Oleh :
Bela Rahma Sayida
No. Absen 06 SMT III Kelas C
Nrp. 55196212803
Dosen pengampu:
Lilis Supenti, S.PI.,MM.M.SI
A. Latar Belakang
Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput
laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau agar-agar. Salah satu dari
jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma cottonii di wilayah
perairan pantai.
Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang sudah biasa dilakukan oleh
petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan
metode lepas dasar (off bottom method). Dengan kedua metode ini petani rumput laut dapat
meningkatkan produksi rumput laut, disamping dari pengambilan secara langsung di alam. Akan
tetapi pengetahuan masyarakat, khususnya petani rumput laut masih sangat kurang dalam
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada
umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh nelayan hanya sampai pada pengeringan
saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan harus diolah lagi menjadi bentuk dan
jenis makanan lain, di antaranya pudding cendol, sari buah, sauce, es krim, manisan dan lain
Menurut Astawan dan Wahyuni (1991) manisan merupakan jenis makanan ringan yang
diawetkan dengan menggunakan gula. Manisan digolongkan menjadi dua yaitu manisan basah
dan manisan kering. Manisan basah diperoleh dari perendaman daging buah dalam larutan gula
atau sirup, sedang manisan kering adalah manisan basah yang dikeringkan dari penirisan larutan
gula.
B. Tinjauan Pustaka
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin,
cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning,
abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian
ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan
berbagai kualitas pencahayaan. Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana
sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak
bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar
saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat
berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang
rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Aslan, 1998).
Manisan rumput laut merupakan manisan basah dan termasuk salah satu jenis
makanan awetan sebagai hasil olahan dengan metode penggulaan dan dipadukan dan
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manisan rumput laut?
D. Tujuan
1. Mengetahui apa itu manisan rumput laut
2. Mengetahui bagaimana proses pemanfaatan rumout laut sehingga menjadi
manisan
3. Mengetahui bahan yang dibutuhkan saat proses pembuatan manisan rumput laut
4. Mengetahui manfaat manisan rumput laut
BAB II
ISI
Manisan rumput laut merupakan manisan basah dan termasuk salah satu jenis
makanan awetan sebagai hasil olahan dengan metode penggulaan dan dipadukan dan
buahan sebagai bahan baku, tetapi seiring perkembangan teknologi pengolahan pangan dan
produk dapat bertahan relatif lama maka penulis tertarik untuk mengkaji agar rumput laut
mempunyai nilai tersendiri dan dapat dikonsumsi meskipun tidak pada musimnya, yaitu dengan
cara diawetkan, contoh jenis produknya yaitu manisan basah rumput laut.
Gula
Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis tetapi
dalam industri pangan digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau
tebu (Buckle et al, 1987), lebih lanjut Buckle et al (1987) menyatakan bahwa gula dalam
beberapa produk makanan berfungsi sebagai pengawet, seperti selai, jeli, sari buah pekat, buah-
Sukrosa merupakan disakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan bahan
pangan. Sukrosa dalam bentuk kristal biasanya digunakan dalam industri-industri makanan
(Winarno, 1992). Sukrosa tidak mempunyai daya mereduksi sama sekali, karena gugus
pereduksi dari glukosa dan fruktrosa salnga mengikat membentuk ikatan 1,2-glukosis sebagai
Buckle et al (1987) menyatakan bahwa penambahan gula dapat menurunkan aw, tetapi
bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda juga berpengaruh terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Oleh karena itu teknik pengawetan dengan
penambahan gula pada umumnya dikombinasikan dengan teknik pengawetan lainnya seperti
pemanasan.
Asam Sitrat
Selama pengolahan bahan pangan, tidak dapat dihindari terjadinya penurunan zat gizi
dan mutu bahan pangan, baik kualitas maupun kuantitas. Hal ini disebabkan karena adanya
Menurut Haryani (1999), konsentrasi asam sitrat yang terbaik pada pembuatan leather
Kadar Air
Proses pengeringan pada umumnya melibatkan panas pada bahan pangan sehingga air yang
terdapat pada bahan pangan tersebut berkurang karena mengalami proses penguapan
(Desrosier, 1987).
Gula Reduksi
Sukrosa merupakan gula non pereduksi yang jika dilarutkan dalam air dan dipanaskan ,
sebagian molekulnya akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa yang bersifat sebagai gula
Pemanasan
pH
pH adalah ukuran keasaman atau alkalinitas suatu larutan. Perubahan pH suatu larutan
sangat penting karena dapat memberi pengaruh terhadap bahan makanan. Pertumbuhan
miroorganisme dapat dikontrol dengan jalan menurunkan pH bahan makanan (Winarno, 1992).
Menurut Winarno (1992), sukrosa bersifat netral denga pH sekitar 6,3-6,4, sehingga
penambahan sukrosa kedalam bahan makanan akan dapat meningkatkan pH (menurut derajat
keasaman).
Warna
Warna bahan makanan tidak semuanya disebabkan oleh pigmen alamiah dari tanaman,
tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain, seperti reaksi browning baik yang enzimatik maupun non
enzimatik yang dapat menyebabkan pencokelatan pada bahan pangan selama pengeringan
(Desrosier, 1988).
Buckle et al, (1988) menyatakan bahwa warna bahan pangan dapat rusak oleh panas.
menyerap atau meneruskan sinar. Selama proses pengeringan dapat terjadi reaksi pencokelatan
non enzimatik.
Tekstur
Hutabean (1996) menyatakan bahwa konsentrasi larutan gula pekat menyebabkan sirup,
jelly, selai dan manisan kering buah-buahan tampak cemerlang.
Proses pengeringan dengan suhu awal yang terlalu tingi dapat menyebabkan permukaan
bahan menjadi mengering lebih dahulu sebelum bagian dalamya (case hardening), akibatnya
permukaan bahan menjadi keras dan keriput sehingga pengeringan selanjutnya menjadi
kandungan dietary fiber yang tinggi. Dietary fiber adalah serat makanan yang tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Di dalam usus, serat ini dapat menyerap air
Serat ini juga dapat mencegah kegemukan (obesitas) karena kandungan serat yang
tinggi dan menurunkan kadar kolesterol. Rumput laut yang digunakan dalam pengolahan
manisan, mengandung vitamin C dan kalsium. Dengan demikian, produk ini sangat
bermanfaat untuk menjaga stamina tubuh dan dapat mencegah penyakit keropos tulang
yaitu osteoporosis, rumput laut juga memiliki manfaat sebagai makanan rendah kalori.
KESIMPULAN
Manisan rumput laut adalah produk turunan dari rumput laut agar rumput laut memiliki
harga ekonomis yang lebih tinggi, pembuatan manisan rumput laut ini menggunakan gula dan
asam sitrat
DAFTAR PUSTAKA
• https://sinta.ristekbrin.go.id/authors/detail?id=6177371&view=overview
• http://perikananunram.blogspot.com/2011/06/laporan-manisan-kering-
rumput-laut.html