Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 1

MAKALAH PERADILAN ISLAM

( TUGAS FUNGSI LEMBAG PERADILAN ISLAM SERTA SYARAT DAN


WEWENANG MENJADI SEORANG HAKIM )

Di Susun Oleh :

1. RIFKA YULYANA SIDIK

2. NUR HIKMAH AMIR

3. RISKI ISMAIL

4. RIF’ATUL MAS’AT M

JURUSAN HUKUM ACARA PERADILAN DAN KEKELUARGAAN

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
melimpah kan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Teori dan Aliran-Aliran Hukum.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang sederhana ini
dan kami berharap makalah ini dapat menambahkan pengetahuan tentang Aliran-
Aliran teori dalam Ilmu Hukum. Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, tak
lepas dari sumber-sumber yang terkait dengan makalah ini. Kami pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya
dan makalah yang kami buat dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan, oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat untuk kedepannya.

Makassar , 18 maret 2019

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1


Ayat (3) yang menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Hal
itu menunjukan betapa pentingnya fungsi lembaga peradilan di Indonesia. Suatu
Negara dapat dikatakan sebagai Negara hukum dapat diukur dari pandangan
bagaimana hukum itu diperlakukan, apakah ada sistem peradilan yang baik dan
tidak memihak serta bagaimana bentuk-bentuk pengadilannya dalam
menjalankan fungsi peradilan.

Oleh karena itu untuk mewujudkan suatu keadilan, ketertiban, kebenaran


dan kepastian hukum dalam sistem penyelenggaraan hukum demi terciptanya
suasana berkehidupan yang aman, tertib, dan tentram. Maka dibutuhkan adanya
lembaga yang bertugas untuk menyelenggarakan kekuasaan kehakiman guna
menegkan hukum dan keadilan dengan baik.

Salah satu lembaga untuk menegakan hukum dan dalam mencapai


keadilan, kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum adalah badan-badan
peradilan sebagaiman yang dimaksud dalam UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman yang masing-masing mempunyai lingkup kewenangan
mengadili perkara atas sengketa dibidang tertentu dan salah satunya adalah Badan
Peradilan Agama.

1.2 Rumusan Masalah

1. jelaskan tugas dan fungsi lembaga peradilan islam?

2. apa syarat menjadi seorang hakim?

3. jelaskan wewenang menjadi seorang hakim


BAB II
A. 1. Pengertian Peradilan Islam

Peradilan Islam atau yang biasa sering kita sebut peradilan agama
merupakan salah satu kekuasaan kehakiman yang bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perdata tertentu bagi orang yang
beragama Islam sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 2 UU No. 7 tahun
1989 tentang PA. Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
perdata tertentu yang diatur dalam undang-undang ini. Dengan demikian
keberadaan Pengadilan Agama dikhususkan kepada warga negara Indonesia yang
beragama Islam.

Peradilan Islam atau yang biasa sering kita sebut peradilan agama
merupakan salah satu kekuasaan kehakiman yang bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perdata tertentu bagi orang yang
beragama Islam sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 2 UU No. 7 tahun
1989 tentang PA

Pengadilan menurut bahasa adalah dewan atau majelis yang mengadili


perkara, mahkamah, proses mengadili keputusan hakim ketika mengadili perkara
(bangunan tempat mengadili perkara). Sedangkan pengadilan agama merupakan
terjemahan dari Godsdienstige Rechtspraak yang berarti Pengadilan Agama.
Pengadilan Agama adalah daya upaya untuk mencari keadilan atau penyelesaian
perselisisihan hukum yang dilakukan menurut peraturan – peraturan dalam agama.

Pengadilan agama adalah sebutan (titelateur) resmi bagi salah satu diantara
empat lingkungan peradilan negara atau kekuasaan kehakiman yang sah di
Indonesia. Pengadilan Agama juga salah satu diantara tiga peradilan khusus di
Indonesia . dua peradilan khusus lainnya adalah Peradilan Militer dan Peradilan
Tata Usaha Negara. Dikatakan peradilan khusus karena Pengadilan Agama
mengadili perkara – perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu (yang
beragama Islam).

Dalam hal ini, Peradilan Agama hanya berwenang dibidang perdata


tertentu saja, tidak dalam bidang pidana dan juga hanya untuk orang – orang
beragama Islam di Indonesia dan juga dalam perkara – perkara perdata Islam
tertentu saja. Dalam Undang – Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan
Agama dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi :“ Peradilan Agama adalah peradilan
bagi orang – orang yang beragama Islam. Dapat disimpulkan bahwa Pengadilan
Agama adalah salah satu dari peradilan negara Indonesia yang sah, yang bersifat
peradilan khusus, yang berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,
hanya untuk orang – orang yang beragama Islam.

Dalam kekuasaannya, peradilan Agama Islam di Indonesia melaksanakan


tugas kehakimannya hanya untuk rakyat dengan keyakinan Agama Islam
mengenai berbagai macam perkara berkaitan dengan kehidupan dan tata cara
dalam ber Agama Islam secara perdata. Peradilan Agama Islam saat ini tentunya
berbeda dengan jaman dahulu ketika pertama kalinya peradilan diselenggarakan
pada masa raja- raja dimana Islam mulai memasuki nusantara. Peradilan agama
pada masa raja- raja Islam terdahulu masih diselenggarakan oleh para penghulu
dan pejabat serta anggota tertinggi di masjid- masjid besar.

Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama ialah pengadilan


yang bertindak menerima, memeriksa, dan memutus setiap permohonan atau
gugatan pada tahap paling awal dan paling bawah. Pengadilan Agama bertindak
sebagai peradilan sehari hari menampung pada tahap awal dan memutus atau
mengadili pada tahap awal segala perkara yang diajukan masyarakat mencari
keadilan. Tidak boleh mengajukan suatu permohonan atau gugatan langsung ke
Pengadilan Tinggi Agama. Semua jenis perkara terlebih dahulu mesti melalui
Pengadilan Agama dalam kedudukan hierarki sebagai pengadilan tingkat pertama.
Terhadap semua permohonan atau gugat perkara yang diajukan kepadanya dalam
kedudukan sebagai instansi pengadilan tingkat pertama, harus menerima,
memeriksa, dan memutusnya, dilarang menolak untuk menerima, memeriksa, dan
memutus perkara yang diajukan kepada nya dengan dalih apapun. Hal ini ditegas
kan dalam Pasal 56 yang bunyinya : “ Pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak atau kurang jelas,melainkan wajib memeriksa dan wajib memutus nya”.

2. Tugas dan Fungsi Lembaga peradilan Islam

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang


menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat Pertama. Sebagaimana
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang
Nomor 3 tahun 2006, tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1989 tentang Peradilan Agama yakni menyangkut perkara-perkara:
a. Perkawinan;
b. Waris;
c. Wasiat;
d. Hibah;
e. Wakaf;
f. Zakat;
g. Infaq;
h. Shadaqah; dan
i. Ekonomi Syari'ah.

Selain kewenangan tersebut, pasal 52A Undang-Undang Nomor 3 tahun


2006 menyebutkan bahwa “Pengadilan agama memberikan istbat kesaksian
rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah”. Penjelasan
lengkap pasal 52A ini berbunyi: “Selama ini pengadilan agama diminta oleh
Menteri Agama untuk memberikan penetapan (itsbat) terhadap kesaksian orang
yang telah melihat atau menyaksikan hilal bulan pada setiap memasuki bulan
Ramadhan dan awal bulan Syawal tahun Hijriyah dalam rangka Menteri
Agama mengeluarkan penetapan secara nasional untuk penetapan 1 (satu)
Ramadhan dan 1 (satu) Syawal.

Pengadilan Agama dapat memberikan keterangan atau nasihat mengenai


perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu shalat.Di samping itu,
dalam penjelasan UU nomor 3 tahun 2006 diberikan pula kewenangan kepada
PA untuk Pengangkatan Anak menurut ketentuan hukum Islam.

Untuk melaksanakan tugas - tugas pokok tersebut Pengadilan Agama


juga mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Mengadili (judicial power), yaitu memeriksa dan mengadili


perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama di wilayah hukum
masing-masing ;(Pasal 49 Undang - Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang -
Undang No. 3 Tahun 2006) ;

b. Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan atas pelaksanaan


tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera / Sekretaris, dan seluruh jajarannya
(Pasal 53 ayat (1) Undang - Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No.
3 Tahun 2006) Serta terhadap pelaksanaan administrasi umum. (Undang -
Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman).Pengawasan tersebut
dilakukan secara berkala oleh Hakim Pengawas Bidang ;

c. Fungsi Pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan


petunjuk kepada jajarannya, baik yang menyangkut tugas teknis yustisial,
administrasi peradilan maupun administrasi umum. ( Pasal 53 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006) ;
d. Fungsi Administratif, yaitu memberikan pelayanan administrasi
kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi, perkara
banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya.
Dan memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di
lingkungan Pengadilan Agama (Bidang Kepegawaian, Bidang Keuangan dan
Bidang Umum) ;

e. Fungsi Nasehat, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan


nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah hukumnya,
apabila diminta sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ;

f. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum, riset dan


penelitian serta llain sebagainya, seperti diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI. Nomor : KMA/004/SK/II/1991

B. Syarat,Tugas dan Wewengan menjadi Seorang Hakim

1. pengertian hakim
Hakim berasal dari kata ‫ حاكم – يحكم‬: sama artinya dengan qadhi
yang artinya memutus. Sedangkan menurut bahasa adalah orang yang bijaksana
atau orang yang memutuskan perkara dan menetapkannya. Adapun pengertian
menurut Syar’a Hakim yaitu orang yang diangkat oleh kepala Negara untuk
menjadi hakim dalam menyelesaikan gugatan, perselisihan-perselsihan dalam
bidang hukum perdata oleh karena penguasa sendiri tidak dapat menyelesaikan
tugas peradilan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah mengangkat qadhi
untuk bertugas menyelesaikan sengketa di antara manusia di tempat-tempat yang
jauh, sebagaimana ia telah melimpahkan wewenang ini pada sahabatnya. Hakim
sendiri adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili.

Secara normatif menurut Pasal 1 ayat (5) UU Komisi Yudisial No. 22


Tahun 2004 yang dimaksud dengan hakim adalah hakim agung dan hakim pada
badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung serta Hakim Mahkamah Konstitusi sebagimana dimaksud dalam Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. sedangkan secara
etimologi atau secara umum, Bambang Waluyo, S.H. menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami
hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar
hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada tertulis atau
tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan
asas dan sendi peradilan berdasar Tuhan

2. Syarat menjadi seorang hakim


Untuk dapat diangkat sebagai calon hakim pengadilan agama, seseorang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
e. sarjana syariah dan/atau sarjana hukum yang menguasai hukum Islam;
f. sehat jasmani dan rohani;

g. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela

h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan


putusan pengadilan yang telah memeroleh kekuatan hukum tetap
Selain itu untuk dapat diangkat menjadi hakim harus pegawai negeri yang berasal
dari calon hakim dan berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun.

3.Tugas Pokok dan wewenang hakim


 Adapun tugas-tugas hakim sebagai berikut
a. membantu mencari keadilan ( pasal 5 ayat (2) UU. No 14/1970)
b. mendamaikan para pihak yang bersengketa ( pasal 30 HIR/pasal Rbg)
c. memimpin persidangan ( pasal 15 ayat (2) UU. No 14/1970)
d. memeriksa dan mengadili perkara ( pasal 2 ayat (1) UU. No 14/1970)
e. meminitur tugas perkara ( pasal 184(3), 186 (2) HIR)
f. mengawasi pelaksanaan putusan ( pasal 33 ayat (2) UU. No 14/1970
g. menggali nilai-nilai hukum yang ada dalam masyarakat (pasal 27 ayat (1) UU.
No 14/1970
h. mengawasi penasehat hukum

 wewengan hakim Hakim


hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti
dan memahami nilai – nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. (UU
Kekuasaan Kehakiman No. 35 th 1999 Pasal 27 ayat 1).
Dalam hal ini ketika berada dalam masyarakat yang masih mengenal
hukum tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan.
Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai–nilai hukum yang hidup
dikalangan masyarakat, untuk itu ia harus terjun ketengah – tengah
masayarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian
hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan hukum dan rasa
keadilan masyarakat.
Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat – sifat yang baik dan yang jahat dari tertuduh. 1
(UU Kekuasaan Kehakiman No. 35 th 1999 Pasal 27 ayat 2). Dalam hal ini
sifat – sifat yang jahat maupun yang baik dari tertuduh wajib diperhatikan
hakim dalam mempertimbangkan pidana yang akan dijatuhkan. Keadaan–
keadaan pribadi seseorang perlu diperhitungkan untuk memberikan pidana
yang setimpal dan seadil – adilnya. Keadaan pribadi tersebut dapat diperoleh
dari keterangan orang–orang dari lingkungannya, rukun tetangganya, dokter
ahli jiwa dan sebagainya.
BAB III
1. Kesimpulan
menurut Pasal 1 ayat (5) UU Komisi Yudisial No. 22 Tahun 2004 yang dimaksud
dengan hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan peradilan di semua
lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung serta Hakim
Mahkamah Konstitusi sebagimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. sedangkan secara etimologi atau secara umum,
dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami
hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar
hukum dan keadilan itu ditegakkan,
Pada dasarnya hakim dapat diartikan sebagai orang yang bertugas untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, menghukum orang yang berbuat salah dan
membenarkan orang yang benar. Dan, didalam menjalankan tugasnya, ia tidak
hanya bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang berpekara saja, dan menjadi
tumpuan harapan pencari keadilan, tetapi juga mempertanggung jawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukankah dalam tiap - tiap amar putusan hakim
selalu didahului kalimat: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”.

2. Saran
Dengan makalah yang dapat kami, semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya, baik dari segi susunan
maupun isi yang terkandung di dalam makalah kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran agar kedepannya sebagai bahan pertimbangan
mendatang.
Daftar Pustaka

1. Abdullah Tri Wahyudi, Peradilan Agama di Indonesia, ( Yogyakarta: Pustaka


Belajar, 2004)

2. Bambang Waluyo, S.H. Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia,


(Sinar Grafika Edisi 1 Cet. 1. Jakarta 19912)

3. Drs. H.A. Muktiarto S.H. Prakter Perkara Perdata pada Pengadilan Agama
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004)

Anda mungkin juga menyukai