Oleh :
Nama
NRP
Kelompok
Meja
Tanggal Praktikum
Asisten
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2)
Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1. Latar Belakang Percobaan
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Salah satu pengolahan ikan
diantaranya yaitu diolah menjadi kamaboko. Dimana dengan diolah menjadi
kamaboko, kandungan gizi pada tidak banyak hilang.
Beberapa cara penanganan pasca penangkapan ikan adalah penyimpanan
pada temperatur yang rendah yaitu pendinginan (chilling) dan pembekuan
(freezing) serta cara-cara kimiawi yang menyangkut penggunaan garam dan cuka,
pengeringan baik secara alami maupun buatan, dan kadang-kadang dibuat menjadi
makanan siap konsumsi seperti pempek.
Pempek atau Empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat
dari ikan dansagu. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa pempek adalah
pusatnya adalah Palembang karena hampir di semua daerah di Sumatera
Selatan memproduksinya (Kurniawan dkk, 2009).
Pempek terbuat dari ikan giling dan sagu. Ikan yang dipakai dalam
pembuatan pempek pada awalnya adalah ikan belida, tetapi karena ikan belida
sudah mulai sulit di dapat di Palembang maka penggunaan ikan belida sudah
mulai diganti dengan ikan-ikan lainnya seperti ikan gabus, ikan tenggiri
(Kurniawan dkk, 2009).
Air Bersih
Dressing
Kulit, kepala
Pencucian
Air Kotor
Penghancuran
Pencucian
Tapioka, air,
garam, gula,
bawang putih
Pencampuran I
Pengkalisan
Penghancuran
Pengkalisan Adonan
Pencetakan
Perebusan
Perebusan
Pencetakan
Uap Air
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan terhadap pempek yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pempek
No
Analisa
1. Nama Produk
Pempek
2.
Basis
250 gram
3.
Bahan Utama
4.
Bahan Tambahan
5.
Berat Produk
6.
% Produk
91,78%
7.
Organoleptik
7.1. Warna
7.2. Aroma
7.3. Rasa
7.4. Tekstur
7.5. Kenampakan
Gambar Produk
Putih keabuan
Khas ikan
Khas ikan
Kenyal
Padat
8.
Hasil
terbentuk gel pati. Proses pembentukan gel dari suspensi pati ini disebut dengan
gelatinisasi pati. Molekul pati terutama berperan dalam proses pembentukan gel
adalah amilosa. Rantai tak bercabang dari amilosa memudahkan molekul amilosa
untuk membentuk jaringan tiga dimensi molekul ikatan hidrogen yang terbentuk
(Anjarsari, 2010).
Tepung tapioka mempunyai sifat dapat membentuk gel pada suhu yang
relatif rendah dibandingkan dengan tepung yang mengandung amilopektin yang
tinggi. Oleh karena itu tepung tapioka mudah dan cepat mengembang apabila
dipanaskan dalam air. Larutan pati di dalam air tidak membentuk gel tetapi bila
larutan tersebut dipanaskan, granula pati akan mengembang dengan cepat
sehingga dihasilkan pasta kental. Nilai penerimaan terhadap loaf daging ikan
dengan penambahan tapioka lebih tinggi bila dibandingkan dengan tepung
lainnya. Penggunaan tapioka dalam industri makanan dimungkinkan, karena daya
penahan airnya yang tinggi, serta pengaruhnya yang kecil pada citarasa.
Tingkat kekenyalan kamaboko dipengaruhi oleh daging ikan dan tepung
tapioka
yang
digunakan.
Kekenyalan
dan
elastisitas
menggambarkan
protein terlarut dan memungkinkan protein ini menjadi bahan pengikat. Selain itu
terjadi pembentukan struktur protein bebas dari protein terlarut.
Penambah aroma dan untuk meningkatkan cita rasa produk yang akan
dihasilkan dengan penambahan bawang merah dan bawang putih. Aroma yang
ditimbulkan dari bawang merah disebabkan oleh adanya enzim lipase yang
termsuk kedalam cytoplasma pada bawang yang dihancurkan, sehingga akan
menimbulkan bau yang pedas. Bau pedas dan aroma yang terdapat pada bawang
merah (Allium cepa L) tersebut merupakan Allyl propyldisulphide (C6H12S2).
Gula digunakan untuk mencegah denaturasi protein dan dapat mempertinggi
tegangan permukaan serta menambah cita rasa pada produk (Anjarsari, 2010).
Pengadukan adonan bertujuan untuk membentuk adonan yang kompak dan
mudah dibentuk. Cara pembuatan sangat mempengaruhi kekenyalan dan aroma
pempek, terutama pada tahap pengadukan dengan tepung tapioka untuk
menghasilkan adonan yang kompak dan mudah dibentuk. Pengadukan
membutuhkan keterampilan khusus agar gelembung-gelembung udara tidak
terperangkap didalam adonan (Hiunsri, 2009).
Setelah pencetakan, langkah selanjutnya adalah pemasakan. Pemasakan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu perembusan, pengukusan,
penggorengan dan pemanggangan. Proses pemasakan tersebut akan menghasilkan
pempek rebus, goreng, serta panggangan atau lenggang. Pemasakan dilakukan
dengan perebusan, yaitu memasukkan lenjeran ke dalam panci berisi air mendidih
(Hiunsri, 2009).
Pempek yang telah matang akan mengapung dipermukaan air perebus dan
jika ditekan dengan tangan akan terasa lembut dan kenyal sampai bagian
dalamnya. Lama perebusan dipengaruhi oleh ukuran lenjeran. Namun biasanya
membutuhkan waktu sekitar 20-90 menit. Proses perebusan bertujuan agar pati
mengalami proses gelatinisasi, sehingga granula pati disebabkan oleh molekulmolekul air yang melakukan penetrasi ke dalam granula dan terperangkap dalam
susunan molekul-molekul amilosa dan amilopektin. Selain dengan perebusan
pemasakan pempek dapat juga dilakukan dengan pengukusan pada suhu 800C
selama 30 menit (Hiunsri, 2009).
Pembuatan pempek adalah ikan yang tidak terlalu banyak tulangnya dan
harus dalam keadaan segar. Jika digunakan ikan yang sudah tidak segar, maka
pempek yang dihasilkan tidak akan baik (Kurniawan dkk, 2009).
Pempek yang dibuat dipasaran biasanya terbuat dari ikan giling dan sagu.
Ikan yang dipakai dalam pembuatan pempek pada awalnya adalah ikan belida,
tetapi karena ikan belida sudah mulai sulit di dapat di Palembang maka
penggunaan ikan belida sudah mulai diganti dengan ikan-ikan lainnya seperti ikan
gabus, ikan tenggiri sedangkan pempek yang dibuat di laboratorium menggunakan
tepung tapioka dan ikan tuna.
Prinsip pembuatan pempek adalah berdasarkan pemisahan daging dan kulit
dari lemak yang dibersihkan dengan bersih dan merata serta berdasarkan proses
pengikatan bahan oleh tapioca sehingga terjadi gelatinisasi dan menyebabkan
produk renyah.
Reaksi fisika pada pembuatan pempek terjadi pada saat proses pengukusan,
begitu juga dengan reaksi kimia yang terjadi secara bersama-sama dalam proses
pengukusan. Secara fisika, adonan pempek berubah dari bentuk sol menjadi
bentuk gel yang semi padat. Perubahan fisika ini diikuti oleh adanya perubahan
kimia pada pempek. Protein miofibril dalam otot membentuk sol oleh adanya
garam. Pada saat pengukusan, protein miofibril yang ada sebagai protein
aktomiosin dibantu dengan adanya tapioka menghasilkan gel akibat adanya proses
gelatinisasi pada pempek sehingga berbentuk semi padat. Dimana perubahan
biologi mikroorganisme yang ada didalam akan mati karena danya perlakuan
panas sehingga bahan lebih awet.
Jenis-jenis pempek diantaranya :
1. Pempek Kapal Selam
Pempek isi telur yang cukup populer karena ukurannya yang besar dari
ukuran pempek biasa dan dapat membuat Anda begitu sangat kenyang
hanya dengan memakan satu buah.
2. Pempek bulat/adaan
Pempek berukuran kecil yang dibuat bulat agak berbeda sedikit dalam
pembuatannya karena adonan langsung digoreng tanpa direbus dulu.
3. Pempek Kulit
Pempek yang terbuat dari daging ikan dihancurkan dan dicampur dengan
kulit ikan yang telah dibersihkan. Rasanya sangat khas dan nikmat.
4. Pempek Lenjer Kecil / Besar
DAFTAR PUSTAKA
Anjarsari, B., 2010. Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi Pangan Hewani.
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Arni. 2012. Kuliner Nusantara Macam-Macam Pempek. http://arnimabruria.bl
ogspot.com/2012/12/kuliner-nusantara-macam-macam-pempek.html.
Akses : 22 Mei 2014.
Hiunsri. 2009. Pendahuluan. http://awanthiunsri.wordpress.com/tag/kulyah-q/.
Akses : 22 Mei 2014.
Kurniawan, dkk. 2009. Proposal Praktium Gizi Ikan. http://dy43ver.blogspot.co
m/2011/09/proposal-praktikum-gizi-ikani.html. Akses : 22 Mei 2014.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan Pempek
Basis
: 250gram
W Produk
: 282, 5gram
% Produk
Tapioka
Air
Bawang Putih =
Garam
Gula Pasir
LAMPIRAN KUIS
1. Sebutkan tujuan dan prinsip proses pembuatan sosis !
Jawab :
: 1,3%
Gula Merah
: 7%
B. Putih
: 5,6%
Lada
: 2,2%
B. Merah
: 2,2%
Ketumbar
: 2,2%
Garam
: 0,8%
Lemgkuas
: 2,2%
Gula
: 7%
x 200 g = 14 g
Lada
x 200 g = 4,4 g
Ketumbar
x 200 g = 4,4 g
Lengkuas
x 200 g = 4,4 g
x 200 g = 2,6 g
Bawang Putih
x 200 g = 11,2 g
Bawang Merah
x 200 g = 4,4 g
Garam
x 200 g = 1,6 g
Gula
x 200 g = 14 g
LAMPIRAN DISKUSI
LAMPIRAN SNI