I. PENDAHULUAN :
Konsep dasar dalam hukum acara peradilan agama adalah konsep yang
berkaitan dengan sumber hukum, asas, dan proses beracara di peradilan
agama . Asas dan sumber hukum peradilan agama adalah dua hal yang penting
untuk dipahami dalam mempelajari hukum acara peradilan agama. Asas adalah
prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan dan pedoman dalam
penyelenggaraan peradilan agama. Asas-asas hukum acara peradilan agama
antara lain adalah:
1. Asas bebas merdeka, yaitu asas yang menjamin bahwa peradilan agama
melaksanakan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan tidak terpengaruh
oleh kekuasaan lain.
2. Asas sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, yaitu asas yang menegaskan
bahwa peradilan agama merupakan bagian dari sistem peradilan nasional
yang menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
3. Asas ketuhanan, yaitu asas yang mengakui bahwa peradilan agama
berdasarkan pada nilai-nilai agama Islam dan hukum Islam sebagai sumber
hukumnya.
4. Asas fleksibilitas, yaitu asas yang memberikan kelonggaran dan kemudahan
dalam proses beracara di peradilan agama, sesuai dengan karakteristik
perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum Islam.
5. Asas non ekstra yudisial, yaitu asas yang melarang adanya intervensi atau
campur tangan dari pihak-pihak di luar peradilan agama dalam penyelesaian
perkara-perkara di peradilan agama.
6. Asas legalitas, yaitu asas yang mengharuskan bahwa setiap tindakan dan
putusan peradilan agama harus berdasarkan pada ketentuan hukum yang
berlaku.
7. Asas personalitas keislaman, yaitu asas yang menetapkan bahwa peradilan
agama hanya berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-
perkara antara orang-orang yang beragama Islam atau telah menundukkan
diri kepada hukum Islam.
8. Asas ishlah (upaya perdamaian), yaitu asas yang mewajibkan bahwa sebelum
memutus perkara-perkara tertentu, seperti perkawinan dan waris, hakim
harus berusaha mendamaikan para pihak dengan cara-cara yang sesuai
dengan hukum Islam.
Sumber hukum adalah tempat atau asal mula dari mana hukum berasal atau
ditetapkan. Sumber-sumber hukum acara peradilan agama antara lain adalah:
Peradilan pada waktu itu dilakukan dengan sangat sederhana, dimana seorang
kepala masjid biasa melakukan tindakan mengadili di Serambi-serambi masjid.
Peradilan tidak dilakukan secara formal seperti sekarang ini. Setiap orang yang
datang dan minta diadili, sekaligus dilakukan pemeriksaan dengan bukti-bukti
tertentu dan meyakinkan hakim, maka keputusan langsung diberikan tanpa
harus ditulis secara formal seperti sekarang. Pengadilan
Surambi diselenggarakan di serambi masjid dan pemimpinnya
dialihkan pada penghulu. Dalam menjalankan tugasnya, penghulu berpatokan
dengan kitab-kitab standar yang berisi ajaran hukum Islam. Sementara itu,
anggota majelis Pengadilan Surambi diisi oleh beberapa ulama dari pesantren.
Berikut beberapa kerajaan Islam yang telah menerapkan peradilan agama :
3. Kerajaan Aceh
5. Kerajaan Cirebon
6. Kerajaan Gowa-Tallo
Infrastruktur sosial adalah sistem yang menyediakan layanan dan fasilitas bagi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas
hidup mereka. Infrastruktur sosial meliputi bidang-bidang seperti pendidikan,
kesehatan, perumahan, transportasi, komunikasi, keamanan, dan keadilan.
Penerapan hukum Islam melalui infrastruktur sosial adalah upaya untuk
mengintegrasikan nilai-nilai dan norma-norma hukum Islam dalam
penyelenggaraan dan pengembangan infrastruktur sosial di
Indonesia. Penerapan ini bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat,
menjaga keharmonisan sosial, dan menegakkan keadilan bagi semua warga
negara. Beberapa contoh penerapan hukum Islam melalui infrastruktur sosial
di Indonesia adalah sebagai berikut:
V. KESIMPULAN