Anda di halaman 1dari 10

RESUME

MATERI &
JURNAL
PEMBESARAN
IKAN MEDIA
AKUAPONIK
DOSEN PENGAMPU : YUKE ELYANI, S.Pi., M.Si.
OLEH :

Nama : Bela Rahma S

Kelas : PP-C

No. : 6 (enam)

Nrp : 55196212803
HASIL RESUME

1. MATERI PPT :

• Akuaponik adalah penggabungan antara sistem


budidaya akuakultur (budidaya ikan) dengan hidroponik
(budidaya tanaman/sayuran tanpa media tanah).
• Sistem ini mengadopsi sistem ekologi pada lingkungan
alamiah, dimana terdapat hubungan simbiosis
mutualisme antara ikan dan tanaman.
• Keunggulan dari sistem pembesaran ikan media
Akuaponik adalah Dapat diterapkan di pekarangan
sempit, Tidak memerlukan media tanam, pupuk,
penyiraman, hemat air, sehat, memiliki nilai estetika
tinggi, bebas kontaminan.

MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK


• 3 komponen utama dalam sistem akuaponik adalah
Ikan, Bakteri pengurai dan tumbuhan. 3 komponen
tersebut akan mengalami siklus nitrogen.
• Prinsip kerja akuaponik adalah Air beserta kotoran
yang berasal dari budidaya ikan disalurkan kepada
tanaman karena mengandung banyak nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman.
• Tanaman akan menyerap nutrisi yang berasal dari air
dan kotoran ikan tadi. Sebagai gantinya, tanaman akan
memberikan oksigen kepada ikan melalui air yang
sudah tersaring oleh media tanam.

1
• Siklus dalam akuaponik

• Komponen dalam akuaponik


MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK

(1) Tangki pemeliharaan ikan atau kolam;


(2) unit penangkap dan pemisahan limbah padat (sisa pakan dan feses);
(3) bio filter, tempat di mana bakteri nitrifi kasi dapat tumbuh dan mengkonversi
amonia menjadi nitrat, yang dapat digunakan oleh tanaman;
(4) subsistem hidroponik, yakni bagian dari sistem di mana tanaman tumbuh
dengan menyerap kelebihan hara dari air;
(5) sump, titik terendah dalam sistem di mana air mengalir ke dan dari yang
dipompa kembali ke tangki pemeliharaan. Unit untuk menghilangkan padatan, biofi
ltrasi, dan/atau subsistem hidroponik dapat digabungkan menjadi satu unit atau
subsistem, yang mencegah air mengalir langsung dari bagian budidaya ikan (kolam)
ke sub sistem hidroponik.
• Media Tanam
Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara
yang cukup bagi pertumbuhan tanaman.
Media tanam berperan sebagai filter yang akan menjerat sisa pakan dan
metabolisme ikan yang dipelihara. Hasil filtrasi dari media tanam ini akan
menentukan kualitas air yang akan kembali ke dalam sistem akuakultur. Semakin
baik sistem fi lternya, maka ketersediaan oksigen dan pertumbuhan ikan pada
sistem akuakultur juga akan menjadi baik. Media tanam untuk sistem akuaponik
harus bersifat porus (tidak menahan air). Media tanam tersebut antara lain zeolit,
batu split, batu apung, arang kayu, arang tempurung kelapa, arang sekam, kerikil,
pakis, hydroton
• Ikan untuk akuaponik adalah Nila, Lele, Gurame, Ikan Mas, Patin, Bawal.

2
• Parameter budidaya

• Contoh sistem akuaponik : Vertiminaponik, Wolkaponik, Pasang surut, Rakit Apung,


DFT, NFT,
• Biofilter akuaponik Biofilter akuaponik merupakan sistem pada teknik budidaya yang
mempertahankan kualitas air diatas ambang toleransi selama periode tertentu tanpa
mengganggu pertumbuhan ikan yang dipadukan dengan sistem tanaman akuatik
• Kendala dalam sistem akuaponik meliputi :
• Perubahan pada suhu air mampu mempengaruhi komponen air seperti kadar ph,
oksigen terlarut, bahkan tingkah laku ikan. Jika suhu air terlalu panas, oksigen
terlarut di dalam air akan berkurang. Jika suhu air terlalu rendah, ikan akan berhenti
makan dan mikroorganisme berhenti bereproduksi.
• Kondisi ph kurang dari 6 (< 6) dapat menyebabkan ikan stres, mudah terserang
penyakit, pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan daya penguraian bakteri tidak
optimal.
• Kondisi NH3 tinggi maka dapat menyebabkan ikan stres, terinfeksi penyakit,

MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK


pertumbuhan terhambat, hingga kematian pada ikan.

2. MATERI JURNAL 1 :

Performa Kualitas Air, Pertumbuhan, dan Kelulushidupan Ikan Nila (Oreochromis


niloticus) pada Sistem Akuaponik dengan Jenis Tanaman yang Berbeda
• Kesimpulan :
Ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadi salah satu jenis ikan yang cukup ekonomis
untuk pasar. Potensi pasar menjadi alasan pembudidaya meningkatkan produksi 3
dengan budidaya intensif. Budidaya intensif berbanding lurus dengan limbah
budidaya dari feses ikan. Limbah yang terakumulasi bersifat toksik dan dapat
menurunkankualitas air budidaya. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan limbah
budidaya. Pengelolaan limbah budidaya dapat dilakukan melalui penerapan sistem
resirkulasi dengan filter biologi berupa tanaman/disebut sistem akuaponik.
Pemilihan kategori jenis tanaman tergantung pada lama waktu sistem akuaponik
akan dijalankan. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu yang cukup singkat yaitu
30 hari masa pemeliharaan. Solusi untuk periode penelitian yang singkat tersebut
adalah pemilihan biofilter tanaman yang bersifat low nutrient demand dengan daya
serap, akumulasi, dan olah yang tinggi terhadap limbah budidaya, contohnya:
pakchoi (Brassica rapa), kangkung air (Ipomoea aquatica), dan caisim (Brassica
juncea). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
jenis tanaman yang berbeda dan jenis tanaman yang paling efektif dalam penelitian
ini untuk menjaga performa kualitas air, pertumbuhan, dan kelulushidupan ikan nila.
MATERI DAN METODE
Ikan yang digunakan pada penelitian ini yaitu ikan nila dengan panjang awal 9-11 cm dan rata-
rata bobot awal
15,56±0,34 gram sejumlah 360 ekor untuk 12 wadah pemeliharaan. Ikan yang akan digunakan
terlebih dahulu
diaklimatisasi kemudian diseleksi sesuai kriteria panjang dan bobot yang diinginkan. Wadah
pemeliharaan ikan
yang digunakan yaitu akuarium dengan volume 128 liter yang diisi 85 liter air. Kanal/wadah
pemeliharaan
tanaman yang digunakan yaitu pipa plastik diameter 4 inch sepanjang 90 cm. Filter fisika yang
MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK

digunakan pada
penelitian ini yaitu kerikil dan spons. Sistem akuaponik yang digunakan adalah kombinasi dari
Nutrient Film
Technique/NFT dan Deep Water Culture/DWC, di mana aliran air dalam kanal mengisi 3⁄4
volume kanal itu
sendiri. Tanaman yang digunakan yaitu pakchoi (Brassica rapa), kangkung air (Ipomoea
aquatica) dan caisim
(Brassica juncea), ditanam pada media rockwool dengan panjang awal tanaman 10-15 cm.
Persiapan benih dan media tanaman
Studi yang dilakukan oleh Zalukhu et al. (2016), menerapkan persiapan benih tanaman yang
dilakukan dengan
terlebih dahulu menyemaikan bibit pada media rockwool. Sebelum bibit disemaikan, rockwool
dipotong-potong
berbentuk kubus dengan ukuran ±2 cm kemudian rockwool dibasahi atau direndam dengan air
kemudian dibuat
lubang-lubang kecil tempat bibit tanaman selanjutnya setiap lubang diisi biji benih tanaman.
Setelah lubang terisi,
rockwool dibiarkan hingga benih tersebut tumbuh dengan baik dan dilakukan penyiraman
setiap hari. Benih yang
digunakan adalah benih dengan daun yang tidak cacat, terbuka dengan sempurna dan tinggi
minimal 4 cm dan
mempunyai jumlah daun >3 helai. Setiap bibit kemudian dipindahkan ke dalam netpot.
Persiapan wadah
Persiapan wadah dimulai dari pencucian peralatan yang akan digunakan seperti akuarium,
kanal, pipa, dan kran
air dengan detergen lalu dibilas dengan air bersih lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.
Masing-masing wadah
pemeliharaan diletakkan dengan posisi sesuai dengan desain penelitian. Setelah alat
dipersiapkan, pengaturan
4 sistem akuaponik dapat dilakukan pada masing-masing akuarium.
Persiapan sistem akuaponik
Persiapan sistem akuaponik diawali dengan memotong pipa plastik diameter 4 inch sepanjang
90 cm, lalu
dilubangi dengan diameter masing-masing lubang sepanjang 7 cm, sebanyak 5 lubang. Pipa ini
diatur untuk
digunakan sebagai kanal. Selain 5 lubang tersebut, pada sisi bawah pipa di ujung kanan/kiri
juga dibuat lubang
dengan diameter 1 cm berfungsi sebagai outlet kanal menuju akuarium. Selanjutnya yaitu
persiapan gelas plastik
yang dilubangi menduplikasi netpot pada bagian samping secara vertikal, melingkar serta
bagian bawah sebagai
penyangga akar agar akar mengapung tepat di atas aliran air sehingga tetap terjaga
kelembabannya. Tahap
selanjutnya yaitu pemasangan kran air pada masing-masing pipa plastic diameter 1⁄2 inch yang
telah dipotong
sepanjang 60 cm untuk kemudian dipasang pada tiap pompa air. Kanal yang sudah rampung
kemudian disusun di
atas masing-masing akuarium dengan kemiringan mengikuti desain tiap akuarium yang
digunakan. Persiapan
selanjutnya yaitu pemasangan rangkaian listrik yang akan digunakan untuk menjalankan
pompa air pada tiap
sistem akuaponik. Sistem akuaponik yang digunakan pada penelitian ini merupakan fusi dari
NFT dan DWC, di
mana aliran air pada kanal tidak setipis aliran air NFT dan air pada kanal mengalir/tidak
mengalami stagnant
seperti pada DWC.
Aklimatisasi
Aklimatisasi lingkungan dilakukan selama 3-7 hari untuk membuat ikan nila terbiasa dengan
kondisi media
pemeliharaan dan pakan yang diberikan. Proses aklimatisasi dilakukan dengan memasukkan
ikan ke dalam wadah
pemeliharaan dan dibiarkan dahulu selama satu hari tidak diberi pakan. Pemberian pakan
dilakukan hari
selanjutnya sampai hari ke-3 dan dilanjutkan dengan proses seleksi yang disesuaikan
kebutuhan penelitian.
Rancangan percobaan

MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK


Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dilakukan
3 kali pengulangan. Komposi keempat perlakuan, yaitu:
Perlakuan A = Tanpa sistem akuaponik/kontrol
Perlakuan B = Sistem akuaponik menggunakan tanaman pakchoi
Perlakuan C = Sistem akuaponik menggunakan tanaman kangkung air
Perlakuan D = Sistem akuaponik menggunakan tanaman caisim
Hasil : Penggunaan jenis tanaman yang berbeda pada sistem budidaya akuaponik berbasis RAS
memberi pengaruh
terhadap performa kualitas air, pertumbuhan, dan kelulushidupan ikan nila (Oreochromis
niloticus);
2. Performa kualitas air terbaik dengan nilai VTR amonia sebesar 94,97 g/m3 /hari, 101,4 g/m3
/hari, 107,36 g/m3
/hari dihasilkan oleh perlakuan sistem akuaponik menggunakan tanaman kangkung air (C),
diikuti RGR
dengan nilai 1,23 %/hari, dan pertumbuhan tanaman sebesar 26,42 cm. Nilai FCR terbaik
didapat pada
perlakuan sistem akuaponik menggunakan kangkung air (C) dengan nilai 1,63. Sedangkan
untuk presentase SR
sebesar 83,33% dicapai oleh perlakuan sistem akuaponik menggunakan tanaman kangkung air
(C). 5
3. MATERI JURNAL 2 :

EFEKTIVITAS SISTEM AKUAPONIK DENGAN JENIS TANAMAN YANG BERBEDA


TERHADAP KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN.
KESIMPULAN :
MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem akuaponik


dengan jenis tanaman yang berbeda terhadap kualitas air media budidaya ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni
sampai Agustus tahun 2018 bertempat di Laboratorium Kolam Percobaan
Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Ikan uji
yang digunakan yaitu benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) berumur
54 hari dengan panjang 5-7 cm serta bobot 5 gram yang dipelihara pada wadah
fiber berukuran 1 m2

dengan kepadatan 100 ekor/fiber. Media tumbuh tanaman


yang digunakan menggunakan talang air dengan luasan media tanam yaitu 0,8 x
0,3 m. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali
ulangan. Perlakuan A (Penggunaan tanaman kangkung), Perlakuan B
(Penggunaan tanaman pakcoy), Perlakuan C (Penggunaan tanaman selada), dan
Perlakuan D (kontrol). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
6
kualitas air yang meliputi kandungan oksigen terlarut, pH, suhu, amonia, nitrat,
dan fosfat. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Sidik Ragam dengan
taraf 5% dan dilanjutkakn dengan uji jarak berganda Duncan sedangkan data
kualitas air dianalisis secara deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
suhu, oksigen terlarut, dan pH berturut-turut adalah 25,1-27,0oC, 6,3-7,5 mg/L,
7,0-7,8. Kualitas air selama penelitian menunjukkan kondisi yang ideal untuk
mendukung pertumbuhan ikan lele. Pada perlakuan tanpa menggunakan tanaman
air nilai pH, oksigen terlarut, dan suhu menunjukkan hasil yang rendah, hal ini
disebabkan tidak adanya sistem filtrasi yang dilakukan oleh tanaman selama
penelitian. Nilai amonia terendah terdapat pada perlakuan A dengan
menggunakan kangkung yaitu sebesar 0,001 mg/L.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu parameter penting yang
berpengaruh terhadap ikan serta penting bagi bakteri nitrifikasi yang bermanfaat
untuk mengubah limbah ikan menjadi nutrisi yang dapat digunakan tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi oksigen terlarut berkisar antara 6,3-7,5
mg/L, kondisi ini menunjukkan kondisi yang ideal untuk mendukung

MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK


pertumbuhan ikan lele. Menurut Gross et al. 2000 konsentrasi oksigen terlarut
yang optimum untuk pertumbuhan ikan lele adalah >3 mg/L. Selama penelitian
konsentrasi oksigen terlarut berfluktuatif, dimana rata-rata oksigen tertinggi
terdapat pada perlakuan kangkung, sedangkan rata-rata okgisen terendah terdapat
pada perlakuan kontrol. Penurunan oksigen terlarut selama pengamatan diduga
karena terjadi proses akumulasi feses dan sisa pakan, proses dekomposisi oleh
miroorganisme, pemanfaatan oksigen oleh ikan, dan peningkatan suhu air
(Buentello et al. 2000). Kemampuan tanaman kangkung yang tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman lainnya memberikan pengaruh terhadap
penyerapan nitrogen anorganik yang lebih baik sehingga kualitas air menjadi lebih
baik, hal ini memberikan pengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut pada
7
media budidaya ikan. Menurut Zidni et al. 2013 kandungan oksigen terlarut dalam
media pemeliharaan berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik
dan anorganik oleh bakteri nitrifikasi untuk mengurangi beban pencemaran pada
wadah budidaya. Apabila kandungan oksigen pada media pemeliharaan ikan
rendah maka akan terjadi persaingan kebutuhan oksigen antara ikan dengan
bakteri pengurai bahan organik.
Akar tanaman membutuhkan oksigen untuk tumbuh, karena akar tanaman
tidak dapat mentolerir air yang tergenang untuk jangka waktu lama. Menurut
Sikawa dan Yakupiyiyage (2010) kandungan oksigen yang optimum untuk
respirasi akar tanaman adalah 2,5 mg/L, apabila dibawah 0,16 mg/L menyebabkan
akar dan daun tanaman akan layu sehingga penyerapan unsur hara tidak optimal.
Integrasi antara budidaya ikan dan tanaman pada sistem akuaponik dapat
meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk bernafas, proses metabolisme, tumbuh, dan dekomposisi
bahan organik (Karo 2015).
MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK

4. MATERI JURNAL 3:

Budidaya ikan mas (Cyprinus carpio) sistem akuaponik dengan padat penebaran berbeda

(Aquaponic culture system of carp, Cyprinus carpio, at different stocking densities).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai bulan September 2018, di
Kelurahan Lapangan, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yaitu denganmengamati
pengaruh padat penebaran.Pemberian pakan dilakukan 2x sehari. Rancangan penelitian
yang digunakanadalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan.

8 Adapun perlakuannya adalah :


A : padat penebaran 4 ekor/wadah
B : padat penebaran 7 ekor/wadah
C : padat penebaran 10 ekor/wadah
D : padat penebaran 13 ekor/wadah
Penelitian diawali dengan persiapan wadah pemeliharaan yaitu akuarium. Akuarium dicuci
dan dibersihkan Akuarium yang sudah dibersihka kemudian dikeringkan dan diberi label
perlakuan dan ulangan pada masing-masing akuarium. Penempatan wadah budidaya
(akuarium) dilakukan secara acak. Pembuatan wadah filtrasi diawali dengan memasukkan
kerikil kedalam ember yang dimodifikasi dengan ketebalan 5-7 cm sebagai lapisan paling
bawah lalu dialas dengan menggunakan ijuk dengan ketebalan 6-8 cm. Tahap selanjutnya
yaitu memasukkan tanaman dengan jarak 8-10cm lalu disela-sela tanaman diberi kerikil
sebagai penopang berdirinya tanaman sekaligus berfungsi sebagai filter. Pompa air yang
merupakan alat sirkulasi dipasang dengan cara dicelupkan kedalam akuarium dan
dihubungkan dengan wadah filtrasimelalui selang/pipa sehingga jika pompadiaktifkan
maka air dalam akuarium akan mengalir masuk dan tersaring didalam wadah filtrasi dan
keluar kembali kedalam akuarium. Benih ikan yang ditebar terlebih dahulu ditimbang berat
tubuhnya dan dikelompokkan berdasarkan berat sehingga setiap akuarium memiliki bobot
rata-rata benih ikan yang sama. Sebelum penebaran terlebih dahulu dilakukan
aklimatisasi sebagai proses penyesuaian diri dari lingkungan hidup yang lama ke
lingkungan hidup yang baru.

KESIMPULAN

1. Perbedaan padat penebaran ikan mas memberikan pengaruh tidak berbeda nyata

MATERI DAN JURNAL AKUAPONIK


terhadap pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup ikan mas yangdipelihara dengan
sistem akuaponik.
2. Kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit dan nitrat) budidaya ikan sistem
akuaponik dalam kisaran yang layak untuk mendukung pertumbuhandan kelangsungan
hidup ikan mas.

Anda mungkin juga menyukai