Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

“KEDUDUKAN PERADILAN AGAMA


&
MAHKAMAH SYAR`IYAH

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. FERINDI RAMADAN PRATAMA (502020176)
2. ABDUL RAHMAN ANDHIKA (502020296)
3. ULUNG VESTIKA (502020301)
4. HAMZA HAS (502020178)
5. M. DAFFA. A (502020051)
6. M. RIZKY DERMAWAN (502020242)

KELAS A

DOSEN PENGUMPU : MARTINI,SH.,MH


JURUSAN : ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


PALEMBANG Jalan Jenderal AhmadYani 13 Ulu Palembang Tahun
Ajaran 2021/2022
KATA PENGHANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah AWT, karena atas
ridho-nyackami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang disediakan, guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum Acara Peradilan agama

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata,saya sampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
bersangkutan dalam penyusunan makalah atau tugas ini. Semoga sang pencipta Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita di dunia ini. Aamiin ya rabbal alaamiin

Martapura,28 juni 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Membicarakan kedudukan dan kewenangan peradilan agama di Indonesia erat
hubungannya dengan hukum islam dan umat islam di Indonesia. Peradilan agama
didasarkan pada hukum islma, sedangkan dalam perkembangannya hukum islam
berdiri sendiri dan telah lama dianut oleh pemeluk agama islam di Indonesia.
Pengadilan agama merupakan bagian dari lembaga peradilan yang ada di
Indonesia. Sejajar dengan Pengadilan Negeri, Peradilan Agama pun memiliki
kedudukan yang cukup penting dalam penegakan hukum di Indonesia. Berdasarkan
Undang Undang No.14 Thn 1970 tentang ketentuan ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman jo Undang-Undang No. 14 Thn. 1985 Tentang mahkamah agung, peradilan
agama mempunyai kedudukan yang sederajat dengan lingkungan peradilan yang lain.
Hukum materiil yang berlaku di Peradilan agama adalah hukum islam yang pada
garis besarnya meliputi bidang bidang hukum perkawinan, hukum kewarisan hibah,
infaq, dan hukum perwakafan.
Peradilan agama merupakan lingkungan peradilan dibawah mahkamah agung,
sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka, untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Keberadaan peradilan agama di
Indonesia telah memudahkan umat islam di Indonesia untuk menyelesaikan
permasalahan hukum yang mewarnai kehidupan umat islam.
Peradilan agama tetap eksis sebagai peradilan bagi masyarakat islam walaupun
mengalami pasang surut, peradilan agama tetap berkembang sesuai situasi dan kondisi
pada masanya pembangunan dan pembinaan peradilan agama di indonesia tidak
mungkin lepas dari kekuasaan negara. Karena memberlakukan peradilan tanpa landasan
yuridis akan menghasilkan permasalahan dan kekacauan. Dasar Negara dan peraturan
perundang undangan yang ada cukup akomodatif bagi kemungkinan berkembangnya
peradilan agama khususnya dinegara Indonesia, masalah peradilan agama telah diatur
pad aps. 224 UUD 1945, yang menyatakana bahwa:
1. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung dan lain-lain badan
kehakiman menurut undangn-undnag.
2. Susuanan dan kekuasaan badan badan kehakiman itu diatur denganundang-
undang
Kemudian pasal 24 UUD 1945 ini telah jelas dilaksanakan secara
transparan dengan lahirnya Undang-Undang no.14 tahun 1970 tentang
ketentuan pokok pokok kekuasaan kehakiman. Dalam pasal 10 ayat (1) dan (2)
dari Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan: Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana kedudukan peradilan agama?
2. Apa saja jenis peradilan agama?
3. Apa yang di maksud prinsip satu atap atau pembinaan satu atap?
4. Bagaimana kedudakan mahmakah syar’iyyah?

1.3 TUJUAN
1. Bertujuan mengetahui kedudukan peradilan agama
2. Bertujuan untuk mengetahui macam-macam jenis peradilan agama
3. Bertujuan mengetahui prinsip satu atap atau pembinaan satu atap
4. Bertujuan mengetahui kedudukan mahmakah syar’iyyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Peradilan Agama


Peradilan agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
Pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu sebagiamana
dimaksud dalam undang-undang No.7 tahun 1989 dan UU No. 3 tahun 2006 tentang
perubahan atas UU No.7 tahun 1989 tentang peradilan agama dapat di adakan
pengkhususan pengadilan, yaitu peradilan syariat islam di Provinsi Nanggroe Aceh
Darusalam

Peradilan agama terdiri atas:


a. Peradilan agama (PA) sebagai pengadilan tingkat pertama yang berkedudukan di
ibukota madya/kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota,
tetapi, tidak menuup kemungkinan adanya pengecualian
b. Pengadilan Tinggi Agama (PTA) sebagai pengadilan tingkat banding yang
berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi

Dengan berlakunya prinsip satu atap, organisasi, administrasi, dan finansial


mahkamah agung dan badan peradilan yang berada di bawah kekuasaan
mahkamah agung, termasuk di dalamnya pengawasan dan pembinaan teknis.
Akan tetapi, pembinaan tersebut tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam
memeriksa dan memutus perkara
Tujuan pembinaan satu atap peradilan adalah agar kekuasaan kehakiman
dapat di selenggaakan dengan merdeka, mandiri, bertanggung jawab tidak
terpengaruh oleh pihak eksekutif atau pihak lainnya, dan pembinaan peradilan
menjadi lebih baik, terpadu, dan berada dalam satu komando
B.KEDUDAN MAHKAMAH SYAR’IYYAH
Kedudukan mahkamah Syar’iyyah, berdasarkan pasal 4 keputusan presiden
nomor 11 Tahun 2003 dan Pasal 130 UU No. 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan
aceh, terdiri atas mahkamah syar’iyyah kabupaten/kota sebagai peradilan tingkat
pertama dan mahkamah Syar’iyyah (peradilan tingkat banding) yang berada di tingkat
provinsi
Dengan demikian kekuasaan kehakiman di lingkungan mahkamah Syar’iyyah
berpuncak pada mahmakah agung sebagai peradilan negeri tertinggi. Adapun
mahkamah Syar’iyyah merupakan peradilan khusus dalam lingkungan peradilan agama
sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan pengadilan agama, yang
merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan pengadilan umum sepanjang
kewenangannya menyangkut pengadilan umum
Peminaan teknis mahkamah Syar’iyyah di lakukan oleh mahkamah agung,
pembinaan organisasi, administrasi dan keuangan di lakukan oleh Menteri dan gubernur
pembinaan yang di masud tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa
dan memutus perkara
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Peradilan agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama islam.peradilan agama terdiri atas 2 peradilan agama
(PA), dan Peradilan Tinggi Agama (PTA).tujuan pembinaan satu atap peradilan adalah
agar kekuasaan kehakiman dapat di selenggarakan dengan
merdeka,mandiri,bertanggung jawab,tidak terpengaruh oleh pihak eksekutif atau pihak
lainnya, dan pembinaan peradilan menjadi lebih baik, terpadu, dan berada dalam satu
komando. Kedudukan mahkamah Syar’iyyah berdasarkan pasal 4 keputusan presiden
Nomor 11 tahun 2003 dan pasal 130 No.11 tahun 2006 tentang pemerintah aceh, terdiri
atas mahkamah Syar’iyyah kabupaten/kota sebagai peradilan tingkat pertama dan
mahkamah Syar’iyyah (peradilan tingkat bandingyang berada di tingkat provinsi

3.2 SARAN
Disarankan kepada semua masyarakat agar dapat mengetahui kedudukan
peradilan agama dan jenis-jenis peradilan agama, tujuan pembinaan satu atap serta
kedudkan Syar’iyyah agar membantu masyarakat memahami tentang peradilan agama
agar tercipta masyarakat hukum demi tantanan hidup yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Dr. mardani hukum acara perdata peradilan agama & mahkamah Syar’iyyah:Sinar dunia

Anda mungkin juga menyukai