawa metil keton, butil
aldehid. Selain itu, kandungan asam amino nitrogen yang tinggi juga dapat
mempengaruhi cita rasa peda. Konsistensi maser pada peda sangat dipengaruhi
oleh kandungan lemak yang tinggi dan adanya enzim proteolitik yang akan
mengubah tekstur ikan sehingga menjadi maser. Sedangkan warna merah pada
peda selain disebabkan bahan baku, enzim dari bakteri disebabkan pula karena
selama fermentasi terjadi interaksi antara karbonil yang berasal dari oksidasi
ditiriskan. Kemudian cuci ikan didalam baskom yang berisi air tawar. Air yang
25
ikan menggunakan air tawar supaya garam yang terdapat pada permukaan sisik
Riansyah et al. (2013), pada ikan asin dan ikan peda yang mengandung garam
sangat tinggi (sekitar 20%), kerusakan dapat disebabkan atau bakteri yang tahan
garam yang disebut bakteri halofilik bakteri yang tumbuh pada bahan pangan,
4.3.5. Pengeringan
umum terbagi atas dua, yaitu pengeringan sinar matahari (direct sun drying), dimana
produk yang akan dikeringkan langsung dijemur di bawah sinar matahari. Dan
metode pengeringan surya (solar drying), dimana produk yang akan dikeringkan
arah matahari. Proses pengeringan dimulai dari pagi hingga sore hari dan
tergantung dari kondisi cuaca. Setelah 4 jam pengeringan, ikan dibalik agar
ikan kering merata selama 4 jam. Pengeringan ini berfungsi untuk mematangkan
4.3.6. Pengemasan
pengemasan ikan peda di UD. Danirih masih menggunakan Koran sebagai bahan
dalam keranjang plastik, kemudian ikan ditumpuk satu persatu hingga penuh.
Koran digunakan bahan pengemas dikarenakan murah dan mudah, serta koran
dapat dibentuk sesuai keinginan. Kekurangan dari koran yaitu tidak tahan lama
dan mudah robek. Menurut Mareta dan Shofia (2011), bahan kemas harus
Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia)
sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang
dikemas.
4.3.7. Pemasaran
melainkan pengepul datang sendiri menggunakan sepeda. Harga untuk peda yaitu
sebagai berikut :
a. Kualitas Bagus
yang lebih padat tidak kempis, kenampakan lebih mengkilat, tubuh tidak
bengkok dan fisik lengkap. Aroma yang dihasilkan pun spesifik ikan peda.
b. Kualitas Biasa
padat dan kempis, tubuh bengkok dan fisik tidak lengkap, kenampakan agak
kusam. Aroma yang dihasilkan wangi. Hasil yang didapatkan 7,62 < < 7,18.
kualitas bagus didapatkan hasil 8,62 < < 8,18, sedangkan pada kualitas biasa
didapatkan hasil 7,62 < < 7,18. Perbedaan kualitas tersebut disebabkan karena
proses perlakuan dan jumlah bahan yang digunakan pada proses pembuatan ikan
peda. Menurut Tuyu et al. (2014), ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara
terdenaturasi sehingga daging ikan mengkerut dan air akan terperas keluar.
Berkurangnya kadar air juga akan terjadi selama proses pengeringan, sehingga
pengadaan bahan baku sampai proses distribusi. Pada proses pengadaan bahan
terbatas, kadang kala pada musim hujan ikan kembung tidak ada di
yang minim serta usaha masih berskala rumah tangga. Penggunaan mesin
Solusi nya antara lain adalah lebih sering diadakan pelatihan mengenai
sanitasi dan hygiene khususnya pada skala rumah tangga dikarenakan jika
sanitasi dan hygiene baik dapat meningkatkan kualitas dari produk sendiri serta
daratan juga ke arah laut (landward and seaward development), mengingat adanya
pemerintah. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi isu strategis dalam
kelautan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Peningkatan kualitas sumber daya
ikan peda, semakin lama proses penetrasi maka waktu yang dibutuhkan
garam untuk menarik air dalam tubuh ikan semakin lama sehingga proses
memiliki kandungan NaCl yang akan terionisasi menjadi Na+ dan Cl-
yang akan berikatan dengan molekul air secara kuat. Kondisi tersebut akan
mengakibatkan air tertarik keluar dari tubuh ikan dan garam menggantikan
bahan baku dan garam tekstur yang dihasilkan semakin keras. Menurut
30
3. Kemurnian garam
pengolahan dari produk peda. Ikan yang digarami dengan kandungan NaCl
kecepatan garam masuk ke dalam daging ikan dan menarik air, jumlah
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut :
1. Proses pembuatan ikan peda ( Rastrelliger sp.) yang ada di UD. Danirih
5.2. Saran
1. Sebaiknya saat proses pengeringan lebih dijaga lagi, agar mutu yang
proses; dan
31
DAFTAR PUSTAKA
Heruwati, E.S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional: Prospek dan Peluang
Pengembangan. Jurnal litbang pertanian, 21(3), hlm. 99.
Ira. 2008. Kajian Pengaruh Berbagai Kadar Garam Terhadap Kandungan Asam
Lemak Esensial Omega-3 Ikan Kembung (Rastrelliger Kanagurta) Asin
Kering. [SKRIPSI]. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Solo.
Mathias, E. 2015. Pengaruh Kualitas Produk Garam Terhadap Mutu Ikan Peda.
[SKRIPSI]. Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
32
Parlaungan, Y. 2015. Teknologi Pengolahan Ikan Peda. http://bakorluh.riau
.go.id/teknologi/perikanan/536-pengolahan-peda. (30 Maret 2016).
Susanto, E., Tri, W. A., Fronthea, S., Titi, S., Akhmad, S, F., Mahmud, F. A., dan
Muhammad, K. N. 2011. Pemanfaatan Bahan Alami Untuk
Memperpanjang Umur Simpan Ikan Kembung (Rastrelliger Neglectus).
Jurnal Perikanan 13(2).
Tuyu, A., Hens, O., dan Daisy, M. M. 2014. Analisis Efisiensi Pengeringan Ikan
Nila Pada Pengering Surya Aktif Tidak Langsung. Jurnal Media Teknologi
Hasil Perikanan 2(2).
Yani, E., Abdurrachim, dan Adjar, P. 2009. Analisis Efisiensi Pengeringan Ikan
Nila Pada Pengering Surya Aktif Tidak Langsung. Teknika 31(2).
Yulvizar, C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp.
Biospecies 6(2).
33